Anda di halaman 1dari 22

I.

JUDUL PERCOBAAN

: PROSES

PENANAMAN MEDIA DAN STERILISASI


II. TUJUAN PERCOBAAN
2.1 Penanaman Media

: Untuk mengetahui cara pembuatan media yang


sesuai dengan pertumbuhan mikroba dan untuk
mengetahui cara penggoresan pada metode cawan
gores serta untuk mengamati mikroba yang tumbuh
pada media tersebut.

2.2 Sterilisasi

: Membunuh mikroorganisme atau mensterilkan


alat-alat

(tabung

reaksi,

kaca

objek,

dan

erlenmeyer) yang akan digunakan dalam percobaan


mikrobiologi. Selain itu agar kita mengetahui cara
pensterilan secara fisika terutama pemanasan
basah.
III. TEORI DAN APLIKASI
3.1 Sterilisasi dan Desinfeksi
Sterilisasi diartikan sebagai proses dimana semua mikroorganisme hidup,
termasuk spora bakteri terbunuh. Sterilisasi dapat dicapai dengan menggunakan cara
fisik, kimiawi, dan fisik-kimia. Bahan kimia yang digunakan untuk mensterilkan
disebut dengan chemisterilants, sedangkan desinfeksi adalah proses eliminasi
kebanyakan mikroorganisme patogen (tidak termasuk spora bakteri) pada objek yang
didesinfeksi. Desinfeksi dapat dicapai dengan menggunakan cara fisik maupun
kimiawi. Bahan kimia yang digunakan dalam desinfeksi disebut dengan desinfektan.
Desinfektan yang berbeda memiliki jangkauan target yang berbeda, tidak semua
desinfektan dapat membunuh mikroorganisme. Beberapa metode desinfeksi seperti
filtrasi tidak membunuh bakteri, namun memisahkan mereka. Sterilisasi adalah
kondisi mutlak dan desinfeksi bukan. Keduanya merupakan hal yang berbeda (Rao,
2008).

Gambar 3.1 Macam-Macam Metode Sterilisasi dan Desinfeksi


(Rao, 2008)

3.2 Media dan Jenis-jenisnya


Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang
disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media pertumbuhan mikroorganisme
adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang diperlukan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi
media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel
(Tim Asisten Mikrobiologi Dasar, 2013).
Berdasarkan komposisi atau susunan bahannya :
a. Media alami
Komposisi media ini tidak diketahui secara pasti baik jenisnya maupun
ukurannya. Media ini sudah tersedia secara alami misalnya air, nasi, buah, biji,
daging dan lain-lain.
b. Media sintetis
Sering juga disebut media buatan. Komposisi senyawa berikut takarannya
diketahui secara pasti, tidak tersedia secara alami tapi dibuat. Media sintetik sering
digunakan untuk mempelajari sifat genetika mikroorganisme. Senyawa organik dan
anorganik ditambahkan dalam media sintetik harus murni sehingga harganya mahal,
misalnya: sabouroud agara, czapeks dox agar, cairan hanks dan lain-lain.

c. Media semi sintetis


Komposisinya sebagian diketahui secara pasti, sebagian lagi tidak disebut juga
media setengah buatan misalnya potato dextrose agar, nutrient agar dan lain-lain.
Berdasarkan Bentuknya :
a. Media cair
Komposisi dapat sintetis dapat pula alami. Keadaan cair karena tidak ditambahkan
bahan pemadat.
b. Media padat
Sama halnya dengan media cair hanya bedanya disini ditambahkan bahan
pemadat (agar-agar, amilum atau gelatin).
c. Media semi padat
Sebenarnya media ini termasuk media padat tapi karena keadaannya lembek
disebut semisolid. Bahan pemadat yang ditambahkan kurang dari setengah medium
padat sedangkan komposisinya sama dengan yang lainnya.
Berdasarkan kegunaannya :
a. Media umum
Media ini digunakan secara umum artinya media ini dapat ditumbuhi oleh
berbagai jenis mikroorganisme baik bakteri maupun jamur misalnya NA (nutrient
agar) dan lain-lain.
b. Media selektif
Media ini dipakai untuk menyeleksi mikroorganisme sesuai dengan yang
diinginkan, jadi hanya satu jenis mikroorganisme saja yang dapat tumbuh dalam
media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja, misalnya media salmonella sigella
agar yaitu media khusus untuk mengamati atau menyelidiki salmonella atau shigella
dari makanan atau bahan lain.
c. Media deferensial
Media ini digunakan untuk menyeleksi mikroorganisme. Medium ini dapat
ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme tapi salah satu diantaranya dapat

memberikan salah satu ciri yang khas sehingga dapat dibedakan dari yang lain dan
dapat dipisahkan.
d. Medium pengaya
Medium ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme untuk keperluan
tertentu. Dibiakkan dalam medium ini supaya sel-sel mikroorganisme tertentu dapat
berkembang dengan cepat sehingga diperoleh populasi yang tinggi. Komposisi
medium sangat diperlukan dan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan sel
mirkoorganisme yang bersangkutan.
(Tim Penyusun, 2014).

