Endapan Geo
Endapan Geo
ABSTRAK
Penambangan endapan intan sekunder di Desa Pinang, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan dilakukan secara tambang terbuka menggunakan pompa semprot. Penambangan
dilakukan dengan cara penyemprotan yang diarahkan kebagian bawah tebing dan penyemprotan ke segala
arah permukaan. Material lepas hasil penyemprotan kemudian disedot dengan pompa penyedot, selanjutnya
dilakukan pemisahan material kasar dengan material halus untuk mendapatkan konsentrat, dan pendulangan
konsentrat untuk mendapatkan intan. Akibat penambangan endapan intan sekunder, terjadi perusakan
lingkungan berupa pencemaran air limbah penambangan. Untuk mengurangi konsentrasi bahan pencemar pada
air limbah penambangan, dilakukan upaya physical treathment dengan membuat kolam-kolam pengendapan 1,
2, 3, dan 4 sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). Berdasarkan hasil analisis kimia air limbah yang telah
dilakukan pengendapan (physical treathment), mampu menurunkan konsentrasi unsur-unsur pencemar hingga
77,62%; 85,54%; 60,99%; 49,00%; dan 3,22 % untuk kekeruhan, total suspension solid (TSS), besi, minyak,
dan dissolved oxygen (DO) serta menaikkan pH hingga 4,83%.
Kata kunci: endapan intan, tambang semprot, pencemaran, pengendapan
ABSTRACT
The secondary deposition of diamond mining in the village of Pinang, Cempaka District, South Kalimantan
Province Banjarbaru City conducted open pit mine using a pump spray. Mining is done by spraying gets
directed under cut and surface spraying in all directions. Material off spraying results then aspirated with a
vacuum pump, is then performed with the coarse material separation of fine materials to get the concentrate,
and concentrate panning for diamonds. Due to diamond mining sludge secondary, occurring environmental
form mining waste water pollution. To reduce the concentration of pollutants in waste water mining, efforts to
make the physical treathment settling pools 1, 2, 3, and 4 before being discharged into public waters (rivers).
Based on the results of chemical analysis of waste that has been done deposition (physical treathment), able to
decrease the concentration of contaminant elements up to 77.62%, 85.54%, 60.99%, 49.00%, and 3.22% for
turbidity, total suspension solid (TSS), iron, oil, and dissolved oxygen (DO) and raising the pH up to 4.83%
Keywords: diamond deposite, spray mine, contamination, deposition
101
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
PENDAHULUAN
Peranan pembangunan, khususnya untuk bahan
galian industri tidak dapat dipisahkan dari
kepentingan masyarakat. Penambangan endapan
intan sekunder skala kecil (tambang rakyat) di
Desa Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan selain dapat menambah pendapatan devisa
negara, juga telah memberikan lapangan pekerjaan.
Penambangan endapan intan sekunder dilakukan
secara tambang terbuka dengan sistem tambang
semprot yang dikombinasikan dengan mesin
penyedot air dan material. Material hasil penyedotan
(penambangan) kemudian disaring menggunakan
grizzly dan sluice box untuk memisahkan ampas
(tailing) dengan material yang mengandung intan
(konsentrat). Material yang mengandung intan
(konsentrat) yang diperoleh, kemudian dilakukan
pendulangan untuk mendapatkan intan.
Menurut Hidayat (2009) bagi penduduk Desa
Cempaka, mendulang intan merupakan mata
pencaharian turun temurun. Para penambang bekerja
secara kelompok dengan menggali lubang tambang
sampai kedalaman 15 m, baik itu menggunakan
peralatan sederhana maupun tambang semprot. Hasil
penambangan selanjutnya dilakukan pencucian
dan pendulangan untuk mencari sebutir intan,
selain intan kadang-kadang ditemukan batu akik
dan butiran emas. Intan yang didapat berupa intan
mentah (galuh), intan mentah kemudian dibersihkan
dan digosok untuk dijadikan perhiasan. Salah
satu tempat penggosokan intan yang terkenal di
Martapura, adalah penggosokan Intan Tradisional
Kayu Tangi Martapura.
