Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI

KULIT BANGUNAN
Kulit bangunan menentukan pengaruh efek kekuatan eksternal dan internal pada ruang. Kulit
bangunan berguna sebagai filter cahaya, udara, dan aliran panas untuk keluar masuk
bangunan. Kulit bangunan juga mempengaruhi karakter arsitektural bangunan.
Kulit Bangunan Hotel Grand Tjokro
Kulit bangunan pada bagian fasad hotel menggunakan kaca. Kaca tersebut sekaligus
berfungsi sebagai dinding. Penggunaan kaca menampilkan kesan arsitektural yang modern.

Dinding kaca dipasang pada frame yang ditanam pada balok beton sehingga memberi kesan
bersih dan tanpa frame.

Namun sayangnya, kaca yang dipakai adalah kaca biasa sehingga sinar matahari menembus
ke ruang dalam bangunan. Ditambah lagi bangunan berorientasi ke arah timur sehingga

bangunan semakin terpapar sinar matahari. Kulit bangunan hotel juga tidak ditambah dengan
double fasad, shading, dan sejenisnya. Perlindungan dari sinar matahari hanya menggunakan
gordyn di dalam ruang.
Pada sisi lain hotel, adalah kamar-kamar maupun koridor sehingga kulit bangunan yang
diaplikasikan berupa dinding batu bata yang diplester dan dicat. Terdapat pula jendela pada
setiap kamar untuk mendukung sirkulasi udara dan cahaya.

Tetapi, seperti kaca pada bagian fasad, kaca jendela pada kamar-kamar adalah kaca biasa
tanpa tambahan shading atau double fasad. Sehingga pencegahan sinar matahari yang masuk
berlebih hanya menggunakan gordyn. Pada koridor tidak ada gordyn tapi hanya ada kisi-kisi.

: Kolam renang
: Taman/vegetasi

LANSEKAP
Bangunan hotel Grand Tjokro hampir memenuhi seluruh lahan yang ada dan hanya
menyisakan sedikit ruang untuk landsekap di sekitar bangunan. Landesekap yang ada hanya
berupa taman di bagian depan dan kolam renang hotel di bagian belakang.

Kolam renang menggunakan sistem semi over-flow dan air hanya berputar dari kolam, pool
drain, ruang filter, kemudian dipompa lagi menuju kolam. Penggunaan sistem filterisasi agar
air tetap bersih dan jernih, selain itu ditambahkan pula kaporit yang diatburkan ke kolam.
INTERIOR

Interior hotel Grand Tjokro mengusung konsep Real Indonesian Ethnicity. Dimana hal
tersebut ditonjolkan pada penggunaan aksen-aksen batik dan etnik pada kamar-kamar hotel.
1. Kamar Superior
Kamar superior berukuran 22 m2, dengan fasilitas queen bed, wi-fi, TV kabel, AC, dan
minibar. Ditambah dengan kamar mandi berfasilitas lengkap.

2. Kamar Deluxe
Kamar deluxe berukuran 25 m2, dengan fasilitas king-sized bed atau twinbed, wi-fi, TV
kabel, AC, dan minibar dengan coffee maker. Ditambah dengan kamar mandi berfasilitas

lengkap.
3. Kamar Deluxe Executive
Kamar deluxe executive berukuran 28 m2, dengan fasilitas king-sized bed, wi-fi, TV kabel,
AC, sofa, dan minibar dengan coffee maker. Ditambah dengan kamar mandi berfasilitas
lengkap.

4. Kamar Suite
Kamar suite berukuran 32 m2, dengan fasilitas king-sized bed, wi-fi, TV kabel, AC, lounge
dengan sofa terpisah, safe deposit box, dan minibar dengan coffee maker. Ditambah dengan
kamar mandi berfasilitas lengkap.

Selain pada kamar, terdapat skylounge sebagai tempat bersantai yang bersifat informal.
Skylounge ini menggunakan kaca bening untuk memaksimalkan view di bawah. Selain itu
penataan lighting memperkuat konsep yang di usung.

Untuk mensiasati lahan yang sempit, hotel ini lebih memilik partisi-partisi kaca maupun kisikisi agar mendapat kesan luas pada ruangan. Seperti pada restauran dan lounge.

