Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

Nama

: Eka Amelia Safitri

NIM

: P1337420615026

Kelompok : 8
Asisten

: Wulan Damar Sekar Utami

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMETERIAN KESEHATAN SEMARANG
2016

Lembar Pengesahan

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM MATA KULIAH BIOKIMIA


ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
SENIN, 18 APRIL 2016

Asisten

Praktikan

WULAN DAMAR SEKAR UTAMI

EKA AMELIA SAFITRI

NIM. 24020113120005

NIM. P1337420615026

ACARA I
ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT
I.

Tujuan
Mengidentifikasi karbohidrat baik secara umum maupun untuk
karbohidrat yang memiliki gugus pereduksi dengan reaksi warna.

II.

Tinjauan Pustaka
2.1 Karbohidrat
Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama

senyawa kimia yaitu kerbohidrat, protein, dan lemak. Kedudukan karbohidrat


sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai
sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah
penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya, mengubah
karbohidrat (glukosa) menjadi alkohol dan karbon dioksida untuk menghasilkan
energi (Lehninger, 2004).
2.1.1 Pengertian
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa
yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. . Nama karbohidrat
berasal dari senyawa dari golongan ini mempunyai rumus empiris, yang
menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon hidrat, dan memiliki
nisbah karbon terhadap hitrogen dan oksigen sebagai 1:2:1. Sebagai contoh,
rumus empiris D-glukosa adalah C6H12O6, yang juga dapat ditulis sebagai
(CH2O)6 atau C6(H2O)6 (Lehninger 1982).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia,
yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram.Karbohidrat
juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan
makanan, misalnya, rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam
tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan

tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan bergun untuk


membantumetabolisme lemak dan protein (Lehninger 1982).
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam
amino dan sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada tanaman karbohidrat dibentuk dari
reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses
fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno, 2004).

2.1.2 Klasifikasi
Terdapat

tiga

golongan

utama

karbohidrat:

monosakarida,

oligosakarida, dan polisakarida (kata sakarida diturunkan dari bahasa


Yunani yang berarti gula). Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari
hanya satu unit polihidroksi aldehida atau keton. Monosakarida yang paling
banyak dialam adalah D-glukosa 6-karbon. Monosakarida dengan enam atom
C disebut heksosa, misalnya glukosa (dekstrosa, atau gula anggur), fruktosa
(levulosa atau gula buah), dan galaktosa. Sedangkan lima atom C disebut
pentosa, misalnya xilosa, arabinosa, dan ribosa (Lehninger, 1982).
Oligosakarida (bahasa Yunani oligos, sedikit) terdiri dari rantai
pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan
kovalen. Diantaranyayang paling adalah disakarida, yang mempunyai dua
unit monosakarida. Teristimewa adalah sukrosa, atau gula tebu, yang terdiri
dari gula D-glukosa 6-karbon dan D-fruktosa yang digabungkan dengan
ikatan kovalen. Kebanyakan oligosakarida yang mempunyai tiga atau lebih
unit tidak terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai samping
polipeptida pada glikoprotein dan proteoglikan (Lehninger, 1982).
Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau
ribuan

unit

monosakarida.

