Disusun Oleh:
Sharinna Raini Martial
C1B015083
Kelas Manajemen C
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Bengkulu
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Manajemen Agroindustri Kakai ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Intan Zoraya, SE., MM. selaku
Dosen mata kuliah Manajemen Agroindustri Universitas Negeri Bengkulu yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Makalah ini disusun sebagai refleksi tentang kondisi sistem produksi
pangan nasional agar semua pihak secara terbuka melakukan introspeksi diri dalam
amanah konstitusi. Kedaulatan pangan menjadi kewajiban utama dan pertama yang
harus diwujudkan apa pun masalahnya dan berapa pun biayanya. Rakyat sebagai
pemilik kedaulatan tertinggi harus mendapatkan informasi yang akurat agar dapat
memberikan kontribusi terbaiknya demi tercapainya kedaulatan pangan.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................1
KATA ...PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Konsep
Dasar
Agroindustri............................................................7
1.2.
Tujuan
agroindustri.........................................................................8
1.3.
Aspek
Perkembangan
Agroindustri..............................................8
Manajemen
manajemen
Perencanaan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan bernegara adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Perlindungan tersebut salah satu di antaranya adalah terjaminnya hak atas pangan
(rights to food) bagi seluruh rakyat Indonesia, yang merupakan hak asasi manusia yang
paling fundamental dan karenanya menjadi tanggung jawab/kewajiban negara untuk
memenuhinya dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber dayanya sendiri.
Pertanyaan fundamentalnya adalah, benarkah kedaulatan pangan bisa dicapai
dan negara telah memenuhinya? Benarkah prasarana dan sarana produksi seperti lahan,
air, pupuk, benih, pestisida, panen dan pasca panen, pengolahan hasil serta pemasaran,
saat ini dominasi asingnya semakin menguat, sehingga negara cenderung semakin tidak
berdaulat? Benarkah okupasi lahan oleh konglomerasi nasional maupun internasional
dengan segala bentuk dan manifestasinya, eksploitasi sumber-sumber mata air strategis
oleh konglomerasi asing, bahan baku pupuk batuan fosfat, kalium tidak dikuasai negara,
sehingga Indonesia sangat rawan sistem produksi pangan nasionalnya, apabila prasarana
dan sarana produksinya mengalami gangguan baik akibat tensi politik, maupun gejolak
moneter?
Dominasi
menyebabkan
benih
hibrida
ketergantungan
yang
petani
diproduksi
terhadap
benih
perusahaan
multinasional,
semakin
mencemaskan.
yang berarti. Pestisida dan bahan aktif pestisida, alat mesin untuk keperluan panen dan
pasca panen yang masih diimpor akan menjadikan investasi, tenaga, waktu dan biaya
yang diperlukan untuk membangun sistem pertanian nasional menuju kedaulatan
pangan menjadi sangat berat dan mahal. Betapa Indonesia mengalami ketinggalan jauh
dalam pengembangan produk teknologi baik pasca panen maupun pengolahan hasil.
Kita menyaksikan bagaimana dahsyatnya teknologi pasca panen daan pengolahan hasil
yang dihasilkan negara-negara maju dan kita hanya bisa menjadi penonton dan
pengguna. Kelemahan ini dibaca secara langsung oleh kompetitor Indonesia yang
mempunyai produk sejenis atau komplementernya. Itulah sebabnya, banyak produk
unggulan Indonesia sangat terbatas yang bisa menembus pasar ekspor.
Sebagian besar petani di negara kita adalah petani gurem dan petani buruh.
Mereka hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka, senantiasa terjebak dalam
lingkaran setan kemiskinan yang tidak berujung pangkal. Jeratan kesengsaraan yang
melilitnya seolah-olah sudah menjadi milik mereka. Kesempatan untuk mengubah
nasib, sangat sulit untuk dilakukan. Bukan itu saja, masalah yang menyebabkan semakin
banyaknya para petani yang tidak berdaulat atas lahan yang digarapnya. Proses alih
kepemilikan lahan pertanian dari petani ke non petani, ditenggarai semakin sering
terjadi. Alih kepemilikan lahan seperti ini, pantas untuk dijadikan bahan renungan kita
bersama.
Ironisnya, beberapa pimpinan nasional merasa bangga dan terhormat jika bisa
men-declear bahwa Indonesia siap memasuki rezim perdagangan bebas, tanpa
mempersiapkan rakyat secara maksimal untuk memenangkan persaingan itu. Indonesia
harus belajar dari India tetatang bagaimana melindungi sektor pertanian domestiknya
dari rezim perdagangan bebas sebagaimana yang didemonstrasikan pada waktu
pertemuan tingkat tinggi World Trade Organization di Bali tahun 2013.
Kedaulatan petani, sudah waktunya dijadikan ikon dalam pembangunan petani
yang berkualitas. Pemerintah sebagai aktor utama pembangunan, diharapkan lebih fokus
untuk memperhatikan hak-hak dasar yang sepatutnya dinikmati oleh para petani. Kita
tidak boleh lagi membiarkan para petani terus menerus terjebak dalam suasana hidup
yang mengenaskan. Kita tidak bisa lagi menceburkan para petani ke dalam jurang
kesengsaraan. Bahkan kita pun jelas dilarang untuk memosisikan petani sebagai
pada
kegiatan-kegiatan
agroindustri,
sejak
dari
perencanaan,
di Indonesia saat ini. Penyuluhan dengan materi bercocok tanam saja juga tidak begitu
berpengaruh, sehingga dibutuhkan penyuluhan terpadu yang dapat menggeliatkan
masyarakat kakao secara keseluruhan. Percontohan telah dilakukan oleh ASKINDO
(Asosiasi Kakao Indonesia) dan sponsor untuk membuat desa kakao yang dinamakan
CVM (Cocoa Village Model). Percontohan ini dilaksanakan di Desa Klonding,
Mamuju, Sulawesi Utara. Selama empat tahun beberapa kemajuan telah didapatkan,
antara lain adalah peningkatan produksi, penurunan hama dan penyakit, terbentuk dan
meningkatnya kinerja lembaga petani kakao di desa tersebut, dan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat.
