Anda di halaman 1dari 22

1.

1 Pengertian Kelelahan (Fatigue)


Lelah adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi
semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja
serta ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan berperan dalam
menjaga homeostatis tubuh.
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi suatu kondisi yang telah dikenali
dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kelelahan pada umumnya mengarah pada
kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan
merupakan satu-satunya gejala.
Secara harafiah, fatigue dapat diartikan secara sederhana sama dengan kelelahan
yang sangat (deep tiredness), mirip stres, bersifat kumulatif. Bila dikaitkan dengan
pengalaman seperti apa sebenarnya fatigue itu, pengertiannya menjadi bervariasi.
Dari berbagai literatur, fatigue sering dihubungkan dengan kondisi kurang tidur,
kondisi akibat tidur yang terganggu, atau kebutuhan kuat untuk tidur yang
berhubungan dengan panjangnya waktu kerja, dan stres-stres kerja (dan
penerbangan) yang bervariasi. Ahli lainnya sering mengkaitkan fatigue dengan
perasaan lelah bersifat subjektif, hilangnya perhatian bersifat temporer, dan
menurunnya respon psikomotor ; atau, berhubungan dengan gejala-gejala yang
dikaitkan dengan menurunnya efisiensi performance dan skill; atau, berhubungan
dengan menurunnya performance . Fatigue juga kerap dikaitkan dengan kondisi
non-patologis yang dapat membuat kemampuan seseorang menurun dalam
mempertahankan kinerja yang berhubungan dengan stres fisik maupun mental ;
atau, terganggunya siklus biologis tubuh (jet lag). Kelelahan kerja menurut Tarwaka
(2004), merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari kerusakan
lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang
menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga menagkibatkan efektifitas dan
efisiesni kerja menurun (Saito, 1999). Menurut Kroemer 1997, kelelahan kerja
merupakan gejala yang ditandai dengan adanta persaan lelah dan kita merasa segan
dan aktivitas akan melemah serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh. Kelelahan
mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana
dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran

reaksi pada sesuatu dna berkurangnya kemampuan motorik ( Australia safety


compensation council, 2006)

1.2 Jenis-jenis kelelahan ( fatigue )


Kelelahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu berdasarkan :
1. Proses
a. Kelelahan otot ialah menurunnya kinerja sesudah mengalami stress tertentu yang
ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak.
b. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang menyebar
yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas.
Perasaan adanya kelelahan secara umum ditandai dengan berbagai kondisi antara
lain :

Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata).
Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental

atau intelektual (proses berpikir).


Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan

pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan.
Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja

yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan kerja yang sangat menjemukan.
Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan olehakumulasi efek

jangka panjang.
Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam dan memulai
periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam
tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktifitas).

2. Waktu terjadinya kelelahan

a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh
secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b. Kelelahan kronis, merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka
waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, selain
itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa,
kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan
pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lainlain
3. Penyebab terjadinya kelelahan
a. Faktor fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor
lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.
b. Faktor psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang
berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun
dengan atasan. (Ida, 2001)
2.3 Faktor-faktor penyebab kelelahan
Penyebab kelelahan umum:
Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa kelelahan memiliki penyebab yang
berbeda, dengan ilustrasi yang paling penting pada Gambar 11.6.
Tingkat kelelahan adalah agregat dari semua tekanan yang berbeda dalam
sehari. Visualisasikan ini sebagai barel sebagian diisi dengan air. Waktu istirahat
penyembuhan adalah keluar dari laras. Untuk memastikan bahwa laras tidak meluap
kita harus memastikan bahwa inflow dan outflow adalah dari urutan yang sama
besarnya. Dengan kata lain, untuk menjaga kesehatan dan efisiensi proses
penyembuhan harus membatalkan tekanan. Penyembuhan terjadi terutama pada
malam-waktu tidur, tetapi periode gratis selama hari dan segala macam jeda selama
bekerja juga membuat kontribusi mereka.

Gambar 11,6 diagram Teoritis dari efek gabungan dari penyebab sehari-hari dari
kelelahan dan pemulihan yang diperlukan untuk mengimbangi mereka. Tegangan
total harus seimbang dengan penyembuhan total dalam siklus 24-jam.
Saring dan penyembuhan harus menyeimbangkan selama siklus 24-jam sehingga
tidak dilakukan ke hari berikutnya. Jika sisanya adalah tak terhindarkan ditunda
sampai malam berikutnya, hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengorbankan
baik makhluk dan efisiensi.
Kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu :
1.
Beban Kerja
Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik
maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan
mengakibatkan kelelahan kerja. (Depkes, 1991)
1.
Beban Tambahan
Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus ditanggung oleh
pekerja. Beban tambahan tersebut berassal dari lingkungan kerja yang memiliki
potensi bahaya seperti lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:
a

Iklim Kerja

Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker, No: Kep-51/MEN/1999). Suhu yang
terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem
tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat
menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas
organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat
meningkat. (Rasjid, 1989)

1.

Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat
atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat
pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada
saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya
tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan.(Setiarto, 2002)

1.
Penerangan
Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang menerangi
bendabenda ditempat kerja. Penerangan yang baik adalah penerangan yang
memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya
yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan
menyenangkan. Penerangan tempat kerja yang tidak adekuat juga bisa menyebabkan
kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan
kesilauan.

1.

Faktor Individu
A.
Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin
besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia
mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. (Sumamur, 1999)
1.
Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar
masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 (Budiono, 2003), yaitu:
1. Masa kerja < 6 tahun
2. Masa kerja 6-10 tahun

3. Masa kerja >10 tahun


2.4 Mekanisme Terjadinya Kelelahan
Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex
cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan system
penggerak/aktivasi) Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot,
yaitu:
1.
Teori Kimia
Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan
energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi
otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab
sekunder.
1.
Teori syaraf pusat
Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan
dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari
sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam
mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf
menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.
Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang juga
mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena suasana
kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat akan
terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Disamping itu juga
dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan tertentu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang. (Eko Nurmianto,
2003)
Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem
aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadangkadang
salah satu daripadanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi
bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada

dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi
yang memberikaan stabilitas pada tubuh. (Sumamur PK, 1999)
2.5 Dampak Kelelahan ( fatigue )
Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan suatu kondisi
kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti
terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi
setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Bila keadaan seperti ini berlarut-larut
maka akan muncul tanda-tanda memburuknya kesehatan yang lebih tepat disebut
kelelahan Klinis atau Kronis .
Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya muncul selama periode stress atau
sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap
saat perasaan lelah kerap kali muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum
saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari
terganggunya emosi. Sejumlah orang kerap kali menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut :
1.

Munculnya tanda-tanda kelelahan psikosomatis diatas berpengaruh pula pada


waktu-waktu absent dari pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab ketidak
hadiran ditempat kerja, karena yang bersangkutan membutuhkan waktu
istirahat yang lebih banyak.
2.
Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis dan kesulitan-kesulitan
lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan
sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan maslah kejiwaan.

Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perasaan lesu, ngantuk dan pusing


Tidak / kurang mampu berkonsentrasi
Berkurangnya tingkat kewaspadaan
Persepsi yang buruk dan lambat
Tidak ada / berkurangnya gairah untuk bekerja
Menurunnya kinerja jasmani dan rohani

7.

Gejala-gejala yang timbul ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan


efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut menifestasinya timbul
berupa keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.

Kronis (atau klinik) kelelahan


Beberapa negara kelelahan yang timbul dari praktek industri bersifat kronis. Ini
adalah kondisi yang dibawa bukan oleh satu contoh dari terlalu melelahkan tetapi
dengan tekanan yang kambuh lebih hari atau periode lebih lama. Karena kondisi
seperti ini biasanya juga disertai dengan tanda-tanda kesehatan yang buruk, hal ini
benar bisa disebut kelelahan klinis atau kronis .
Dalam kondisi ini gejala terjadi tidak hanya selama masa stres atau segera
sesudahnya tetapi laten hampir sepanjang waktu. Perasaan kelelahan sering hadir
pada bangun di pagi hari, sebelum pekerjaan telah dimulai.Bentuk kelelahan sering
disertai dengan perasaan jijik untuk bekerja, yang memiliki asal-usul
emosional. Orang jadi lelah sering menunjukkan gejala berikut:

Peningkatan ketidakstabilan psikis (quarrelsomeness dan


perilaku yang terkait).

2
Cocok depresi (kekhawatiran tak berdasar).

3
Umum melemahnya drive dan keengganan untuk bekerja.

4
Meningkatkan kemungkinan penyakit.

Penyakit ini sebagian besar tidak jelas dan datang di bawah judul dari gangguan
psikosomatik. Istilah ini diterapkan untuk gangguan fungsional dari organ internal
atau sirkulasi yang dinilai menjadi manifestasi eksternal dari konflik psikologis dan
kesulitan. Beberapa gejala yang lebih umum adalah:
1.

sakit kepala

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kepeningan
hilangnya tidur
denyut jantung tidak teratur
berkeringat mendadak cocok
kehilangan nafsu makan
pencernaan masalah (sakit perut, diare, sembelit).
Penyakit lebih berarti absen lebih dari pekerjaan, terutama absen
singkat, menunjukkan bahwa penyebab ketidakhadiran adalah kebutuhan
untuk lebih banyak istirahat.