Beberapa

polisakarida,

seperti

selulosa,

mempunyai rantai linear, sedangkan yang lain, seperti glikogen, mempunyai


rantai bercabang. Polisakarida yang paling banyak dijumpai, pada dunia
4

tanaman, yaitu pati dan selulosa, terdiri dari unit berulang D-glukosa, tetapi
senyawa-senyawa ini berbeda dalam unit D-glukosa dikaitkan satu dengan
yang lain. Nama semua monosakarida dan disakarida yang umum dikenal
berakhir dengan akhiran-osa (Lehninger, 1982).
II.2Sifat Karbohidrat
Karbohidrat bertindak sebagai cadangan energi, juga menyimpan
bahan bakar, dan zat antara metabolisme. Ribosa dan gula deoksiribosa
membentuk kerangka struktural darimateri genetik, RNA dan DNA
.Polisakarida seperti selulosa adalah elemen struktural dalam dinding sel
bakteri dan tumbuhan. Karbohidrat terkait dengan protein dan lipid yang
memainkan peran penting dalam interaksi sel.Karbohidrat adalah
senyawa organik, mereka adalah aldehida atauketon dengan banyak
gugus hidroksil (Budisma, 2015).
2.2.1 Sifat Kimia Karbohidrat
Sifat-sifat kimia karbohidrat menurut (Noorhidayati dan Hardiansyah,
2010) antara lain:
1. Banyaknya isomer ruang suatu karbohidrat adalah 2n dengan n
menyatakan jumlah atom C simetri.
2. Karbohidrat dapat mereduksi hidroksida-hidroksida

logam

dan

karbohidrat itu sendiri akan tereduksi.


3. Oksidasi pada karbohidrat menghasilkan asam.
4. Karbohidrat pada umumnya dapat diragikan menjadi ethanol dan CO 2
gas.

2.2.2 Sifat-sifat Fisika Karbohidrat


Sifat-sifat fisik karbohidrat menurut Noorhidayati dan Hardiansyah,
2010 ada yang berupa zat padat pada suhu kamar, ada yang berupa hablur,
tidak berwarna (misal: sukrosa dan glukosa), zat pada amorf atau pati dan
basa serat/selulosa. Sebagian besar karbohidrat mempunyai sifat dapat

memutar bidang polarisasi cahaya. Sebagai patokan dapat dilihat gugus OH


pada atom C kedua sebelum terakhir. Apabila OH terletak disebelah kanan
berarti memutar bidang polarisasi ke kanan dan diberi awalan d (dekstro) dan
apabila OH ke kiri diberi awalan l (Levo) berarti memutar bidang polarisasi
ke kiri.

2.3 Uji Krabohidrat


2.3.1 Uji Molisch
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch,
seorang alhi botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu.
Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara
lapisan asam dan lapisan sampel.
Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu naphthol

yang

terlarut

dalam

etanol.

Setelah

pencampuran

atau

homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding


tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya
membentuk lapisan. H2SO4 pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya)
berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, -naphthol
membentuk cincin yang berwarna ungu (Winarno, 2004).

2.3.2 Uji Benedict


Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida
dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict,

pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus

aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun

fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha


hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict
(Sudarmadji Slamet at al, 1996).
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi
dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan
sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit.
Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya
glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat
(kandungan glukosa tinggi).Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh
pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan
glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga
tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa
juga tidak bersifat pereduksi Sudarmadji Slamet at al, 1996)..
2.3.3 Uji Fehling
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian,
yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan
Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut,
sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi
Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat
dianggap sebagai larutan CuO (Rahayu Anny et all, 2005).
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%,
pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan

apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%,
endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan (Rahayu Anny et all, 2005).
2.3.4 Uji Osazon
Uji Osazon bertujuan membedakan bermacam-macam karbohidrat
dari gambar kristalnya. Dasar teorinya adalah semua karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon atau
osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi
mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari
disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali jika didinginkan.
Namun, sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton
yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas. Sebaliknya, osazon dari
monosakarida tidak larut dalam air mendidih (Sumardjo Damin, 2006).
2.3.5 Uji Selliwanoff
Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan gula
(karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa
memiliki gugus aldehida, sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari
uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat
dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi
furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna
merah ceri (Sumardjo Damin, 2006).
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna
merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil
negatif dengan tidak muncul warna merah pada larutan. Namun apabila
pemanasan tidak sesuai dengan prosedur (lebih dari 5 menit), gula aldosa
kadang akan menghasilkan warna merah muda. Sedangkan sukrosa
(gabungan antara fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan warna merah ceri
karena adanya fruktosa di dalamnya (Sumardjo Damin, 2006).