Terdapat pula meeting room dan ballroom yang dapat disewa. Keduanya dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas seperti catering, LCD proyektor & screen. Meetingroom dan ballroom dan

disusun sesuai kebutuhan dan jumlah pengguna (coctail party, banquet, class room, u-shape,
dan conference). Ruang-ruangan ini menggunakan tata cahaya yang mendukung konsep.

UTILITAS DAN STRUKTUR


1. UTILITAS

A. SISTEM JARINGAN AIR BERSIH


Gedung Grand Tjokro Gejayan merupakan bangunan yang dipakai setiap saat dan
mengakomodasi pengunjung 24 jam setiap harinya. Penggunaan air yang dibutuhkan
terhitung banyak, karena kapasitas penginap di hotel ini terhitung besar dan setiap penginap
membutuhkan air setidaknya untuk mandi, dan lagi penggunaan air lainnya di zona servis
hotel. Kapasitas air tentu saja harus cukup besar supaya semua kebutuhan air terpenuhi
dengan lancar.
Sistem yang digunakan oleh Hotel Grand Tjokro yaitu Down-Feed System, di mana air
disalurka dulu ke bagian paling atas gedung (rooftop) sebelum akhirnya disalurkan ke bawah
menggunakan gravitasi. Skematik saluran air bersih Down-feed system yang digunakan pada
Grand Tjokro yaitu:

Air dari sumur dalam dipompa ke atas dan disalurkan ke dalam raw tank yang
ada di sebelah ruang pompa dan berkapasitas 85000 liter, dan langsung disalurkan ke
filter. Terdapat dua filter di dalam ruangan, dan dua-duanya aktif bekerja. Air yang
sudah terfilter kemudian dimasukkan ke dalam clean water tank. Kerja dari alat
bersifat otomatis, jadi jika air yang berada di clean water tank sudah hampir habis,
maka filter secara otomatis akan langsung menyaring raw water supaya disalurkan ke
clean water tank. Ketinggian air dideteksi menggunakan float switch, yaitu semacam
pelampung yang mendeteksi ketinggian air dan selalu menyala. Ketika air yang
berada di reservoir sudah hampir habis, maka mesin pompa akan nyala secara
otomatis, begitu pun ketika sudah penuh maka akan mati otomatis.

B. SISTEM JARINGAN AIR KOTOR


1. Analisis Sistem Pembuangan Air Kotor dalam Gedung Hotel Grand Tjokro
a. Berdasarkan jenis air buangan
1. Sistem Pembuangan Air Kotor (Black Water)
Di Hotel Grand Tjokro, aliran air kotor dimulai dari kloset toilet dan floor
drain kamar mandi, lalu disalurkan ke pipa air kotor dalam shaft untuk
diproses di dalam STP (Sewage Treatment Plant). Jaringan air kotor
menggunakan sistem gravitasi untuk mengalirkan air dari shaft kesebelas
lantai menuju STP. Namun sebagian menggunakan sistem bertekanan untuk air
kotor dari area basement.
Di dalam shaft tiap kamar, pipa plumbing air kotor dan air bersih terletak
dalam satu ruang, pipa-pipa air bersih terletak di sebelah kiri, sedangkan di
sebelah kanan ada 3 pipa pembuangan air kotor yaitu, pipa air kotor, air bersih,
dan pipa venti.

2. Sistem Pembuangan Air Bekas

Untuk saluran air kotor dan air bekas, sistem yang digunakan adalah Two
Pipes System atau pembuangan air terpisah dimana aliran air kotor dan air
bekas dipisah dengan dua pipa yang berlainan. Air bekas diantaranya air dari
wastafel kamar-kamar dan wastafel dapur hotel.

3. Sistem Pembuangan Air Hujan


Terpisah dari air kotor dan air bekas, khusus mengalirkan air hujan dari
roof drain dan saluran air hujan basement. Ada 4 titik roof drain pada bagian
roof top gedung, dan 4 lainnya di area lantai terbuka pada lantai 8. Air hujan

akan disalurkan dengan sistem gravitasi dari floor drain dan dengan pompa
untuk area basement, untuk langsung diserapkan pada sumur resapan.
4. Sistem Pembuangan Air Kolam Renang
Sistem pembuangan ini mungkin lebih tepat disebut sebagai sistem
filterisasi karena air kolam hanya diputar dari pool drain dan saluran air di
pinggir kolam renang untuk difilter dalam ruang filter sekaligus ruang pompa
underground yang terletak di pinggir kolam renang, lalu setelah itu dipompa
kembali ke dalam kolam renang. Untuk kebersihan air, petugas hanya
menambahkan senyawa kaporit lalu ditabur di kolam.

