Anda di halaman 1dari 40

1.

PENDAHULUAN

Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit respiratori
(saluran pernafasan) akut dan kronik. Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan
pengecilan saluran napas ketika serangan asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik
penggunaan inhaler yang sesuai. 1

Setelah sekian lama, terapi inhalasi memainkan peranan penting di dalam merawat penyakit asma dan
penyakit paru lainnya. Obat yang diberikan dengan cara ini absorpsi terjadi secara cepat karena
permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan pada penyakit paru-paru
misalnya asma bronkial, obat dapat diberikan langsung pada bronkus. Tidak seperti penggunaan obat
secara oral (tablet dan sirup) yang terpaksa melalui sistem penghadangan oleh pelbagai sistem tubuh,
seperti eleminasi di hati. 1,2

Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja. Dengan
demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit
dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda
khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru. 1,2

2. DEFINISI

Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. 3

Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan
perubahan-perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti
dengan menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol. 4

3. TINJAUAN ANATOMI-FISIOLOGIS SALURAN NAPAS

Untuk memahami tentang penggunaan serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan bioavailabilitas) dan
farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami anatomi dan fisiologi
pernapasan terlebih dahulu.

Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar
udara) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara
bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi (dead space), akan tetapi
organ tersebut selain sebagai konduksi juga berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban
udara. Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, sinus bronkur dan bronkiolus nonrespiratorius. 5

Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan unit paru (lung
unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus alveolaris. 5

Secara histologis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari epitel gepeng berlapis
berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel silindris bertingkat bersilia pada rongga
hidung, trakea, dan bronkus; epitel silindris rendah/kuboid bersilia dengan sel piala pada bronkiolus
terminalis; epitel kuboid selapis bersilia pada bronkiolus respiratorius; dan epitel gepeng selapis pada
duktus alveolaris dan sakus alveolaris serta alveolus. Di bawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina
propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan kartilago. Dan berikutnya
terdapat otot polos dan serabut elastin.

Dari semua itu barulah kita pahami bagaimana obat dapat masuk dan bekerja pada paru-paru. Obat
masuk dengan perantara udara pernapasan (mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran
pernapasan, kemudian menempel pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa
berupa pembuluh darah, kelenjar dan otot polos.

Agar obat dapat sampai pada saluran napas bagian distal dan mencapai target organ, maka ukuran
partikel obat harus disesuaikan dengan ukuran/diameter saluran napas.

4. TUJUAN DAN SASARAN

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding
cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang
membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.

Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan
hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka
panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan
kortikosteroid. 3

5. INDIKASI

Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain
dengan sputum yang kental dan lengket. 3

Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap
dan obat lain yang berbentuk aerosol. 2

Pada penyakit Asma dan Chronic Obstructive pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi
merupakan terapi pilihan. 7 Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang
diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi kenyamanan dalam penggunaan, cara terapi
MDI banyak disukai pasien karena obat dapat mudah di bawa ke mana-mana. Kemasan obat juga
menguntungkan karena dalam satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan.

6. KONTRA INDIKASI

Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada pasien dengan alergi terhadap
bahan atau obat yang digunakan. 3

7. CARA PENGGUNAAN BERBAGAI TERAPI INHALASI

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler), (2)
penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3) inhalasi dengan intermitten positive pressure
breathing(IPPB), serta (4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator. 3,7

7.1. INHALER DOSIS TERUKUR

Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler aerosol
dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler.
Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah
sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan
utama pagi penderita asma. 1,3,7

MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian
kotak yang mengandung zat ini dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece. 1,7

Pemakaian inhaler aerosol. Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka
inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan mulut inhaler diletakan di
antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama
kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya
tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30
detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter. 1,3

Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara (spacer). Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka
tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang antara mouth piece diletakan di
antara kedua bibir, lalu kedua bibir dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran tangan kiri
memegang spacer, dan tangan kanan memegang kanester inhaler tekan kanester sehingga obat akan
masuk ke dalam spacer, kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak, lalu keluarkan
napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup habis. 3

Pemakaian diskhaler. Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai
tombol terlihat tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya letakkan diskhaler pada

roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan bagian mouth piece masukan talam kembali, letakan mendatar
dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali keluarkan napas, masukan diskhaler dan
rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan
napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar
dan masukan kembali. 3

Pemakaian rotahaler. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan
rotahaler sampai terbuka masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang epat
persegi sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang pegang permukaan rotahaler
secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai maksimal
untuk membuka rotacaps keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler, masukan rotahaler
dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang
hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. lalu keluarkan rotahaler dari
mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan. 3