III.

Metode
3.1 Alat dan Bahan Uji Molisch
3.1.1 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Pipet Tetes
3. Rak Tabung Reaksi
3.1.2
1.
2.
3.

Bahan
Sukrosa
Reagen Molisch
Asam Sulfat Pekat

3.2 Cara Kerja :


3.2.1 Identifikasi Umum
1. Uji Molisch
1.
Dua tabung reaksi disediakan.
2.
Tabung pertama diisi 1 cc sukrosa, ditambah 2 tetes 15% 3.

naphtol dalam 95% etil alkohol (reagen Molisch).


Tabung reaksi kedua disiapkan kemudian diisi 1 cc asam

4.

sulfat pekat, miringkat tabung pada sudut 45o.


Larutan pada tabung pertama dimasukkan kedalam tabung
kedua sampai larutan gula tabung pertama berada diatas asam

5.
6.

tanpa pencampuran.
Perubahan warna dan terjadinya endapan diamati.
Hasilnya ditulis dalam buku laporan sementara.

3.3 Alat dan Bahan Uji Benedict


3.3.1 Alat
1. Reaksi,
2. Pipet Tetes
3. Rak Tabung
4. Bunsen
5. Korek Api
3.3.2 Bahan
1. Glukosa
2. Reagen Benedict
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Identifikasi untuk Karbohidrat Pereduksi
1. Uji Benedict
1. 0,5 cc larutan glukosa 20% (8 tetes) ditambah 1 cc reagen
Benedict.
2. Campuran larutan dipanaskan diatas api selama 1 menit.
3. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi.
9

4. Hasil pengamatan ditulis dibuku laporan sementara.


3.5 Alat dan Bahan Uji Fehling
3.5.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Alat pemanas
3. Penjepit
3.5.2 Bahan
1. Glukosa,
2. Maltosa,
3. Laktosa
4. Reagen Fehling A dan B
3.6 Cara Kerja
2. Uji Fehling
1. Ditetesi 0,5 cc (8 tetes) Larutan glukosa, maltosa, dan
laktosa) masing-masing dimasukkan dalam tabung berbeda.
2. Ditambahkan 1 cc reagen Fehling A dan 1 cc Fehling B.
3. Tabung dipanaskan sampai reaksi warna spesifik terjadi.
4. Perubahan reaksi yang terjadi diamati.
5. Dicatat dalam buku laporan sementara.
3.7 Alat dan Bahan Uji Osazon
3.7.1 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Alat pemanas
3.7.2 Bahan
1. Larutan Gula (glukosa, fruktosa)
2. Asam Asetat Glasial
3. Fenilhidrazin
4. Na-asetat Padat.
3.8 Cara Kerja
3. Pembentukan Osazon
1. Disiapkan dua tabung reaksi.
2. Tabung pertama diisi 1 cc larutan glukosa dan tabung
kedua diisi 1 cc larutan fruktosa dengan menggunakan
pipet tetes.
3. 1 tetes asam asetat glasial Ditambahkan pada tabung
pertama dan tabung kedua.
4. 2 tetes fenilhidrazin Ditambahkan pada tabung pertama
dan tabung kedua.
5. 0,1 gram Na-asetat pada Ditambahkan t pada tabung
pertama dan tabung kedua.

10

6. Tabung pertama dipanaskan dan kedua pada alat pemanis


dengan tabung reaksi tersebut dijepitkan, kemudian sedikit
digerakkan pada alat pemanas hingga mendidih.
7. Kedua tabung dibiarkan mendingin.
8. Amati endapan yang terbentuk, kristal