III.3 Mikroba
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil
(biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista
bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel
tidak terlihat mata telanjang. Mikroorganisme biasanya mencakup semua prokariota,
protista

dan

alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak

membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang
tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap
mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam
cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri
secara mitosis (Adelia, dkk., 2010).
Mikroba yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas. Mikroba berukuran sangat kecil, sehingga diperlukan alat bantu untuk
mengamatinya. Namun demikian, penggunaan alat bantu tersebut hanya untuk
mengamati

morfologisnya.

Masih

diperlukan

mengidentifikasinya (Kusmayani, dkk., 2010).

metode

lain

untuk

mampu

III.4 Aplikasi dalam Industri Penggunaan Komposisi Media Dasar dan BAP
Untuk Induksi Organogenesis Anthurium Wave of

Love (Anthurium

plowmanii) Secara In Vitro


Anthurium wave of love masuk ke Indonesia pada tahun 1986. Saat itu seorang
kolektor di Jakarta membawa tanaman hias ini dari Bangkok, Thailand. Saat masuk
ke Indonesia, anthurium ini hanya memiliki nama wave, kemudian agar lebih
mudah diingat pada saat itu namanya diubah menjadi wave of love. Dalam
perkembangannya, banyak hobiis yang menyebut tanaman ini dengan nama
gelombang cinta. Bunga pada anthurium sebenarnya adalah seludang yang tumbuh
sedemikian rupa menyerupai kelopak bunga. Bunga anthurium yang sesungguhnya
berukuran kecil-kecil dan menempel di tangkai mencuat di tengahtengah seludang.
Bentuknya seperti tongkol jagung berukuran kecil dan memanjang. Anthurium
termasuk tanaman berumah dua atau biseksual. Bunga jantan dan betina terdapat
dalam satu tanaman.
Kultur jaringan merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan sel, jaringan dan
organ tanaman dalam medium buatan secara aseptik dalam lingkungan terkendali
agar beregenerasi membentuk tanaman sempurna. Teknik kultur jaringan ini disebut
juga kultur in vitro (in vitro culture) yang berarti kultur di dalam gelas. Teknik ini
memiliki beberapa keunggulan, antara lain dapat menghasilkan tanaman dengan
jumlah yang banyak dan sama persis dengan induknya, waktu yang relatif singkat,
menghasilkan bibit berkualitas prima dan bebas penyakit terutama virus serta
memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik. Prinsip dasar kultur jaringan
adalah teori totipotensi. Totipotensi merupakan potensi suatu sel untuk dapat tumbuh
menjadi tanaman lengkap dan dewasa bila ditempatkan dalam lingkungan yang
sesuai, karena dalam tiap sel terkandung rangkaian gen yang lengkap. Keberhasilan
dari teknik kultur jaringan ini antara lain dipengaruhi oleh bagian organ tanaman
yang diperlukan, cara sterilisasi, komposisi media tumbuh yang dipakai dan keadaan
lingkungan (Siringo-Ringo, 2009).

Mulai

Dicuci bersih botol kultur dan alat tanaman dengan deterjen

Disterilisasi dengan autoklaf dengan tekanan 17,5 psi pada


suhu 121C selama 30 menit
Disterilkan alat seperti pinset, gunting, dan scalpel dengan pembakaran

Disterilisasi media dengan memasukkan botol berisi media


dalam autoklaf selama 20 menit
Dimasak sampai mendidih dan dituang ke dalam botol kultur.

