Anda di halaman 1dari 4

BAB VII

TINJAUAN TATA KELOLA :


KONSEP, PRINSIP, DAN PRAKTIK DI INDONESIA

Alasan Diperlukan Tata Kelola yang Baik


Perkembangan tata kelola perusahaan berangkat dari teori keagenan (agency
theory) yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori
tersebut mendasarkan hubungan kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal
merupakan pihak yang memiliki sumberdaya dan memberikan mandat kepada
agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak
yang diberi amanat oleh prinsipal untuk mengelola sumberdaya. Agen
berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan
oleh prinsipal kepadanya serta memiliki kewenangan pengambilan keputusan
yang akan mempengaruhi kesejahteraan prinsipal.
Agen sebagai pihak yang bertugas untuk mengelola perusahaan mempunyai
lebih banyak informasi mengenai perusahaan dibanding prinsipal. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen.
Ketidakseimbangan informasi karena adanya distribusi informasi yang tidak
sama antara prinsipal dan agen disebut dengan asimetri informasi.
Tanpa pengawasan yang kuat, agen cenderung untuk mengejar kepentingannya
sendiri (yaitu, self interest), yang mungkin bertentangan dengan kepentingan
prinsipal. Dengan tin gkat asimetri informasi yang tinggi, tindaka agen tidak
dapat dilihat/diamati dengan baik sehingga agen akan cenderung melakukan
tinfakan yang menguntungkan dirinya dan merugikan prinsipal.

Konflik Pemegang Saham dan Manajer


Perilaku mementingkan diri sendiri (self interest) dari manager (agen) akan
menikbulkan konflik dengan kepentingan pemegang saham (prinsipal). Manajer
lebih suka pertumbuhan dan ukuran perusahaan menjadi besar karena berarti
akan mendapatkan keamanan kerja yang lebih besar, kompensasi yang lebih
besar, prestise yang lebih besar dan pengeluaran diskresioner yang lebih besar.
Konflik antara manager dan pemegang saham dapat berbetuk :
1. Konsumsi penghasilan tambahan yang berlebihandapat berbentuk mafaat
langsung dan tidak langsung.
2. Manager melakukan shirking (lalai) dimana manager tidak bekerja dengan
upaya terbaik mereka.

Konflik antara Kreditur dan Pemegang Saham

Ketika membahas konflik Kreditur Pemegang Saham ini, diasumsikan manager


bertindak mewakili pemegang saham yang mengadakan kontrak dengan
kreditur. Masalah keagenan terkait hutang terjadi ketika manager sebagai
perwakilan pemegang saham berusaha mentransfer kesejahteraan dari kreditur
ke pemgang saham dan atau dirinya sendiri. Ketika perusahaan mengeluarkan
hutang yang berisiko, perusahaan memiliki pilihan untuk gagal membayar
hutang. Konflik ini dapat terwujud dalam tiga cara yaitu :
1. Asset Substitution Problem
2. Underinvestment
3. Claim Dilution

Konflik antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Minoritas


Dalam konflik pemegang saham pengendali pemegang saham minoritas,
pemegang saham pengendali dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk
menguntungkan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemegang
saham minoritas atau apa yang disebut dengan ekspropriasi.
Tata kelola korporat berperan untuk mengatasi konflik kepentingan ini dnegan
melindungi kepentingan prinsipal, mengurangi tingkat informasi asimetri dan
mengawasi agen. Tat kelola yang baik akan memberikan perlindungan yang
memdai dan memperlakukan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya secara adil.

Definisi dan Prinsip Dasar Tata Kelola


Corporate govarnance adalah suatu sistem, proses, seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (pemangku
kepentingan) demi trecapai tujuan organisasi.
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCGditerapkan pada setiap
aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabiliats, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainbility), perusahaan
dengan memperhatikan pemangku pentingan (stakeholder).

Tinjauan Struktur Tata Kelola di Indonesia


Struktur dewan terbagi menjadi dua model yaitu :

single-board system
dual-board system.

Kelebihan dari sistem satu dewa adalah pengambilan keputusan dapat


dilakuakan lebih cepat, seluruh anggota dewan mempunyai akses langsung

kepada seluruh informasi perusahaan sehingga seluruh dewan mengetahui


kegiatan bisnis sehari-hari perusahaan. Kelemahan sistem satu dewan adalah
ketergantungan yang tinggi pada CEO, tidak ada pemisahan anatara fungsi
pengawasan dan pelaksanaan.
Kelebihan dari sistem dua dewan adalah ada pemisahan antara fungsi
pengawasan dan pelaksanaan. Sedangkan kelemahan dari sistem tersebut
adalah bahwadeawan komisaris tidak mempunyai akses langsung kepada
seluruh informasi perusahaan sehingga tergantung pada informasi dar dewa
direktur.

Overview Prinsip-prinsip Tata Kelola Menurut OECD


Prinsip-prinsip CG OECD 2004 banyak dijadikan acuan masyarakat internasional
dalam pengembangan corporate govarnance. OECD menjelaskan tidak ada satu
model corporate govarnance yang cocok untuk semua negara, masing-masing
negara memiliki karakteristik yang berbeda. Terdapat enam prinsip corporate
govarnance yaitu :
Prinsip I
efektif

: Menjamin kerangka dasar corporate govarnance yang

Prinsip II

: Hak-hak pemegang saham danm peran kunci kepemilikan saham

Prinsip III

: Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham

Prinsip IV

: Peranan pemangku kepentingan dalam corporate govarnance

Prinsip V

: Keterbukaan dan transparansi

Prinsip VI

: Tanggung jawab dewan

Manfaat Tata Kelola bagi Korporat dan Lingkungan


Jika perusahaan menjalankan prinsip-prinsip CG sebagaimana dijelaskan dimuka
maka :
a. Tingkat informasi asimetri antara prinsipal dan agen akan berkurang serta
terdapat pengarahan dan pengawasan yang efektif terhadap agen.
b. Kemungkinan berbagai konflik kepentingan antara prinsipal dan agen yang
merugikan prinsipal akan semakin berkurang.
Tata kelola yang baik juga akan menghasilkan :
a. Penciptaan dan peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan.
b. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien, mencegah
penipuan dan mal praktik.
c. Memberikan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham.
d. Peningkatan nilai suatu perusahaan.

e. Memastikan kepatuhan terhdap hukum dan peraturan.


f. Pengentasan kemiskinan dengan meningkatlkan tanggung jawab sosial.

Anda mungkin juga menyukai