C. SISTEM TRANSPORTASI

A. LIFT

Terdapat dua jenis lift dengan fungsi yang berbeda, yaitu lift tamu sebanyak dua
buah dan lift staff sebanyak satu buah. Lift tamu terletak pada hall, sementara lift staff
terletak pada ruang staff dan biasanya digunakan untuk mengangkut barang keperluan
sevis. Meskipun keduanya memiliki fungsi yang berbeda, namun jenis liftnya sama.
Lift pada hotel ini termasuk jenis lift Machine Room Lift (MRL) yang
bertujuan penghematan ruang dalam gedung bangunan karena tidak memerlukan
ruangan khusus (machine room) untuk meletakkan mesin motor dan relay. Mesin
motor diletakan pada bagian samping atau overhead dari hoistway dan panel
diletakkan pada tembok di lantai teratas. Sistem pada lift ini adalah menggunakan
tarikan kabel baja dari atas. Lift juga diatur secara otomatis.
Lift memiliki ukuran sekitar 140 x 160 dengan pencahayaan lapu pada langitlangit. Lift tamu dilengkapi dengan kamera CCTV, pengharum ruangan, speaker, dan
petunjuk evakuasi. Lift memiliki tekstur yang sama dengan tangga pada bagian lantai.
SPESIFIKASI
MERK
KAPASITAS (org)
KAPASITAS (Kg)
RATED SPEED
CAR INSIDE
D. SISTEM KELISTRIKKAN

LIFT
MITSUBISHI
14
1050
1.25 m/sec
n/a

Jaringan listrik merupakan sebuah komponen vital bagi sebuah bangunan, termasuk juga
bangunan komersial seperti sebuah hotel. Jaringan listrik menjadi hal yang sangat penting
untuk sebuah hotel karena listrik menjadi sumber energi utama yang menyalakan seluruh
peralatan yang menunjang segala macam kebutuhan dalam hotel.Hampir semua peralatan
yang berada di hotel merupakan peralatan elektronik yang membutuhkan pasokan listrik.
Sebut saja AC, lampu, sistem keamanan, lift, dan peralatan lainnya adalah sebagian kecil
contoh peralatan yang membutuhkan pasokan listrik untuk dapat beroperasi. Dan tanpa
dibantu peralatan tersebut operasional dalam hotel tidak akan berjalan dengan
semestinya.Jaringan listrik dalam sebuah hotel tentu saja memiliki sistem utilitas yang
mengatur sebagaimana sehingga sistem tersebut tidak tabrakan dengan sistem lainnya dan
mengacaukan seluruh keseluruhan sistem utilitas pada sebuah hotel. Dalam kasus ini, contoh
gedung yang akan menjadi objek kajian adalah Hotel Grand Tjokro. Semakin tinggi sebuah
bangunan, maka semakin tinggi pula tingkat kompleksitas jaringan listrik yang ada di
dalamnya. Oleh karena itu, dalam arsitektur, utilitas menjadi sangat penting karena
menyangkut banyak sekali sistem yang terintegrasi dalam suatu bangunan.

Distribusi Jalur listrik


Pada umumnya pada pendistribusian jaringan listrik digunakan tray sebagai
perantaranya. Kabel tray merupakan sistem pendistribusian yang menggunakan
penyangga berongga yang menerus dan memanjang. Tray ini dipasang dengan cara
digantung pada plafond atau plat lantai sebuah bangunan.
Pada bagian basement Hotel Grand Tjokro, kabel tray di ekspos agar mudah
dalam maintanance. Tapi pada bagian main floor gedung, kabel tray di letakkan di
atas plafond untuk agar terlihat lebih rapi.

E. SIS
TE
M
HVAC
1. Sistem penghawaan alami
Hotel Grand Tjokro menggunakan sistem penghawaan alami untuk menghemat
energi dan ardengan menggunakan jendela kisi-kisi yang menyuplai udara segar di
koridor kamar hotel di lantai 1-9.