Distrilisasi media dengan autoklaf pada suhu 120 oC dengan tekanan 1 atm selama
28 menit
Selesai
Gambar 3.2 Flowchart Sterilisasi Alat dan Media Untuk Induksi Organogenesis
Anthurium Wave of Love (Anthurium plowmanii) Secara In Vitro
(Siringo-Ringo, 2009)

IV. BAHAN DAN PERALATAN


4.1 Bahan dan Fungsi Percobaan
4.1.1 Sterilisasi
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah : Air (H2O),
yang berfungsi sebagai sumber uap untuk sterilisasi.
4.1.2 Penanaman Media
Adapun bahan yang digunakan adalah:
1. Air parit Laboratorium PIK
Fungsi : sebagai sumber mikroba
2. Air rendaman kaos kaki
Fungsi : sebagai sumber mikroba
3. Rebusan kentang
Fungsi : sebagai sumber nutrisi
4. Agar bubuk
Fungsi : sebagai pengental campuran.
5. Glukosa (C6H12O6)
Fungsi : sebagai nutrisi untuk mikroba.
6. Aquadest (H2O)
Fungsi : sebagai pelarut.
4.2 Peralatan dan Fungsi Percobaan
4.2.1 Sterilisasi
Adapun peralatan yang digunakan adalah:
1. Dandang
Fungsi : wadah tempat pensterilan.
2. Kompor
Fungsi : memanaskan bahan dan dandang.
3. Tisu Gulung
Fungsi: bahan pembungkus alat yang akan disterilkan.
4. Penjepit Tabung
Fungsi: untuk mengambil alat-alat yang telah disterilkan.
4.2.2 Penanaman Media
Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan adalah:

1. Mikroskop
Fungsi : sebagai alat untuk melihat jelas jenis mikroba.
2. Kaca Objek
Fungsi : sebagai tempat atau wadah dari mikroba yang diamati.
3. Kawat Inokulasi
Fungsi : sebagai alat untuk menggoreskan mikroba pada kaca objek
4. Cawan Petri
Fungsi : sebagai wadah pada media pertumbuhan mikroba
5. Tabung Reaksi
Fungsi : sebagai wadah atau media pertumbuhan mikroba.
6. Panci
Fungsi : sebagai wadah campuran untuk dipanaskan.
7. Kompor
Fungsi : sebagai alat pemanas.
8. Inkubator
Fungsi : sebagai tempat penyimpanan sampel dan alat yang telah
disterilkan.
9.

11.

Lilin
Fungsi : sebagai sumber panas untuk kawat inokulasi.
10. Mancis
Fungsi : sebagai alat untuk menyalakan lilin.
Steril Kabinet
Fungsi : penyimpanan alat yang telah disterilkan.

V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1 Sterilisasi
1.
Kompor dihidupkan dan dandang yang berisi air diletakkan di atasnya.
2.
Alat alat yang akan disterilkan (tabung reaksi, kaca objek, erlemmeyer dan
cawan petri) dicuci hingga bersih dan dikeringkan, lalu dibungkus dengan
3.

tisu gulung.
Kemudian alat alat tersebut dimasukkan kedalam dandang dan dipanaskan

4.

hingga 100 oC lalu dibiarkan selama 15 menit setelah mendidih.


Lalu kompor dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan kedalam steril
kabinet.

5.2 Proses Penanaman Media


5.2.1 Prosedur Pembuatan Media Adukan
1. Ditimbang 3 gr glukosa.
2. Air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak
sambil diaduk.
3. Setelah mendidih, bubuk agar ditambahkan ke dalam campuran dan
dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan.
4. Campuran dimasukkan ke dalam erlenmeyer

dan

kemudian

disterilisasi kembali di dalam dandang selama 15 menit.


5. Campuran dimasukkan ke dalam cawan petri.
6. Sumber mikroba yaitu masing-masing dari air parit Laboratorium PIK
dan air rendaman kaos kaki diteteskan ke permukaan media dan
diaduk.
7. Media yang telah diinokulasi, diaduk, dan dibiarkan mendingin
8. Media adukan ditutup dan diinkubasi selama 1x24 jam di dalam
inkubator.
9. Media diamati dengan mikroskop dan digambarkan bentuk koloninya.
5.2.2 Prosedur Pembuatan Media Tegak
1. Ditimbang 3 gr glukosa.
2. Air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak
sambil diaduk.
3. Setelah mendidih, bubuk agar ditambahkan ke dalam campuran dan
dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan.
4. Campuran dimasukkan ke dalam erlenmeyer

dan

kemudian

disterilisasi kembali di dalam dandang selama 15 menit.


5. Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam keadaan tegak.
6. Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin.
7. Tabung reaksi diletakkan di rak tabung dan disimpan di steril kabinet
selama 1 x 24 jam.
8. Digoreskan mikroba dari media cawan petri ke dalam tabung reaksi
dalam keadaan tegak.
9. Media ditutup dan diinkubasi selama 2 x 24 jam.
10. Media diamati menggunakan mikroskop dan digambar bentuk
koloninya.
5.2.3 Prosedur Pembuatan Media Miring
1. Ditimbang 3 gr glukosa.
2. Air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak
sambil diaduk.

3. Setelah mendidih, bubuk agar ditambahkan ke dalam campuran dan


dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan.
4. Campuran dimasukkan ke dalam erlenmeyer

dan

kemudian

disterilisasi kembali di dalam dandang selama 15 menit.


5. Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam keadaan miring.
6. Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin.
7. Tabung reaksi diletakkan di rak tabung dan disimpan di steril kabinet
selama 1 x 24 jam.
8. Digoreskan mikroba dari media cawan petri dan ditusukkan ke dalam
tabung reaksi dalam keadaan miring.
9. Media ditutup dan diinkubasi selama 2 x 24 jam.
10. Media diamati menggunakan mikroskop dan digambar bentuk
koloninya.
5.2.4 Prosedur Pembuatan Media Tusuk
1.
Ditimbang 3 gr glukosa.
2.
Air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dicampur dan dimasak
3.

sambil diaduk.
Setelah mendidih, bubuk agar ditambahkan ke dalam campuran dan

4.

dimasak hingga tersuspensi ke dalam larutan.


Campuran dimasukkan ke dalam erlenmeyer

5.
6

dan

kemudian

disterilisasi kembali di dalam dandang selama 15 menit.


Campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi dalam keadaan miring.
Agar yang telah terdispersi dibiarkan mendingin.
7 Tabung reaksi diletakkan di rak tabung dan disimpan di steril kabinet
8

selama 1 x 24 jam.
Digoreskan mikroba dari media cawan petri dan ditusukkan ke dalam

tabung reaksi dalam keadaan tegak.


9
Media ditutup dan diinkubasi selama 2 x 24 jam.
10 Media diamati menggunakan mikroskop dan digambar bentuk
koloninya.

5.3 Flowchart Percobaan


5.3.1 Flowchart Sterilisasi
Mulai
Dihidupkan kompor dan diletakkan dandang di atasnya
Dicuci alat-alat yang akan disterilkan
Dibungkus alat-alat dengan tissue

Dipanaskan alat-alat dalam dandang sampai 100 oC dan didiamkan selama 15 menit setelah men

Dimatikan kompor
Dimasukkan alat-alat ke dalam steril kabinet

Selesai

Gambar 5.1 Flowchart Sterilisasi

5.3.2 Flowchart Proses Penanaman Media


5.3.2.1 Flowchart Pembuatan Media Adukan
Mulai
Ditimbang 3 gram glukosa
Dicampur air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dan
dimasak
Ditambahkan bubuk agar setelah campuran mendidih

Dimasukkan campuran ke erlenmeyer dan disterilisasi kembali


selama 15 menit

Dimasukkan campuran ke cawan petri


Dimasukkan sumber mikroba ke dalam media selagi hangat
Diaduk media yang telah diinokulasi dan dibiarkan dingin

Ditutup media dan diinkubasi selama 1 x 24 jam di dalam


inkubator

Selesai
Diamati media dengan mikroskop dan digambar bentuk koloninya
Gambar 5.2 Flowchart Pembuatan

Media Adukan

5.3.2.2 Flowchart Pembuatan Media Tegak


Mulai
Ditimbang 3 gram glukosa
Dicampur air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dan
dimasak
Ditambahkan bubuk agar setelah campuran mendidih
Dimasukkan campuran ke erlenmeyer dan disterilisasi kembali
selama 15 menit
Dimasukkan campuran ke tabung reaksi dalam keadaan tegak
Dibiarkan mendingin agar yang telah terdispersi
Dimasukkan tabung reaksi ke dalam steril kabinet selama 1 x 24 jam
Dimasukkan sumber mikroba dari media adukan ke dalam agar
dengan kawat inokulasi
Ditutup media dan diinkubasi selama 2 x 24 jam
Diamati media dengan mikroskop dan digambar bentuk koloninya
Selesai
Gambar 5.3 Flowchart Pembuatan Media Tegak

5.3.2.3 Flowchart Pembuatan Media Miring


Mulai
Ditimbang 3 gram glukosa
Dicampur air rebusan kentang ,aquadest, dan glukosa dan
dimasak
Ditambahkan bubuk agar setelah campuran mendidih
Dimasukkan campuran ke erlenmeyer dan disterilisasi kembali
selama 15 menit
Dimasukkan campuran ke tabung reaksi dalam keadaan miring
Dibiarkan mendingin agar yang telah terdispersi
Dimasukkan tabung reaksi ke dalam steril kabinet selama 1 x 24 jam
Ditusukan sumber mikroba dari media adukan ke dalam agar dengan
kawat inokulasi dalam keadaan miring
Ditutup media dan diinkubasi selama 2 x 24 jam
Diamati media dengan mikroskop dan digambar bentuk koloninya
Selesai
Gambar 5.4 Flowchart Pembuatan Media Miring

5.3.2.3 Flowchart Pembuatan Media Tusuk


Mulai
Ditimbang 3 gram glukosa
Dicampur air rebusan kentang, aquadest, dan glukosa dan
dimasak

Ditambahkan bubuk agar setelah campuran mendidih


Dimasukkan campuran ke erlenmeyer dan disterilisasi kembali
selama 15 menit
Dimasukkan campuran ke tabung reaksi dalam keadaan tegak
Dibiarkan mendingin agar yang telah terdispersi
Dimasukkan tabung reaksi ke dalam steril kabinet selama 1 x 24 jam
Ditusukan sumber mikroba dari media adukan ke dalam agar dengan
kawat inokulasi dalam keadaan tegak
Ditutup media dan diinkubasi selama 2 x 24 jam
Diamati media dengan mikroskop dan digambar bentuk koloninya
Selesai
Gambar 5.5 Flowchart Pembuatan Media Tusuk

VI HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1 Hasil Percobaan
Tabel 6.1 Hasil Percobaan Proses Penanaman Media
Sumber
Mikroba

Media
Adukan

Air Parit

Gambar Media

Nama Mikroba
Vibrio cholera

Tegak

Vibrio cholera

Laboratorium

Miring

PIK
Vibrio cholera

Tusuk

Air
Rendaman
Kaos Kaki

Adukan

Vibrio cholera

Vibrio
cholera

Vibrio
Tegak

cholera

Vibrio
Miring

cholera

Vibrio
Tusuk

cholera

6.2 Pembahasan
6.2.1 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Tentu
tidakdiharapkan terjadi kontaminasi dimana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Pada percobaan ini metode sterilisasi
yang digunakan adalah metode sterilisasi uap basah. Metode ini digunakan untuk
membunuh jenis mikroba yang tidak tahan untuk hidup didalam suhu 100 oC.

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi


semua makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih
tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan
komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Berdasarkan kisaran suhu
aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 30 C,
dengan suhu optimum 15 C.
2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15 55 C,
dengan suhu optimum 25 40 C.
3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara
40 75 C, dengan suhu optimum 50 65 C
4. Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 114
C, dengan suhu optimum 88 C.
Metode sterilisasi uap basah tidak membunuh semua jenis mikroba karena ada
jenis mikroba hipertermofil yang tahan hidup pada suhu di atas 100 oC. Hasil akhir
dari percobaan ini dinyatakan bahwa alat-alat yang disterilkan berda dalam keadaan
steril. Beberapa faktor yang mempengaruhi sterilisasi yaitu : jenis kontaminan yang
hendak dihilangkan, morfologi mikroorganisme, komposisi media fermentasi, ukuran
partikel tersuspensi, temperatur yang digunakan, dan durasi (Nugraha, 2010).
6.2.2 Air Parit Laboratorium PIK dan Air Rendaman Kaos Kaki
Air parit Laboratorium PIK dan air rendaman kaos kaki cukup jernih. Dari
hasil percobaan dan pengamatan pada air parit Laboratorium PIK dan air rendaman
kaos kaki terdapat bakteri Vibrio cholera dengan bentuk koloni bercak berlendir,
pada media adukan, media tegak, media miring dan juga media tusuk sama-sama
memiliki bakteri Vibrio cholerae. Berikut cir-ciri dari bakteri Vibrio cholerae:

Adapun klasifikasi bakteri Vibrio


cholerae adalah sebagai berikut:

Gambar 6.3 Vibrio cholerae


(Amelia, 2005)

Kingdom

: Eubacteria

Filum

: Proteobacteria

Ordo

: Vibrionales

Famili

: Vibrionaceae

Genus

: Vibrio

Spesies

: Vibrio cholerae

(Citizendium, 2014)

Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam famili
Vibrionaceae selain dari Aeromonas dan Pleisomonas, dan merupakan bagian dari
genus Vibrio. Vibrio cholera banyak ditemui di permukaan air yang terkontaminasi
dengan feces yang mengandung kuman tersebut. Vibrio cholerae termasuk bakteri
gram negatif, berbentuk batang bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2 4
m. Pada isolasi, Koch menamakannya kommabacillus. Tapi, bila biakan
diperpanjang, kuman ini bisa menjadi batang yang lurus yang mirip dengan bakteri
enterik gram negatif. Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu
buah flagella polar yang halus (monotrikh). Kuman ini tidak membentuk spora.
V. cholerae tidak bersifat invasif, kuman ini tidak masuk ke dalam aliran darah
tetapi tetap berada di saluran usus. V.cholerae yang virulen harus menempel pada
mikrovili permukaan sel epitelial usus baru menimbulkan keadaan patogen. Di sana
mereka melepaskan toksin kolera (enterotoksin). Toksin kolera diserap di permukaan
gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat
absorpsi natrium. Akibatnya, kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Secara
histologi, usus tetap normal (Amelia, 2005).

VII.KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:

1. Alat-alat yang disterilkan dapat steril dengan metode pemanasan basah


2.
3.
4.
5.

ataupun dengan metode autoklaf.


Pada sampel air parit Laboratorium PIK terdapat bakteri Vibrio cholera.
Pada sampel air rendaman kaos kaki juga terdapat bakteri Vibrio cholera.
Percobaan ini menggunakan media adukan, tegak, miring, dan tusuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi adalah materi alat atau bahan
yang disterilkan.

7.2 Saran
Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Pada saat sterilisasi di dalam dandang, alat-alat sebaiknya dibungkus
dengan tisu sampai tidak ada celah yang terbuka sehingga alat-alat tersebut
dapat tetap kering dan steril.
2. Sebaiknya media yang digunakan benar-benar aseptik agar tidak
terkontaminasi mikroba lain.
3. Sebaiknya nutrisi yang diberikan pada media sesuai dengan kadarnya
sehingga bakteri dapat tumbuh dengan baik.
4. Sebaiknya pada saat penggoresan sumber mikroba, media tidak terbuka
dalam waktu yang lama untuk mencegah kemungkinan kontaminasi
mikroba dari lingkungan sekitarnya.
5. Sebaiknya perbesaran mikroskop yang digunakan lebih besar agar dapat
diidentifikasi jenis bakteri dengan tepat.

LAMPIRAN A
FOTO PENGAMBILAN SAMPEL
LA.1 Foto Pengambilan Sampel Air Parit Laboratorium PIK

Gambar LA.1 Foto Pengambilan Sampel Air Parit Laboratorium PIK


LA.2 Foto Sampel Air Rendaman Kaos Kaki

Gambar LA.2 Foto Sampel Air Rendaman Kaos Kaki

DAFTAR PUSTAKA
Adelia., Dadan Khusnudzan., Novita Silvi A., dan Dimas Rendra G. 2010. Makalah
Identifikasi Mikroba Berdasarkan Sifat Kimiawi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Bandung : Universitas Padjadjaran.
Amelia, Sri. 2005 . Vibrio Cholerae.

Universitas Sumatera Utara : Medan.

Citizendium. 2014. Vibrio cholerae. http://en.citizendium.org/. Diakses pada 10 April


2015.

Kusmayani, Indriati Sari., Wida Hanayasashi S., dan MA. Faisal Datu Sefa. 2010.
Identifikasi Mikroba Berdasarkan Sifat Kimiawi. Program Studi Ilmu Kelautan.
Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan. Bandung : Universitas Padjadjaran.
Nugraha, Linus Seta Adi. 2010. Pencucian dan Sterilisasi Kemasan. Semarang:
Akademi Farmasi Theresiana.
Rao, Sridhar. 2008. Sterilization and Disinfection. Davangere: Dept. of
Microbiology.
Siringo-Ringo, Riyanti Catrina Helena. 2009. Penggunaan Komposisi Media Dasar
dan BAP Untuk Induksi Organogenesis Anthurium Wave Of Love (Anthurium
plowmanii) Secara In Vitro. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi
Benih. Fakultas Pertanian. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.
Tim Asisten Mikrobiologi Dasar. 2013. Buku Panduan Praktikum Mikrobiologi
Dasar. Malang : Universitas Brawijaya.
Tim Penyusun. 2014. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Jurusan Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Anda mungkin juga menyukai