Kelelahan Atau Fatigue
Kelelahan Atau Fatigue
Kelelahan visual, yaitu ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata).
Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental
pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan.
Kelelahan monotonis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
yang bersifat rutin, monoton, atau lingkungan kerja yang sangat menjemukan.
Kelelahan kronis, yaitu yaitu kelelahan yang disebabkan olehakumulasi efek
jangka panjang.
Kelelahan sirkandian, yaitu bagian dari ritme siang-malam dan memulai
periode tidur yang baru. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam
tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan
seseorang berhenti bekerja (beraktifitas).
a. Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh
secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
b. Kelelahan kronis, merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka
waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, selain
itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa,
kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan
pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lainlain
3. Penyebab terjadinya kelelahan
a. Faktor fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor
lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.
b. Faktor psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang
berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun
dengan atasan. (Ida, 2001)
2.3 Faktor-faktor penyebab kelelahan
Penyebab kelelahan umum:
Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa kelelahan memiliki penyebab yang
berbeda, dengan ilustrasi yang paling penting pada Gambar 11.6.
Tingkat kelelahan adalah agregat dari semua tekanan yang berbeda dalam
sehari. Visualisasikan ini sebagai barel sebagian diisi dengan air. Waktu istirahat
penyembuhan adalah keluar dari laras. Untuk memastikan bahwa laras tidak meluap
kita harus memastikan bahwa inflow dan outflow adalah dari urutan yang sama
besarnya. Dengan kata lain, untuk menjaga kesehatan dan efisiensi proses
penyembuhan harus membatalkan tekanan. Penyembuhan terjadi terutama pada
malam-waktu tidur, tetapi periode gratis selama hari dan segala macam jeda selama
bekerja juga membuat kontribusi mereka.
Gambar 11,6 diagram Teoritis dari efek gabungan dari penyebab sehari-hari dari
kelelahan dan pemulihan yang diperlukan untuk mengimbangi mereka. Tegangan
total harus seimbang dengan penyembuhan total dalam siklus 24-jam.
Saring dan penyembuhan harus menyeimbangkan selama siklus 24-jam sehingga
tidak dilakukan ke hari berikutnya. Jika sisanya adalah tak terhindarkan ditunda
sampai malam berikutnya, hal ini dapat dilakukan hanya dengan mengorbankan
baik makhluk dan efisiensi.
Kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu :
1.
Beban Kerja
Merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik
maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan
mengakibatkan kelelahan kerja. (Depkes, 1991)
1.
Beban Tambahan
Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus ditanggung oleh
pekerja. Beban tambahan tersebut berassal dari lingkungan kerja yang memiliki
potensi bahaya seperti lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:
a
Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker, No: Kep-51/MEN/1999). Suhu yang
terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem
tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat
menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas
organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat
meningkat. (Rasjid, 1989)
1.
Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat
atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat
pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada
saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya
tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan.(Setiarto, 2002)
1.
Penerangan
Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang menerangi
bendabenda ditempat kerja. Penerangan yang baik adalah penerangan yang
memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya
yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan
menyenangkan. Penerangan tempat kerja yang tidak adekuat juga bisa menyebabkan
kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan
kesilauan.
1.
Faktor Individu
A.
Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin
besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia
mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. (Sumamur, 1999)
1.
Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar
masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 (Budiono, 2003), yaitu:
1. Masa kerja < 6 tahun
2. Masa kerja 6-10 tahun
dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi
yang memberikaan stabilitas pada tubuh. (Sumamur PK, 1999)
2.5 Dampak Kelelahan ( fatigue )
Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan suatu kondisi
kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti
terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi
setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Bila keadaan seperti ini berlarut-larut
maka akan muncul tanda-tanda memburuknya kesehatan yang lebih tepat disebut
kelelahan Klinis atau Kronis .
Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya muncul selama periode stress atau
sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap
saat perasaan lelah kerap kali muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum
saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari
terganggunya emosi. Sejumlah orang kerap kali menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut :
1.
Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2
Cocok depresi (kekhawatiran tak berdasar).
3
Umum melemahnya drive dan keengganan untuk bekerja.
4
Meningkatkan kemungkinan penyakit.
Penyakit ini sebagian besar tidak jelas dan datang di bawah judul dari gangguan
psikosomatik. Istilah ini diterapkan untuk gangguan fungsional dari organ internal
atau sirkulasi yang dinilai menjadi manifestasi eksternal dari konflik psikologis dan
kesulitan. Beberapa gejala yang lebih umum adalah:
1.
sakit kepala
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kepeningan
hilangnya tidur
denyut jantung tidak teratur
berkeringat mendadak cocok
kehilangan nafsu makan
pencernaan masalah (sakit perut, diare, sembelit).
Penyakit lebih berarti absen lebih dari pekerjaan, terutama absen
singkat, menunjukkan bahwa penyebab ketidakhadiran adalah kebutuhan
untuk lebih banyak istirahat.
Orang-orang yang memiliki masalah psikologis dan kesulitan dengan mudah jatuh
ke dalam keadaan kelelahan kronis dan seringkali sulit untuk memisahkan mental
mereka dari masalah fisik mereka. Dalam prakteknya, sebab dan akibat sulit untuk
membedakan dalam kasus-kasus klinis kelelahan. Penyebabnya mungkin suka
pendudukan, tugas langsung atau tempat kerja, atau sebaliknya ini mungkin menjadi
penyebab ketidakmampuan untuk bekerja atau lingkungan.
4. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman, bagi
tenaga kerja.
5. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenag kerja secera periodic untuk
mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini menemukan solusi yang tepat.
6. Menerapkan saran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan
fleksibiltas yang tinggi.
2.6 Contoh jenis pekerjaan yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja
Salah satu jenis pekerjaan yang sangat berkaitan dengan kelelahan yaitu pekerja
yang bekerja di bidang manufacture dan jasa. Di bidang jasa, dapat diperhatikan
yaitu perawat yang bekerja di Rumah Sakit dengan memiliki sistem kerja Shift.
Perawat sebagai salah satu diantara pemberi pelayanan mempunyai waktu paling
panjang disisi pasien yaitu selama 24 jam yang terbagi menjadi 3 shift
(pagi,siang,malam). pengaturan shift kerja dan pemberian waktu istirahat pada
hakekatnya bertujuan untuk mengurangi kelelahan pada pekerja. Tetapi dampak
pengaturan waktu kerja tersebut tetap memberikan efek terhadap tenaga kerja.
Bagi seorang pekerja, shift kerja berarti berada pada lokasi kerja yang sama, baik
teratur pada saat yang sama (shift kerja kontinyu) atau pada waktu yang berlainan
(shift kerja rotasi). Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari
kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan
sebelumnya, sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk
memenuhi jadwal 24 jam/ hari. Bagi industri manufaktur dan jasa, cara yang umum
digunakan adalah membagi 24 jam menjadi 3 shift dengan panjang yang sama. Di
Inggris dan Eropa biasanya diterapkan dari pukul 06.00 sampai 14.00 (shift pagi),
14.00 sampai 20.00 (shift sore), dan 20.00 sampai 06.00 (shift malam) atau satu
jam (bisa 2 jam) lebih dulu untuk tiap shift.
Pekerja shift adalah sebagai seseorang yang bekerja diluar jam kerja normal dalam
seminggu. Para pekerja shift termasuk mereka yang bekerja dalam tim berotasi,
pekerja malam dan mereka yang bekerja pada jam-jam yang tidak umum, minggu
kerja yang tidak umum dan hari kerja yang diperpanjang. (Lanfranchi, 2001)
Salah satu penelitian menyatakan bahwa Shift Kerja Berpengaruh Terhadap
Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN
SURAKARTA. Penelitian ini dilakukan di Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr.
OEN SURAKARTA. Penelitian Bertujuan Untuk Mengetahui Pengaruh Shift Kerja
Terhadap Kelelahan Kerja Perawat Wanita
Metode : Jenis Penelitian Yang Digunakan Adalah Observasional Analitik Dengan
Pendekatan Cross Sectional. Subjek Penelitian Diambil 34 Orang Dari Populasi 207
Orang Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA
Yang Bekerja Saat Shift Pagi, Sore, Dan Malam Dengan Purposive Sampling. Teknik
Pengumpulan Datanya Yaitu Dengan Melakukan Wawancara Dan Pengukuran.
