Anda di halaman 1dari 4

DIABETES MELITUS

Definisi DM
Diabetes melitus adalah suatu kondisi yang mengakibatkanmeningkatnya kadar gula
di dalam darah. Diabetes merupakan suatu kelainanreaksi kimia dalam hal pemanfaatan yang
tepat atas karbohidrat, lemak dan protein dari makanan, karena tidak cukupnya pengeluaran
atau kurangnyainsulin. Dengan kata lain, diabetes terjadi ketika tubuh tidak
dapatmemanfaatkan beberapa makanan karena kekurangan produk insulin (Ramaiah,2006).
Adanya hiperglikemia (kelebihan kadar glukosa darah) kronis padadiabetes mellitus
berhubungan dengan komplikasi jangka panjang disfungsi dan kelainan beberapa organ
terutama mata, ginjal, saraf, hati dan pembuluh darah (ADA, 2000).
Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes
melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika
seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:

poliuria (banyak berkemih)

polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa
keluhan tambahan DM berupa:

lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal

penglihatan kabur

penyembuhan luka yang buruk

disfungsi ereksi pada pasien pria

gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari


pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat
dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL

Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL

Pemeriksaan HbA1C 6.5%

Keterangan:

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir pasien.

Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.

TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa


khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah
meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam
kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya
adalah

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma
2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2
jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 199 mg/dL

Referensi: http://diabetesmelitus.org/gejala-diabetes-melitus/
DiabetesMelitus.org

Etiologi
Diabetes melitus disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resisitensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi relatif
insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.

Berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran,
2001).

Patofisiologi Diabetes Melitus


1. Diabetes Tipe 1
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut dieksresikan dalam
urin (glukosuria). Eksresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elekrolit yang
berlebihan, keadaan ini disebut diur esis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi). (Brunner and Suddarth, 2002)

2. Diabetes Tipe II
Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin
dan ganggua n sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin
yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit
meningkat. Namun, jika sel-sel tidakmampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II, namun terdapat jumlah
insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh
karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh,infeksi dan pandangan yang
kabur. (Brunner and Suddarth, 2002)
3. Diabetes Gestasional
Didefenisikan sebagai permulaan intoleransi glukosa atau pertama sekali didapat
selama kehamilan (Michael F. Greenean dan Caren G. Solomon, 2005).
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin.
Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapatmempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal, atau toleransi glukosasetelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang

ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresisosmotik yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus(polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urin, maka pasien mengalamikeseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang
semakinbesar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Selain itupasien juga
mengeluh lelah dan mengantuk (Price and Wilson, 2005).Pada diabetes tipe I, pasien dapat menjadi sakit berat
dan timbul ketoasidosis,serta dapat meninggal jika tidak mendapatkan pengobatan dengan segera.
Sedangkanpada diabetes tipe II mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, dandiagnosis
hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium danmelakukan tes toleransi glukosa. Biasanya
pasien tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya
relatif (Priceand Wilson, 2005)

Daftar pustaka
https://www.scribd.com/doc/86460699/Manifestasi-Klinis-DM. Diakses pada tanggal 22 september
2016, pkl 18.00
http://diabetesmelitus.org/gejala-diabetes-melitus/DiabetesMelitus.org. Diakses pada
tanggal 22 september 2016, pkl 18.00

Kemenkes, RI. (2014). INFODATIN. Pusat Data dan Informasi


Kesehatan RI: Jakarta

Kementrian

Anda mungkin juga menyukai