Beranjak dari semangat juang yang dituangkan oleh presiden Soekarno, pada saat
peresmian kampus IPB, yang pada intinya beliau menyampaikan bahwa dengan
memaksimalkan fungsi pertanian sebuah negara mampu memenuhi kebutuhan
fundamental negara yaitu berupa kesejahteraan pangan dan perekonomian.
Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang mampu bertahan bahkan
mengalami surplus atau swasembada pada tahun 1998 dan 2008. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa potensi yang sangat besar yang bisa dijadikan benteng
pada saat era ACFTA adalah sektor pertanian. Sehingga, meskipun ACFTA tetapi
Indonesia tidak mengalami keterpurukan pangan.
Budidaya varietas secara ilmiah dan kompleks dengan metode bioteknologi kultur
jaringan mampu menambahkan keragaman genetasi varietas. Secara tidak
langsung memperkokoh ketahanan pangan negeri sehingga mampu
berswasembada. Menjadi penunjang devisa negara dari pondasi produk-produk
pertaniannya yang mencakup Hortikultura, Perikanan, Kehutanan, Peternakan yang
memilki nilai jual tinggi atau laris manis saat dipasarkan secara global melalui
agribisnis Multinasional maupun Internasional.
Berawal dari niat pemerintah meningkatkan National net production (NNP) dan
Personal income (PI), akan tetapi semakin meningkatkan food crisis. Seperti itulah
sketsa Indonesia dewasa ini. Pangan merupakan benang kehidupan bagi rakyat.
Apabila skenario menyedihkan itu tidak dihentikan, maka terjadilah kehancuran
struktural pangan Indonesia.