Anda di halaman 1dari 1

Kita ini sebeneranya hanya sekumpulan makhluk tolol yang merasa pintar.

Maaf
jika satu dua kalian tersinggung, tapi itulah yang nyata. Kenyataan yang jelas
tergambar seperti lukisan kala senja di ujung barat sana. Kesemuanya tampak
saat kita dengan bangganya meninggikan ego tanpa memikirkan mereka mereka
yang ketololannya sama serupa kita. Dan mereka itu yang ketololannya pun
semisal kita juga sama, hanya ingin mengambil keuntungan sendiri dari berbagai
keadaan yang ada.
Kadang mengalah, berpura-pura pasrah. Padahal tak lebih yang dilakukannya itu
demi memuluskan akal pikiran yang diikat nafsu, hanya tentang keuntungan diri.
Kadang maju berdiri gagah paling depan, seolah bersiap berjuang. Padahal tak
lebih dari sekadar sandiwara agar terlihat menjadi yang paling layak
mendapatkan pundi-pundi.
Lagi-lagi maaf, jika sekira satu dua kalian tak sependapat. Karena sebetulnya
hanya satu dua pula yang menyadari perkara ketoloan diri ini. Sehingganya
segelintir itulah yang mampu berusaha menempatkan diri serapi mungkin agar
tak menambah rupa kekurangan yang telah diemban sejak lama itu.
Sifat manusia yang selalu ditutupi yang satu ini akan bersinar terang pada
waktu-waktu tertentu. Semisal dijalan berjumpa dengan kemacetan. Para
kesatria penunggang kuda besi adu sikut berebut tempat kosong. Entah sela-sela
antara mobil, jarak sempit sisi mobil dengan badan jalan, atau nekat menarik
tuas gas di atas trotoar. Kalaupu ada yang mengalah dalam hati tersempil rasa
jengkel, tentang mengapa seenak jidad main salip main potong lajur.

Anda mungkin juga menyukai