Orang-orang yang memiliki masalah psikologis dan kesulitan dengan mudah jatuh
ke dalam keadaan kelelahan kronis dan seringkali sulit untuk memisahkan mental
mereka dari masalah fisik mereka. Dalam prakteknya, sebab dan akibat sulit untuk
membedakan dalam kasus-kasus klinis kelelahan. Penyebabnya mungkin suka
pendudukan, tugas langsung atau tempat kerja, atau sebaliknya ini mungkin menjadi
penyebab ketidakmampuan untuk bekerja atau lingkungan.

Dampak Kelelahan Terdahap Produktivitas Kerja


Terdapat keterkaitan yang erah antara kelelahan yang dialami tenaga kerja dengan
kinerja perusahaan. Apabila tingkat produktivitas seseorang tenaga kerja terganggu
yang disebabkan oleh kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang
ditimbulkannya akan terasa oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas
perusahaan. Tenaga kerja sebagai asset investasi perusahaan perlu perlu dikeloka
dengan baik dan benar antara lain dengan memperhatikan factor-faktor
kemungkinan timbulnya kelelahan.

Sebagai diketahui, bahwa dengan peningkatan kinerja organisasi melalui


penanganan tata cara kerja yang ergonomic adalah salah satu cara untuk
meningkatkan produktivitas, khususnya ila organisasi tersebut tidak memiliki
tambahan dana investasi. Oleh karena itu , perbaikan terhadap system kerja, faktorfaktor fisik dan lingkungan krja agar segera dilakukan, sehingga tercipta suasana
lingkungan kerja yang aman, nyaman sehat dan produktif.
Tubuh kita ini ada batasnya, diibaratkan sebagai mesin mobil, tubuh manusiapun
perlu istirahat. Jika terus dipaksa untuk beraktifitas maka tubuh kita akan
mengalami kelelahan. Dampak kelelahan ini adalah gangguan kesehatan secara
umum, kambuhnya berbagai penyakit kronis dan menurunnya daya tahan tubuh
seseoarang. Kelelahan serta stress yang tinggi juga akan sangat mengganggu proses
metabolisme dan hormonal didalam tubuh kita.
Kelelahan terjadi karena dipaksanya fisik dan mental kita untuk bekerja secara terus
menerus tanpa istirahat yang cukup. Selain itu kondisi lingkungan yang selalu
menuntut beliau tersenyum dan meladeni permintaan penggemarnya untuk berfoto
dan minta tanda tangan akan memperburuk kondisi kelelahan yang terjadi.
Dampak kelelahan ini dapat berakibat serius bagi kesehatan seseorang apalagi tanpa
disertai asupan makan yang cukup. Kelelahan berhubungan dengan berbagai
gangguan kesehatan seperti gangguan sistim pencernaan, gangguan sistim jantung
dan pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak serta penurunan daya tahan
tubuh. Ini terjadi pada briptu Norman dia mengalami diare sehingga kondisinya
bertambah menurun.
Gangguan pencernaan merupakan hal utama yang terjadi jika seseorang mengalami
kelelahan. Keluhan pencernaan yang timbul antara lain nafsu makan berkurang
dimana hal ini akan memperparah kondisi fisik yang sedang mengalami kelelahan
tersebut. Seseorang yang mengalami kelelahan juga akan mengalami mual bahkan
muntah serta nyeri di uluhati.
Mereka yang mengalami kelelahan juga sebenarnya sudah tidak berkonsentrasi dan
bekerja dengan baik selain itu emosinya juga menjadi tinggi. Kecelakaan lalu lintas
sering terjadi pada pengendara yang sedang mengalami kelelahan tersebut.

Berbagai penyakit kronis dapat menjadi kambuh jika seseorang mengalami


kelelahan antara lain sakit maag, gangguan kejiwaan, asma, Diabetes Mellitus,
hipertensi, stroke dan serangan jantung.
Kelelahan fisik dan psikis juga akan memperburuk daya tahan tubuh seseorang yang
mengalami kelelahan tersebut mereka akan mudah terkena infeksi virus seperti virus
flu, mudah terjadi infeksi usus berupa diare mereka juga rentan terkena infeksi virus
Hepatitis, Demam Thypoid dan virus demam berdarah.
Dalam kondisi demikian, diharapkan tingkat kelelahan tenaga kerja dapat ditekan
dan dikendalikan ke tingkat yang wajar agar produktivitas kerja tidak mengalami
gangguan.
Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan
pad tenaga kerja disarankan agar :
1.

