TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju Reaksi
Laju reaksi adalah banyaknya pereaksi yang berkurang per satuan waktu atau
banyaknya produk yang terbentuk per satuan waktu. Jumlah zat yang berubah
dinyatakan dalam satuan volum total campuran. Oleh karena itu, laju reaksi
didefinisikan sebagai pertambahan konsentrasi molar produk reaksi per satuan
waktu, atau pengurangan konsentrasi molar pereaksi per satuan waktu. Satuan laju
reaksi adalah mol per liter per detik atau mol L -1s-1. Laju reaksi dipengaruhi oleh
frekuensi tumbukan efektif yang terjadi antar molekul. Semakin sering terjadi
tumbukan efektif maka laju reaksi akan semakin cepat. Dengan meningkatkan
frekuensi tumbukan efektif antar molekul, maka dapat dihasilkan produk dalam
waktu yang singkat (Keenan, 1986).
Bagaimanakah cara menyatakan laju dari suatu reaksi? Dalam reaksi kimia,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan makin
sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol L -1). Satuan waktu yang
digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi mempunyai satuan mol per liter
per detik (mol L-1 dt-1 atau M dt-1) (Azizah, 2004).
2.2 Kinetika Reaksi Homogen
Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisika yang mempelajari tentang
kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi tersebut.
Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan hasilhasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung dan
dengan kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal terakhir
ini dipelajari dalam kinetika kimia, sehingga kinetika kimia merupakan pelengkap
bagi termodinamika kimia.
Tidak semua reaksi kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang
berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi
yang berjalan sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara kinetik.
Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat
diukur(Sukardjo, 1997).
Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
waktu, jadi dC/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila
waktu berubah. Menurut hukum kegiatan massa, kecepatan reaksi pada temperatur
tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi pengikut-pengikutnya dan masing-masing
berpangkat sebanyak molekul dalam persamaan reaksi (Sukardjo, 1997).
Untuk reaksi :
n1A + n2B + n3C hasil-hasil
dC
Rate :
=k. Cn1 . C2n . Cn3
dt
1
(Sukardjo, 1997).
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Umumnya
laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat dinyatakan
sebagai :
Laju
k f (C1, C2,.Ci)
(Dogra, dkk., 1990).
Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau
konstanta kecepatan, C1, C2,. adalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produkproduk. sebagai contoh dalam hal reaksi umum (Dogra, dkk., 1990).
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
2.3.1 Konsentrasi
Telah diuraikan dalam teori tumbukan, perubahan jumlah molekul pereaksi
dapat berpengaruh pada laju suatu reaksi. Kita telah tahu bahwa jumlah mol spesi zat
terlarut dalam 1 liter larutan dinamakan konsentrasi molar. Bila konsentrasi pereaksi
diperbesar dalam suatu reaksi, berarti kerapatannya bertambah dan akan
memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat laju reaksi. Bila
partikel makin banyak, akibatnya lebih banyak kemungkinan partikel saling
bertumbukan yang terjadi dalam suatu larutan, sehingga reaksi bertambah cepat
(Azizah, 2004).
.3.2
Luas Permukaan Sentuhan
2.6
bahan
enzimatik, yaitu dengan menggunakan enzim lipase. Ditinjau dari segi ekonomi dan
teknik, kedua cara ini dinilai kurang efisien karena untuk pembuatan asam lemak
ini diperlukan terlebih dahulu satu pabrik pengolahan CPO sebagai bahan bakunya.
Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dikaji suatu alternatif proses pembuatan asam
lemak yang lebih murah. Alternatif proses yang dikaji adalah dengan memproduksi
secara langsung asam lemak dari buah segar kelapa sawit secara enzimatik, yaitu
dengan cara mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada buah kelapa sawit.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan asam lemak secara langsung dari
buah kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengaktifkan enzim lipase
yang terdapat pada buah kelapa sawit yang akan menghidrolisa trigliserida menjadi
asam lemak dan gliserol. Disamping itu, dengan proses seperti ini diharapkan
Selesai
kandungan karoten (provitamin A) yang terdapat pada kelapa sawit tidak mengalami
kerusakan dan kemungkinan lebih mudah dipisahkan, sehingga dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin A. Penelitian ini menggunakan buah kelapa
sawit yang baru dipanen. Pada penelitian ini diamati kenaikan kandungan asam
lemak dalam buah kelapa sawit akibat aktifitas enzim lipase. Kondisi percobaan
yang dilakukan meliputi kadar air, tingkat pelukaan buah, pengadukan, kematangan
buah dan temperatur, yang disesuaikan dengan aktifitas optimum dari enzim lipase
sebagai fungsi waktu. Perlakuan secara mekanik untuk melukai buah sawit sehingga
akan meningkatkan aktifitas enzim lipase untuk menghidrolisis buah sawit dikaji
pada penelitian ini.
Prosedur pembuatan asam lemak ini yaitu, buah sawit dilepas dari tandannya,
kemudian buahnya dipotong-potong untuk memisahkan biji dan
perikap, lalu
mencegah kekurangan air, maka pada beberapa run dilakukan juga variasi
penambahan air. Pada pengaruh pengadukan dan pelukaan buah, tingkat pelukaan
buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena akan
membantu terjadinya kontak antara enzim dan minyak (substrat). Hal ini karena
posisi enzim lipase pada buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk
mengatasi hal ini maka buah harus dilumat sampai halus, kemudian minyak dan
seratnya dicampur kembali. Dengan proses seperti ini terbukti cbahwa kadar asam
lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika buah tidak dilumat sampai halus
(hanya dimemarkan/dilukai). Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu
dilakukan, karena pada proses ini pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak
antara air, substrat dan enzim. Disamping itu, karena yang diaduk adalah campuran
serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk sangat perlu untuk
diperhatikan. Pada pengaruh kematangan buah, buah yang terdapat pada satu tandan
buah kelapa sawit tidak akan matang secara serempak. Buah yang berada pada
lapisan luar biasanya lebih matang jika dibandingkan dengan buah yang berada pada
bagian yang lebih dalam. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan persentase
minyak yang terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan. Pada buah
kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya akan semakin tinggi.
Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah maka proses hidrolisa secara
enzimatis akan semakin cepat terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih
tinggi. Pada penelitian ini pengamatan pengaruh kematangan buah terhadap kadar
asam lemak tidak dilakukan. Pada pengaruh lama penyimpanan, secara alami asam
lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik karena aktifitas
mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim lipase. Namun
demikian pada penelitian ini asam lemak bebas yang terbentuk dianggap sebagai
hasil hidrolisa dengan menggunakan enzim lipase yang terdapat pada buah sawit.
Selanjutnya pada pengaruh penambahan CPO, pada proses ini, kecepatan reaksi lebih
rendah jika penambahan kadar CPO terhadap campuran antara serat dan minyak
semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena enzim lipase yang berada pada buah
sudah jenuh atau jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat sudah
sangat
berlebih. Jadi dalam proses ini, kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi
enzim lipase, bukan pada konsentrasi substrat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hidrolisa buah
sawit secara langsung dengan mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada buah
kelapa sawit dapat menghasilkan tingkat hidrolisa sampai 54,45 % dalam waktu 24
jam. Hasil ini dicapai pada suhu kamar (25 0C -27 0C) dan penambahan air 40% dari
massa perikarp. Enzim lipase yang didapat tidak berada dalam minyak, tetapi berada
dalam serat. Kecepatan reaksi pada penambahan CPO terhadap campuran antara
serat, minyak dan air semakin menurun dengan meningkatnya jumlah CPO yang
ditambahkan (Rondang, 2002)
Mulai
Selesai
Gambar 2.2 Flowchart Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung dari
Buah Kelapa Sawit
(Rondang, 2002)