2. Sistem Penghawaan Buatan


Hotel Grand Tjokro juga menggunakan sistem penghawaan buatan untuk
mendukung kenyamanan pengguna. Sistem penghawaan buatan menggunakan sistem
AC non-sentral karena ruangan yang membutuhkan penghawaan merupakan kamarkamar hotel yang tidak setiap waktu selalu terisi pengguna. Untuk area publik seperti
lobby hotel, cafe, restauran, maupun ballroom juga menggunakan AC non-sentral
karena ruangan yang tidak terlalu luas untuk menggunakan AC sentral.

F. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Kebakaran merupakan salah satu musibah yang tidak dapat diduga dan dapat
mengancam bangunan serta orang-orang yang ada di dalamnya. Agar kebakaran tidak
menjadi musibah yang fatal, maka sistem penanggulangan kebakaran perlu direncanakan
dengan baik.
Beberapa syarat bangunan untuk mencegah kebakaran yaitu :
1. Mempunyai struktur bangunan yang tahan terhadap api.
2. Mempunyai sempadan baik terhadap bangunan lain dan terhadap lingkungan.
3. Menempatkan tangga darurat sesuai dengan standar dalam bahaya kebakaran.
4. Mempunyai pencegahan terhadap sistem lain yang penting (elektrikal, penangkal
petir, lift)
5. Mempunyai sistem pendeteksi kebakaran seperti sistem fire alarm, automatic smoke,
dan heat ventilating.
6. Mempunyai alat komunikasi dengan stasiun pengendali sistem pemadam kebakaran.

G. SISTEM TELEKOMUNIKASI
Telekomunikasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu tele yang berarti jauh dan Bahasa
Latin communicationem yang berarti proses penyampaian dan penerimaan pesan. Apabila
digabungkan, telekomunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan informasi
yang dilakukan dari satu pihak ke pihak lainnya tanpa adanya keterbatasan jarak dan waktu.
Dengan demikian, berarti tidak terdapat lagi suatu limitasi atau batasan untuk berkomunikasi
dengan seseorang yang secara fisik berada di lokasi yang jaraknya jauh, serta penyampaian
dan penerimaan pesan dilakukan secara paralel dalam waktu yang bersamaan.
Dalam kaitannya dengan telekomunikasi; bentuk komunikasi jarak jauh dapat
dibedakan atas tiga macam :
1 Komunikasi Satu Arah (Simplex)
Dalam komunikasi satu arah pengirim dan penerima infornmasi tidak dapat menjalin
komunikasi yang berkesinambungan melakui media yang sama. Contohnya seperti
pager, televisi, dan radio. Sistem ini berfungsi untuk menyampaikan.
2 Komunikasi Dua Arah (Duplex)
Dalam komunikasi dua arah pengirim dan penerima dapat menjalin komunikasi yang
berkesinambungan melalui media yang sama. Contohnya yaitu telepon dan VOIP.
3 Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex)
Dalam komunikasi semi dua arah pengirim dan penerima informasi berkomunikasi
secara bergantian namun tetap berkesinambungan. Contohnya yaitu Handy Talkie,
FAX, dan Chat Room.
Komponen penting yang dibutuhkan untuk berkomunikasi yaitu informasi, pengirim,
media transmisi dan penerima.

Dalam teknik transmisi, secara garis besar sistem telekomunikasi dibedakan menjadi
dua yaitu :
1. Media transmisi fisik, yaitu sistem transmisi melalui kawat penghantar (wire bounded
transmission system)
2. Media transmisi non fisik, yaitu sistem transmisi tanpa kawat (wireless transmission
system) atau melalui gelombang radio.
Terdapat beberapa alat telekomunikasi yang digunakan dalam hotel Grand Tjokro,
diantaranya:
1. CCTV
CCTV atau Closed Circuit Television adalah salah satu alat telekomunikasi satu
arah yang umumnya digunakan sebagai sistem keamanan pada bangunan maupun
tempat-tempat tertentu. Dari segi koneksinya, CCTV dibagi menjadi koneksi kabel
dan Wireless. Koneksi CCTV menggunakan kabel berarti informasi ditransmitkan
menggunakan kabel koaksial. CCTV pada umumnya menggunakan sistem analog,
dimana kamera CCTV menyalurkan data ke VCR/DVR (digital video recorder) yang
merupakan server kamera dan menampilkannya pada monitor. Sedangkan CCTV
berbasis IP Camera mengalirkan data melalui kabel UTP CAT-5e ke Switch hub
terlebih dahulu, kemudian ke Network Router yang kemudian mengolah informasi
secara wireless ke server monitor.

