Tatalaksana Edit Fixxxx
Tatalaksana Edit Fixxxx
Setelah melalui tahap evaluasi awal, staging dan penegakan kuman penyebab, tatalaksana
meliputi terapi antibiotik spektrum luas, Mengurangi nyeri dan sebagai tatalaksana suportif ,
Mengeluarkan pus serta mengurangi tekanan intraoseus, debridement dengan mengurangi dead
space, dan bila perlu stabilisasi tulang apabila terjadi fraktur. Pada kebanyakan penderita
osteomielitis, prosedur pemberian terapi antibiotik inisial memberikan hasil terbaik. Antimikroba
diberikan paling tidak selama empat hingga enam minggu untuk mendapatkan tingkat
kesembuhan yang dapat diterima. Dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik parenteral atau
per oral pada pasien rawat jalan.dejong
Terapi Antibiotik
Osteomielitis hematogen akut paling baik dikelola dengan evaluasi cermat terhadap
kuman penyebab serta dengan pemberian terapi antibiotik adekuat selama empat hingga enam
minggu.
Operasi debridement tidak diperlukan jika diagnosis osteomielitis hematogen diketahui
dengan segera. Jika terapi antibiotik gagal, diperlukan debridement (atau debridement ulang) dan
pemberian antibiotik parenteral selama empat hingga enam minggu.
Selama dilakukan pemeriksaan kultur, dilakukan pemberian preparat antibiotik parenteral
empiris ditambah cefotaxim atau ceftriaxone untuk melindungi terhadap organisme yang
dicurigai sebagai penyebab. Setelah hasil kultur diketahui, pemberian preparat antibiotik
diperbarui sesuai jenis kuman yang ditemukan. 15
Terapi oral antibiotik fluoroquinolon terhadap kuman Gram negatif telah banyak
digunakan pada penderita osteomielitis dewasa. Tidak satupun preparat fluoroquinolon yang
tersedia memiliki kemampuan antistafilokokus yang optimal, suatu kerugian penting mengingat
adanya peningkatan insidensi infeksi nosokomial akibat resistensi stafilokokus. Lagipula,
quinolon yang ada juga tidak dapat melindungi terhadap kuman anaerob.
15 = Khoshhal K., Letts R. M. Subacute Osteomyelitis (Brodie Abscess).
www.emedicine.com. Last updated: Jul 18, 2008.
Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas debridement
merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan. Setelah debridement dengan eksisi
tulang, adalah hal yang perlu untuk menghapuskan/ menghilangkan dead space yang dilakukan
dengan memindahkan jaringan di atasnya. Pengobatan dead space termasuk myoplasty lokal,
pemindahan jaringan dan penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan lunak telah
dikembangkan untuk meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian antibiotik.dejong
Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan
pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan:
Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan
tulang(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya
dilakukan drainase dan irigasi secara kontinu selama beberapa hari.
Adakalanya diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang
yang infeksi
Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai
sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut
b.
c.
d.
Timbulnya resistensi
e.
f.
Antibiotik antagonis
g.
h.
Kesalahan diagnostik
Bila proses akut telah dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan
diberikan. Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat.
Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur
patologis. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat
dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.6
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah;
perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan.
Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong
dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup
kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.17
16= Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff
Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472 74
17. King R., Johnson D. Osteomyelitis. www.emedicine.com. Last updated: Nov 4, 2008
Keadaan-keadaan Khusus
Osteomielitis Vertebra
Osteomielitis vertebra umumnya berasal dari infeksi spatium diskalis yang menyebar secara
hematogen atau karena pembedahan. Kemungkinan penyebab lain yaitu trauma, perluasan
infeksi dari struktur yang berdekatan dan komplikasi akibat pembedahan diskus dan vertebra.
Kondisi yang mempengaruhi meliputi lokasi infeksi ekstraspinal, instrumentasi saluran kemih,
indwelling vascular catheter, hemodialisis, kelebihan obat intravena, kanker dan diabetes
mellitus. Osteomielitis vertebra seringkali dikaitkan dengan nyeri hebat dan fungsiolesa.
MRI penting untuk mendeteksi adanya osteomielitis vertebra piogenik. Jenis osteomielitis ini
biasanya sembuh tanpa pembedahan, meskipun infeksi melibatkan area tulang yang luas.
Dianjurkan pemberian antibiotik selama enam minggu.
Infeksi Sendi Prosthesis
Infeksi sendi prosthesis sering disebabkan oleh Stafilokokus koagulase negatif. Tatalaksana
terbaik adalah dengan mengganti prosthesis dengan prosthesis baru disertai pemberian antibiotik
intravena selama dua hingga enam minggu. Dianjurkan pula penggunaan antibiotic-impregnated
beads dan antibiotic-loaded prostheses.
Preparat Antibiotik Inisial 17
Preparat Antibiotik Inisial bagi Penderita Osteomielitis
Organisme
Antibiotik pilihan pertama
Antibiotik alternatif
Staphylococcus aureus
Nafcilin (Unipen), 2 g IV
Sefalosporin generasi
atau Stafilokokus
(Vancocin)
metisilin)
Staphylococcus aureus
Vankomisin, 1 g IV tiap 12
trimetoprim-
atau Stafilokokus
jam
sulfametoksazol
metisilin)
minosiklin (Minocin)
ditambah rifampin
(Rifadin)
Klindamisin, eritromisin,
Streptokokus (b
vankomisin, atau
6 jam
seftriakson (Rocephin)
atau Streptococcus
Eritromisin atau
pneumoniae)
klindamisin
S. pneumoniae resisten
Sefotaksim (Claforan), 1 g
Levofloksasin
tunggal
(Levaquin)
S. pneumoniae resisten
Vankomisin, 1 g IV tiap 12
Ampisilin-sulbaktam
penisilin
jam
(Unasyn)
Enterococcus species
atau orvankomisin, 1 g IV
Sefalosporin generasi
tiap 12 jam
ke-tiga
Fluorokuinolon (mis.