CVM memotivasi para petani untuk mengembangkan pertanian terpadu dan
membuat masyarakat menjadi lebih kreatif dan inovatif. CVM ini direncanakan untuk
dilanjutkan menjadi CSP (Cocoa Sustainability Partership) dengan tujuan keberlanjutan
kakao di Indonesia. Model tersebut hendaknya dapat dilakukan di sentra-sentra kakao
Indonesia atau dengan model terpadu lain dengan tujuan serupa sesuai dengan potensi
daerah tersebut.
Pariaman
a) Aktivitas yang dilakukan
Aktivitas operasi normal yang dilakukan dalam perkebunan kakao setelah
penanaman bibit umumnya sama seperti aktivitas operasi pada perkebunan komoditas
lain, Aktivitas tersebut dibagai atas dua jenis yaitu aktivitas teknis dan aktivitas
nonteknis. Aktivitas teknis yaitu (1) pekerjaan perawatan tanaman sehari-hari yang
meliputi pemangkasan secara berkala, pemberian pupuk secara berkala, pencegahan dan
pembasmian hama, penyakit dan gulma. (2) pekerjaan panen dan tindakan pasca panen
yang meliputi pemetikan buah dari batang pohon kakao, pemeraman buah, pemecahan
buah, fermentasi biji, perendaman dan pencucian biji, pengeringan biji, pengelompokan
biji berdasarkan mutu dan penyimpanan biji digudang. Aktivitas nonteknis yaitu
aktivitas pemasaran dan penjualan biji kakao kering yang difermentasi, aktivitas
administrasi umun dan keuangan.
b) Struktur organisasi
Struktur organisasi dalam perkebunan kakao ini masih sederhana, hal ini
dikarenakan skala operasi atau luas perkebunan yang masih kecil. Secara umum sub
bagian dalam perkebunan dibuat berdasarkan aktivitas yang dilakukan yaitu dibagi
menjadi 2 bagian yaitu bagian teknis dan bagian non teknis. |
Pembagian tugas wewenang dan tanggung jawab dari struktur organisasi tersebut
sebagai berikut:
a. Pimpinan bertugas dalam mengawasi dan memantau bagian teknis yang terdiri dari 3
orang pekerja
b. Pimpinan juga bertanggung jawab dalam bagian non teknis perkebunan ini yang
meliputi aktivitas pemasaran dan penjualan biji kakao kering yang difermentasi,
aktivitas administrasi umun dan keuangan.
c. Bagian teknis bertugas dan bertanggung jawab dalam hal teknis yang meliputi (1)
pekerjaan perawatan tanaman sehari-hari yang meliputi pemangkasan secara berkala,
pemberian pupuk secara berkala, pencegahan dan pembasmian hama, penyakit dan
gulma. (2) pekerjaan panen dan tindakan pasca panen yang meliputi pemetikan buah
dari batang pohon kakao, pemeraman buah, pemecahan buah, fermentasi biji,
perendaman dan pencucian biji, pengeringan biji, pengelompokan biji berdasarkan mutu
dan penyimpanan biji digudang.
10
Upah pekerja dibagi menjadi 2 bagian. Yang pertama yaitu upah pekerja pada
saat pembangunan proyek. Pekerja pada pembangunan proyek ini diberikan upah harian
dan mereka akan diawasi agar dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan. Perinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Upah Pekerja Saat Pembangunan Proyek
No.
Kegiatan
Waktu
1
2
Pembukaan lahan
2 Minggu
Pembangunan gudang dan 1 Bulan
Rumah pekerja
Penanaman
pohon 2 Minggu
pelindung
4
Pembuatan lubang tanam
5
Penanaman bibit kakao
TOTAL
1 Minggu
2 Minggu
Pekerja
Upah/
Total
6
4
hari(Rp)
@40.000
2@50.000
(Rp)
3.360.000
7.500.000
10
2@75.000
@40.000
5.600.000
10
10
@40.000
@40.000
2.800.000
5.600.000
24.860.000
11
No.
Kegiatan
Waktu
Pekerja
Bagian Teknis
1 Bulan
Bonus
1 Tahun
Upah
(Rp)
Total
(Rp)
@1.200.00
2.400.000
0
@20% x kelebihan
12
BAB III
MANAJEMEN KEUANGAN
PADA AGROINDUSTRI KAKAO
3.1. Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran,
pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Aspek manajemen keuangan
mempertimbangkan akibat dari seluruh keputusan terhadap penerimaan dan laba
perusahaan
di
bidang
agribisnis.
Artinya
manajer
dalam
hal
ini
harus
13
Jadi untuk mengetahui dari mana saja Sumber Dana perusahaan berasal dan
untuk apa saja dipergunakan (Penggunaan Dana) selama satu periode, kita bisa
melihatnya dengan membandingkan neraca awal periode dengan neraca pada akhir
periode.
Sumber dana dapat diperoleh dari:
Laba.
Tambahan modal.
Tambahan utang.
Penyusutan dan lain-lain biaya non kas.
Pengurangan harta lancar.
Penjualan harta tetap.
Penggunaan dana adalah transaksi-transaksi yang menyebabkan:
Kerugian.
Pembagian deviden.
Berkurangnya modal.
Berkurangnya utang.
Bertambahnya harta lancar.
Bertambahnya harta tetap.
14
Apabila dana jangka pendek dibelanjai oleh sumber dana jangka panjang, yaitu
dengan:
a. Utang jangka panjang. Maka bisa menimbulkan dana menganggur (idle),
sehingga biaya modal meningkat.
b. Menjual sebagian harta tetap. Maka akan mengganggu operasional perusahaan.
c. Menambah modal dari investor. Hal ini akan mengakibatkan pembagian
deviden meningkat. Begitu juga sebaliknya apabila kebutuhan dana jangka
panjang dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek akan berpengaruh. Kita
ambil contoh yaitu dengan menambah utang jangka pendek maka akan
berakibat antara lain nantinya akan timbul gali lobang tutup lobang dan di
samping itu biaya pinjaman atau bunga tinggi karena pinjamannya jangka
pendek.
2. Aktivitas mendapatkan dana
Keputusan yang berkaitan dengan bagaimana mendapatkan dana yang akan
digunakan untuk memperoleh aktiva riil yang diperlukan. Dalam teori keuangan
perusahaan (the theory of corporate finance) yang membahas tentang keputusan
keuangan (financial decisions) selalu berasumsi bahwa pasar modal bersifat sempurna.
Konsekuensinya antara keputusan pembelanjaan (financing decisions) dan keputusan
investasi (invests decisions) menjadi independent. Dalam kenyataannya bahwa asumsi
tersebut tidak sepenuhnya berlaku di Indonesia, termasuk Kalimantan Tengah, dimana
saat kita merancang suatu keputusan investasi kita sudah berpikir tentang darimana dana
yang akan digunakan untuk membiayai investasi itu. Demikian pula sebaliknya bahwa
saat kita merancang struktur keuangan (financial structure) dan struktur modal (capital
structure) tidak jarang bahwa pada saat itu juga kita berpikir tentang maksimalisasi
tingkat keuntungan yang diharapkan (expected rate of return).
Dalam perusahaan manufaktur yang memiliki aktiva nyata (real assets), maka
analisis awal tertuju pada memaksimumkan Net Present Value (NPV) yang akan
memposisikan perusahaan untuk mampu memaksimumkan kekayaan pemegang saham
(to maximizing the wealth of its stockholders). Setelah alternatif investasi siap, maka
tahap berikutnya tertuju pada upaya menggali sumber dana (sources of fund decisions)
15
16
Jumlah (Rp)
8,900,000
2,900,000
5,100,000
300,000,000
15,000,000
3,000,000
1,500,000
319,500,000
Selain biaya investasi, dana juga dibutuhkan untuk modal kerja dalam aktivitas
sehari-hari perkebunan kakao ini. Perincian biaya untuk modal kerja tahun pertama
adalah sebagai berikut.
Tabel Kebutuhan investasi modal kerja perkebunan kakao
No.
Keterangan
BIAYA TETAP
1
Biaya tenaga kerja
2
biaya lainnya
BIAYA VARIABEL
1
2
Pembelian Pupuk
Total modal kerja
Total investasi sebesar Rp
Harga/unit
Banyak
Jumlah
28,800,000
2,000,000
Angkut dan penjualan
2,500
1100
2,750,000
33,550,000
353.050.00 ini akan didanai dari dua sumber
pendanaan, yaitu dari modal sendiri 50 % dan dari pinjaman sebesar 50%. Sumber
17
pendanaan pinjaman ini akan mensyaratkan tingkat bunga sebesar 10% dengan jangka
waktu pembayaran selam 5 tahun.
Tabel Sumber pendanaan investasi perkebunan kakao
Jenis Investasi
Inv. Aktiva Tetap
Inv. Modal Kerja
Jumlah
Sumber Dana
Dana Sendiri(50%) Pinjaman(50%)
159,750,000
159,750,000
16,775,000
16,775,000
176,525,000
176,525,000
Jumlah
319,500,000
33,550,000
353,050,000
BAB IV
MANAJEMEN PEMASARAN
PADA AGROINDUSTRI KAKAO
18
4.3.
Fungsi Pemasaran
Secara umum, pengertian pemasaran adalah kegiatan pemasar untuk menjalankan
bisnis (profit atau nonprofit) guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang atau jasa,
menetapkan harga, mendistribusikan serta mempromosikannya melalui proses
pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.
Setiap perusahaan atau pabrik yang didirikan pastilah ingin terus eksis dan bias
berkembang menjadi perusahaan besar dan memiliki nama. Dan hal ini terjadi pada
suatu pabrik coklat yang dahulu adalah sebuah usaha rumahan dan sekarang menjadi
sebuah pabrik coklat yang ternama. Di sini mereka mengutamakan kualitas hasil dari
olahan coklat tersebut dan melakukan pemasaran-pemasaran yang cukup luas yaitu
seluruh Indonesia dan mereka menerapkan fungsi manajemen strategis pada pemasaran
tersebut, yaitu:
Manajemen strategis menetapkan apa yang akan dilakukan di masa yang akan
datang.
pertanian.
