Interferometer
Interferometer
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Michelson dan Morley melakukan percobaan dengan menggunakan sebuah
Interferometer yang diharapkan dapat menghasilkan pola interferensi-interferensi yang terjadi
ketika dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat. Agar hasil interferensi dapat
diamati maka syarat yang harus dipenuhi adalah dua sumber cahaya harus koheren dan
memiliki beda fase yang selalu tetap (memiliki frekuensi dan amplitudo harus sama).
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang atau perubahan
panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi
yang ditemikan oleh Michelson pada tahun 1881.
Untuk dapat mengetahui cara kerja dari alat Inferometer tersebut, sekaligus dapat
melihat langsung bentuk princing yang terbentuk. Dimana dari hasil princing itu, dapat
digunakan sebagai perbandingan dengan hasil Teori, maka dilakukanlah percobaan ini.
Pada percobaan Michelson dan morley, Eter diasumsikan memenuhi alam semesta dan berperan sebagai sebuah
kerangka gerak. Jika seorang pengamat bergerak terhadap eter dengan kecepatan v, maka ia akan mengukur kecepatan
cahaya sebesar cdengan c = c + v. Kedua ilmuwan itupun akan mengamati ether wind yang memiliki kecepatan
relatif sebesar v terhadap bumi. Diasumsikan bahwa v sama besar dengan kecepatan bumi mengorbit matahari yaitu
sebesar 30 km/s, maka . Michelson merancang sebuah inferometer optik dengan sensitivitas tinggi untuk dapat
mendeteksi keberadaan eter ini.
Dimana :
Keterangan : T
= sunner
M1M2 = cermin datar
M
= beam spliter
S
= layar
Sinar yang berasal dari sumber setelah melewati c 2, terbagi menjadi dua
gelombang, satu ditransmisikan menuju c1 tanpa perubahan fasa, oleh c1 dipantulkan lagi
menuju c1 dengan mengalami loncatan fasa 180o, kemudian oleh ct dipantulkan menuju layar
dengan fasa yang sama seperti cahaya dari sumber munuju c t yang kedua dipantulkan menuju
oleh ct menuju c2 mengalami loncatan fasa 180o, oleh c2 dipantulkan menuju ct juga dengan
loncatan 180o kemudian oleh ct ditransmisikan menuju layar (disebut berkas).
Berkas dua fasanya sama dengan gelombang dating dari sumber c1, jadi berkas 1 dari
berkas 2 adalah cahaya berasal dari c1 dan c2 yang koheren karena beda fasanya tetap yaitu
00 (karena berkas 1 fasanya sama dengan berkas 2). Hal ini akan menimbulkan pola
interferensi pada layar, apabila c1 dan c2 saling tegak lurus, efeknya sama dengan sinar yang
jatuh pada udara dengan ketebalan (c 1 c2). Jadi apabila c2 (cermin ke-2) digeser-geser akan
terjadi kolom udara (c1 c2) akibatnya akan terjadi perubahan pola interferensi layar, apabila
dengan menggeser c2mengakibatkan terang pertama berubah menjadi pusat pola cahaya
bolak-balik, dengan kata lain L berubah sebesar , jadi 2L = , L = n . Jika ada n
perubahan pola interferensi maka :
L = n atau d sin = n
= panjang gelombang sinar
= pergeseran cermin (c1 c2)
n
3.1.
Waktu
UNTAD
Laser Pointer.
3.
4.
5.
6.
7.
3.3.
Prosedur kerja
1. Merangkai komponen interferometer seperti gambar dibawah ini :
a.
b.
Perekat
Perekat
c.
1.
Pengaturan interferometer
a. Memasukkan laser pointer metrologik ke dalam tabung laser pointer, mengatur pisisi dan
mengusahakan agar sinar yang keluar sudah sejajar.
b. Mengatur ketinggian cermin pertama sehingga sinar pantulan laser dari cermin pertama tepat
mengenai laser pointer.
c. Memasang kaca pembagi sinar ke U-shapped carrier dan menggeser 45 o terhadap sinar
datang. Mengatur ketinggian kaca sehingga bagian sinar yang akan ditransmisikan menembus
pusat splitter dan bagian lain direfleksikan sebesar 40o.
d. Mengatur ketinggian cermin kedua sehingga bagian lain dari kaca pembagi sinar menembus
cermin dan di pantulkan kembali oleh kaca pembagi sinar. Sinar akan diteruskan menembus
pusat lensa divergenyang membentuk dua titik terang merah pada layar.
e. Mengatur posisi sinar dari cermin pertama agar sinar yang menembus kaca pembagi sinar
menghasilkan dua titik terang merah tepat pada pusat lensa divergen.