diamati

menggunakan mikroskop.
9. Hasil pengamatan dicatatat dalam buku laporan sementara.
3.9 Alat dan Bahan Uji Seliwanoff
3.9.1 Alat
1. Tabung Reaksi
2. Rak Tabung
3. Alat Pemanas
4. Penjepit
3.9.2 Bahan
1. Larutan Fruktosa 20%
2. Reagen Selliwanoff (0,5%resorsinol dalam N HCl).
3.10
Cara Kerja
3.11
Identifikasi Khusus untuk Fruktosa
1. Uji Seliwanoff
1. Tabung reaksi disiapkan.
2. 1 cc reagen Selliwanoff ditambahkan.
3. 1 cc larutan sampel ditambahkan.
4. Tabung reaksi dipanaskan diatas pemanas
5. Didihkan selama 30 detik, jika reaksi positif akan terbentuk
perubahan warna merah.
6. Hasil pengamatan dicatatat dalam buku laporan sementara.

IV.

Hasil Pengamatan
4.1 Hasil

11

N
O
1

PERCOBAAN
Uji Molisch
1 cc sukrosa

HASIL
a. Tabung

FOTO
1

cc

sukrosa ditambah 2
tetes

Molisch

berubah

2 tetes Molisch

warna

menjadi putih pekat.


b. Tabung II ( 1 cc
H2SO4),
Tabung 1

tabung

dicampur ke tabung

Sukrosa (Safitri, 2016)

I dan tidak diaduk.


c. Warna sebelum putih
pekat dan terdapat

Tabung 2 ( 1cc

hasil

H2SO4)

endapan

berwarna
membentuk
Pengamatan
2

Uji Benedict
0,5 cc glukosa

seperti

cincin.
d. Reaksi positif.
a. 0,5
cc
glukosa
ditambah

1 cc Benedict

cc

Benedict

warna

awalnya

biru

kemudian
menjadi

Pemanasan 1 menit

ungu

berubah
merah

kecoklatan.
b. Hasil reaksi positif.

Pengamatan

12

Glukosa (Safitri, 2016)

Uji Fehling
0,5 cc glukosa,

a. Laktosa

warna

putih yang atasnya

maltosa, laktosa

terdapat warna biru


menjadi merah bata.
b. Glukosa : warna
awal

1 cc Fehling A

putih

berubah
1 cc Fehling B

biru

menjadi

orange.
c. Maltosa

awal

putih

Laktosa (Safitri, 2016).

warna
biru

menjadi biru tosca.


d. Hasil reaksi laktosa
Dipanaskan

dan glukosa positif


sesuai dengan teori

Pengamatan

Glukosa (Safitri, 2016).

yang ada.
e. Hasil reaksi maltosa
negatif.

Maltosa (Safitri, 2016).

Uji Osazon
Tabung

a. Glukosa
- Terdapat
butiran/partikel
naik-turun

1 cc larutan gula
(glukosa dan

fruktosa)

saat

dipanaskan.
Warnanya
berubah menjadi

1 tetes asam asetat

kuning bening.
Hasilnya positif..
Hasil
pengamatan

13

Glukosa (Safitri, 2016).

glasial

dimikroskop
tidak ditemukan
serabut-serabut

2 tetes fenilhidrazin

pada

sampel

glukosa, adanya
0,1 gram Na-Asetat

gelembung air.
b. Fruktosa
- Terdapat

padat

butiran/partikel
naik-turun

Dipanaskan sampai

mendidih

Fruktosa (Safitri, 2016).

saat

dipanaskan.
Warnanya
berubah menjadi

Didinginkan

Amati endapan

kuning keruh.
Hasilnya positif,
karena

sesuai

dengan

teori

yang ada.
Hasil

mikroskop (Safitri, 2016).

pengamatan

dimikroskop

dimikroskop
ditemukan
serabut-serabut
pada
fruktosa.

14

Pengamatan Fruktosa di

sampel

Uji Selliwanoff
Tabung

1 cc reagen

a. Warna awal coklat


berubah

menjadi

orange.
b. Hasil reaksi negatif,
karena tidak terjadi

Selliwanoff

perubahan warna.
Glukosa (Safitri, 2016).

1 cc larutan sampel

Dipanaskan

Dididihkan 30 detik

Pengamatan

V.