Perusahaan-perusahaan pengumpul tersebut akan menerima berapa saja biji kakao yang
dijual baik itu dalam skala kecil maupun skala besar. Perusahaan pengumpul tersebut
selanjutnya yang akan mendistribusikan biji kakao yang telah dihimpun tersebut, baik
untuk memenuhi permintaan oleh perusahaan pengolah kakao yang ada di dalam
negeri maupun untuk diekspor untuk memenuhi kebutuhan biji kakao dunia.
Apabila perkebunan kakao ini telah berkembang dan mencapai skala produksi
yang besar maka pemasaran dari biji kakao itu sendiri akan langsung dijual atau
melakukan kontrak kerja sama dengan perusahaan pengolah biji kakao yang ada di
dalam negeri. Tidak tertutup kemungkinan biji kakao yang dihasilkan akan diekspor
keluar negeri tanpa melalui pengumpul apabila jumlah produksi sudah dalam skala
yang besar dan melebihi permintaan dari perusahaan kakao dalam negeri.
19
Biji kakao
Pengumpul
Perusahaan
Industri
Kakao
Ekspor
Meningkatkan nilai tambah kualitas cokelat batangan dari bahan baku yaitu lemak
kakao, sistem produksi, distribusi, dan pengawasan produk itu sendiri.
produk cokelat terutama cokelat batangan dengan penjualan melalui strategi bisnis ke
bisnis. Secara lebih spesifik, strategi pemasaran yang akan dilakukan pada tahap awal
antara lain :
A. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok
pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran
tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan
pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen
pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen. Segmentasi pasar menjadi hal
20
yang paling penting dalam penerapan strategi pemasaran agar perusahaan dapat
memenuhi preferensi kebutuhan dan keinginan pembeli. Pembagian segmentasi pasar
adalah sebagai berikut :
Segmentasi geografis yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi wilayah, pembagian
pasar menjadi unit geografis seperti negara, negara bagian, wilayah, provinsi dan
lainnya.
Segmentasi
demografis
yaitu
pasar
dibagi
menjadi
kelompok-kelompok
21
bahan baku dari lemak cokelat (cocoa butter) dalam negeri, sehingga apabila dimakan
tidak menimbulkan rasa sakit pada tenggorokan dan lebih mudah meleleh di lidah. Jenis
cokelat batangan yang diproduksi adalah milk chocolate dimana pada campuran cokelat
tersebut ditambahkan dengan susu sapi segar dan gula pasir.
Melalui kegiatan positioning perusahaan harus mampu membentuk citra produk
unggulan dimana persepsi konsumen terhadap cokelat batangan yang diproduksi
sebagai produk makanan dalam negeri yang lebih unggul bila dibandingkan dengan
produk pesaing yang mana mayoritas cokelat batangan berasal dari luar negeri (impor)
dengan kualitas yang dapat dipercaya. Penetapan posisi yang dimiliki oleh produk milk
chocolate ini adalah dengan menanamkan bahwa produk ini memiliki ciri khas cita rasa
yaitu rasa cokelat asli dan tidak menimbulkan rasa sakit pada tenggorokan, baik untuk
kesehatan karena mengandung antioksidan yaitu fenol dan flavonoid, serta dapat
menimbulkan rasa senang. Jika dihubungkan dengan urutan segmentasi yang telah
dipilih, maka penetapan posisi tersebut memegang peranan penting. Hal tersebut
dikarenakan pengguna produk ini merupakan konsumen akhir dan produk akan bersaing
secara langsung dengan kompetitor produk cokelat batangan sejenis yang telah lama
dikenal masyarakat.
D. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat pemasaran
untuk terus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Seperangkat alat tersebut
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang disebut 4P dalam pemasaran, yaitu
produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) (Kotler,
1997).
4.4.
Strategi produk adalah suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang
berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk dilakukan agar
perusahaan selalu menjaga mutu produk yang dihasilkan, sehingga mampu bersaing
dengan produk lain yang sejenis. Strategi yang dilakukan pada produk yang ditawarkan
mencakup kualitas (mutu), desain kemasan dan jenis produk. Untuk menjangkau pasar
yang luas perlu diperhatikan kualitas yang diberikan oleh produk cokelat batangan yang
dipasarkan. Kemasan dan label yang terjamin dari kerusakan produk akan mendorong
konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.
22
23
BAB V
MANAJEMEN PRODUKSI
PADA AGROINDUTRI KAKAO
Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan
hujan tropis dan tumbuh terlindung di bawah pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu
dalam budidayanya tanaman ini membutuhkan naungan atau pohon pelindung.
Jenis tanaman kakao yang akan di kembangkan dalam perkebunan ini adalah
jenis kakao Criollo/mulia. Kako jenis Criollo dipilih karena jenis ini merupakan
tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat baik, ciri cirinya
adalah buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan
lunak. Biji buahnya berbentuk bulat telur berukuran besar dengan kotiledon berwarna
putih pada waktu basah. Tanaman kakao tergolong tanaman manja, yaitu tanaman yang
membutuhkan perhatian dan perawatan sepanjang tahun. Pertumbuhan tanaman dan
produktivitas yang dicapai sangat tergantung pada kualitas perawatan.
Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 60 LU dan 11 LS
merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Sumatera Barat merupakan salah
satu daerah yang memiliki potensi wilayah yang sesuai untuk pengembangan kakao.
Kakao banyak diusahakan mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Spesifikasi
teknisnya mengatakan bahwa daerah adaptif untuk pertumbuhan kakao 0-700 m dpl.