Ciprofloksasin [Cipro], 750
Imipenem (Primaxin
I.V.), piperasilin-
Ceftazidime (Fortaz), 2 g IV
Pseudomonas aeruginosa
cefepime (Maxipime;
aminoglikosida IV dosis
diberikan bersama
aminoglikosida)
pertama)
negatif: amoksisilin-
Kuman anaerob
atau metronidazole
dan anaerob
Amoksisilin-klavulanat, 875
(Flagyl)
Imipenem
= intravena
----
p.o.
= per oral
18 = Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med 1997;336:999-1007, and Mader JT,
Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J. Antimicrobial treatment of chronic osteomyelitis. Clin
Orthop 1999;(360):46-65 )
Terapi antibiotik dini, sebelum terjadi kerusakan tulang yang luas, memberikan hasil terbaik pada
penderita osteomielitis. Selama tatalaksana, tanda dan gejala yang mengarah ke perburukan
infeksi harus dimonitor secara ketat. Setelah tatalaksana lengkap, follow-up selanjutnya adalah
mengevaluasi respon pengobatan dan kondisi kesehatan pasien secara umum.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%.
Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi akut. Infeksi yang
terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan, kelemahan dan amiloidosis.
Osteomyelitis kronik dapat menyebar ke organ-organ lain. Eksaserbasi akut dapat dipersulit oleh
efusi hebat ke dalam sendi di dekatnya atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan
kerusakan tulang yang progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang
menyebabkan fraktur patologis.
Sebelum penutupan epifiseal, osteomyelitis dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan
dari tulang panjang akibat hiperemia kronis pada lempeng pertumbuhan.
Kematian tulang (osteonekrosis) Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah
dalam tulang, menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas,
kemungkinan harus diamputasi untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng
epifsisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi
lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih
cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang. Destruksi fokal dari suatu lempeng
epifiseal dapat menimbulkan pertumbuhan yang asimetrik. Jarang-jarang setelah terjadi drainase
selama bertahun-tahun pada jaringan yang terus-menerus terinfeksi timbul karsinoma sel
skuamosa atau fibrosarkoma. 5
5 = Rasjad C., Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3.
Penghentian terapi yang terlalu awal terutama bila kurang dari empat minggu akan
mengakibatkan terjadinya infeksi kronik dan rekuren dari osteomielitis.
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis dalah infeksi pada tulang yang biasanya lebih disebabkan oleh kuman,
termasuk mikrobakteria, tetapi teradan juga disebabkan oleh jamur, dan mikroorganisme yang
tersering menyebabkan oseomielitis ini adalah kuman Staphylococcus aureus. Mikroorganisme
tersebut dapat menginfeksi tulang melalui beberapa cara diantaranya melalui aliran darah
(bloodstream) dimana membawa infeksi dari bagian tubuh lain kedalam tulang, Invasi langsung
yang biasanya terjadi pada fraktur terbuka, ataupun infeksi yang lokasinya berdekatan dengan
tulang dan jaringan lunak.
Osteomielitis umunya terjadi pada anak-anak dan orang tua, tetapi semua lapisan usia
pun dapat mempunyai resiko yang sama terjangkit penyakit ini. Osteomielitis juga dapat tampak
pada pemasangan plate pada pembedahan ortophedi seperti pada operasi fraktur.
Gejala klinik pada osteomielitis berupa demam dalam beberapa hari, nyeri ditempat yang
terinfeksi. Area yang mengelilingi tulang dapat terihat luka, hangat, dan membengkak dan bila
digerakkan terasa sakit. Penderita dapat kehilangan berat badan dan tampak lelah.
Osteomielitis kronik berkembang ketika osteomielitis tidak dapat disembuhkan secara
sempurna. Penyakit ini menetap lama dan sangat sulit sekali untuk dibasmi. Terkadang
osteomielitis tidak terdeteksi dalam beberapa lama. Umumnya osteomielitis kronis menyebabkan
nyeri tulang, infeksi berulang pada soft tissue disekitarnya, dan tak henti-hentinya mengeluarkan
nanah melalui kulit.
Pengobatan pada anak-anak dan dewasa yang infeksinya berkembang melalui aliran
darah, antibiotik merupakan salah satu pengobatan yang terefektif. Jika bakteri yang menginfeksi
tidaklah dapat diidentifikasi, antibiotic spectrum luas dapatlah digunakan. Tergantung beratnya
penyakit, lama pengobatannya pun bervariasi. Tetapi jika sudah terbentuk abses. Pembedahan
dapatlah diperlukan untuk mengeluarkan abses tersebut.
Prognosis seseorang dengan osteomielitis biasanya baik bila diberikan pengobatan dini.
Walau bagaimanapun, terkadang berkembang menjadi osteomielitis kronis dan abses tulang
bahkan menjadi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku ajar ilmu bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC. 1997;
1058-64.
Wilson Scott C. Chapter 8 orthopedic infections. Dalam: Current diagnosis & treatment
in orthopedics, fourth edition. New Orleans: The McGraw-Hill Companies. 2006
Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3.
Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
Sabiston DC. Buku ajar bedah bagian II. Jakarta: EGC. 2000.
Setyohadi, Bambang. 2007. Struktur dan Metabolisme Tulang. Dalam: Sudoyo, Aru
W.,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2007. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Carter, Michael. 2006. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi. Dalam: Price, Sylvia A.
dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit, et.al. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.