Pembahasan
Praktikum Acara I Analisa Kualitatif Karbohidrat dilaksanakan pada
tanggal 18 April 2016, pukul 10.00-12.00 WIB, di Laboratorium Biokimia,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Pertama dilakukan
uji Molisch dengan alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, pipet tetes,
rak tabung. Bahan yang digunakan uji Molisch antara lain sukrosa, reagen
Molisch, asam sulfat pekat. Kedua, uji Benedict alat yang digunakan tabung
reaksi, pipet tetes, rak tabung, bunsen, dan korek api. Bahan yang digunakan
glukosa, reagen Benedict. Ketiga uji Fehling, alat dan bahan yang digunakan
antara lain tabung reaksi, alat pemanas, penjepit, glukosa, maltosa, laktosa,
reagen Fehling A dan B. Keempat uji Osazon, alat dan bahan yang digunakan
tabung reaksi, alat pemanas, larutan gula (glukosa, fruktosa), asam asetat

15

glasial, fenilhidrazin, dan Na-asetat padat. Kelima uji Seliwanoff, alat dan
bahan yang digunakan tabung reaksi, rak tabung alat pemanas, penjepit
larutan fruktosa 20%, reagen selliwanoff (0,5% resorsinol dalam N HCl).
5.1 Uji Molisch
Tujuan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat pada larutan
sukrosa (Winarno, 2004).
Prinsipnya bahan yang mengandung monosakarida bila direaksikan dengan
H2SO4 pekat akan terhidrolisis membentuk furfural. Senyawa furfural ini
akan membentuk persenyawaan dengan naftol ditandai dengan terbentuknya
warna violet (cincin). Oleh karena H2SO4 dapat menghidrolisis oligosakarida
dan polisakarida (Sumardjo, 2008).
Cara Kerja teteskan 1 cc (16 tetes) sukrosa kemudian tambahkan 2
tetes Molisch pada tabung pertama dan tabung kedua ditetesi dengan H 2SO4
kemudian diamati sampai terjadi perubahan warna.
Fungsi Bahan antara lain sukrosa merupakan golongan oligosakarida
yang berfungsi sebagai sampel atau zat yang akan diidentifikasi adanya
kandungan karbohidrat pada larutan gula tersebut. Reagen Molisch berfungsi
untuk membentuk senyawa kompleks berwarna. Asam sulfat pekat
ditambahkan pada uji Molisch berfungsi untuk menghidrolisis ikatan ikatan
pada sakarida agar menghasilkan senyawa furfural (Sumardjo, 2008).
Fungsi Perlakuan tabung reaksi yang berisi larutan sukrosa dan
reagen Molisch dimiringkan 45o berfungsi untuk mempercepat terjadinya
endapan berbentuk cincin dan perubahan warna menjadi ungu.
Hasilnya positif karena terdapat endapan berwarna ungu membentuk
seperti cincin .
Reaksi pada percobaan uji Molisch menurut (Sumardjo, 2006)
menyatakan bahwa reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk
cincin furfural yang berwarna ungu. Apabila suatu larutan uji menunjukkan
adanya cincin berwarna ungu, maka larutan uji tersebut positif mengandung
karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif,
sedangka warna hijau adalah negatif.
5.2 Uji Benedict

16

Tujuan uji benedict untuk membuktikan adanya gula pereduksi


(Sudarmadji, 1996).
Prinsip larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direaksikan oleh
gula yang mempunyai gugus aldehida sehingga cupri oksida (CuO) tereduksi
menjadi Cu2O yang berwarna merah bata (Naufa, 2015).
Cara Kerja tambahkan 0,5 cc glukosa dan 1 cc benedict pada tabung
reaksi. Kemudian dipanaskan sekitar 1 menit. Amati perubahan warna yang
terjadi.
Fungsi Bahan dari glukosa adalah untuk mereduksi senyawa
pengoksidasi karena ujung pengoksidasinya mengandung aldehida. Glukosa
merupakan golongan dari monosakarida. Fungsi Reagen Benedict adalah
untuk mengetahui adanya kandungan gula (karbohidrat) dengan terbentuknya
warna merah bata (Winarno, 1984).
Fungsi Perlakuan tabung reaksi yang berisi glukosa dan reagen
benedict dipanaskan diatas api selama 1 menit dan digoyang-goyangkan
berfungsi untuk mempercepat laju reaksi terjadinya perubahan warna yaitu
merah kecoklatan (Winarno, 1984).
Hasil pada uji Benedict didapatkan hasil positif, karena perubahan
warna menjadi merah kecoklatan pada sampel glukosa yang digunakan.
Reaksi dari uji Benedict diperoleh hasil positif. Menurut Winarno
(1984) bahwa gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan
mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap
sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.

5.3 Uji Fehling


Tujuan uji Fehling untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula
pereduksi (Keenan, 1986).
Prinsipnya adalah grafimetri sehingga dengan mudah dapat
ditentukan larutan yang mengandung karbohidrat (Keenan, 1986).
17

Cara Kerja tambahkan larutan gula (glukosa, maltosa, dan laktosa) 0,5
cc pada 3 tabung reaksi yang berbeda. Tambahkan 1 cc Fehling A dan
Fehling B pada 3 tabung reaksi yang berbeda. Kemudian 3 tabung reaksi
dipanaskan secara bergantian. Amati 3 tabung reaksi tersebut sampai terjadi
perubahan warna.
Fungsi Bahan larutan gula (glukosa, maltosa, dan laktosa) adalah
sebagai sampel atau zat yang akan diidentifikasi adanya kandungan
karbohidrat pada larutan gula tersebut. Glukosa merupakan golongan
monosakarida, maltosa dan laktosa merupakan golongan oligosakarida
(Lehninger, 1982). Fungsi dari Fehling A (larutan gula dan reagen fehling A)
dan B (larutan gula dan fehling B) adalah sebagai pereaksi dalam uji Fehling
dengan

mengidentifikasi

adanya

sifat

pereduksi

dalam

karbohidrat

(Sudarmadji, 1986).
Fungsi Perlakuan abung reaksi yang berisi larutan gula (glukosa,
maltosa, dan laktosa) dipanaskan (Rahayu, 2012) dan digoyang-goyangkan
berfungsi untuk mempercepat terjadinya perubahan laju reaksi dalam sampel
larutan gula (glukosa, maltosa, dan laktosa) jika terdapat kandungan
karbohidrat dengan ditandai terjadinya perubahan warna menjadi merah bata
(Sudarmadji, 1986).
Hasil pada uji Fehling positif pada larutan glukosa dan laktosa,
didapatkan hasil perubahan warna. Pada laktosa warna semula putih atasnya
berwarna biru menjadi merah bata. Pada glukosa warna semula putih biru
berubah menjadi orange. Pada maltosa warna awal biru menjadi biru tosca.
Hasilnya negatif pada larutan maltosa. Seharusnya pada uji Fehling, maltosa
berubah warna menjadi merah bata atau orange. Pada percobaan ini, mungkin
terjadi kesalahan pada saat meneteskan larutan gula (maltosa) dengan Fehling
A dan B. Penggunaan pipet yang kurang tepat saat menenteskan maltosa dan
fehling yang terlalu sedikit menyebabkan tidak mendapatkan hasil perubahan
warna yang seharusnya merah bata atau orange didapatkan hasil perubahan
warna biru tosca.
Reaksi dari percobaan yang diperoleh glukosa dan laktosa
memberikan reaksi positif, karena glukosa memberikan reaksi positif ditandai