Kegiatan penambangan endapan intan sistem
semprot ini menimbulkan beberapa masalah seperti
perubahan kondisi lingkungan baik secara fisik dan
kimia tanah, kualitas air tanah dan air permukaan,
serta topografi lahan. Penambangan endapan
intan dengan kombinasi proses penyemprotan dan
penyedotan menghasilkan material lepas (kerakal
dan kerikil) serta lumpur dalam jumlah yang besar
sebagai limbah. Limbah ini akan mengendap di
sepanjang aliran sungai atau di tempat-tempat yang
rendah di sekitar lokasi penambangan, sehingga
menyebabkan pendangkalan sungai dan pencemaran
lingkungan. Pencemaran lingkungan terutama berupa
kekeruhan air, total suspended solid (TSS), besi (Fe),
dan minyak. Kandungan TSS yang tinggi dalam air
(badan sungai) menyebabkan byologycal oxigen
demand (BOD) menjadi rendah, sehingga dapat
menghambat proses penetrasi sinar matahari dalam
air dan mengganggu kehidupan biota air. Sedangkan
kandungan besi (Fe) dan minyak yang tinggi akan
berpengaruh terhadap pemanfaatan air; misal untuk
bahan baku air minum, perikanan maupun pengairan.
102
METODE KAJIAN
Metode kajian yang digunakan dalam penelitian
adalah metode deskriptif, yaitu dengan melakukan
pengukuran dan pengambilan contoh air limbah di
lapangan serta analisis di laboratorium. Pengukuran
dilakukan terhadap dimensi kolam pengendapan
limbah, pengambilan contoh air limbah tambang
pada kolam pengendapan 1, 2, 3, dan 4. Analisis
limbah cair dilakukan berdasarkan prosedur analisis
dari Standar Nasional Indonesia tentang Air dan
Limbah.
Semua Pengujian sampel limbah cair di lakukan
di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pemberantasan Penyakit Menular Banjarbaru,
Kalimantan Selatan pada tahun 2010.
Evaluasi kualitas air dilakukan dengan cara
membandingkan hasil analisis air limbah hasil
pengendapan (physical treathment) dengan kriteria
standar baku kualitas air berdasarkan kelas (Kelas
I, II, III, dan IV) Peraturan Gubernur Kalimantan
Selatan No.5 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
103
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
Formasi Pitanak berupa lava andesit berwarna
kelabu dalam keadaan segar dan coklat bila lapuk,
porforitik plagioklas, berasosiasi dengan breksi
vulkanik. Formasi Keramaian (Kak) berumur Kapur
Akhir dengan bidang kontak tektonik berbatasan
dengan batuan Formasi Pitanak (Kvpi). Formasi
Keramaian terdiri atas perselingan batupasir,
batulanau dan batulempung, dimana juga terdapat
sisipan batugamping, konglomerat berasosiasi
dengan rijang. Formasi Tanjung (Tet) berumur
Eosen, merupakan batuan sedimen Tersier tertua
yang menindih secara tak selaras dengan batuan Pra
Tersier. Formasi ini terdiri atas batupasir kuarsa,
sisipan batugamping dan batubara dengan lensa batu
gamping.
Aluvium
Formasi Dahor
Formasi Warukin
Formasi Berai
Formasi Tanjung
Formasi Keramaian
Formasi Pundak
Anggota batu Flora, Formasi Pundak
Formasi Pitanak
Diabas
Diorit
Gabro
Batuan Malihan
Batuan Ultramifik
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Banjarbaru dan Sekitarnya (Sikumbang dan Heryanto, 1994)
104
Gambar 4. Lubang Tambang dengan Pompa Semprot Sistim Under Cut(Foto diambil di Cempaka, 2010)
105
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
Selama kegiatan penambangan endapan intan
sekunder berlangsung, dilakukan kombinasi kerja
mesin peyemprot dan mesin penyedot. Mesin
menyedot berfungsi menyedot material yang telah
HASIL KAJIAN
Pencemaran Air Limbah
Kegiatan penambangan endapan intan sekunder
di Desa Pinang, Kecamatan Cempaka Banjarbaru
dilakukan oleh rakyat setempat dapat menciptakan
lapangan pekerjaan dan keuntungan ekonomi, tapi
disisi lain menimbulkan kerusakan dan pencemaran
lingkungan. Air limbah penambangan umumnya
langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan limbah
terlebih dahulu, sehingga limbah ini mencemari
daerah sekitarnya.