Curah hujan merupakan hal yang terpenting, daerah penanaman kakao yang
bagus adalah daerah yang mendapat distribusi hujan sepanjang tahun. Hal tersebut
berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Selain itu temperatur,
dan sinar matahari juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Demikian juga
faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan
kemampuan akar menyerap hara.
5.2. Lokasi Perkebunan
Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerahdaerah bercurah hujan 1.100
3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun akan
menyebabkan serangan penyakit busuk buah. Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao
adalah 300320 C(maksimum) dan 180210 C(minimum). Temperatur sangat
berpengaruh pada pembentukan flush, Pembungaan, serta kerusakan daun. Temperatur
yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga,
sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu
pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur.
25
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam
pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Kakao
termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Cahaya
matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang
kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek Dengan pertimbangan kondisi yang
cocok untuk budidaya tanaman kakao tersebut maka usaha ini akan dibuat pada lahan
kosong seluas 10.000 M2 di kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Selain
pertimbangan kondisi alam yang cocok untuk tanaman kakao itu sendiri, pemilihan
lokasi ini juga mempertimbangkan rencana pemasaran dari hasil kebun kakao.
Di Kabupaten Padang Pariaman ini telah berdiri sebuah pabrik mini coklat yang
berada di Nagari Sikucua Kecamatan V Koto Kampung Dalam, dan telah direncanakan
juga oleh pemerintah daerah Pariaman untuk mendirikan pabrik pengolahan kakao skala
menengah
di
Kecamatan
Sintuk
Toboh
Gadang
dan
mendirikan
barat.
Diharapkan
dengan
upaya
pabrik-pabrik
26
O : Pohon Kakao
X : Pohon Pelindung Sementara
K : Pohon Pelindung Tetap
Luas lahan yang dibutuhkan untuk budidaya kakao ini adalah 1 Ha(100 M x 100
M). Tanaman kakao ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m dengan menggunakan pola
tanam kakao segi empat, yaitu seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang
ditetapkan dan pohon pelindung ditanam tepat pada pertemuan diagonal empat pohon
kakao. Dengan demikian dapat ditanam pohon kakao sekitar 1.100 pohon/ha. Jumlah di
atas bukan ukuran mutlak tapi sebagai gambaran untuk penanaman. Satu pohon kakao
rata-rata menghasilkan 2 buah biji kakao setiap minggu, dengan adanya 1.100 pohon
berarti dapat dipanen 2.200 biji kakao setiap minggu. 12 biji kakao basah bisa
menghasilkan 1 Kg biji kakao kering, dalam seminggu bisa menghasilkan 183 Kg biji
kakao kering. Maka dalam sebulan bisa menghasilkan 732 Kg biji kakao kering.
5.4. Tata Letak
Gambar di atas adalah layout dari perkebunan kakao yang akan dibuat.
1. Luas lahan 1 Ha(100 M x 100 M)
2. Terdapat 2 bangunan permanen di dalamnya, masing-masing dengan ukuran 5 M x 5
M. Bangunan pertama digunakan sebagai tempat untuk fragmentasi biji kakao yang
telah dipanen. Tempat ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan biji kakao yang
telah selesai difragmentasi dan telah dikeringkan. Bangunan kedua digunakan untuk
tempat tinggal pekerja dan untuk meletakan perkakas yang digunakan dalam proses
budidaya tanaman kakao.
3. Terdapat tanah kosong ukuran 4 m x 12 m di tengah lahan. Lahan kosong ini akan
digunakan sebagai tempat penjemuran atau pengeringan biji kakao yang telah selesai
melewati proses fragmentasi.
4. Jumlah semua pohon kakao adalah 1.100 pohon dengan jarak tanam antara pohon
kakao adalah 3 M x 3 M.
5. Pohon pelindung sementara berada tepat pada pertemuan diagonal empat pohon
kakao, jumlah semua pohon pelindung sementara 400 pohon.
27
28
sangat tinggi, yaitu 95,63 96,44%, dalam pelepah 85,82 88,87%, dan dalam helai
daun 73,80 82,23% bergantung pada kultivarnya. Selain melembapkan, limbah
tanaman pisang juga mengandung unsur hara. Unsur hara makro terbanyak yang
dikandung limbah pisang adalah K, diusulkan Ca, N, SO4, dan paling sedikit P. Sampai
saat ini, pemakaian mulsa batang pisang tidak menimbulkan efek negatif pada tanaman
kakao.
Tanaman pelindung tetap yang akan ditanam adalah pohon kelapa. Pohon kelapa
yang akan ditanam adalah jenis kelapa dalam tenaga (DTA) dari Sulawesi. Pohon ini
dipilih Karena pertumbuhannya cepat, pelepahnya mengarah ke atas dan tidak terlalu
rapat sehingga bisa meneruskan sinar matahari secara merata. Penanaman pohon kelapa
dapat disamakan dengan penanaman pohon pelindung sementara yaitu 6 bulan sebelum
bibit kakao dipindahkan ke lahan.
Tanaman pelindung sementara mulai dikurangi secara bertahap setelah kakao
ditanam pada lahan. Setelah tanaman kakao mulai berbunga yaitu pada umur 18 bulan
tanaman pelindung sementara dikurangi setengah dari jumlahnya, dan setelah kakao
berumur 4 tahun tanaman pelindung yang masih tersisa di bunuh seluruhnya karena
pada umur itu tanaman kelapa idealnya telah berfungsi sebagai pelindung yang baik.