18

dengan perubahan warna menjadi orange sesuai dengan teori/literatur yang


ada. Soedarmadji, 1986 mengatakan bahwa terdapat kandungan karbohidrat
pada uji Fehling jika ditandai dengan perubahan warna menjadi orange dan
merah bata. Laktosa memberikan reaksi positif ditandai dengan perubahan
warna menjadi merah bata sesuai dengan teori yang ada. Sedangkan maltosa
memberi reaksi negatif, karena terjadi perubahan warna menjadi biru tosca
yang tidak sesuai dengan teori menurut (Soedarmadji, 1986).
5.4 Uji Osazon
Tujuan uji osazon yaitu untuk membedakan bermacam-macam
karbohidrat dari gambar kristalnya (Sumardjo, 2006).
Prinsip karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas
akan membentuk osazon saat dipanaskan bersama fenilhidrazin. Osazon yang
dihasilkan ini memiliki bentuk kristal berwarna kuning dan titik lebur yang
berbeda bagi setiap karbohidrat (Sumardjo, 2006)
.
Cara Kerja tambahkan 1 cc larutan gula (glukosa dan fruktosa) pada
dua tabung yang berbeda. Tambahkan 1 tetes asam asetat glasial pada kedua
tabung. Taambahkan dua tetes fenilhidrazin pada kedua tabung tersebut.
Kemudian tambahkan 0,1 gram Na-asetat padat. Kedua tabung tersebut
dipanaskan secara bergantian sampai mendidih. Kemudian didinginkan
beberapa menit. Amati kristal endapan dibawah mikroskop.
Fungsi Bahan dari larutan gula (glukosa dan fruktosa) berfungsi
sebagai sampel/zat yang akan diidentifikasi adanya kandungan karbohidrat.
Glukosa merupakan golongan monosakarida dan fruktosa merupakan
golongan oligosakarida. Asam asetat glasial berfungsi menghidrolisis reaksi
pentosa. Fenilhidrazin berfungsi memberikan endapan adanya kristal kuning
pada tabung reaksi yang berisi larutan gula. Na-Asetat padat berfungsi untuk
menjaga larutan fenilhidrazin agar tidak cepat rusak (Sumardjo, 2006).
Fungsi Perlakuan yaitu fungsi pemanasan dan digoyang-goyangkan
berfungsi agar sampel yang diujikan dapat berubah warna menjadi kuning
bening pada glukosa dan kuning keruh pada fruktosa (Rahayu, 2012). Adanya
partikel-partikel yang naik-turun pada saat dipanaskan. Tabung reaksi yang
berisi glukosa dan fruktosa dibiarkan mendingin berfungsi untuk mengetahui
adanya endapan yang mengkristal pada tabung reaksi.Mengamati endapan

19

kristal dimikroskop berfungsi untuk mengetahui bentuk endapan kristal pada


uji Osazon yang bentuknya seperti serabut-serabut (Sumardjo, 2006).
Hasil pada percobaan glukosa uji Osazon yaitu positif, terjadi
perubahan warna setelah dipanaskan

menjadi warna kuning bening dan

terdapat partikel-partikel putih yang naik-turun saat dipanaskan. Pada


percobaan fruktosa uji Osazon terjadi perubahan warna setelah dipanaskan
yaitu kuning bening dan terdapat partikel-partikel putih yang naik-turun saat
dipanaskan (Soemardjo, 2006). Di mikroskop pada larutan fruktosa dapat
ditemukan bentuk serabut-serabut, sedangkan pada larutan glukosa tidak
ditemukan bentuk serabut-serabut adanya gelembung-gelembung air. Hal ini
disebabkan tidak ditemukannya serabut-serabut pada fruktosa karena dalam
penggunaan mikroskop yang kurang tepat. Selain itu, penggunaan perbesaran
yang ukurannya tidak tepat. Pengambilan sampel dengan menggunakan pipet
saat mengambil glukosa tidak menyerap kristal-kristal hanya cairan yang
terserap pada pipet. Hal tersebut, mengakibatkan kegagalan dalam
pengamatan melalui mikroskop.
Reaksi Pada percobaan uji Osazon dengan menggunakan glukosa dan
fruktosa memberikan hasil reaksi positif, karena sesuai dengan literatur dan
teori yang ada menurut (Sumardjo Darmin, 2009) mengatakan bahwa kristal
berwarna kuning yang larut dalam air dan terbentuk apabila monosakarida
atau disakarida pereduksi dengan fenilhidrazin. Terdapat endapan yang
berbentuk kristal dan positif.