106
PERSIAPAN PENAMBANGAN
PENAMBANGAN
BAGIAN BAWAH
TEBING DAN
KESEGALA ARAH
PENYEMPROTAN AIR
PENGOTOR
AYAKAN
MATERIAL >
KERAKAL
MATERIAL KERAKAL
DAN KERIKIL
MATERIAL UKURAN
BESAR
DIBUANG
MATERIAL UKURAN
KECIL
PENCUCIAN
PRODUK
(INTAN)
PENDULANGAN
LIMBAH
Parameter
Satuan
Hasil Pengujian*)
TSS
mg/l
1.358
TDS
mg/l
23
pH
6,0
NH3 Total
mg/l
1,43
NO2
mg/l
0,086
NO3
mg/l
0,0066
Fe
mg/l
6,41
Pb
mg/l
0,0742
Zn
mg/l
0,05
10
Cr Total
mg/l
0,0324
11
Minyak/ Lemak
mg/l
2.000
12
DO
mg/l
6,2
13
BOD
mg/l
0,7
14
Kekeruhan
NTU
916,0
15
COD
mg/l
58,2
107
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
Tabel 2. Standar Baku Mutu Kualitas Air
(Peraturan Guburnur Kalimantan Selatan No. 5 Tahun 2007)
No
Parameter
Satuan
TSS
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
mg/l
50
50
400
400
TDS
mg/l
1.000
1.000
1.000
1.000
pH
6-9
6-9
6-9
6-9
NH3 Total
mg/l
0,5
NO2
mg/l
0,06
NO3
mg/l
10
10
20
20
Fe
mg/l
0,3
Pb
mg/l
0,3
0,3
0,3
Zn
mg/l
0,05
0,05
0,05
10
Cr Total
mg/l
11
Minyak/lemak
mg/l
1.000
1.000
10.00
12
DO
mg/l
13
BOD
mg/l
12
14
Kekeruhan
NTU
15
COD
mg/l
10
25
50
100
Keterangan:
Kelas I = bahan baku air minum
Kelas II = sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan
Kelas III = budidaya ikan tawar, peternakan
Kelas IV = pengairan
108
Gambar Penampang A A
Gambar Penampang B B
109
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
Antara lubang kolam pengendapan yang satu dengan
kolam pengendapan yang lainnya dihubungkan oleh
pipa berdiameter 61,44 cm. Kolam pengendapan juga
dilengkapi dengan inlet dan outlet. Inlet adalah jalan
masuknya air limbah dari aktivitas penambangan
ke kolam pengendapan ke 1; seterusnya ke kolam
pengendapan ke 2, 3, dan ke 4. Sedangkan outlet
adalah hasil akhir dari pengolahan air limbah dengan
pengendapan yang keluar dari kolam pengendapan
ke 4. Hasil akhir dari limbah ini seterusnya langsung
dibuang ke badan sungai.
Tabel 3. Hasil Analisis TSS, pH, Fe, Minyak, DO, dan Kekeruhan pada Air Limbah Penambangan dan Kolam Pengendapan
No
Parameter
Hasil Pengujian*)
Satuan
Air Limbah
Kolam I
Kolam II
Kolam III
Kolam IV
Kekeruhan
NTU
916
817
765
405
205
TSS
mg/l
1.358
1.054
800
315
198
pH
6,00
6,10
6,20
6,24
6,29
Fe
mg/l
6,41
6,0
5,9
5,0
2,5
Minyak
mg/l
2.000
1.513
1.100
1.059
1.020
DO
mg/l
6,20
6,10
6,10
6,00
6,10
DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis air limbah penambangan
yang diambil dari kolam pengendapan 1, 2, 3, dan 4
(Tabel 3), terlihat bahwa kandungan total suspension
solid (TSS) mengalami penurunan yaitu masingmasing sebesar 22,39 %; 41,09 %; 76,80 % dan
85,54 %.
KONSETRASI (ntu)
Kekeruhan
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Kekeruhan
Air Limbah
Kolam I
110
Kandungan TSS
1600
KONSETRASI (mg/l)
1400
1200
1000
800
600
TSS
400
200
0
Air Limbah
Kolam I
Kolam II
Kolam III
Kolam IV
Gambar 9. Grafik Kandungan TSS pada Air Limbah dan Kolam Pengendapan 1, 2, 3, dan 4
Gambar 10. Klasifikasi Ukuran Partikel Yang Ada Dalam Air Limbah (Metcalf, 1984)
111
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
Nilai pH hasil pengendapan air limbah pada kolam
pengendapan 1 - 4 menunjukkan kenaikan pH yang
relatif kecil (Tabel 3, Gambar 11) dari 6,00 menjadi
6,29; namun nilai tersebut dapat memenuhi standar
baku kualitas air Kelas I - IV.