3. Penanaman bibit kakao
Sebelum bibit kakao ditanam perlu disiapkan terlebih dahulu lubang tanam.
Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan perakaran yang
optimal bagi bibit kakao, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Tanah di lapangan
sering terlalu padat bagi perakaran bibit kakao untuk berkembang dengan baik setelah
dipindahkan dari tanah gembur di dalam polibag. Karena itu, kondisi yang relatif sama
dengan kondisi di pembibitan perlu disiapkan di lapangan dengan cara membuat lubang
tanam. Dengan demikian diharapkan tanaman dapat beradaptasi dengan baik pada awal
pertumbuhannya di lapangan. Ukuran lubang tanam umumnya 60 x 60 x 60 cm. Lubang
tanam dibuat 2 minggu sebelum penanaman dan tanah galian dibiarkan teronggok di
samping lubang, tindakan ini bertujuan untuk mengubah suasana reduktif tanah menjadi
oksidatif dan unsur-unsur yang bersifat racun berubah menjadi tidak meracuni.
Bila jarak tanam dan pola tanam telah ditetapkan dan keadaan pohon pelindung
telah memenuhi syarat sebagai penaung, dan bibit dalam polibag telah berumur 4-6
bulan maka penanaman sudah dapat dilaksanakan. Teknik penanamannya adalah dengan
29
terlebih dahulu memasukkan polibag ke dalam lubang tanam, setelah itu dengan
menggunakan |
pisau tajam polibag disayat dari bagian bawah ke arah atas. Polibag yang
terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan lubang ditutup kembali dengan tanah galian.
Pemadatannya dilakukan dengan bantuan kaki. Tetapi di sekitar batang di permukaan
tanah haruslah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air di
sekitar batang yang dapat menyebabkan pembusukan.
Lubang tanam dan bibit kakao
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan.
Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara
menaburkan
pupuk
secara
yang
telah
30
Pemangkasan Bentuk
Pada tanaman kakao yang belum menghasilkan (TBM), setelah umur 8 bulan
perlu dilaksanakan pemangkasan. Pemangkasan demikian disebut pemangkasan bentuk.
Sekali dua minggu tunas-tunas air dipangkas dengan cara memotong tepat dipangkal
batang utama atau cabang primer yang tumbuh.
Sebanyak 5 - 6 cabang dikurangi sehingga hanya tinggal 3 - 4 cabang saja.
Cabang yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh,
dan sehat. Tanaman yang cabang-cabang primernya terbuka, sehingga jorket langsung
terkena sinar matahari, sebaiknya diikat melingkar agar pertumbuhannya membentuk
sudut lebih kecil terhadap batang utama atau tajuk menjadi lebih ramping.
Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer yang
tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan untuk merangsang tumbuhnya cabangcabang sekunder.
Pemangkasan Produksi
Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan produksi. Pemangkasan
dilakukan pada cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh ke arah dalam,
menggantung, atau cabang kering, menambah kelembaban, dan dapat mengurangi
intensitas matahari bagi daun.
Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang
sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang primer.
Cabang-cabang demikian bila dibiarkan tumbuh akan membesar sehingga semakin
menyulitkan pemangkasan
6. Pengendalian hama, penyakit dan gulma.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penting
yang menghambat pencapaian sasaran produksi dan mutu hasil. Diperkirakan rata-rata
30% pengurangan hasil disebabkan serangan OPT, bahkan ada penyakit penting yang
menyebabkan kematian apabila tidak dikendalikan secara tepat. Berdasarkan UU nomor
12 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995, kegiatan penanganan
OPT merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan
menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
31
32
d. Fermentasi
Fermentasi biji kakao dimaksudkan untuk mematikan lembaga biji kakao agar
tidak dapat tumbuh dan untuk menimbulkan aroma yang khas coklat. Fermentasi
dilakukan dengan memasukkan biji kakao basah ke suatu wadah/kotak kayu yang
berukuran panjang 60cm, lebar 60cm, dan tinggi 40cm. Setelah itu kotak ditutup dengan
karung goni atau daun pisang. Satu kotak fermentasi ini dapat menampung 100 kg biji
kakao basah.
Fermentasi yang sempurna dilakukan dalam waktu 5 hari, di mana pada hari
kedua harus dilakukan pengadukan/pembalikan agar fermentasi biji merata. Sesudah itu
biji dibiarkan dalam tempat fermentasi sampai hari kelima. Selama proses fermentasi,
sebagian air yang terkandung dalam biji akan hilang dan aroma seperti asam cuka akan
keluar dari tempat fermentasi. Biji yang sudah difermentasikan kemudian dianginanginkan sebentar atau direndam dan dicuci sebelum dikeringkan.
e. Perendaman dan pencucian
Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan proses
fermentasi dan memperbaiki kenampakan biji. Perendaman berpengaruh terhadap
proses pengeringan. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao
terlarut sehingga kulitnya lebih tipis, Sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat.
Setelah perendaman, dilakukan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa lendir yang masih
menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji, karena jika biji masih terdapat
lendir maka biji akan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur
dan akan memperlambat proses pengeringan.
33
f. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam biji dari 60% sampai
pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak
ditumbuhi cendawan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dengan menjemur di bawah
sinar matahari atau secara buatan dengan menggunakan mesin pengering. Dengan sinar
matahari dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji
menjadi 7-8%. Sedangkan dengan pengeringan buatan berlangsung pada temperatur 65
68 C. Mesin pengering yang digunakan adalah rancangan BPP-Bogor (Stasioner dan
mobil). Baik pengeringan dengan sinar matahari maupun mesin pengering, perlu
dilakukan pembalikan biji agar pengeringan merata.
g. Sortasi/Pengelompokan
Sortasi biji kakao kering bertujuan untuk memisahkan antara biji baik dan biji
cacat/pecah, memisahkan kotoran atau benda asing lainnya seperti batu, kulit dan daundaunan. sortasi dapat dilakukan dengan menggunakan ayakan yang dapat memisahkan
biji kakao dari kotoran.
Pengelompokan kakao berdasarkan mutu :
Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90-100 butir biji
Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100-110 butir biji
Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110-120 butir biji
h. Penyimpanan
Biji kakao kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap karung goni diisi 60
kg biji kakao kering kemudian karung tersebut disimpan dalam ruangan yang bersih,
kering dan memiliki lubang pergantian udara. Antara lantai dan wadah biji kakao diberi
34
jarak 8 cm dan jarak dari dinding 60 cm. Biji kakao dapat disimpan selama 3
bulan.
i. Kualitas biji kakao
Kualitas biji kakao ditentukan berdasarkan standar uji yang berlaku, yaitu
menurut SP-45-1976 yang direvisi bulan Februari 1990 atas usulan dari Asosiasi Kakao
Indonesia (Askindo). Dalam penentuan kualitas tersebut, yang dimaksud dengan biji
kakao adalah biji tanaman kakao (Theobroma cacao L.) yang telah difermentasikan,
dibersihkan dan dikeringkan. Parameter kualitas biji kakao dan cara ujinya, dan standar
mutu biji kakao dapat dilihat pada table di bawah.
Parameter Umum Kualitas Biji Kakao
BAB VI
MANAJEMEN TEKNOLOGI
PADA AGROINDUSTRI KAKAO
35
36
mengantisipasi persaingan dengan perusahaan pesaing yang sejenis, baik dari segi
harga, mutu jenis produk, kesehatan dan keamanan lingkungan. Dalam upaya untuk
mendukung pencapaian tujuan perusahaan, maka PT. Kultindo Rejeki dituntut untuk
memiliki keunggulan teknologi sehingga menghasilkan produk-produk bermutu
melebihi perusahaan pesaing. Strategi teknologi dapat dilakukan dengan mengelola
komponen-komponen teknologi secara optimal. Sampai saat ini PT. Kultindo Rejeki
belum mengelola teknologinya secara optimal di samping itu perusahaan tersebut belum
sepenuhnya tanaman perkebunan menghasilkan buah (produksi Optimal).
Dalam upaya untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi perusahaan yang
dapat melebihi perusahaan sejenis lainnya dalam agribisnis perusahaan perlu
mengetahui sampai di mana tingkat teknologinya dan mengkaji strategi yang tepat bagi
pengembangan usahanya. Tujuan penelitian di PT. Kultindo Rejeki adalah untuk
meningkatkan pemahaman terhadap praktek-praktek bisnis yang diterapkan di
perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan penerapan manajemen teknologi dan
untuk menerapkan ilmu lainnya yang relevan, yaitu :
1) mengkaji penerapan manajemen teknologi pengolahan pasca panen biji kakao pada
PT. Kultindo Rejeki.
2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan
manajemen teknologi pengolahan biji kakao pada PT. Kultindo Rejeki.
3) merumuskan beberapa alternatif pengembangan strategi teknologi dan strategi bisnis
yang dapat diterapkan sesuai dengan komoditi perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif,
dengan mengolah data mempergunakan program Minitab dan menggunakan uji
statistika non parametrik metode Mann-Whitney dan Chi- Square. Kemudian hasilnya
diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode Science and Technological
Management information System (STMIS) terhadap dua indikator teknologi, yaitu
indikator transformasi teknologi dan indikator kemampuan teknologi untuk keempat
37
komponen
teknologi
(Technowere,
Humanwere,
Inforwere,
Orgawere).
Hasil
pengkajian empat komponen teknologi dalam indikator transformasi pada PT. Kultindo
Rejeki adalah sebagai berikut :
(a) Perangkat teknologi proses pengolahan biji kakao masih sederhana, hanya
menggunakan mesin manual, belum otomatis (median 2), berbeda nyata dengan harapan
perusahaan yaitu .jenis mesin bermotor (median 3),
(b) Perangkat manusia tidak didukung oleh perangkat sumberdaya yang tinggi, masih
dalam tahap menyetel dan mereparasi (median 3). sedang harapan perusahaan mengarah
menengah (median 5) yaitu mempunyai kemampuan untuk mereparasi sampai
mengadaptasi,
(c) Peringkat informasi, yaitu mempunyai tingkat kecanggihan berada pada
menerangkan fakta dan menyusun spesifikasi fakta (median 3,5), berbeda nyata dengan
yang diharapkan perusahaan dari menggunakan fakta sampai menghayati fakta (median
5) berarti bahwa kemampuan perangkat informasi perusahaan berbeda nyata dengan
yang diharapkan perusahaan,
(d) Perangkat organisasi, produktivitas cukup tinggi, telah mencapai 69,13 %. Ini
berarti bahwa organisasi perusahaan sudah baik, tetapi masih harus ditingkatkan melihat
organisasi perusahaan, baru menetapkan pola kerja sampai pada menciptakan pola kerja
baru, sedangkan harapan perusahaan menstabilkan pola kerja .
