Mekanisme Pemungutan PPN
Mekanisme Pemungutan PPN
setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN. Selanjutnya Pemungut PPN berkewajiban
menyetorkan PPN yang dipungut ke kas negara dan kemudian melaporkan PPN yang dipungutnya. Rekanan
menerima faktur pajak dan SSP sebagai bukti pemungutan PPN. Adapun mekanisme pemungutan PPN untuk
masing-masing Pemungut adalah sebagai berikut:
1.
Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara. Mekanisme pemungutan
PPN untuk Bendaharawan Pemerintah dan KPPN adalah sebagai berikut:
1.
PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan
kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN baik untuk sebagian maupun seluruh
pembayaran.
2.
3.
Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan BKP dan/atau
JKP, Faktur Pajak wajib diterbitkan pada saat pembayaran diterima.
4.
Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan atau PPnBM.
5.
Apabila penyerahan BKP tersebut terutang PPnBM maka PKP rekanan Pemerintah
mencantumkan jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak.
6.
2.
3.
7.
Rekanan mengisi SSP dengan membubuhkan NPWP dan identitas PKP Rekanan Pemerintah
yang bersangkutan, tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah
atau KPKN sebagai penyetor atas nama PKP Rekanan Pemerintah.
8.
Pada lembar Faktur Pajak oleh Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungut wajib
dibubuhi cap "Disetor tanggal ..............." dan ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah.
9.
2.
3.
Lembar ke-3 (Untuk PKP Rekanan guna dilampirkannya pada SPT Masa PPN),
4.
Lembar ke-4 (Untuk Bank Persepsi atau kantor pos atau pertinggal untuk KPPN),
5.
10. Apabila pemungutan oleh KPKN, SSP dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang masing-masing
diperuntukkan sebagai berikut:
1.
2.
3.
lembar ke-3 untuk PKP rekanan Pemerintah dilampirkan pada SPT Masa PPN.
4.
11. KPPN membubuhkan cap "TELAH DIBUKUKAN" pada SSP lembar ke-1 dan lembar ke-2.
12. KPPN yang melakukan pemungutan mencantumkan nomor dan tanggal advis SPM pada
setiap lembar Faktur Pajak dan SSP.
13. Untuk Jenis Pajak PPN Dalam Negeri, pengisian SSP menggunakan Kode Akun Pajak 411211
dengan Kode Jenis Setoran 900.
2.
Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan kontraktor atau pemegang
kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi. Mekanisme pemungutan PPN untuk
kontraktor kontrak kerja sama adalah sebagai berikut: Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP
atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin.
1.
2.
2.
3.
2.
3.
4.
Pada Faktur Pajak yang dibuat, Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin
yang melakukan pemungutan wajib membubuhkan cap "Disetor Tanggal .............."
dan menandatanganinya.
5.
Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang PPnBM, maka
Rekanan harus mencantumkan juga jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak.
2.
1.
2.
2.
lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos;
3.
lembar ketiga untuk Rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN;
4.
5.
2.
Faktur Pajak dibuat dalam rangkap 2 (dua): lembar kesatu untuk BUMN; dan
lembar kedua untuk Rekanan
3.
Pada Faktur Pajak yang dibuat, BUMN yang melakukan pemungutan wajib
membubuhkan cap "Disetor Tanggal .............." dan menandatanganinya.
4.
Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang PPnBM, maka
Rekanan harus mencantumkan juga jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak.
5.
Rekanan mengisi SSP dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi
penandatanganan SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan.
2.
SSP dibuat dalam rangkap empat (empat) dengan peruntukkan sebagai berikut:
3.
1.
2.
lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos;
3.
lembar ketiga untuk Rekanan yang dilampirkan pada SPT Masa PPN; dan
4.
Pada SSP, Kode Akun Pajak diisi dengan kode 411211 dan Kode Jenis Setoran 900.