5.5 Uji Seliwanoff


Tujuan uji Seliwanoff yaitu untuk membuktikan adanya ketosa
(fruktosa) (Soedarmo, 1989).
Prinsip didasarkan atas pembentukan 4-hidroksimetilfurfural yang
membentuk senyawa berwarna dengan adanya resorsinol 1,3-dihidroksi
benzena. Reaksi ini spesifik dengan ketosa ditunjukkan hasil reaksi berwarna
merah (Sumardjo, 2009).
20

Cara Kerja tambahkan 1 cc reagen Seliwanoff pada tabung reaksi.


Tambahkan 1 cc larutan fruktosa. Kemudian dipanaskan 30 detik. Amati
tabung reaksi tersebut sampai terjadi perubahan warna.
Fungsi Bahan dari larutan fruktosa berfungsi sebagai sampel atau zat
yang akan diidentifikasi adanya kandungan karbohidrat (Sudarmadji, 2010).
Reagen selliwanoff berfungsi menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida
menjadi gula sederhana (Poedjiadi, 2009).
Fungsi Perlakuan mendidihkan dan menggoyang-goyangkan tabung
reaksi yang berisi fruktosa dan reagen Seliwanoff berfungsi untuk
mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi dan kondensasi dalam pembentukan
senyawa kompleks berwarna (Girinda, 2008).
Hasil pada percobaan uji fruktosa mendapatkan hasil positif karena
terjadi perubahan warna. Warna awal cokelat menjadi orange. Hal ini
mungkin terjadi kesalahan pada saat meneteskan larutan fruktosa ataupun
reagen Selliwanoff. Seharusnya terjadi perubahan warna merah, akan tetapi
pada percobaan uji fruktosa didapatkan perubahan warna orange. Selain itu,
terjadinya kesalahan bisa disebabkan saat pengambilan larutan ataupun
reagen dengan menggunakan pipet yang sudah terpakai dengan pengambilan
larutan lain. Hal ini menyebabkan larutan fruktosa yang diuji dengan reagen
seliwanoff tidak sesuai seperti teori yang ada.
Reaksi pada uji fruktosa dengan reagen Seliwanoff memberikan
reaksi negatif. Hal ini dikarenakan perubahan warna yang terjadi tidak sesuai
dengan teori yang ada. Seharusnya fruktosa yang diuji berubah menjadi
warna merah akan tetapi pada praktikum ini didapatkan hasil perubahan
warna orange. Sumardjo (2009) mengatakan bahwa reaksi spesifik dengan
ketosa ditunjukkan hasil reaksi berwarna merah.
VI.

Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan uji karbohidrat (molisch, benedict,
osazon, fehling dan seliwanoff) dapat disimpulkan bahwa uji Molisch terjadi
perubahan warna menjadi ungu dan senyawa membentuk seperti cincin dan
hasilnya positif. Uji Benedict terjadi perubahan warna menjadi merah
21

kecokelatan dan reaksinya positif. Uji Fehling terjadi perubahan warna


orange dan merah bata, hasil reaksinya positif. Sedangkan uji fehling yang
terjadi perubahan warna biru tosca hasilnya negatif. Uji Osazon terjadi
perubahan warna menjadi kuning, hasilnya positif.Uji Selliwanoff terjadi
perubahan warna orange, hasilnya negatif.
Daftar Pustaka
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawidjaja,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
Sudarmadji, Slamet. 2010. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Yogyakarta Liberty.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
EGC.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

22

Anda mungkin juga menyukai