Pemakaian turbohaler. Putar dan lepas penutup turbohaler pegang turbohaler dengan tangan kiri dan
menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan sejauh mungkin
kemudian putar kembali keposisi semula sampai terdengar suara klik hembuskan napas maksimal di
luar turbohaler letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir sehingga tidak ada kebocoran
di sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat dan sedalam mungkin sebelum
menghembuskan napas, keluarkan turbohaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi
tahapan 2 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 2 menit pasang kembali tutupnya. 3

Setelah

penggunaan

inhaler. Basuh

dan

kumur

dengan

menggunakan

air.

Ini

untuk

mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan tenggorokan, juga untuk
mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama kortikosteroid).

Cara mencuci. Kegagalan mencuci inhaler dengan cara yang benar akan menimbulkan sumbatan dan
pada akhirnya dapat mengurangi jumlah/dosis obat. Cusi bekar serbuk yang tertinggal di corong inhaler.

Keluarkan belas obat dan basuh inhaler dengan air hangat dengan sedikit sabun. Keringkan dan
masukan kembali ke dalam tempatnya.

Bagaimana cara untuk mengetahui inhaler sudah kosong. Setiap inhaler telah dilabelkan dengan
jumlah dos yang ada. Contoh di bawah akan menerangkan bagaimana untuk menentukan kandungan
obat di dalam inhaler. Jika botol obat mengandungi 200 hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan
sehari, maka obat habis dalam 25 hari. Jika kita mula menggunakan inhaler pada tanggal 1 Mei, maka
gantikan inhaler tersebut dengan yang baru pada/atau sebelum tanggal 25 Mei. Tulis tanggal mula
menggunakan inhaler pada botol obat untuk menghindari kesalahan.

Kandungan inhaler juga boleh diperkirakan dengan cara memasukkan botol obat ke dalam air.
Kedudukan botol obat di dalam air menggambarkan kandungan obat dalam inhaler.

7.2. PENGUAPAN (NEBULIZER)

Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan udara
(pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan
latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat
digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50
70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri. 7

Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 8
liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium
bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl.

1,7

Cara menggunakannya yaitu: Buka tutup tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap
sesuai dosis yang ditentukan gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol
on pada nebulizer jika memakai masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam
inhalasi ini dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka tombol
pengeluaran aerosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini
dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 15 menit). 3

Beberapa contoh jenis nebulizer antara lain: Simple nebulizer; Jet nebulizer, menghasilkan partikel
yang lebih halus, yakni antara 2 8 mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai
di rumah sakit. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga
dapat digunakan pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor. 7

Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah
dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan
partikel yang uniform. Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran
pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat ini
hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada
pasien dengan sputum yang kental. 7

Antomizer nebulizer, partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara 10 30 mikron. Digunakan
untuk pengobatan laring, terutama pada pasien dengan intubasi trakea. 7

7.3. INTERMITEN POSITIVE PRESSURE BREATHING

Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih
mahal dan mempunyai indikasi yang terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam
dan pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas spontan. Untuk
pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan MDI. 7

7.4. VENTILATOR

Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui bronkodilator Tee. Dengan
cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga cara ini
dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI. 7

8. AEROSOL DAN KEBERHASILAN TERAPI

Berhasil atau tidaknya pengobatan aerosol ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu: Ukuran partikel.
Partikel dengan ukuran 8 15 mikron dapat sampai ke bronkus dan bronkiolus, sedangkan partikel
dengan ukuran 2 mikron dapat sampai le alveolus. Akan tetapi partikel dengan ukuran 40 mikron hanya
dapat sampai di bronkus utama. Partikel yang banyak digunakan pada terapi aerosol adalah partikel yang
berukuran antara 8 15 mikron. 7

Gravitasi (gaya berat). Semakin besar suatu partikel, maka akan semakin cepat pula partikel tersebut
menempel pada saluran pernapasan. Akan tetapi keadaan ini juga tergantung pada viskositas dari bahan
pelarut yang dipakai. 7

Inersia. Inersia menyebabkan partikel didepositkan. Molekul air mempunyai massa yang lebih besar
daripada molekul gas di dalam saluran pernapasan. Partikel yang ada di bronkus lebih mudah
bertabrakan daripada partikel yang ada di saluran pernapasan yang besar. Semakin kecil diameter
saluran pernapasan, maka akan semakin besar pula pengaruh dari inersia gas. 7

