Anda di halaman 1dari 2

Pangan Darurat

Indonesia merupakan ranah yang menggiurkan bagi industri Pertanian.


Indonesia memiliki fenomena-fenomena alam yang asri dan senantiasa menyimpan
potensi-potensi pertanian yang sangat bernilai. Sehingga seluruh dunia mengenal
Indonesia sebagai salah satu negara agroindustri yang sangat potensial. Hal ini
dibuktikan dengan metamorfosa kemakmuran pertanian dan keasrian alam yang
terhampar luas di dataran bumi pertiwi Indonesia. Realita tersebut bersinambungan
dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang melimpah-ruah pula.
Sehingga dengan kemakmuran sumber daya tersebut seyogyanya mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan seluruh penduduknya.
Hal-hal ini yang seharusnya menjadi titik acuan kita terutama sebagai
mahasiswa. Ironis memang, menilik kondisi perekonomian bangsa yang kritis
dengan hutang negara terhadap Bank Dunia yang menumpuk. Bangsa yang dahulu
bangga akan alamnya yang disebut agraris dan lohjenawi. Sekarang, bagaimana
lagi Indonesia dikatakan negara agraris kalau petani semakin merintih karena
bahan pangan saja harus bergantung pada impor. Dan bagaimana juga Indonesia
masih bisa dikatakan sebagai negara yang lohjenawi kalau dari Sabang sampai
Merauke masih banyak rakyatnya yang mati kelaparan? termasuk berbagai
permasalahan bangsa berhubungan dengan krisis pangan dan energi yang tidak
sinkron dengan realita potensi sumber daya alam di bumi pertiwi ini yang sangat
melimpah. Ini adalah sebuah bukti anomali. Seperti uraian pak Edi Santosa, dosen
Agronomi dan Hortikultura, saat memberi materi mengenai Swasembada Pangan
Berkelanjutan. Beliau mengutip pernyataan Tejo Pramono, coba tunjukkan apakah
ada satu negara pun di dunia yang alamnya kaya tetapi petaninya miskin...
jawabnya ada satu, yaitu Indonesia.
Inti dari permasalahan tersebut terkandung dalam ketidakstabilan ekonomi negara
karena fakirnya kesadaran masyarakat mengenai masih banyaknya potensi-potensi
alam yang senantiasa diacuhkan begitu saja. Nyatanya sumber daya alam
Indonesia merupakan satu-satunya harta yang paling besar dan nyata yang dimilki
oleh Indonesia dan berpotensi besar mengangkat sektor ekonomi negara. Alih-alih
berbicara mengenai ACFTA, Indonesia pun kini masih belum bisa memaksimalkan
SDA sendiri.
Solusi real dalam usaha memaksimalkan SDA adalah berwirausaha berbasis
pertanian modern. Membangun negeri ini menjadi negara agroindustri dengan
memaksimalkan SDA. Berwirausaha di bidang pertanian merupakan apresiasi nyata
yang bisa diwujudkan oleh segenap masyarakat serta sebagai tantangan bagi
generasi muda, khususnya mahasiswa dalam mengaplikasikan potensi
akademiknya untuk berwirausaha dalam bidang pertanian.
Pangan, benang kehidupan. Dan solusi kemandirian pangan.

Beranjak dari semangat juang yang dituangkan oleh presiden Soekarno, pada saat
peresmian kampus IPB, yang pada intinya beliau menyampaikan bahwa dengan
memaksimalkan fungsi pertanian sebuah negara mampu memenuhi kebutuhan
fundamental negara yaitu berupa kesejahteraan pangan dan perekonomian.
Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang mampu bertahan bahkan
mengalami surplus atau swasembada pada tahun 1998 dan 2008. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa potensi yang sangat besar yang bisa dijadikan benteng
pada saat era ACFTA adalah sektor pertanian. Sehingga, meskipun ACFTA tetapi
Indonesia tidak mengalami keterpurukan pangan.

Budidaya varietas secara ilmiah dan kompleks dengan metode bioteknologi kultur
jaringan mampu menambahkan keragaman genetasi varietas. Secara tidak
langsung memperkokoh ketahanan pangan negeri sehingga mampu
berswasembada. Menjadi penunjang devisa negara dari pondasi produk-produk
pertaniannya yang mencakup Hortikultura, Perikanan, Kehutanan, Peternakan yang
memilki nilai jual tinggi atau laris manis saat dipasarkan secara global melalui
agribisnis Multinasional maupun Internasional.
Berawal dari niat pemerintah meningkatkan National net production (NNP) dan
Personal income (PI), akan tetapi semakin meningkatkan food crisis. Seperti itulah
sketsa Indonesia dewasa ini. Pangan merupakan benang kehidupan bagi rakyat.
Apabila skenario menyedihkan itu tidak dihentikan, maka terjadilah kehancuran
struktural pangan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai