EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK
ETANOLIK DAUN BANDOTAN
(4geratum conyzoides\)
TERHADAP SEL HeLa
Nuning Rahmawati, Katno, Agus Triyono
Abstract
In developed countries, cancer represents the second death cause after cardio-
vascular disease. In Indonesia, cervix cancer represents the most cancer case at
woman, Continuous efforts to find the effective cancer drug with the small side
effects were still conducted. One of the way for obtaining that purpose is by
exploring the source of nature vegetation owning potency as anticancer. The aim
of this research was to examine cytotoxic activity of Ageratum conyzoides L.
leaves on HeLa cell, and it was determined by cell viability method. The number
of viable and nonviable cell was accounted by direct counting method using
trypan blue exclusion. The cytotoxicity test of etanolic extract of bandotan leaves
to HeLa cell showed that LC50 value was equal to 855 pg/ml
Key words: Ageratum conyzoides L., cytotoxicity, HeLa cell
PENDAHULUAN
anker merupakan salah satu
penyakit paling mematikan
ini, setengah dari jumlah penderita
tertolong dengan pembedahan dan
terapi radiasi. Kesembuhan hampir
di dunia. WHO menyatakan
13 persen dari 58 juta kematian
atau 7,6 juta orang meninggal dunia
akibat kanker di sepanjang tahun
2005. Insiden kanker di Indonesia
diperkirakan 1 sampai 10 per
100.000 penduduk per tahun.
Dengan metode pengobatan saat
* Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan
Qbat Tradisional, Tawangmangu,
Karanganyar, Jawa Tengah
seluruhnya terjadi pada penderita
yang penyakitnya belum menyebar
pada saat pembedahan. Penyem-
buhan dapat meningkat hingga
50% jika dilakukan diagnosa dini
(Ganiswara dan Nafrialdi, 1995).
Agen kemoterapi yang ada
sekarang ini memiliki beberapa
kelemahan terutama ditinjau dari
segi efektivitas dan keamanannya.
Agen antikanker diharapkan memi-
47
VOLUME 1, NO. 1, DESEMBER TAHUN 2008liki toksisitas selektif yang mampu
menghancurkan sel kanker tanpa
merusak sel normal. Pada umum-
nya, agen tersebut menekan per-
tumbuhan atau proliferasi dan
menimbulkan toksisitas karena
menghambat pembelahan sel nor-
mal.
Munculnya paradigma baru di
dunia kedokteran modern, yaitu
back to nature, mendukung
pengembangan obat tradisional
dan eksplorasi senyawa alam
sebagai sumber obat modern.
Bandotan merupakan salah satu
tanaman yang berkhasiat sebagai
obat dan mudah didapat di Indo-
nesia. Secara empiris tanaman ini
dimanfaatkan sebagai obat demam,
sakit tenggorokan, malaria, radang
paru, perdarahan rahim, diare,
disentri, radang telinga, pencegah
kehamilan, diuretika dan tumor
rahim (Wijayakusuma dan Dali-
marta, 1994).
Penelitian pendahuluan me-
nunjukkan ekstrak metanol herba
bandotan tidak memiliki efek
sitotoksik terhadap sel mieloma,
yang ditunjukkan oleh harga LC,,
yang diperoleh, yaitu sebesar
3292,46 ug/ml (Puspitasari dkk.,
2003). Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian terhadap sel
kanker lain dengan penyari yang
berbeda untuk mengetahui efek
sitotoksiknya.
Berdasarkan data di atas,
maka dilakukan penelitian terhadap
sel HeLa dengan penyari etanol
Nuning Rahmewoti, Katno
‘& Agus Triyono
untuk mengetahui apakah ekstrak
daun bandotan memiliki aktivitas
sitotoksik terhadap sel HeLa dan
dapat dikembangkan sebagai
senyawa antikanker.
BAHAN DAN METODE
Bahan. Daun bandotan (Ag-
eratum conyzoides L.) dicuci bersih,
dikering anginkan (tidak di bawah
sinar ratahari langsung), kemudian
ditumbuk dan diayak hingga
didapatkan serbuk halus yang
selanjutnya diekstrak dengan
sokhlet. Hasil yang diperoleh
diuapkan sampai terbentuk massa
ekstrak kental. Bahan untuk kultur
antara lain sel HeLa, Fetal Bovine
Serum (FBS) dan media RPMI yang
mengandung antibotik kanamisin;
streptomisin; dan penisilin. Untuk
ekstraksi digunakan etanol,
sedangkan untuk pewarnaan
digunakan tripan blue.
Pembuatan sediaan uji.
Ekstrak kental dilarutkan dengan
etanol kemudian ditambah media
dan dikocok sampai homogen.
Larutan ekstrak induk yang diper-
oleh selanjutnya disaring dengan fil-
ter membran steril untuk dibuat
sediaan uji menggunakan suspensi
sel, dengan konsentrasi 2 mg/ml; 1
mg/ml; 0,5 mg/ml; 0,25 mg/ml;
0,125 mg/ml; 0,0625 mg/ml;
0,0312 mg/ml dan 0,016 mg/ml.
Uji sitotoksik. Seratus pl
suspensi sel HeLa didistribusikan ke
dalam sumuran micro plate 96,
ditambah 100 wu! ekstrak uji pada
48 — Sumal Tumbuhan Obat Indonesia - The Journal Of Indonesian Medicinal PlantUJI EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BANDOTAN
(AGERATUM CONYZOIDES, L) TERHADAP SEL HELA
masing-masing seri kadar. Untuk
kontrol digunakan 100 yi suspensi
sel ditambah 100 ul media dan
untuk blanko digunakan 200 pl
suspensi sel tanpa media. Selan-
jutnya, plate diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37 °C. Setelah itu
tiap sumuran diresuspensi, kemu-
dian ditambah 50 ul tripan blue,
dimana sel yang mati akan tampak
berwarna biru keruh sedangkan sel
% kematian sel =
yang hidup akan berpendar.
Sumuran lalu diresusupensi lagi dan
diambil 10 yl untuk dihitung jumlah
sel yang hidup, menggunakan
hemocytometer dengan bantuan
mikroskop inverted. Jumlah sel
yang mati dihitung dengan cara
mengurangkan jumlah sel hidup
pada kontrol dengan jumlah sel
hidup pada perlakuan*.
X sel hidup kontrol - Z sel hidup perlakuan
= sel hidup kontrol
Dari % kematian sel, selanjut-
nya harga LC50 dihitung dengan
menggunakan analisa persen
probit. Persamaam regresi linier
dibuat antara log kadar (X) vs angka
probit (Y), dimana untuk memper-
oleh harga LC50 diwakili dengan
angka probit 5 yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam persamaam
regresi linier tersebut.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Dari penelitian ini diperoleh
data yang ditampilkan padaTabel 1.
Tabel 1
Hubungan kadar sediaan uji dengan persentase kematian
Kadar(mg/ml) uma seh % kematian sel ‘Angka probit
0.016 62 23.93 4.29
0.031 57 30.67 4.50
0.063, 52. 36.20 4.64
0.125 50 39.26 472
025 46 B56 4.85
05 44 46.0) 4.90
I 4B 47.24 4.92
2 35 57.06 5.18
keterengan: dari penelitian diperoleh jumlah sel hidup rata-rata pada kontrol sebanyak 81,504
49
VOLUME 1, NO. i, DESEMBER TAHUN 2008Dari tabe! terlihat bahwa
semakin tinggi kadar sediaan uji,
maka semakin besar pula persentase
kematian sel HeLa, yang ditandai
dengan semakin sedikitnya jumlah
sel hidup pada perlakuan. Pada
kadar ekstrak terkecil, yaitu 0,016
mg/ml, diperoleh persen kematian
sel terendah sebesar 23,93%.
Kemudian terjadi peningkatan
persen kematian sel sesuai dengan
peningkatan kadar ekstrak yang
diberikan sampai diperoleh persen
kematian sel tertinggi sebesar
57,06% pada kadar ekstrak 2 mg/
ml. Hasil ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun bandotan dapat
menginduksi kematian sel HeLa.
Secara visual, kematian sel
ditunjukkan oleh terbentuknya
warna biru keruh pada inti sel.
Kematian sel kemungkinan terjadi
akibat lisis dinding sel tersebut,
sehingga larutan biru tripan dapat
masuk ke dalam inti sel.
Harga LC50 yang diperoleh,
yaitu sebesar 855 g/ml
menunjukkan kadar yang dapat
mematikan 50% jumlah sel kanker.
Semakin kecil kadar yang mampu
mematikan 50% jumlah sel,
semakin toksik senyawa tersebut.
Sebagai pembanding, uji
sitotoksisitas ekstrak kloroform dan
ekstrak gubal daun bandotan
terhadap sel myeloma masing-
masing memiliki harga LC50
sebesar 16,33 ug/ml dan 20,70 ug/
ml (Kuswandi, dkk 2004). Ekstrak
Nuning Rahmawatl, Katno
& Agus Triyono
etanolik daun bandotan ini memiliki
potensi ketoksikan yang jauh lebih
kecil. Selain itu, uji sitotoksisitas
ekstrak etanolik daun cangkring
(Erytrina fusca Lour) terhadap sei
HeLa memiliki harga LC50 sebesar
14 pg/ml (Kusnandar, 2002)
sedangkan ekstrak etanolik biji
tanaman cangkring sebesar 1350
ug/ml (Afiyati, 2002). Ini berarti,
ekstrak daun bandotan (LC50 =
855 pg/ml) relatif kurang toksik
terhadap sel HeLa dibandingkan
dengan ekstrak daun cangkring,
namun relatif lebih toksik
dibandingkan dengan ekstrak bifji
tanaman cangkring.
NCI (National Cancer Institut)
menyatakan bahwa jika uji sitotoksik
suatu senyawa menghasilkan nilai
LC50 < 20 ug/ml, maka senyawa
tersebut dinyatakan memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai
senyawa antikanker (Suffness and
Pezzuto, 1991). Harga LC50 yang
diperoleh dari penelitian ini cukup
besar yaitu 855 ug/ml, sehingga
kurang berpotensi untuk dikem-
bangkan sebagai antikanker teruta-
ma terhadap sel HeLa.
KESIMPULAN
Ekstrak etanolik daun ban-
dotan memiliki aktivitas sitotoksik
yang lemah terhadap sel HeLa
dengan nilai LC50 sebesar 855 jug/
ml, ekstrak tersebut juga tidak
memiliki potensi untuk dikembang-
kan sebagai antikanker.
50 Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia - The Journal Of Indonesian Medicinal PlantUJI EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN BANDOTAN
(AGERATUM CONYZOIDES, L) TERHADAP SEL HELA
DAFTAR PUSTAKA
Afiyati, R., 2002. Efek Proliferatif
Ekstrak Etanol Biji Tanaman
Cangkring (Erytrina fusca
Lour) terhadap Sel HeLa.
Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Dhopdaker, M.V., Abe, E., Theus,
A,, Lacy, M., Langford, J.K.,
Barlogie, B., Sanderson,
R.D. 1998. Syndecan-1
15a, Multifunctional Regu-
lator of Myeloma
pathobiology: Control of
Tumor Cell Suvival,
Growth, and Bone Cell
Diferentiation. Blood. 91:
2679-2688.
Ganiswara, S.G., & Nafrialdi. 1995.
Farmakologi dan Terapi.
Edisi keempat. Fakultas
Kedokteran Universitas In-
donesia, Jakarta.
Kuswandi, M., Somowiyarjo, S.,
Iravati, S., Wahyuni, S.,
Gunawan, F, Wijayanti,Y.
2004, Uji Daya Antivirus dan
Antikanker Ekstrak Daun
Bandotan (Ageratum
conyzoides L). Seminar
Nasional Farmasi. Universi-
tas Andalas, Padang.
Kusnandar, L.C. 2002. Efek
Proliferatif Ekstrak Etanol
Daun Tanaman Cangkring
(Erytrina fusca Lour)
terhadap Sel HeLa. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Puspitasari, H., Sukardiman,
Widyawaruyanti, A. 2003.
Uji Aktivitas sitotoksik
Ekstrak metanol herba Ag-
eratum conyzoides L., pada
Kultur Sel Mieloma Mencit.
Majalah Farmasi Airlangga.
Vol.3.
Suffness, M., & Pezzuto, J.M. 1991.
Assays Related to Cancer
Drug Discovery. Methods in
Plant Biochemistry: Assays
for Bioactivity. Vol.6. Aca-
demic Press, London.71 -
133,
Wijayakusuma, H., Dalimarta, S.
1994, Ramuan Tradisional
untuk Pengobatan Kanker.
Penebar Swadaya, Jakarta.
64-65.
VOLUME’Y, NO. 1, DESEMBER TAHUN 2008 5]