Aktivitas kinetik. Keadaan ini dialami oleh partikel yang lebih kecil dari 0,5 mikron. Semakin besar
energi kinetik yang digunakan, maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya tabrakan di antara
aerosol dan akan semakin mudah terjadinya kolisi dan selain itu juga akan semakin mudah partikel
tersebut bergabung. 7

Sifat-sifat alamiah dari partikel. Sifat-sifat alamiah dari partikel ditentukan oleh tonik (osmotik). Larutan
yang hipotonik akan mudah kehilangan air akibat dari penguapan. Aerosol elektrik yang dihasilkan oleh
ultrasonik nebulizer bermuatan lebih besar daripada mekanikal nebulizer. Pada temperatur yang panas
molekul-molekul akan mempunyai ukuran yang lebih besar dan akan mudah jatuh. 7

Sifat-sifat dari pernapasan. Pada prinsifnya jumlah dari aerosol yang berubah menjadi cairan ditentukan
pula oleh volume tidal, frekuensi pernapasan, kecepatan aliran inspirasi, dan apakah bernapas melalui
mulut atau hidung, dan juga memeriksa faal pernapasan pada umumnya. 7

9. OBAT/ZAT PADA TERAPI INHALASI

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik, seperti
metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat),
isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort), flunisolid
( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan
seperti natrium kromolin (Intal). 7

Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara aerosol maupun dengan inhaler, adalah memberikan
efek bronkodilator yang maksimal yang lebih baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh
sistemiknya hampir tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah merupakan cara yang paling
optimal. 1,7,8

10. EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI

Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan penyempitan pada saluran
pernapasan (bronkospasme). Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi
nosokomial juga dapat terjadi. 7

11. KESIMPULAN

Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. Terapi inhalasi
merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit respiratori (saluran
pernafasan) akut dan kronik.

Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja. Dengan
demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit
dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda
khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding
cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang
membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.

Seperti untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus,


serta mengatasi infeksi.

Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap
dan obat lain yang berbentuk aerosol. Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Kontra
indikasi relatif pada pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler), (2)
penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3) inhalasi dengan intermitten positive pressure
breathing(IPPB), serta (4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator.

Setelah

penggunaan

inhaler,

basuh

dan

kumur

dengan

menggunakan

air.

Ini

untuk

mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan tenggorokan, juga untuk
mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama kortikosteroid). Berhasil atau tidaknya
pengobatan aerosol ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu: ukuran partikel, gaya gravitasi, inersia
partikel, aktivitas kinetik, sifat alamiah partikel, dan sifat dari pernapasan pasien.

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik,
kortikosteroid, antikolinergik, dan antihistamin. Bahaya iritasi saluran napas dan terjadinya bronkospasme
serta reaksi hipersensitivitas (obat atau vehikulum) dapat terjadi pada penggunaan terapi ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Terapi Inhalasi. Available from: URL: http://www.pharmacy.gov.my/patient_educa
tion/inhalation_malay.shtml.
2. Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy
R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian
Farmakologi FKUI. Jakarta. 1995; 6.

3. Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. Prosedur Tindakan Bidang


Paru dan PernapasanDiagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi FKUI. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2001; 59-64.
4. Bia FJ, Brady JP, Brady LW, et al. Kamus Kedokteran Dorlan. Alih Bahasa: Harjono RM, Hartono
A, Japaries W, et al. Harjono RM, Oswari J, Ronardy DH, et al, Ed. EGC. Jakarta. 1994; 1910.
5. Rab T. Prinsip Gawat Paru. Hipokrates. Jakarta. 1996; 1-19.
6. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology). Alih Bahasa:
Andrianto P. Oswari J, Ed. EGC. Jakarta. 1995; 609-21.
7. Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Qlintang S, Ed. Hipokrates. Jakarta. 1996; 674-81.
8. Inhalation Therapy. Available from:
URL: http://www.unc/~chooper/classes/voice/webtherapy/inhalationtx.html.

Nebulizer
Pengertian Nebulizer

Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau
gelombang ultrasonik.

Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui inhalasi /
pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat lainnya namun

mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut / oral. Sebagai contoh :
yang biasa nya penyembuhan flu selama 1 minggu, dengan terapi nebulizer sembuh dalam 3
hari.
Cara kerja terapi penguapan adalah obat-obat tersebut dilarutkan dalam bentuk cairan yang
diisikan ke nebulizer. Nebulizer mengubah partikel menjadi uap yang di hirup sehingga
langsung menuju paru-paru. Mampu menghancurkan dahak / slem / plegm.