Pada bangunan Hotel Grand Tjokro ini menggunakan CCTV berbasis IP Camera
seperti yang telah dijelaskan di atas. Kamera yang terletak di ruang-ruang publik,
termasuk ruang lift menggunakan kabel UTP CAT-5e, ke swich hub, network router,
kemudian barulah ke monitor di ruang jaga dan ruang operator. Data-data dari kamera
tersebut kemudian dialirkan ke Network Router dan menampilkan gambar real-time
ke monitor yang tersedia di pos sekuriti gedung hotel Grand Tjokro Yogyakarta.
Server kamera CCTV adalah DVR (Digital Video Recorder) yang merekam video dari
kamera CCTV secara digital.

2. Telepon Lift
Elevator Emergency Call System atau yang lebih dikenal sebagai telepon lift
berfungsi sebagai sarana komunikasi dari unit Lift ke ruang penjaga jika terjadi

emergency. Umumnya terdiri atas microphone dan speaker pada unit lift (interkom),
namun juga dapat dilengkapi dengan fitur tambahan seperti kamera sintesis. Interkom
yang umumnya dijual di pasaran adalah interkom berbasis nirkabel (Wireless), namun
sistem konvensional berupa kabel juga masih sering dijumpai.
Pada gedung Hotel Grand Tjokro Yogyakarta, interkom dalam unit lift masing-masing
tersambung pada telepon khusus di ruang penjaga yang berfungsi untuk

memberitahukan kondisi gawat darurat sekaligus menenangkan pengguna lift.

2. STRUKTUR

A. Konsep Sistem Struktur


Sistem Super-Struktur Sistem super-struktur pada perancangan Grand Tjokro ini
meliputi struktur atap, struktur rangka bangunan serta material dan konstruksi bangunan.
Oleh karena fungsi ruang yang tipikal seperti ruang yaitu pada ruang unit hunian, maka
sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur rangka kaku (rigid frame) dengan
penataan kolom dan balok dengan sistem grid. Untuk perkuatan struktur pada Grand Tjokro
menggunakan sistem podium serta mempertimbangkan kekakuan bangunan untuk menahan
gaya lateral, seperti tiupan angin atau goncangan akibat gempa bumi dengan menggunakan
sistem core (inti bangunan) sekaligus sebagai tempat sirkulasi vertikal bangunan hotel.
Sistem Stuktur atap pada Grand Tjokro mengunakan atap datar konstruksi beton bertulang.
B. Sistem Sub-Struktur
Sistem sub-struktur pada perancangan Grand Tjokro terdiri dari sistem struktur
pondasi dan konstruksi pondasi. Sistem pondasi bangunan yang berfungsi sebagai penerus
beban ke tanah. Grand Tjokro merupakan bangunan tinggi yang memiliki beban mati dan
beban hidup yang besar sehingga Grand Tjokro memiliki sistem struktur pondasi yang terdiri
dari sistem struktur pondasi basement dan sistem struktur tiang pancang. Pada bangunan yang
tidak terdapat pondasi basement digunakan pondasi tiang pancang. Seluruh parkir pada unit
pengelola dan fasilitas pendukung terdapat pada basement. Basement yang terletak pada
bawah permukaan tanah memerlukan dinding pondasi continue untuk menahan tanah di
sekitar bangunan dan menopang dinding eksterior dan kolom struktur di atasnya.
A. PONDASI
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah
dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada
sistem strukturnya.
Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu
cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk
diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
3. Keadaan daerah sekitar lokasi
4. Waktu dan biaya pekerjaan
5. Kokoh, kaku dan kuat
Pada bangunan hotel Grand Tjokro ini memiliki sistem pondasi yang hampir sama dengan
bangunan sejenisnya. Sistem Pondasi yang digunakan dalam hotel ini adalah sistem pondasi
sumuran.