Teknik Pengolahan Dan Analisis Data Dilakukan Dengan Uji Statistik Chi-Square
Dan Uji Koefisien Kontingensi.
Hasil : Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Diketahui Bahwa Shift Malam Lebih
Banyak Mengalami Kelelahan Kerja Dibandingkan Shift Pagi Dan Shift Sore, Namun
Shift Pagi Lebih Banyak Mengalami Kelelahan Kerja Jika Dibandingkan Shift Sore.
Hal Ini Dikarenakan Adanya Faktor Lain Yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja.
Hasil Uji Statistik Chi-Square Diperoleh P = 0,000 Dengan Demikian P < 0,05
Berarti Ada Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian
Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA. Sedangkan Shift Yang Paling
Mempengaruhi Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit
Dr. OEN SURAKARTA Adalah Shift Malam Yaitu Berpengaruh Sebesar 46,9%.
Simpulan : Shift Kerja Berpengaruh Terhadap Kelelahan Kerja Perawat
Wanita Bagian Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA. Shift
Yang Paling Mempengaruhi Kelelahan Kerja Perawat Wanita Bagian
Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. OEN SURAKARTA Adalah Shift Malam
KEBISINGAN
Lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi manusia (pekerja) tentu saja
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pekerja itu sendiri dan tentu saja
terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan. Oleh karena itu perancangan lingkungan
kerja yang baik dan optimal sangat diperlukan. Berikut ini penjelasan mengenai faktorfaktor fisik lingkungan kerja. Kondisi yang ergonomis, yaitu lingkungan kerja yang
memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pekerja. Rasa nyaman sangat penting
secara biologis karena akan mempengaruhi kinerja pada organ tubuh manusia ketika
sedang bekerja. Penyimpangan dari batas kenyamanan akan menyebabkan perubahan
secara fungsional yang pada akhirnya berpengaruh pada fisik maupun mental pekerja.
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil
yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas lingkungan yang
baik akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung kinerja dan
produktivitas manusia. Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan kondisi
manusia sebagai pekerja akan mendukung kinerja dan produktivitas kerja yang
dihasilkan. Pengendalian dan penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti
kebisingan, temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu masalah yang
harus ditangani secara serius dan berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur
yang panas getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja merupakan
salah satu sumber yang mengakibatkan tekanan kerja dan penurunan produktivitas
kerja.Kebisingan Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki manusia.
Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian tersebut akan
dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi bahkan kebisingan yang serius dapat mengakibatkan kematian.
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, makin buruk pula dampak yang
diakibatkannya, diantaranya adalah pendengaran dapat semakin berkurang Seseorang
cenderung mengabaikan bising yang dihasilkannya sendiri apabila bising yang
ditimbulkan tersebut secara wajar menyertai pekerjaan, seperti bising mesin ketik atau
mesin kerja. Sebagai patokan, bising yang hakekatnya mekanik atau elektrik, yang
disebabkan kipas angin, transformator, motor, selalu lebih mengganggu daripada bising
yang hakekatnya alami (angin, hujan, air terjun dan lain-lain). Pengukuran kebisingan
dilakukan dengan menggunakan sound level meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
mengukur tingkat tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam tekanan
atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena adanya gelombang yang
dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi tekanan. Jika kita mengukur bunyi dengan
satuan Pa ini, maka kita akan memperoleh angka-angka yang sangat besar dan susah
digunakan. Skala decibell ini hampir sesuai dengan tanggapan manusia terhadap
perubahan kekerasan bunyi, yang secara kasar sebanding dengan logaritma energi
bunyi. Ini berarti bahwa energi bunyi yang sebanding dengan 10, 100, dan 1000 akan
menghasilkan ditelinga pengaruh yang subyektif sebanding dengan logaritmanya, yaitu
masing-masing 1, 2, dan 3. Bila skala logaritma ini dikalikan dengan 10 maka diperoleh
skala decibell. Skala decibell ini menggunakan referensi ambang batas kemampuan
dengar 20 mPa. Tingkat tekanan bunyi dari berbagai bunyi yang sering kita jumpai
dinyatakan dalam skala Pa dan dB. Hal-hal yang terkait dengan kebisingan mengenai
sumber bising, pengukuran, dan pengaruhnya, serta pengendalian kebisingan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber-sumber bising, Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Bising interior, Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesinmesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga
bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung tersebut seperti kipas
angin, motor kompresor pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
b. Bising eksterior, Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut,
maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Dalam dunia industri jenis-jenis bising yang
sering dijumpai antara lain meliputi:
Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan suara yang
ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas angin, dan lain-lain.
Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang sempit. Misalkan bising yang
dihasilkan oleh suara mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain.
Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas, suara kapal terbang.
Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi suara, dan waktu
terjadinya kebisingan. ketiga faktor diatas juga dapat menentukan tingkat gangguan
terhadap pendengaran manusia. Kebisingan yang mempunyai frekuensi tinggi lebih
berbahaya daripada kebisingan dengan frekuensi lebih rendah. Dan semakin lama
terjadinya kebisingan disuatu tempat, semakin besar akibat yang ditimbulkannya.
Disamping itu juga terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi
tentang kebisingan, faktor tersebut berupa bentuk kebisingan yang dihasilkan, berbentuk
tetap atau terus-menerus (steady) atau tidak tetap (intermittent). Kerusakan
pendengaran manusia terjadi karena pengaruh kumulatif exposure dari suara diatas
intensitas maksimal dalam jangka waktu lebih lama dari waktu yang diijinkan untuk
tingkat kebisingan yang bersangkutan.
2. Pengukuran tingkat kebisingan, Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal
dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan
pekerjaan. Sumber-sumber tersebut harus diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar
dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh
paparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat
intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan,
yaitu:
a. Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.
b. Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara (pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan).
c. Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan
merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.
d. Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun pada
penerima suara sampai batas diperkenankan.
e. Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai dengan jenis
kebisingannya. Setelah intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh
harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja sudah melampaui Nilai Ambang
Batas (NAB) yang diperkenankan atau belum. Dengan demikian akan dapat segera
dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi dampak pemaparan terhadap
kebisingan. NAB kebisingan di tempat kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri
Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978, dan Keputusan Menteri Kesehatan No:
405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85 dB-A untuk batas waktu kerja terusmenerus tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam seminggu. Selanjutnya apabila tenaga kerja
menerima pemaparan kebisingan lebih dari ketetapan tersebut, maka harus dilakukan
pengurangan waktu pemaparan.
3. Pengaruh kebisingan, Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan
lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensias tinggi
(diatas NAB) dan kedua, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah
NAB), yaitu:
a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi, sebagai berikut:
Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputusputus dan sumber kebisingannya tidak diketahui.
Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.
Kehilangan konsentrasi.
pendekatan jangka pendek (Short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (Longterm gain) dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi
jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah mengeliminasi sumber
kebisingan secara teknik, secara administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.
Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan.
a Eliminasi sumber kebisingan,
Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan tempat kerja atau
pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.
d. Pengendalian pada penerima atau pekerja, Teknik ini merupakan langkah terakhir
apabila teknik pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum dimungkinkan
untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat
pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga). Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat
telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat
mengurangi kebisingan sedikit lebih besar 40-50 dB. Pengendalian kebisingan pada
penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas
biayanya relatif lebih murah. Namun demikian, banyak ditemukan kendala dalam
pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisplinan pekerja, mengurangi
kenyamanan kerja, dan mengganggu pembicaraan.
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa
gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non
Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya
performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap
kesehatan pekerja dijelaskan sebagai
berikut:
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputusputus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah
perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek
pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar
endokrin,
tekanan
darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah
tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan
dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau
seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang
sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti
suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala
yang
dialami
hampir
semua
orang
dan
dikenal
denganprebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala
ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat
pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging.
Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut
pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat
berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).