Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai
Kriteria dan jenis barang dan tidak kena pajak ditentukan melalui Pasal 4A ayat
(2) UU PPN 2009 beserta penjabaran serta penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung
dari sumbernya; meliputi:
Minyak mentah (crude oil); gas bumi, tidak termasuk gas bumi sepereti elpijji
yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat; panas bumi; asbes, batu
tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,
bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat,
opsiden, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk,
tanah serap (fullers earthy), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit; batubara sebelum diproses menjadi briket
batu bara; dan bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak, serta bijih bauksit.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,
meliputi :
Beras gabah; jagung;; sagu; kedelai; garam, baik yang beryodium maupun
yang tidak beryodium; daging, yaitu daging segar yang tapa diolah, tetapi
telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan,
dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan
dengan cara lain, dan/atau direbus; telur, yaitu telur yang tidak diolah,
termasuk telur yang dibersihkan, diasinka, /dikemas ; susu, yaitu susu perah
baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak
mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau
tidak dikemas; buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik
yang telah melauluin proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan sayur-sayuran, yaitu
sayuran segaryang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu
rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsusmsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh jasa boga atau katering.
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
5. PPN atas hasil pertanian.
1. Atas impor dan penyerahan bibit dan atau benih dari barang hasil pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan dilakukan
tidak harus oleh petani.
2. Atas penyerahan barang hasil pertanian yang dilakukan oleh petani atau
kelompok petani. Adapun barang hasil pertanian adalah barang yang
dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang:
a. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
b. Peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran.
c. Perikanan baik dari penangkapan maupun budidaya, yangdipetik
langsung dari sumbernya termasuk hasil pemrosesannya yang
dilakukan dengan cara tertentu.
Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
b. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak.
c. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak.
d. Nilai Impor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
e. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
f. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan.
2. Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai
berikut :
a. Pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
b. Pemberian Cuma-Cuma BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
c. Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
Harga Jual rata-rata.
d. Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.
e. Persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, adalah harga pasar yang wajar.
f. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan atau
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang
Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tersebut menurut
ketentuan dapat dikreditkan, adalah harga pasar wajar.
g. Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga Jual.
h. Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang harus ditagih.
i. Jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
j. Jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang
diterima berupa service charge, provisi, dan diskon.
k. Penyerahan BKP dan atau JKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya
dan penyerahan BKP dan atau JKP antar cabang adalahHargaJual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
l. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
adalah garga lelang.
E. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha kena
Pajak (PKP) yang melakukakn penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan,
tatacara penyampaian, dan tata cara pembetulan Faktur Pajak ditetapkan oleh
Direktur Jenderal pajak (PER-24/PJ/2012, tgl 22-11-2012). Faktur Pjaak harus diisi
secara lengkap, jelas dan bebar sesuai dengan keterangan Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang PPN tahun 1984 danperubahannya, serta ditandatangani oleh
pejabatkuasa yang ditunjuk oleh Pengusaha kena Pajak untuk
menandatanganinya. Dalam hal diperlukan, Pengusaha Kena Pajak dapat
menambahkan keterangan lain dalam Faktur Pajak selain keterangan.
1. Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak gabungan adalah Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan
yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak.
2. Dokumen Tertentu Yang Ditetapkan Sebagai Faktur Pajak
Dokumen-dokumen tersebut di bawah ini diperlukan sebagai Faktur Pajak:
a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB yang dilampiri surat setoran pajak
dan tau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
untuk impor Barang Kena Pajak.
b. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah difiat muat oleh
pejabat yanng berwenang dari DirektoratJenderalnBea dan Cukai dan
dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PEB tersebut.
c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/ dikeluarkan
oleh BULOG DOLOG untuk penyaluran tepung terigu.
d. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/ dikeluarkan oleh
Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM.
e. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi.
f.
3.
4.
5.
6.
7.
Ticket, Tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Deliveru Bill,
yang dibuat/ dikeluarakan untuk penyerahan jasa angkutan udara
dalam negeri.
g. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atan
pemnafaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean.
h. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/ dikeluarakan untuk penyerahan
jasakepelabuhan.
i. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.
Larangan Membuat Faktur Pajak
Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dilarang membuat Faktur Pajak.
Saat Pembuatan faktur Pajak
Faktur Pajak harus dibuat paling lambat:
a. pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan
Brang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena pajak dalam hal pembayaran
diterima setelah akhir bulan berikkutnya setelah bulan penyerahan
Brang kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.
b. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi
sebelum akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
c. Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
sebelum penyerahan Jasa Kena pajak.
d. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagai tahap pekerjaan.
e. Pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan menyampaikan tagihan
kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai.
Saat Pembuatan Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lambat:
a. Pada akhir bulan berikkutnya setelah bulan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa kena Pajak, dalam hal pembayaran baik sebagian
atau seluruhnya terjadi setelah setelah berakhirnya bulan penyerahan
Barang Kena dan/atau Jasa Kena Pajak.
b. Pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau jasa Kena
Pajak, dalam hal pembayaran baik sebegian atau seluruhnya terjadi
sebelum berakhirnya bulan penyerahan Brang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
Penggantian Faktur Pajak
Tata cara penggantian faktur pajak yang hilang dapat dilakukan penggantian
dengan cara sebagai berikut:
a. Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa Kena Pajak dapat
mengajukan permohonan tertulis untuk meminta copy dari Faktur
Pajak yang hilang kepada Pengusaha Kena Pajak penjual atau pemberi
Jasa Kena Pajak dengan tembusan kepada Kantor Pelayanan Pajak di
tempat Pengusaha Kena Pajak pembeli atau penerima Jasa kena Pajak
dikukuhkan dan kepada Kantor Pelayanan Pajak di tempat pengusaha
kena Pajak dikukuhkan.
Pembetulan Faktur Pajak