KONSETRASI (mg/l)
Kandungan pH
6,35
6,3
6,25
6,2
6,15
6,1
6,05
6
5,95
5,9
5,85
pH
Air Limbah
Kolam I
Kolam II
Kolam III
Kolam IV
Gambar 11. Grafik Kandungan pH pada Air Limbah dan Kolam Pengendapan 1, 2, 3, dan 4
Gambar 12. Grafik Kandungan Besi, Minyak dan DO pada Air Limbah dan Kolam Pengendapan I, II, III, dan IV.
112
SIMPULAN
1. Akibat penambangan endapan intan sekunder,
selain terjadi perusakan lingkungan juga timbul
adanya pencemaran air limbah akibat
penambangan.
2. Berdasarkan hasil analisis air limbah diketahui
bahwa total suspension solid (TSS), minyak/
lemak, besi (Fe) cukup tinggi dan pH yang
rendah dengan kandungan masing-masing
sebesar 1.358 mg/l; 2.000 mg/l, 6,41 mg/l dan
Hasil analisis ini apabila dikaitkan dengan
Standar Baku Mutu Kualitas Air menurut
Peraturan Guburnur Kalimantan Selatan No.5
Tahun 2007 tidak memenuhi syarat, dan tidak
bisa langsung di buang ke perairan umum
karena dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.
3. Berdasarkan physical treathment terhadap air
limbah penambangan dengan empat buah
kolam pengendapan, diketahui bahwa
nilai TSS dari kolam pengendapan 3 dan 4
telah memenuhi standar kualitas air Kelas III
dan IV, tetapi belum memenuhi standar
baku kualitas air Kelas I dan II. Nilai pH dan
DO hasil pengolahan dari pengendapan
Kolam 1-4 menunjukkan perubahan yang
relatif kecil atau relatif stabil dan nilai
tersebut masih memenuhi standar baku
kualitas air Kelas I-IV. Nilai kandungan Fe dan
minyak/lemak
cenderung
mengalami
pengurangan tetapi belum memenuhi standar
baku kualitas air Kelas I - IV untuk minyak,
113
Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan
(Studi Kasus: Dusun Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi
Kalimantan Selatan)
1
2
( Widodo, Aminuddin, dan 1M. Ulum A. Gani)
sedangkan kandungan besi pada kolam
pengendapan 2, 3, dan 4 telah memenuhi standar
baku kualitas air Kelas II, III, dan IV. Jadi secara
umum air dari hasil pengendapan kolam ke 4 telah
memenuhi standar baku kualitas air kelas IVuntuk
pengairan, sehingga dapat dibuang ke perairan
umum.
SARAN
1. Untuk memenuhi baku mutu air limbah, jumlah
kolam pengendapan perlu ditambah sedangkan
untuk menaikkan pH mendekati netral dapat
dilakukan diantaranya dengan penambahan
kapur.
2. Pemakaian
alat-alat
mekanik
untuk
penambangan sebaiknya memenuhi standar
agar bahan bakar/olie jangan sampai
mencemari lingkungan.
ACUAN
BPS Banjar Baru Dalam Angka, 2011. Hasil
SP2010
Kota
Banjarbaru.
Http://
banjarbarukota.bps.o.id/?set=viewBrs&flag
_template2=1&flag=1&page=1&id=7 (08
Juni 2012).
Hidayat, M.M., 2009. Penambangan Intan di
Kalimantan
Selatan.
Http://
muhammadmarcohidayat.wordpress.
com/2009/04/23/penambangan-intan-di
kalimantan-selatan (23 Maret 2009).
Lin, S.D., 2001. Water and Wastewater Calculation
Manual. Mc Graw Hill Book Company, New
York.
Metcalf & Eddy, 1984. Wastewater Engineering:
Treathment Dsiposal Reuse. Mc. Graw-Hill
Book Publishing Compny,Ltd. New Delhi.
Sikumbang, N. dan Heryanto, R., 1994. Peta
Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan,
Sekala 1:250.000, Lembar Banjarmasin 1712,
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
114