Pengkajian terhadap indikator kemampuan teknologi perusahaan pada
kemampuan operatif, kemampuan akuisitif, kemampuan pendukung dan kemampuan
inovatif, mempunyai kemampuan yang hampir sebanding dengan rata-rata perusahaan
pesaing di Indonesia yaitu mempunyai median 1,5. Bila dikaji dari hasil uji statistik non
parametrik dengan metode chi-square, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
indikator transformasi teknologi dengan indikator kemampuan teknologi bersifat bebas
(independent) artinya tidak saling mempengaruhi. Mengingat belum semua lokasi
perkebunan menghasilkan atau produk belum optimal dan akan memulai produksi
optimal diperkirakan akhir tahun ini, maka untuk memperoleh keunggulan bersaing bagi
PT. Kultindo Rejeki adalah strategi keunggulan biaya dengan berbagai konsekuensi,
yaitu mengadakan integrasi secara vertikal ke belakang (backward integration) dengan
38
BAB VII
MANAJEMEN RISIKO
AGROINDUSTRI KAKAO
mengidentifikasi
mengevaluasi
mengendalikan risiko
menghilangkan risiko
meminimalisasi risiko
39
Risiko kualitas
Produksi
Harga
Pasokan
40
Lingkungan
Transportasi.
7.4. Cara Pengendalian Hama, Penyakit Dan Gulma Sebagai Bentuk Manajemen
Risiko Kakao
Untuk mengatasi Penggerek buah kakao, kepik penghisap buah dan penyakit
busuk buah dapat dilakukan dengan memanfaatkan semut hitam dan jamur Beuveria
bassiana. Peningkatan populasi semut hitam dapat dilakukan dengan menyediakan
lipatan daun kelapa atau daun kakao kering atau koloni kutu putih. Semut hitam bukan
predator dan tidak memakan hama. Namun, kencing semut hitam terbukti dapat
menjadi senjata ampuh untuk mengusir hama penganggu tanaman kakao. Semburan
kencing semut hitam akan terasa pedih sehingga hama penggangu tidak akan mendekat.
Penyemprotan jamur Beuveria bassiana sebaiknya dilakukan pada buah kakao muda
dengan dosis 50-100 gram spora/ha. Disemprot selama 5 kali menggunakan knapsack
sprayer.
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Hasil produksi tanaman kakao yang tinggi dapat dimungkinkan dengan
memenuhi semua syarat tumbuh, pengadaan bibit yang berkualitas tinggi dan
manajemen lahan yang baik. Banyak daerah di Indonesia yang cocok untuk lokasi
tanam kakao karena dapat memenuhi syarat tanaman kakao. Pengadaan bibit kakao
kualitas tinggi sudah mulai dikembangkan dengan penggunaan teknik Somatic
Embryogenesis (SE) sehingga diharapkan dapat mendukung penyediaan bibit klonal
41
skala massa. Namun, manajemen lahan kakao di Indonesia masih belum optimal, masih
butuh perbaikan.
Beberapa tahapan harus dilewati dalam pembudidayaan kakao, dimulai dengan
pembukaan lahan, pembibitan, penanam tanaman pelindung, penanaman bibit,
pemeliharaan (penyiraman, pemangkasan, penyiangan gulma, proteksi terhadap
hama dan penyakit, dan panen. Selanjutnya adalah pascapanen yang terdiri atas
pemeraman, pemecahan buah, fermentasi, perendaman dan pencucian, penyortiran dan
penyimpanan.
Tahapan
tersebut
menggambarkan
bahwa
industri
kakao
di Indonesia berpotensi meluas bahkan sampai ke industri hilir dan pengolahan kakao
lebih lanjut menjadi produk siap pakai.
Indonesia termasuk ke dalam jajaran produsen kakao terbesar dunia namun
kebutuhan kakao dalam negeri masih sedikit. Tiga perempat dari produksi kakao
Indonesia diekspor di dalam negeri sementara seperempat lainnya digunakan untuk
industri dalam negeri. Impor kakao Indonesia juga kecil, bahkan ada kecenderungan
penurunan impor biji. Indonesia lebih mengimpor kakao dalam bentuk makanan jadi
atau produk-produk yang mengandung kakao. Negara penghasil kakao/cokelat terbesar
adalah Belanda, padahal negara ini juga termasuk dalam pengimpor biji kakao terbesar.
8.2. Saran
Banyak masalah yang harus dihadapi perkakaoan Indonesia. Masalah-masalah
tersebut sangat luas dan rumit yang terbentang dari industri hulu sampai hilir. Apabila
dicari masalah utamanya maka akan didapatkan persoalan sumber daya, kebijakan dan
keuangan. Banyaknya masalah yang menimpa kakao Indonesia, membutuhkan kerja
sama semua pihak untuk menjalankan keseluruhan manajemen kakao yang sangat rumit
ini, mulai dari petani, pemerintah, akademisi dan pihak-pihak lainnya. Kerja sama yang
terpadu dapat meningkatkan potensi keberlanjutan industri kakao di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
42
Irianto Gatot. 2013. Kedaulatan Lahan & Pangan Mimpi Atau Nyata. Direktorat Jendral
Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta
Kartasapoetra A.G. 1990. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara.
Jakarta
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64452
http://agrikanara.blogspot.co.id/2009/03/kakao-indonesia.html
https://suvisutrisno93.files.wordpress.com/2013/12/studi-kelayakan-bisnis-perkebunankakao_2.pdf
http://repository.mb.ipb.ac.id/733/
http://slideplayer.info/slide/2390071/
https://teukumizanm.wordpress.com/2014/01/15/manajemen-keuangan-dalamagribisnis/
43