Tujuan pemberian Nebulizer


Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme
berkurang/ menghilang.

Cara Bekerja Nebulizer

Cara bekerja Nebulizer adalah dengan penguapan. Jadi obat-obatannya diracik (berupa cairan),
dimasukan ketabungnya lalu dengan bantuan listrik menghasilkan uap yang dihirup dengan
masker khusus. Tidak ada bau apa-apa, jadi rasanya seperti bernapas biasa. terapi penguapan
sekitar 5-10 menit, 3-4 kali sehari ( seperti jadwal pemberian obat ). Dapat dipakai sejak bayi 0
bulan, anak-anak (toddler/kids) hingga dewasa.
Pengobatan lewat Nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena langsung dihirup
masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil, otomatis juga lebih aman.
Biasanya dipakai untuk anak asma atau yang memang sering batuk pilek berat karena allergi
maupun flu.

Alat Nebulizer berguna untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti :

Batuk, untuk mengeluarkan lendir (plegm / slem) di paru-paru / dada, mengencerkan


daha

Pilek / Hidung Tersumbat, melancarkan saluran pernafasan dengan terapi inhalasi ini
juga
ampuh, penggunaanya sama dengan obat oral 3x sehari, campuran (obat) uapnya biasanya
juga obat-obatan yang memang untuk melancarkan jalan nafas

Asma dan Sinusitis, bunyi tarikan nafasnya sangat kuat dan sesak nafas

Alergy yang menyebabkan batu-batuk, pilek, dan yang menjurus ke serangan asma /
sinusitis

Obat-obatan untuk Nebulizer

Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas

Nacl : mengencerkan dahak

Bisolvon cair : mengencerkan dahak

Atroven : melonggarkan saluran napas

Berotex : melonggarkan saluran napas

Inflamid :untuk anti radang

Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas

Meptin : melonggarkan saluran napas.

Kombinasi yang dianjurkan

Bisolvon-Berotec-Nacl

Pulmicort-Nacl

Combivent-Nacl

Atroven-Bisolvon-Nacl

Indikasi dan Kontraindikasi Nebulizer

Indikasi Nebulizer
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran pernapasan.

Kontraindikasi Nebulizer
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung

Macam-macam Nebulizer

Nebulizer Mini
Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens
pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik
dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas.

Nebulizer Jet-Aerosol
menggunakan gas bawah tekanan

Nebulizer Ultrasonik
menggunakan getaran frekuensi-tinggi untuk memecah air atau obat menjadi
tetesan atau partikel halus.

Cara Pemberian Nebulizer


1. Persiapan Alat

Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier

Masker Nebulizer

Obat yang akan diberikan

Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)

Alat Tulis
2. Persiapan Pasien

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran


3. Langkah- Langkah

Memberi posisi yang nyaman pada klien

Mengontrol flowmeter dan humidifier

Mencuci tangan

Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen dengan selang penghubung

Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik

Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker
nebulizer

Memasang masker sesuai wajah klien

Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik

Mengevaluasi respon klien (pola napas)

Merapihkan pasien

Cuci tangan

Dokumentasi

Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan

Waktu pemberian

Reaksi pasien

4. Sikap

Teliti

Sabar

Hati-hati

Tanggap terhadap reaksi pasien

SOP INHALASI NEBULIZER

STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR


PENGERTIAN
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator
TUJUAN
1.

Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan

2.

Melonggarkan jalan nafas

KEBIJAKAN
1.

Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret

2.

Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas

PETUGAS

Perawat

PERALATAN
1.

Set nebulizer

2.

Obat bronkodilator

3.

Bengkok 1 buah

4.

Tissue

5.

Spuit 5 cc

6.

Aquades

7.

Tissue

PROSEDUR PELAKSANAAN
A.

Tahap PraInteraksi

1.

Mengecek program terapi

2.

Mencuci tangan

3.

Menyiapkan alat

B.

Tahap Orientasi

1.

Memberikan salam dan sapa nama pasien

2.

Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3.

Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

C.

Tahap Kerja

1.

Menjaga privacy pasien

2.

Mengatur pasien dalam posisi duduk

3.

Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer

4.

Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran

5.

Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik

6.

Memasukkan obat sesuai dosis

7.

Memasang masker pada pasien

8.

Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis

9.

Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

D.

Tahap Terminasi

1.

Melakukan evaluasi tindakan

2.

Berpamitan dengan pasien/keluarga

3.

Membereskan alat

4.

Mencuci tangan

5.

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

1. PENDAHULUAN

Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit respiratori
(saluran pernafasan) akut dan kronik. Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan
pengecilan saluran napas ketika serangan asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik
penggunaan inhaler yang sesuai. 1

Setelah sekian lama, terapi inhalasi memainkan peranan penting di dalam merawat penyakit asma dan
penyakit paru lainnya. Obat yang diberikan dengan cara ini absorpsi terjadi secara cepat karena
permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan pada penyakit paru-paru
misalnya asma bronkial, obat dapat diberikan langsung pada bronkus. Tidak seperti penggunaan obat
secara oral (tablet dan sirup) yang terpaksa melalui sistem penghadangan oleh pelbagai sistem tubuh,
seperti eleminasi di hati. 1,2

Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja. Dengan
demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit
dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda
khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru. 1,2

2. DEFINISI

Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. 3

Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan
perubahan-perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti
dengan menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol. 4

3. TINJAUAN ANATOMI-FISIOLOGIS SALURAN NAPAS

Untuk memahami tentang penggunaan serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan bioavailabilitas) dan
farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami anatomi dan fisiologi
pernapasan terlebih dahulu.

Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar
udara) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara
bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi (dead space), akan tetapi
organ tersebut selain sebagai konduksi juga berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban
udara. Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, sinus bronkur dan bronkiolus nonrespiratorius. 5

Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan unit paru (lung
unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus alveolaris. 5

Secara histologis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari epitel gepeng berlapis
berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel silindris bertingkat bersilia pada rongga
hidung, trakea, dan bronkus; epitel silindris rendah/kuboid bersilia dengan sel piala pada bronkiolus
terminalis; epitel kuboid selapis bersilia pada bronkiolus respiratorius; dan epitel gepeng selapis pada
duktus alveolaris dan sakus alveolaris serta alveolus. Di bawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina
propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan kartilago. Dan berikutnya
terdapat otot polos dan serabut elastin.

Dari semua itu barulah kita pahami bagaimana obat dapat masuk dan bekerja pada paru-paru. Obat
masuk dengan perantara udara pernapasan (mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran
pernapasan, kemudian menempel pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa
berupa pembuluh darah, kelenjar dan otot polos.

Agar obat dapat sampai pada saluran napas bagian distal dan mencapai target organ, maka ukuran
partikel obat harus disesuaikan dengan ukuran/diameter saluran napas.

4. TUJUAN DAN SASARAN

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding
cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang
membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.

Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan
hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka
panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan
kortikosteroid. 3

5. INDIKASI

Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma, penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain
dengan sputum yang kental dan lengket. 3

Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap
dan obat lain yang berbentuk aerosol. 2

Pada penyakit Asma dan Chronic Obstructive pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi
merupakan terapi pilihan. 7 Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang
diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi kenyamanan dalam penggunaan, cara terapi
MDI banyak disukai pasien karena obat dapat mudah di bawa ke mana-mana. Kemasan obat juga
menguntungkan karena dalam satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan.

6. KONTRA INDIKASI

Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada pasien dengan alergi terhadap
bahan atau obat yang digunakan. 3

7. CARA PENGGUNAAN BERBAGAI TERAPI INHALASI

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler), (2)
penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3) inhalasi dengan intermitten positive pressure
breathing(IPPB), serta (4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator. 3,7

7.1. INHALER DOSIS TERUKUR

Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler aerosol
dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler.
Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah
sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan
utama pagi penderita asma. 1,3,7

MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian
kotak yang mengandung zat ini dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece. 1,7

Pemakaian inhaler aerosol. Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka
inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan mulut inhaler diletakan di
antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama
kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya
tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30
detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter. 1,3

Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara (spacer). Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka
tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang antara mouth piece diletakan di
antara kedua bibir, lalu kedua bibir dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran tangan kiri
memegang spacer, dan tangan kanan memegang kanester inhaler tekan kanester sehingga obat akan
masuk ke dalam spacer, kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak, lalu keluarkan
napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup habis. 3

Pemakaian diskhaler. Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai
tombol terlihat tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya letakkan diskhaler pada

roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan bagian mouth piece masukan talam kembali, letakan mendatar
dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali keluarkan napas, masukan diskhaler dan
rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan
napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar
dan masukan kembali. 3

Pemakaian rotahaler. Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan
rotahaler sampai terbuka masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang epat
persegi sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang pegang permukaan rotahaler
secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai maksimal
untuk membuka rotacaps keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler, masukan rotahaler
dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang
hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. lalu keluarkan rotahaler dari
mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan. 3

Pemakaian turbohaler. Putar dan lepas penutup turbohaler pegang turbohaler dengan tangan kiri dan
menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan sejauh mungkin
kemudian putar kembali keposisi semula sampai terdengar suara klik hembuskan napas maksimal di
luar turbohaler letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir sehingga tidak ada kebocoran
di sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat dan sedalam mungkin sebelum
menghembuskan napas, keluarkan turbohaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi
tahapan 2 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 2 menit pasang kembali tutupnya. 3

Setelah

penggunaan

inhaler. Basuh

dan

kumur

dengan

menggunakan

air.

Ini

untuk

mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan tenggorokan, juga untuk
mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama kortikosteroid).

Cara mencuci. Kegagalan mencuci inhaler dengan cara yang benar akan menimbulkan sumbatan dan
pada akhirnya dapat mengurangi jumlah/dosis obat. Cusi bekar serbuk yang tertinggal di corong inhaler.

Keluarkan belas obat dan basuh inhaler dengan air hangat dengan sedikit sabun. Keringkan dan
masukan kembali ke dalam tempatnya.

Bagaimana cara untuk mengetahui inhaler sudah kosong. Setiap inhaler telah dilabelkan dengan
jumlah dos yang ada. Contoh di bawah akan menerangkan bagaimana untuk menentukan kandungan
obat di dalam inhaler. Jika botol obat mengandungi 200 hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan
sehari, maka obat habis dalam 25 hari. Jika kita mula menggunakan inhaler pada tanggal 1 Mei, maka
gantikan inhaler tersebut dengan yang baru pada/atau sebelum tanggal 25 Mei. Tulis tanggal mula
menggunakan inhaler pada botol obat untuk menghindari kesalahan.

Kandungan inhaler juga boleh diperkirakan dengan cara memasukkan botol obat ke dalam air.
Kedudukan botol obat di dalam air menggambarkan kandungan obat dalam inhaler.

7.2. PENGUAPAN (NEBULIZER)

Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan udara
(pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan
latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat
digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50
70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri. 7

Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 8
liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium
bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl.

1,7

Cara menggunakannya yaitu: Buka tutup tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap
sesuai dosis yang ditentukan gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol
on pada nebulizer jika memakai masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam
inhalasi ini dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka tombol
pengeluaran aerosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini
dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 15 menit). 3

Beberapa contoh jenis nebulizer antara lain: Simple nebulizer; Jet nebulizer, menghasilkan partikel
yang lebih halus, yakni antara 2 8 mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai
di rumah sakit. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga
dapat digunakan pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor. 7

Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah
dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan
partikel yang uniform. Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran
pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat ini
hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada
pasien dengan sputum yang kental. 7

Antomizer nebulizer, partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara 10 30 mikron. Digunakan
untuk pengobatan laring, terutama pada pasien dengan intubasi trakea. 7

7.3. INTERMITEN POSITIVE PRESSURE BREATHING

Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih
mahal dan mempunyai indikasi yang terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam
dan pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas spontan. Untuk
pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan MDI. 7

7.4. VENTILATOR

Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui bronkodilator Tee. Dengan
cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga cara ini
dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI. 7

8. AEROSOL DAN KEBERHASILAN TERAPI

Berhasil atau tidaknya pengobatan aerosol ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu: Ukuran partikel.
Partikel dengan ukuran 8 15 mikron dapat sampai ke bronkus dan bronkiolus, sedangkan partikel
dengan ukuran 2 mikron dapat sampai le alveolus. Akan tetapi partikel dengan ukuran 40 mikron hanya
dapat sampai di bronkus utama. Partikel yang banyak digunakan pada terapi aerosol adalah partikel yang
berukuran antara 8 15 mikron. 7

Gravitasi (gaya berat). Semakin besar suatu partikel, maka akan semakin cepat pula partikel tersebut
menempel pada saluran pernapasan. Akan tetapi keadaan ini juga tergantung pada viskositas dari bahan
pelarut yang dipakai. 7

Inersia. Inersia menyebabkan partikel didepositkan. Molekul air mempunyai massa yang lebih besar
daripada molekul gas di dalam saluran pernapasan. Partikel yang ada di bronkus lebih mudah
bertabrakan daripada partikel yang ada di saluran pernapasan yang besar. Semakin kecil diameter
saluran pernapasan, maka akan semakin besar pula pengaruh dari inersia gas. 7