Merubah metoda kerja menjadi lebih efesien dan efektif

2. Menerapkan penggunaan peralatan dan pranti kerja ang memenuhi standar


ergonomic.
3.

Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja

4. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman, bagi
tenaga kerja.
5. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenag kerja secera periodic untuk
mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini menemukan solusi yang tepat.
6. Menerapkan saran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan
fleksibiltas yang tinggi.

2.6 Contoh jenis pekerjaan yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja

Salah satu jenis pekerjaan yang sangat berkaitan dengan kelelahan yaitu pekerja
yang bekerja di bidang manufacture dan jasa. Di bidang jasa, dapat diperhatikan
yaitu perawat yang bekerja di Rumah Sakit dengan memiliki sistem kerja Shift.
Perawat sebagai salah satu diantara pemberi pelayanan mempunyai waktu paling
panjang disisi pasien yaitu selama 24 jam yang terbagi menjadi 3 shift
(pagi,siang,malam). pengaturan shift kerja dan pemberian waktu istirahat pada
hakekatnya bertujuan untuk mengurangi kelelahan pada pekerja. Tetapi dampak
pengaturan waktu kerja tersebut tetap memberikan efek terhadap tenaga kerja.
Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, baik
teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau pada waktu yang berlainan
(shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari
kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan
sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk
memenuhi jadwal 24 jam/ hari. Bagi industri manufaktur dan jasa, cara yang umum
digunakan adalah membagi 24 jam menjadi 3 shift dengan panjang yang sama. Di
Inggris dan Eropa biasanya diterapkan dari pukul 06.00 sampai 14.00 (shift pagi),
14.00 sampai 20.00 (shift sore), dan 20.00 sampai 06.00 (shift malam) atau satu
jam (bisa 2 jam) lebih dulu untuk tiap shift.
Pekerja shift adalah sebagai seseorang yang bekerja diluar jam kerja normal dalam
seminggu. Para pekerja shift termasuk mereka yang bekerja dalam tim berotasi,
pekerja malam dan mereka yang bekerja pada jam-jam yang tidak umum, minggu
kerja yang tidak umum dan hari kerja yang diperpanjang. (Lanfranchi, 2001)
Salah satu penelitian menyatakan bahwa Shift Kerja Berpengaruh Terhadap
Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN
SURAKARTA. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr.
OEN SURAKARTA. Penelitian Bertujuan Untuk Mengetahui Pengaruh Shift Kerja
Terhadap Kelelahan Kerja Perawat Wanita
Metode : Jenis Penelitian Yang Digunakan Adalah Observasional Analitik Dengan
Pendekatan Cross Sectional. Subjek Penelitian Diambil 34 Orang Dari Populasi 207
Orang Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA
Yang Bekerja Saat Shift Pagi, Sore, Dan Malam Dengan Purposive Sampling. Teknik
Pengumpulan Datanya Yaitu Dengan Melakukan Wawancara Dan Pengukuran.

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data Dilakukan Dengan Uji Statistik Chi-Square
Dan Uji Koefisien Kontingensi.
Hasil : Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Diketahui Bahwa Shift Malam Lebih
Banyak Mengalami Kelelahan Kerja Dibandingkan Shift Pagi Dan Shift Sore, Namun
Shift Pagi Lebih Banyak Mengalami Kelelahan Kerja Jika Dibandingkan Shift Sore.
Hal Ini Dikarenakan Adanya Faktor Lain Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja.
Hasil Uji Statistik Chi-Square Diperoleh P = 0,000 Dengan Demikian P < 0,05
Berarti Ada Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian
Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA. Sedangkan Shift Yang Paling
Mempengaruhi Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit
Dr. OEN SURAKARTA Adalah Shift Malam Yaitu Berpengaruh Sebesar 46,9%.
Simpulan : Shift Kerja Berpengaruh Terhadap Kelelahan Kerja Perawat
Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA. Shift
Yang Paling Mempengaruhi Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian
Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA Adalah Shift Malam
KEBISINGAN

Lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia (pekerja) tentu saja
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pekerja itu sendiri dan tentu saja
terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan. Oleh karena itu perancangan lingkungan
kerja yang baik dan optimal sangat diperlukan. Berikut ini penjelasan mengenai faktorfaktor fisik lingkungan kerja. Kondisi yang ergonomis, yaitu lingkungan kerja yang
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pekerja. Rasa nyaman sangat penting
secara biologis karena akan mempengaruhi kinerja pada organ tubuh manusia ketika
sedang bekerja. Penyimpangan dari batas kenyamanan akan menyebabkan perubahan
secara fungsional yang pada akhirnya berpengaruh pada fisik maupun mental pekerja.
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil
yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas lingkungan yang
baik akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung kinerja dan
produktivitas manusia. Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi
manusia sebagai pekerja akan mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang
dihasilkan. Pengendalian dan penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti
kebisingan, temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu masalah yang
harus ditangani secara serius dan berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur
yang panas getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan

salah satu sumber yang mengakibatkan tekanan kerja dan penurunan produktivitas
kerja.Kebisingan Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki manusia.
Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian tersebut akan
dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi bahkan kebisingan yang serius dapat mengakibatkan kematian.
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, makin buruk pula dampak yang
diakibatkannya, diantaranya adalah pendengaran dapat semakin berkurang Seseorang
cenderung mengabaikan bising yang dihasilkannya sendiri apabila bising yang
ditimbulkan tersebut secara wajar menyertai pekerjaan, seperti bising mesin ketik atau
mesin kerja. Sebagai patokan, bising yang hakekatnya mekanik atau elektrik, yang
disebabkan kipas angin, transformator, motor, selalu lebih mengganggu daripada bising
yang hakekatnya alami (angin, hujan, air terjun dan lain-lain). Pengukuran kebisingan
dilakukan dengan menggunakan sound level meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
mengukur tingkat tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan
atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya gelombang yang
dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi tekanan. Jika kita mengukur bunyi dengan
satuan Pa ini, maka kita akan memperoleh angka-angka yang sangat besar dan susah
digunakan. Skala decibell ini hampir sesuai dengan tanggapan manusia terhadap
perubahan kekerasan bunyi, yang secara kasar sebanding dengan logaritma energi
bunyi. Ini berarti bahwa energi bunyi yang sebanding dengan 10, 100, dan 1000 akan
menghasilkan ditelinga pengaruh yang subyektif sebanding dengan logaritmanya, yaitu
masing-masing 1, 2, dan 3. Bila skala logaritma ini dikalikan dengan 10 maka diperoleh
skala decibell. Skala decibell ini menggunakan referensi ambang batas kemampuan
dengar 20 mPa. Tingkat tekanan bunyi dari berbagai bunyi yang sering kita jumpai
dinyatakan dalam skala Pa dan dB. Hal-hal yang terkait dengan kebisingan mengenai
sumber bising, pengukuran, dan pengaruhnya, serta pengendalian kebisingan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber-sumber bising, Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Bising interior, Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesinmesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga
bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas
angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
b. Bising eksterior, Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut,
maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Dalam dunia industri jenis-jenis bising yang
sering dijumpai antara lain meliputi:

Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan suara yang
ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas angin, dan lain-lain.

Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang sempit. Misalkan bising yang
dihasilkan oleh suara mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain.

Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas, suara kapal terbang.

Bising impulsive seperti pukulan palu, tembakan pistol, dan lain-lain.

Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi suara, dan waktu
terjadinya kebisingan. ketiga faktor diatas juga dapat menentukan tingkat gangguan
terhadap pendengaran manusia. Kebisingan yang mempunyai frekuensi tinggi lebih
berbahaya daripada kebisingan dengan frekuensi lebih rendah. Dan semakin lama
terjadinya kebisingan disuatu tempat, semakin besar akibat yang ditimbulkannya.
Disamping itu juga terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi
tentang kebisingan, faktor tersebut berupa bentuk kebisingan yang dihasilkan, berbentuk
tetap atau terus-menerus (steady) atau tidak tetap (intermittent). Kerusakan
pendengaran manusia terjadi karena pengaruh kumulatif exposure dari suara diatas
intensitas maksimal dalam jangka waktu lebih lama dari waktu yang diijinkan untuk
tingkat kebisingan yang bersangkutan.
2. Pengukuran tingkat kebisingan, Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal
dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan
pekerjaan. Sumber-sumber tersebut harus diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar
dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh
paparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat
intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan,
yaitu:
a. Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.
b. Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara (pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan).
c. Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan
merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.

d. Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun pada
penerima suara sampai batas diperkenankan.
e. Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai dengan jenis
kebisingannya. Setelah intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh
harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja sudah melampaui Nilai Ambang
Batas (NAB) yang diperkenankan atau belum. Dengan demikian akan dapat segera
dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi dampak pemaparan terhadap
kebisingan. NAB kebisingan di tempat kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978, dan Keputusan Menteri Kesehatan No:
405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85 dB-A untuk batas waktu kerja terusmenerus tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam seminggu. Selanjutnya apabila tenaga kerja
menerima pemaparan kebisingan lebih dari ketetapan tersebut, maka harus dilakukan
pengurangan waktu pemaparan.
3. Pengaruh kebisingan, Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan
lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensias tinggi
(diatas NAB) dan kedua, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah
NAB), yaitu:
a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi, sebagai berikut:

Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi adalah terjadinya kerusakan


pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar
baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian.

Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputusputus dan sumber kebisingannya tidak diketahui.

Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan


gangguan kesehatan seperti: meningkatnya tekanan darah dan tekanan jantung,
resiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.

Reaksi masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses produksi demikian


hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya menuntut agar kegiatan tersebut
dihentikan.

b. Pengaruh kebisingan intensitas tingkat rendah, Tingkat intensitas kebisingan rendah


banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi
perusahaan, dan lain-lain. Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB tersebut
secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian,
kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah
satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena
pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan
depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan dapat menyebabkan dampak, yaitu:

Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.

Gangguan reaksi psikomotor.

Kehilangan konsentrasi.

Penurunan performansi kerja yang dapat menimbulkan kehilangan efisiensi dan


produktivitas kerja.

4. Rencana dan langkah pengendalian kebisingan di tempat kerja, Sebelum dilakukan


langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan
damapak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan
melalui perspektif manajemen resiko kebisingan. Manajemen resiko yang dimaksud
adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan resiko yang
mungkin timbul. Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut, yaitu:
a. Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang berada di tempat kerja.
b. Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan cedera akibat
kerja.
c. Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau meminimasi
resiko kebisingan. Setelah rencana dibuat seksama, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan rencana pengendalian kebisingan degan dua arah pendekatan, yaitu

pendekatan jangka pendek (Short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (Longterm gain) dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi
jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah mengeliminasi sumber
kebisingan secara teknik, secara administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.
Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan.
a Eliminasi sumber kebisingan,

Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan tempat kerja atau
pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.

Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus mensyaratkan


maksimum intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru.

Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi bangunan


harus dapat meredam kebsisingan serendah mungkin.

b Pengendalian kebisingan secara teknik,

Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada


sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin
sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan mendesain
mesin memakai remote control. Selain itu dapat dilakukan redesain landasan
mesin dengan bahan anti getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya
yang sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit di implementasikan.

Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan. apabila teknik


pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya adalah
dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain
adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafon, dan lantai dengan
bahan penyerap suara.

c. Pengendalian kebisingan secara administratif, Apabila teknik pengendalian secara


teknik belum memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
merencanakan teknik pengendalian secara administratif. Teknik pengendalian ini lebih
difokuskan pada manajemen pemaparan. Langkah yang ditempuh adalah dengan
mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman yang
didasarkan pada intensitas kebisingan yang diterima

d. Pengendalian pada penerima atau pekerja, Teknik ini merupakan langkah terakhir
apabila teknik pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum dimungkinkan
untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat
pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga). Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat
telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat
mengurangi kebisingan sedikit lebih besar 40-50 dB. Pengendalian kebisingan pada
penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas
biayanya relatif lebih murah. Namun demikian, banyak ditemukan kendala dalam
pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisplinan pekerja, mengurangi
kenyamanan kerja, dan mengganggu pembicaraan.

Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa
gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non
Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya
performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap
kesehatan pekerja dijelaskan sebagai

berikut:
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputusputus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah
perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek
pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar
endokrin,
tekanan
darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan
dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya

kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan


komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini
telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula
efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan
terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan
tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi
tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya
dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi.
Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila
tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya
akan pulih kembali.
2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di
pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
a. Tingginya level suara
b. Lama paparan
c. Spektrum suara
d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadi TTS akan lebih besar
e. Kepekaan individu
f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat
(pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan
dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat
lainnya
g. Keadaan Kesehatan

3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau
seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang
sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti
suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala
yang
dialami
hampir
semua
orang
dan
dikenal
denganprebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala
ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat
pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging.
Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut
pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat
berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

Anda mungkin juga menyukai