f. Mengusahakan agar kedua titik terang merah dari kaca pertama dan kaca kedua tergabung
menjadi satu pada layar sehingga akan terbentuk perincing-perincing pada layar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil pengamatan
4.2. Pembahasan
Pada hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat diketahui tentang beberapa sifat
dasar cahaya, serta penglihatan. Merambat artinya sama dengan menjalar atau mengalir. Jadi,
cahaya merambat dari satu tempat dari sumber ke tempat lain misalnya cahaya metahari yang
merambat dari keseluruhan ruang disekitarnya termasuk bumi. Cahaya lampu di dalam kamar
merambat keseluruh kamar, pemantulan cahaya akan merambat lurus bila ada benda yang
menghalangi perambatannya, sehingga perambatan berhenti kecuali jika benda yang
menghalangi itu tembus cahaya seperti halnya kaca jendela. Jika benda yang menghalangi itu
tidak tembus cahaya, cahaya tidak dapat merambat ke belakang benda, cahaya tidak dapat
disebut bayangan benda.
Benda yang ada didepan cermin datar, kita ambil sebuah sinar cahaya sembarangan
AP, kemudian dipantulakan menurut arah PQ, dengan mengikuti hokum-hukum pemantulan
yaitu sudut datang sama dengan sudut pantul. Kita membuat suatu garis L tegak lurus ke
cermin di titik yang jaraknya sama dengan jarak sumber cahaya (A) ke cermin, setiap sinar
yang berasal dari s yang mengenai cermin di pentulkan C 1 dan C2seakan-akan datang dari s,
dengan jarak s ke cermin. Artinya dimanapun mata di letakkan di depan cermin, jika mata
mata melihat kedalam cermin akan mendapat kesan bahwa ada cahaya datang dari s. inilah
yang menimbulkan kesan pada mata bahwa ada benda dari titik s di dalam cermin.
Dari hasil percobaan tersebut, pembentukan cahaya pada cermin berupa titik-titik
yang kemudian membentuk satu lingkaran dan mempunyai jarak fasa masing-masing titik,
dan pembentukan cahaya dengan menggunkan sinar laser dipengaruhi oleh beberapa gaya
luar yang biasanya menghasilkan pantulan cahaya dari sinar laser kurang jelas dan hamper
saja tidak Nampak.
Cepat rambat cahaya dianggap tak berhingga, cahaya yang dating dari sumber
dipantulkan pas mengenai spam spliter agar menghasilkan pantulan cahaya yang Nampak dan
jelas. Sehingga terjadi pemantulan secara teratur pada`cermin datar, satu berkas sinar sejajar
dipantulkan berupa berkas sejajar juga C1 dan C2 yang memancarkan cahaya kesebelah arah
cahaya. Dan cahaya itu berasal dari benda itu sendiri atau pantulan cahaya yang jatuh
padanya dari sumber cahaya lain.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa interferensi merupakan perpaduan dua gelombang , dimana hasil interferensinya
teratur dengan kedua gelombang tersebut harus koheren dan membentuk sebuah princing.
2. Hasil percobaan dapat diamati bahwa princing yang terbentuk berasal dari transmisi dan
refleksi sinar yang melalui lensa divergen dengan satu sumber sinar yang sama.
3. Hasil yang terbentuk berdasarkan percobaan terdapat bahwa :
Sedangkan hasil secara teori dapat dilihat pada gambar di bawah :
Bila dibandingkan gambar perincing dari hasil percobaan, di bandingkan dengan gambar
yang ada di leteratur, tidak sama.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum berikutnya, praktikan dapat lebih memahami cara
merangkai komponen interferometer dengan benar agar mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi.
Jawaban pertanyaan !
Interferensi adalah perpaduan dua buah gelombang yang saling berinteraksi, yang
mana syarat dengan dua sumber cahaya harus koheren dan memiliki beda fase yang selalu
tetap.
2.
Adapun bentuk princing yang terbentuk dari hasil percobaan yaitu :
3.
Bentuk princing berdasarkan teori :
4. Adanya ketidaksamaan dengan literatur, di buktikan dengan hasil yang di dapatkan.
1.
DAFTAR PUATAKA
Beiser A,1977,Konsep Fisika Modern,Terjemahan The How Liong,Erlangga : Jakarta.
Sutrisno,1977,Fisika Dasar,ITB : Bandung
Tim Penyusun, 2008, Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika Optik, Laboratorium Fisika
Eksperimen Fakultas Mipa Universitas Tadulako, Palu.
Diposkan 3rd January 2012 oleh supri brandalz