Aktivitas kinetik. Keadaan ini dialami oleh partikel yang lebih kecil dari 0,5 mikron. Semakin besar
energi kinetik yang digunakan, maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya tabrakan di antara
aerosol dan akan semakin mudah terjadinya kolisi dan selain itu juga akan semakin mudah partikel
tersebut bergabung. 7

Sifat-sifat alamiah dari partikel. Sifat-sifat alamiah dari partikel ditentukan oleh tonik (osmotik). Larutan
yang hipotonik akan mudah kehilangan air akibat dari penguapan. Aerosol elektrik yang dihasilkan oleh
ultrasonik nebulizer bermuatan lebih besar daripada mekanikal nebulizer. Pada temperatur yang panas
molekul-molekul akan mempunyai ukuran yang lebih besar dan akan mudah jatuh. 7

Sifat-sifat dari pernapasan. Pada prinsifnya jumlah dari aerosol yang berubah menjadi cairan ditentukan
pula oleh volume tidal, frekuensi pernapasan, kecepatan aliran inspirasi, dan apakah bernapas melalui
mulut atau hidung, dan juga memeriksa faal pernapasan pada umumnya. 7

9. OBAT/ZAT PADA TERAPI INHALASI

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik, seperti
metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat),
isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort), flunisolid
( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan
seperti natrium kromolin (Intal). 7

Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara aerosol maupun dengan inhaler, adalah memberikan
efek bronkodilator yang maksimal yang lebih baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh
sistemiknya hampir tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah merupakan cara yang paling
optimal. 1,7,8

10. EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI

Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan penyempitan pada saluran
pernapasan (bronkospasme). Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi
nosokomial juga dapat terjadi. 7

11. KESIMPULAN

Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. Terapi inhalasi
merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit respiratori (saluran
pernafasan) akut dan kronik.

Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja. Dengan
demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit
dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda
khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding
cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang
membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.

Seperti untuk mengatasi bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus,


serta mengatasi infeksi.

Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap
dan obat lain yang berbentuk aerosol. Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Kontra
indikasi relatif pada pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan

Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler), (2)
penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3) inhalasi dengan intermitten positive pressure
breathing(IPPB), serta (4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator.

Setelah

penggunaan

inhaler,

basuh

dan

kumur

dengan

menggunakan

air.

Ini

untuk

mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan tenggorokan, juga untuk
mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama kortikosteroid). Berhasil atau tidaknya
pengobatan aerosol ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu: ukuran partikel, gaya gravitasi, inersia
partikel, aktivitas kinetik, sifat alamiah partikel, dan sifat dari pernapasan pasien.

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik,
kortikosteroid, antikolinergik, dan antihistamin. Bahaya iritasi saluran napas dan terjadinya bronkospasme
serta reaksi hipersensitivitas (obat atau vehikulum) dapat terjadi pada penggunaan terapi ini.

DAFTAR PUSTAKA
9. Terapi Inhalasi. Available from: URL: http://www.pharmacy.gov.my/patient_educa
tion/inhalation_malay.shtml.
10. Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy
R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian
Farmakologi FKUI. Jakarta. 1995; 6.

11. Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. Prosedur Tindakan Bidang
Paru dan PernapasanDiagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi FKUI. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2001; 59-64.
12. Bia FJ, Brady JP, Brady LW, et al. Kamus Kedokteran Dorlan. Alih Bahasa: Harjono RM, Hartono
A, Japaries W, et al. Harjono RM, Oswari J, Ronardy DH, et al, Ed. EGC. Jakarta. 1994; 1910.
13. Rab T. Prinsip Gawat Paru. Hipokrates. Jakarta. 1996; 1-19.
14. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical Physiology). Alih Bahasa:
Andrianto P. Oswari J, Ed. EGC. Jakarta. 1995; 609-21.
15. Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Qlintang S, Ed. Hipokrates. Jakarta. 1996; 674-81.
16. Inhalation Therapy. Available from:
URL: http://www.unc/~chooper/classes/voice/webtherapy/inhalationtx.html.

Nebulizer
Pengertian Nebulizer

Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau
gelombang ultrasonik.

Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui inhalasi /
pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat lainnya namun

mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut / oral. Sebagai contoh :
yang biasa nya penyembuhan flu selama 1 minggu, dengan terapi nebulizer sembuh dalam 3
hari.
Cara kerja terapi penguapan adalah obat-obat tersebut dilarutkan dalam bentuk cairan yang
diisikan ke nebulizer. Nebulizer mengubah partikel menjadi uap yang di hirup sehingga
langsung menuju paru-paru. Mampu menghancurkan dahak / slem / plegm.