Pondasi sumuruan ini merupakan salah satu dari jenis pondasi yang seriing digunakan untuk
jenis bangunan yang bertingkat. Jenis ini memliki kedalaman dibawah tanah lebih dari 2
meter. Pondasi sumuran ini dibuat dengan tehnik menggali tanah yang berbentuk bulat
sampai ke kedalaman tanah yang keras, kemudian diisii dengan semen beton.
B. BASEMENT
Basement adalah bagian dari sarana sebuah gedung bertinkat tinggi. Adanya baseent
berarti akan ada penggalian tanah. Bagian ii biasa terjadi dan merupakan langkah awal
berdirinya sebuah gedung tinggi. Umumnya luas lantai basement menghabiskan areal
tanah yang ada.
Lantai basement biasanya dimanfaatkan untuk:
1. Balancing gedung diatasnya.
2. Ruang parkir kendaraan.
3. Ruang pengelola.
4. Pendukung utilitas gedung seperti penempatan ruang panel, reservoir, dan kebutuhan
lain.
Struktur tidak memiliki perlindungan integral untuk melawan penetrasi air tanah dan
selanjutnya sangat bergantung pada lapisan membran kedap air (waterproofing
membrane). Sistem struktur anti air yang dipilih harus dapat mengatasi tekanan hidrostatik
dari air bawah tanah, bersama dengan lapisan yang ada sesuai dengan beban yang
ditumpu.

Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang dikuatkan


atau beton polos ataupun batuan keras dengan sistem struktural kedap air digabungkan

secara eksternal selama konstruksi. Atau dapat diterapkan secara internal pada
basement yang telah selesai dibangun. Tembok batuan keras (masonry) bisa jadi
memerlukan penambahan semen untuk menghasilkan permukaan yang cukup bagus
untuk mendapatkan sistem kedap air yang diharapkan. Bentuk konstruksi ini cukup
mumpuni tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang dipakai, juga
menghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan air tanah.
C. SISTEM STRUKTUR
Sistem struktur yang digunakan dalam hotel Grand Tjokro adalah sistem portal
tertutup. Portal adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan yang berfungsi menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang berdiri
sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma-diafragma horisontal atau sistem-sistem
lantai.
Portal tertutup, dimana momen-momen dan gaya yang bekerja pada konstruksi
ditahan terlebih dahulu oleh sloof / beam kemudian diratakan, baru sebagian kecil beban

dilimpahkan ke pondasi. Sloof / beam berfungsi sebagai pengikat kolom yang satu dengan
yang lain untuk mencegah terjadinya Differential Settlement.
D. CORE(INTI BANGUNAN)

Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk
meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi ( seperti lift, tangga, wc dan shaft
mekanis ). Dari sumber modul perkulihan teknologi bangunan 5, inti adalah tempat untuk
memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah kekakuan
bangunan.
Jadi kesimpulannya bahwa inti bangunan (core) suatu tempat untuk meletakan sistem
transportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang disesuaikan dengan fungsi bangunan
serta untuk menambah kekakuan bangunan diperlukan sistem struktur dinding geser sebagai
penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina tau gempa bumi) pada inti.
E. DINDING
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/
membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa
dinding partisi/ pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural
(bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan
rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari
bermacam-macam material sesuai kebutuhannya, antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural dinding geser, pengisi clayding wall/ beton pra cetak)
DINDING BATA
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar
peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari
pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu
(struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom
praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan
menahan/ menyalurkan beban struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan

dinding bata tsb. Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan
syarat-syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.
(Materi Pasangan Bata)

DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/19760527200501
1-USEP_SURAHMAN/Mekanikal_Elektrikal_(elearning)/RKP_ME/Materi_perkuliahan/Jaringan_Elektrikal_dan_Elektronika_(4_dan_5).pdf
diakses pada 11/12/2016 pukul 15.46
https://id.scribd.com/doc/214397805/Sistem-Transportasi-Pada-Bangunan
MEKANIKAL
UNTUK BANGUNAN GEDUNG Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK
MESIN FAKULTAS TEKNIK UIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 UMY
Pertemuan ke-2 dan ke-3 Materi Perkuliahan : UPI KULIAH 4 UGM diakses pada
11/12/2016 pukul 12.25
https://voipphonemurah.wordpress.com/product/ip-pabx/ diakses pada 11/12/2016 12.25
Frick, Heinz dan Pujo.L Setiawan.2002.Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas
Bangunan.Yogyakarta
:
Penerbit
Kanisiusrepository.binus.ac.id/content/R0494/R049449249.ppt, diakses pada 11/12/2016
pukul 15.45
Kuliah utilitas bab elektrikal tanggal 29 Maret pukul 13.00, di ruang k2 department teknik
arsitektur dan perencanaan UGM, oleh bu Medy Krisnani
Tanggoro, Dwi. 1999. Utilitas Bangunan.. Universitas Indonesia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai