Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PERTEMUAN 4

Alterasi Potasik dan Filik

Disusun Oleh :
DANENDRA GARUDA WISDA
111.140.015
PLUG 3

LABORATORIUM PETROLOGI
SIE ENDAPAN MINERAL
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Pertemuan 4


Alterasi Potasik dan Filik
Sleman, 25 September 2016
Disusun Oleh :
Nama

: DANENDRA GARUDA WISDA

Nim

: 111.140.015

Prodi

: Teknik Geologi

Fakultas

: Teknologi Mineral
Disahkan Oleh :

Asisten Endapan Mineral

Mengetahui,
Penulis

DANENDRA GARUDA W

NIM. 111.140.015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan menyelesaikan Laporan Alterasi Potasik dan Filik. Terima kasih pula
penyusun sampaikan kepada para asisten dan pihakpihak lain yang telah membantu
penyusun selama melaksanakan praktikum Endapan Mineral.
Laporan Praktikum Alterasi Potasik dan Filik ini penyusun buat sebagai
pelengkap tugas praktikum yang telah dilaksanakan di Laboratorium Petrologi Sie
Endapan Mineral, Program studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Akhirnya, penyusun berharap semoga Laporan Praktikum Alterasi Potasik
dan Filik ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima kasih.

Sleman, 25 September 2016


Praktikan,

DANENDRA GARUDA W

DAFTAR ISI

Disusun Oleh :.................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
BAB I........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II.......................................................................................................... 2
2.1 Metode Penelitian..................................................................................... 2
2.2 Data dan Peralatan Penelitian.......................................................................2
2.3 Diagram Alir Penelitian.............................................................................. 2
BAB III......................................................................................................... 3
3.1 Alterasi Hidrotermal.................................................................................. 3
3.2 Tipe Alterasi........................................................................................... 4
BAB IV......................................................................................................... 8
KESIMPULAN............................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 . Mineralogi dan Alterasi dalam sistim Hidrothermal ( Corbet & Leach 1996 )................4
YGambar 2 . Sekuen paragenesa alterasi, perkembangan urat dan mineralisasi di bagian baratdaya
sistem porfiri Au-Cu Pasifik (Corbet & Leach)..............................................................................7

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Diagram Alir........................................................................................ 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan
mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi
dengan larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal adalah suatu cairan panas
yang berasal dari kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa
komponen- komponen pembentuk mineral bijih (Bateman dan Jensen, 1981).
Larutan hidrotermal pada suatu sistem dapat berasal dari air magmatik, air
meteorik, connate atau air yang berisi mineral yang dihasilkan selama proses
metamorfisme yang menjadi panas di dalam bumi dan menjadi larutan
hidrotermal. Ketika terjadi kontak batuan dengan larutan hidrotermal, maka
terjadi perubahan mineralogi dan perubahan kimia antara batuan dan larutan,
di luar kesetimbangan kimia dan kemudian larutan akan mencoba kembali
membentuk kesetimbangan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun maksud dan tujuan penulis membuat tulisan ini adalah:
1. Mengetahui alterasi hidrotermal.
2. Mengetahui tipe alterasi Potasik.
3. Mengetahui tipe alterasi Filik.

BAB II
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Metode Penelitian
Penelitian diawali dari pengumpulan data dari beberapa sumber.

2.2 Data dan Peralatan Penelitian


Data didapat dari beberapa buku bacaan ( literature ) dan beberapa bacaan dari
internet. Peralatan yang dibutuhkan penulis adalah :
1. Alat Tulis
2. Laptop

2.3 Diagram Alir Penelitian

Sumber
Literatur

Sumber
Ensiklope
dia

Menyatuka
n semua
sumber
Menulis
Hasilnya
Tabel 1. Diagram Alir

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alterasi Hidrotermal
White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah

perubahan

mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan
larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal adalah suatu cairan panas yang berasal
dari kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa komponen- komponen
pembentuk mineral bijih (Bateman dan Jensen, 1981). Larutan hidrotermal pada suatu
sistem dapat berasal dari air magmatik, air meteorik, connate atau air yang berisi
mineral yang dihasilkan selama proses metamorfisme yang menjadi panas di dalam
bumi dan menjadi larutan hidrotermal. Ketika terjadi kontak batuan dengan larutan
hidrotermal, maka terjadi perubahan mineralogi dan perubahan kimia antara batuan
dan larutan, di luar kesetimbangan kimia dan kemudian larutan akan mencoba
kembali membentuk kesetimbangan.

3.2 Tipe Alterasi

Gambar 1. Mineralogi dan Alterasi dalam sistim Hidrothermal ( Corbet & Leach 1996 )

1. Potasik

Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu
sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa
ratus meter.
Alterasi Potasik terbentuk pada temperatur tinggi, dibawah kondisi netral
sampai alkali dan dicirikan dengan kehadiran biotit dan/atau K-feldspar + magnetite
aktinolit klinopiroksen. Dimana host rock-nya adalah sedimen gampingan, skarn
terbentuk pada kondisi yang mirip, dan mengandung mineral zonasi kalk-silika
seperti Ca-Garnet, klinopiroksen, dan tremolit.
Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona
potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi
pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan
hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada
rekahan batuan.
Biotite dan K-feldspar terbentuk pada Stage III awal, umumnya pada veinlet
tipis (<5 mm) dengan kuarsa, magnetit dan/atau pyrit, dan dan berasosiasi dengan
kalkopirit yang melimpah dan bervariasi (e.g., Ydanera, Papua New Guinea; Titley et
al., 1978). Kehadiran biotit mengindikasikan bahwa urat dan Alterasi terbentuk pada
kondisi netral-alkali pada temperatur >300-350C. Meskipun K-feldspar secara lokal
tumbuh bersama biotite, juga dapat muncul pada veinlets tipis yang memotong biotit
(Titley et al., 1978). Magnetit, yang tumbuh dan melingkupi biotit, memungkinkan
juga mengandung kalkopirit dan magnetit tersebut dapat dikenali terbentuk selama
Stage I alterasi potasik dan igneous magnetite primer (e.g., Taysan, Philippines; T.
Leach, unpubl. data). K-feldspar-quartz-magnetite-chalcopyrite veinlets di baratdaya
USA endapan porfiri tembaga diendapkan dari fluida bersalinitas rendah (<15 wt %
NaCl) dan pada kondisi yang lebih dingin (200-450C) daripada urat kuarsa pada
stockwork. Data isotopik menunjukkan bahwa mineral tersebut berasal dari campuran
air magmatik-meteorik (Beane dan Titley, 1981; Sheppard et al., 1971; Reynolds dan
Beane, 1985).
2. Filik

Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas
zona alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang
pada intrusi.
Alterasi Filik terbentuk pada pH yang hampir sama dengan Alterasi Mineral
Argilik, namun pada kondisi temperatur yang lebih tinggi (>200-250C), dan
dicirikan dengan kehadiran serisit (atau muskovit). Zona Filik juga dapat ditemukan
mineral suhu tinggi seperti anggota kaolin (profilit-danalusit) dan kelompok mineral
klorit yang memiliki tingkat lebih rendah dari serisit (atau muskovit).
Kebanyakan mineralisasi Cu-Au di Baratdaya Sistem Pasifik berasosiasi
dengan klorit (e.g., Batu Hijau, Indonesia; Irianto dan Clark, 1995) dan/atau serisit
atau endapan lempung ilitik dan alterasi wall rock (e.g., Copper Hill, eastern
Australia; Scott, 1978: North Sulawesi, Indonesia; Lowder dan Dow, 1978: FSE,
Philippines; Garcia, 1991: Frieda River, Papua New Guinea; T. Leach, unpubl. data).
Mineralisasi Cu-Au juga hampir semua berasosiasi dengan alterassi serisit-klorit pada
endapan porfiri tembaga di Baratdaya USA (Beane dan Titley, 1981). Pada fase
alterasi ini klorit mendominasi pada kedalaman dan lebih awal, sedangkan serisit
mendominasi pada level lebih rendah dan lebih akhir (e.g., Frieda River; T. Leach,
unpubl.data). Kenaikan zonasi klorit-serisit diindikasikan dari pengurangan pH air
secara progresif pada level yang dangkal. Pergantian dari kalk-silika ke klorit lalu ke
serisit juga merefleksikan pengurangan pH air selama proses mineralisasi.
(Gambar 2) Analisis isotopik mengindikasikan bahwa serisit pada kebanyakan
sistem porfiri (Sheppard et al, 1971; Ford dan Green, 1977; Eastoe, 1978) berasal dari
dominasi air meteorik. Namun, Wolfe (1994) menginterpretasikan dengan analisis
isotopik, bahwa serisit berasosiasi dengan mineralisasi pada Stock E48 di
Goonumbla, Australia Timur, yang berasal dari dominasi air magmatik, sedangkan
post-mineral serisit mungkin berasal dari dominasi air meteorik.

Gambar 2. Sekuen paragenesa alterasi, perkembangan urat dan mineralisasi di bagian


baratdaya sistem porfiri Au-Cu Pasifik (Corbet & Leach)

BAB IV
KESIMPULAN

1. White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah

perubahan

mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi
dengan larutan hidrotermal.
2. Alterasi Potasik terbentuk pada temperatur tinggi, dibawah kondisi netral
sampai alkali dan dicirikan dengan kehadiran biotit dan/atau K-feldspar +
magnetite aktinolit klinopiroksen.
3. Alterasi Filik terbentuk pada pH yang hampir sama dengan Alterasi Mineral
Argilik, namun pada kondisi temperatur yang lebih tinggi (>200-250C), dan
dicirikan dengan kehadiran serisit (atau muskovit).

DAFTAR PUSTAKA

Corbett G.J. dan Leach T.M., 1997, Short course manual: Southwest Pacific rim
gold-copper systems: Structure, alteration and mineralization, 597 Edn.
Creasey S.C., 1966, Hidrothermal Alteration, Economic Geology.

Anda mungkin juga menyukai