Tujuan pemberian Nebulizer


Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme
berkurang/ menghilang.

Cara Bekerja Nebulizer

Cara bekerja Nebulizer adalah dengan penguapan. Jadi obat-obatannya diracik (berupa cairan),
dimasukan ketabungnya lalu dengan bantuan listrik menghasilkan uap yang dihirup dengan
masker khusus. Tidak ada bau apa-apa, jadi rasanya seperti bernapas biasa. terapi penguapan
sekitar 5-10 menit, 3-4 kali sehari ( seperti jadwal pemberian obat ). Dapat dipakai sejak bayi 0
bulan, anak-anak (toddler/kids) hingga dewasa.
Pengobatan lewat Nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena langsung dihirup
masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil, otomatis juga lebih aman.
Biasanya dipakai untuk anak asma atau yang memang sering batuk pilek berat karena allergi
maupun flu.

Alat Nebulizer berguna untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti :

Batuk, untuk mengeluarkan lendir (plegm / slem) di paru-paru / dada, mengencerkan


daha

Pilek / Hidung Tersumbat, melancarkan saluran pernafasan dengan terapi inhalasi ini
juga
ampuh, penggunaanya sama dengan obat oral 3x sehari, campuran (obat) uapnya biasanya
juga obat-obatan yang memang untuk melancarkan jalan nafas

Asma dan Sinusitis, bunyi tarikan nafasnya sangat kuat dan sesak nafas

Alergy yang menyebabkan batu-batuk, pilek, dan yang menjurus ke serangan asma /
sinusitis

Obat-obatan untuk Nebulizer

Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas

Nacl : mengencerkan dahak

Bisolvon cair : mengencerkan dahak

Atroven : melonggarkan saluran napas

Berotex : melonggarkan saluran napas

Inflamid :untuk anti radang

Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas

Meptin : melonggarkan saluran napas.

Kombinasi yang dianjurkan

Bisolvon-Berotec-Nacl

Pulmicort-Nacl

Combivent-Nacl

Atroven-Bisolvon-Nacl

Indikasi dan Kontraindikasi Nebulizer

Indikasi Nebulizer
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran pernapasan.

Kontraindikasi Nebulizer
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung

Macam-macam Nebulizer

Nebulizer Mini
Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens
pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik
dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas.

Nebulizer Jet-Aerosol
menggunakan gas bawah tekanan

Nebulizer Ultrasonik
menggunakan getaran frekuensi-tinggi untuk memecah air atau obat menjadi
tetesan atau partikel halus.

Cara Pemberian Nebulizer


1. Persiapan Alat

Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier

Masker Nebulizer

Obat yang akan diberikan

Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)

Alat Tulis
2. Persiapan Pasien

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran


3. Langkah- Langkah

Memberi posisi yang nyaman pada klien

Mengontrol flowmeter dan humidifier

Mencuci tangan

Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen dengan selang penghubung

Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik

Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker
nebulizer

Memasang masker sesuai wajah klien

Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik

Mengevaluasi respon klien (pola napas)

Merapihkan pasien

Cuci tangan

Dokumentasi

Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan

Waktu pemberian

Reaksi pasien

4. Sikap

Teliti

Sabar

Hati-hati

Tanggap terhadap reaksi pasien

SOP INHALASI NEBULIZER

STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR


PENGERTIAN
Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator
TUJUAN
1.

Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan

2.

Melonggarkan jalan nafas

KEBIJAKAN
1.

Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret

2.

Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas

PETUGAS

Perawat

PERALATAN
1.

Set nebulizer

2.

Obat bronkodilator

3.

Bengkok 1 buah

4.

Tissue

5.

Spuit 5 cc

6.

Aquades

7.

Tissue

PROSEDUR PELAKSANAAN
A.

Tahap PraInteraksi

1.

Mengecek program terapi

2.

Mencuci tangan

3.

Menyiapkan alat

B.

Tahap Orientasi

1.

Memberikan salam dan sapa nama pasien

2.

Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3.

Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

C.

Tahap Kerja

1.

Menjaga privacy pasien

2.

Mengatur pasien dalam posisi duduk

3.

Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer

4.

Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran

5.

Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik

6.

Memasukkan obat sesuai dosis

7.

Memasang masker pada pasien

8.

Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis

9.

Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

D.

Tahap Terminasi

1.

Melakukan evaluasi tindakan

2.

Berpamitan dengan pasien/keluarga

3.

Membereskan alat

4.

Mencuci tangan

5.

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai