Anda di halaman 1dari 10

Agama dalam masyarakat multikultural di negaranegara maju

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Agama dan Masyarakat Multikultural
Dosen Pengampu :Prof. Dr. H. Amin Abdullah

Disusun Oleh :
Iqlima Fadliyah Afiani
Nimatus Solihah
Addi Arifianto
Akhdan

: 12540047
: 12540045
: 12540049
: 125400

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
"Agama dalam masyarakat Multikultural diNegara-negara Maju", yang menurut
kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari Agama
Dan Masyarakat Multikultural.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Yogyakarta, 12 Oktober 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A; Latar Belakang

Multikulturalisme merupakan suatu pemahaman yang berkaitan dengan


budaya. Ada definisi budaya yang pernah diajukan oleh para ahli, sehingga
Raymond Willliams menyatakan bahwa istilah culture merupakan salah satu
istilah yang paling sulit didefinisikan didalam kamus bahasa inggris. Selain dari
pada itu multikulturalisme juga menunjuk pada kemajemukan budaya dan
akhirnya multikulturalisme juga mengacu pada sikap khas terhadap kemajemukan
budaya tersebut.1 Lawrence Blum2 menawarkan definisi sebagai berikut :
Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas
budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya
etnis lain. Multikulturalisme meliputi sebuah penilaian terhadap budaya-budaya
orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya
tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya yang asli dapat
mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri .
Namun, multikulturalisme bukan merupakan cara pandang yang menyamakan
kebenaran-kebenaran lokal, melaikan justru mencoba membantu pihak-pihak yang
saling berbeda untuk dapat membangun sikap saling menghormati satu sama lain
1 Alfons Taryadi, Dimensi Multikulturalisme Dalam Pendidikan Tinggi di Atma
Jaya: Sebuah Aspirasi, yang menunjuk pada Parekh, Bikhu, 1997, National
Culture and Multiculturalism, dalam Kenneth Thompson (ed.) Media and
cultural Regulation, London: Thousand Oaks-New Delhi: SAGE Publications in
association with the Open University, 163-194, sebagaimana dirujuk dalam
Sunarto, et al. ( eds.), Multicultural Education Stepping into the Unfamiliar,
Depok: Tifa, I.
2 Dapat ditemukan dalam karangannya yang berjudul Antirasism,
Multiculturalism, and Interracial Community: Three Educational Values for a
Multicultural Society, University of Massachussets, Boston, 1991 sebagaimana
dikutip oleh Larry May, Sharicollins-Chobanian dan Kai Wong dalam bukunya
yang berjudul Etika Terapan I. Sebuah Pendekatan Multikultural, terjemahan
oleh Sinta Carolina, Dadang Rusbiantoro, Tiara Wacana, Yogya, 2001, hal. 2

terhadap perbedaan-perbedaan dan kemajemukan yang ada, agar tercipta


perdamaian dan dengan demikian kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh umat
manusia.

B; Rumusan Masalah
1; Bagaimana peran agama dalam masyarakat multikultural ?
2; Bagaimana konsep keagamaan di negara-negara Maju ?

C; Tujuan Pembahasan
1; Untuk dapat mengetahui peran agama dalam masyarakat multikultural.
2; Untuk dapat mengetahui peran agama di negara-negara Amerika.

BAB II
PEMBAHASAN
1; Peran Agama dalam Masyarakat Multikultural

Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku dengan budayanya
masing-masing, dalam dunia yang semakin terbuka, maka perjumpaan dan
pergaulan antar suku semakin mudah. Disatu sisi kenyataan ini menimbulkan
kesadaran dan perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan. Perbedaan bila tidak
dikelola dengan baik maka akan menimbulkan konflik, yang bahkan akhir-akhir
ini sudah menjadi kenyataan. Dilain pihak kenyataan ini juga menimbulkan
kesadaran perlunya dan pentingnya dialog dalam kehidupan yang makin terbuka
saat ini.
Dalam bukunya Peter L. Berger dijelaskan bahwa proses dialetik pembangunan
masyarakat terdiri atas tiga momentum yakni:

eksternalisasi adalah suatu pencurahan kedirian manusia secara terusmenerus kedalam dunia baik dalam aktivitas fisis maupun mental,
sederhananya adalah proses pencurahan pikiran dan kreativitas manusia ke
dunia.
Objektivitas masyarakat mencakup semua unsur pembentuknya. Lembagalembaga,peran-peran,dan identitas-identitas itu eksis sebagai fenomena
nyata secara objektif dalam dunia sosial, meskipun semua itu merupakan
produksi manusia.
Internalisasi merupakan penyerapan kedalam kesadaran dunia yang sudah
terobjektivasi kedalam kesadaran subjektif. Dalam hal ini manusia telah
dapat memaknai dan mengekspresikan makna-makna kehidupannya
tersebut.
Adapun contohnya dapat diterapkan dalam agama misalnya, islam

contohnya ,masyarakat islam akan mengajarkan ajaran agamanya terhadap


individu yang tertuju, individu tersebut akan diceritakan mengenai makna-makna
beribadah, dia akan disuruh untuk melaksanakan shalat,dan puasa, namun jika
individu tersebut dapat memaknai makna shalat dan puasa dalam kehidupannya
sendiri maka pasti tanpa disuruh oleh ayah atau ibu individu itupun akan shalat
dan juga melaksanakan puasa dalam hidupnya, karena dia dapat menimbulkan
kesadaran subjektif dan memaknai aktivitasnya. Melalui eksternalisasi ,maka

masyarakat merupakan produk manusia. Melalui objektivasi ,maka masyarakat


menjadi suatu realita sui generis, unik. Melalui Internalisasi ,maka manusia
merupakan produk masyarakat.
Peran agama dalam masyarakat multikultural yakni suatu agama yang
dapat membangun masyarakat didalamnya, agama disini berperan sebagai hukum
yang mengatur kehidupan seluruh masyarakat. Dalam isu multikulturalisme
kemudian

mengkristal

dalam

pandangan

yang

lebih

ekstrim,

yaitu

multikulturalisme. Multikulturalisme sering dipersepsi sebagai politik pengajaran


dan nilai keragaman pada tatanan masyarakat plural. Isu multikulturalisme
sebenarnya tidak terlepas dari tatanan politik global. Dunia barat yang kini sedang
berupaya mengubah tatanan dunia baru agama menjadi miliknya mengangkat
isu masyarakat multikulturalisme.
2; Konsep keagamaan dalam negara maju

Negara maju adalah negara yang memiliki standar hidup tinggi yang
disebabkan karena negara tersebut memiliki kemajuan teknologi, industri, dan
ekonomi sehingga penduduknya memiliki kesejahteraan yang tinggi. Negara maju
memiliki perkembangan pesat dalam banyak bidang dengan kualitas sumber daya
manusia yang bagus, bahkan pendapatan perkapita dari penduduk negara maju
tergolong tinggi. Kemajuan sebuah negara tidaklah lepas dari agama, agama
berperan penting untuk memajukan negara dimana berkat agama dapat
mendorong seseorang berfikir maju. Konsep agama pada negara maju sebenarnya
ada, tetapi sebagian dari rakyatnya tidak terlalu perduli terhadap agama
dikarenakan mereka menganggap bahwa agama tidak bisa merubah status sosial
bahkan ada sekumpulan orang yang tidak memiliki agama atau tidak percaya
Tuhan, yang biasa dikenal dengan sebutan atheis
adapun

salah

satu

contoh

konsep

keagamaan

pada

masyarakat

multikultural di negara-negara maju dapat dilihat pada negara dibawah ini yaitu:
a; Amerika Serikat (U.S.A)

Amerika merupakan negara maju yang masyarakatnya multikultural dari


segi apapun dengan pola hidup individualis yang tinggi. Amerika Serikat adalah

sebuah negara sekuler, hal ini didasari karena di Amerika simbol-simbol agama
masih boleh dipertontonkan di tempat tempat publik. Namun Negara tidak boleh
mencampuri urusan Agama, karena itu urusan pribadi masing-masing individu.
Berbeda dengan negara Perancis, di Perancis jaminan kebebasan dalam memeluk
agama dan keyakinan memang ada akan tetapi warganya sangat dilarang dalam
menggunakan simbol-simbol keagamaan tertentu diruang publik.
Berbeda dari Indonesia dimana agama merupakan kewajiban yang harus
dimiliki oleh setiap penduduk, tetapi di Amerika, warga setempat bebas memeluk
agama manapun atau bahkan tidak memiliki agama apapun (atheis), meskipun
begitu toleran antar agama pada masyarakat setempat sangat tinggi Oleh sebab itu
meskipun Amerika negara sekuler akan tetapi isu-isu dan masalah-masalah yang
mengandung unsur-unsur keagamaan masih sering muncul di Amerika.
Amerika serikat merupakan negara yang menjadi perhatian dunia tidak
hanya dalam bidang politik dan ekonomi tetapi juga bidang agama yang
menampilkan wajah yang unik. Segala agama dengan alirannya dapat hidup di
bumi Amerika. Seluruh aliran dalam islam pun dapat hidup bebas di Amerika
serikat.
Salah satu peristiwa yang menjadi kajian yang cukup menarik mengenai
sekulerisme yang terjadi adalah mengenai gesekan-gesekan yang terjadi antar
umat beragama disana. Pemerintah Amerika Serikat tidak akan menampakkan
warga negaranya apabila menyangkut kegiatab beragama, meskipun dikatakan
sebagai sekte agama sesat sekalipun. Pemerintah biasanya akan menagkap dengan
tuduhan kasus lain dan tidak menyangkut dengan unsur keagamaan. Seperti
contoh mengenai pelecehan kasus dalam film yang menjelekan Nabi Muhammad,
pembuat film tidak ditangkap dengan tuduhan aliran sesat atau menjelek-jelekkan
agama tersebut akan tetapi ditangkap karena penyelewangan pajak.
Di Amerika ada sebagian orang yang menganggap bahwa agama
dipandang tidak dapat merubah status sosial dan hanya dapat memecahkan
kerukunan, oleh karenanya agama hanya diyakini dan disimpan dalam hati

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Peran agama dalam masyarakat multikultural yakni suatu agama yang


dapat membangun masyarakat didalamnya, agama disini berperan sebagai hukum
yang mengatur kehidupan seluruh masyarakat. Multikulturalisme sering
dipersepsi sebagai politik pengajaran dan nilai keragaman pada tatanan
masyarakat plural. Konsep agama pada negara maju sebenarnya ada, tetapi
sebagian dari rakyatnya tidak terlalu perduli terhadap agama dikarenakan mereka
menganggap bahwa agama tidak bisa merubah status sosial bahkan ada
sekumpulan orang yang tidak memiliki agama atau tidak percaya Tuhan, yang
biasa dikenal dengan sebutan atheis.

Daftar Pustaka
Berger, L. Peter. 1991. Langit suci: Agama sebagai Realitas Sosial.
Jakarta: LP3ES.

Parekh, Bhikhu. 2011. Rethinking Multiculturalism: Keberagaman


Budaya dan Teori Politik. Jakarta: Kanisius.
Syuhada, Lintang. Mahasiswa Student Exchange Indonesia-Amerika 2012.

Anda mungkin juga menyukai