Anda di halaman 1dari 9

PENYAKIT OTOT RANGKA AKIBAT KERJA

DEPKES RI 2007
A. NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB)
Nyeri punggung bawah merupakan gangguan musculoskeletal yang paling
sering terjadi pada pekerja dan dinegara manju menghabiskan dana
kompensasi dan dana pengobatan yang terbesar diantara penyakit akibat
kerja lainnya. Nyeri punggung bawah dapat terjadi secara akut akibat
suatu cedera/kecelakaan atau terjadi secara kronis akibat posisi tulang
punggung yang salah dan/atau beban berlebih.
1. Jenis penyakit
Nyeri punggung bawah akibat kerja menurut kejadiannya dibagi atas:
a. Nyeri punggung bawah akut : biasanya akibat cedera atau
kecelakaan ditempat kerja
b. Nyeri punggung bawah kronis : bila lebih lama dari 6 minggu dan
tidak ada perbaikan dengan pengobatan yang biasanya diberikan.
2. Factor resiko dan jenis pekerjaan
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh kombinasi berbagai factor,
yang dapat digolongkan atas tiga factor, yaitu :
a. Factor gerakan tubuh yang dapat merupakan beban dinamis
maupun statis bagi punggung; berputar, membungkuk, posisi statis
b. Factor lingkungan ; vibrasi seluruh tubuh, suhu dingin dan
kecelakaan; pada punggung seperti jatuh, terpeleset dsb
c. Factor individu ; umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kekuatan otot,
stress mental dan penyakit
Jenis pekerjaan yang beresiko tinggi untuk terkena nyeri punggung
bawah, adalah :
Keperawatan

Transportasi
Konstruksi
Manufaktur
Pertanian

Semua sector pekerjaan beresiko untuk terkena nyeri punggung bawah,


apabila pekerjaan tersebut ada posisi tubuh membungkuk, berputar,
duduk/berdiri yang lama, mengangkat, menarik atau/dan mendorong
beban.

3. Diagnosis
a. Diagnose klinis
Anamnesa riwayat penyakit :
Lokasi nyeri
Pencetus nyeri punggung apakah pernah nyeri punggung
sebelumnya, kapan pertama kali timbul dan pada saat sedang

melakukan apa
Sifat nyeri
Lama nyeri
Ada radiasi/penjalaran
Apa yang bisa menyebabkan rasa nyeri berkurang
Apakah ada gejala neurologis seperti nyeri menjalarke bagian
posterior

tungkai,

rasa

baal/kesemutan

pada

kaki,

melemahnya otot
Pada nyeri punggung bawah akut saja, biasa tidak ada gejala
neurologis. Kalau ada, biasanya terjadi pada HNP dimana terjadi
iritasi syaraf yang tertekan.
Pemeriksaan fisik :

Pengalaman waktu jalan : harusnya simetris


Pengamatan tulang punggung :
Pada stenosis spinalis posisi biasa dalam keadaan fleksi
Pada HNP posisi biasa dalam keadaan ekstensi
Mobilisasi tulang punggung : perhatikan apakah ada
spasme otot paraspinalis
Nyeri tekan pada daerah punggung
Lakukan straight leg raising test (SLR) dan patrict test
SLR dilakukan pada 2 posisi, duduk tegak dan duduk dengan
menyandar pada dua tangan dibelakang. Test ini positif, bila
timbul rasa nyeri bila tungkai bawah diangkat pada

0 70

derajat dan berarti ada tekanan pada syaraf tulang punggung.


Bila dilakukan dorsofleksi kaki rasa nyeri akan bertambah bila
terdapat HNP dan sebaliknya bila dilakukan plantarfleksi kaki,
seharusnya rasa nyeri tidak bertmabah. Pada nyeri punggung
bawah saja, tets SLR akan negative.

Patrick test positif, bial rasa nyeri di daerah panggul atau


daerah sacroiliaca, saat lutut fleksi dengan kaki berada pada
lutut tungkai lainnya ditekan ke bawah. Test positif juga
menandakan adanya gejala neurologis.
Bila test SRL dan Patrick positif perlu pemeriksaan neurologis
lanjutan untuk mengetahui daerah lumbar ata sacral mana
yang terkena.
Apabila terjadi nyeri punggung bawah kronis, seorang dokter
bisanya diminta untuk melakukan evaluasi apakah keadaan ini
sudah

menetap

dan

menyebabkan

pekerja

tidak

dapat

melakukan pekerjaannya secara optimal. Upaya diagnostic


yang lebih luas perlu dilakukan dan biasanya dilakukan di
tempat pelayanan rujukan. Dalam hal ini dipikirkan adanya
kemugkinan gangguan lainnya. Seperti penyekait degeratif,
radang, penyakit organ lainnya dalam panggul tersebut.
Kemungkinan lain adalah adanya kecemasan berlebihan atau
simulasi karena ada motivasi lain. Oleh karena itu perlu
dilakukan beberapa test untuk meyakinkan bahwa pasien
benar-benar sakit :
SLR test yang dilakukan pada posisi berbaring maupun
posisi duduk, seharusnya memberikan hasil yang sama
Nyeri tekan pada daerah punggung bawah seharusnya
tidak terjadi bila hanya menekan ringan (sebatas kulit)
Fiber test : pada pasien dengan gangguan dae ah
lumbar, seharusnya tidak ada rasa nyeri bila panggul
dufleksi secara pasif dengan lutut pada keadaan fleksi.
b. Diagnose penyakit akibat kerja
Untuk menegakan diagnose nyeri punggung bawah akibat kerja,
sama juga dengan penyakit akibat kerja lainnya, harus dilakukan
secara sistematis dan berdasarkan bukti yang ada (evidence based)
Langkah langkah diagnosis yang perlu dilakukan :
1) Menegakan diagnose klinis

Perlu didapatkan dahulu diagnosis apakah hanya terjadi NBP atau


suah ada kelainan neurologis
2) Mengidentfikasi pajanan yang dialami
Anamnesis pekerjaan dan/atau pengamatan cara bekerja untuk
mengetahui apakah ada factor rsisiko terjadap terjadinya NPB,
termasuk mennayakan apakah pernah terjadi kecelakaan/cedera
pada punggung.
Factor lingkungan

kerja

juga

perlu

diperhatikan,

seperti

pencahayaan kurang baik, suhu dingin atau stress kerja yang


dapat mempengaruhi/memperberat NPB.
3) Hubungan antara pajanan dan penyakit
Dari faktis resiko atau pajanan yang dialami di tempat kerja:
posisi kerja, cara kerja sesuai dengan lokasi nyeri, yaitu pada
punggung bawah.
4) Jumlah pajanan cukup
Penilaian jumlah pajanan pada NPB bisa dilihat dari beban kerja,
frekwnsi gerakan yang dilakukan dan berapa lama suatu posisi
dipertahankan, termasuk masa kerja pada pekerjaan tersebut.
Untuk NPB tidak ada batasan waktu tertentu, dapat terjadi tibatiba atau perlahan-lahan setelah bekerja untuk beberapa waktu.
5) Peranan factor individu
Factor individu yang nerupakan faktir resiko terjadinya penyakit
otot rangka, misalnya: jenis kelamin, umur, HNP. Adanya factorfektor trsebut tidak menyebabkan diagnosis penyakit akibat kerja
tidak dapat ditegakan, tetapi menjelaskan mengapa individu
tertentu yang terkena atau lebih cepet terkena.
6) Factor lain diluar pekerjaan
Selain ditenpat kerja, seseorang juga bekerja rumah, bahkan ada
yang mempunyai pekerjaan ganda atau hobby yang beresiko juga
terhadap terjadinya NBP
7) Diagnose penyakit akibat kerja
Pada umumnya semua penyakit adalah multi-kausal, termasuk
NPB. Sebagai seorang dokter semua factor yang berpengaruh
perlu dipertimbangkan. Kalau memang jelas factor pekerjaannnya
berpengaruh

secara

bermakna

terhadap

timbulnya

NPB,

meskipun ada factor individu dan factor lain diliar pekerjaan,


tetap dapat ditegakan diagnonisi PAK. Tetapi bila jelas factor
diluar pekerjaan lebih berpengaruh, misalnya cedera pertama
terjadi dirumah, bebam kerja dirumah lbih berat dan posisi/sikap
kerja dirumah lebih buruk, maka diagnosis NPB akibat kerja tidak
dapat ditegakan.
Gambar alur

4. Penatalaksanaan
a. Pencegahan primer
Yang terpenting dalam penanganan NPB adalah pencegahannya,
karena sekali timbul NPB, seingkali akan berulang atau menjadi
kronis. Pencegahan primer yang dapat dilakukan di tempat kerja
adalah melalui upaya helath promotion :
Pelatihan : menganalkan factor resiko untuk terjadinya NPB

dan cara kerja yang baik


Menjaga kebugaran dengan olah raga, nutrisi seimbang dan

istirahat cukup
Perlu dilakukan kombinasi berbagai upaya pencegahan, karena

tudak ada satu intervensi yang benar-benar efektif


b. Pencegahan sekunder
Diagonisis dini dengan pemeriksaan berkala
Memantau dan member rekomendasi untuk cara kerja yang baik dan
beban kerja yang sesuai
Memperbaiki lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap posisi
kerja kurang baik, misalnhya penerangan yang kurang, dapat
menyebabkan pekerja lebih membungkuk untuk dapat melihat
dengan jelas.
Memberikan kesempatan untuk

mini breaks agar pekerja dapat

melakukan peregangan otot.


c. Pencegahan tersier
Biasanya cedera punggung bawah akan sembuh dengan cepat, bila
penatalaksanaan sesuai. Suatu penelitian menunjukan 90% pasien

yang ditangani dalam 3 (tiga ) hari setelah terjadi cedera akan


sembuh dalam waktu 2 (dua) minggu.
Dalam penanganan NPB akut akibat kerja utama adalah :
Istirahat yang cukup
Pengobatan simptomatis untuk mengatasi nyeri
Aktifitas normal secepat mungkin
Konseling
Apabila diperlukan istirahat baring, paling lama 2 hari dan pasien
dianjurkan untuk mobilisasi secapatnya, meskipun rasa nyeri belum
berkurang. Pada periode 24 jampertama setelah cedera, kompres
dingin pad daerah punggung bawah sangat membantu mengurangi
rasa nyeri. Setelah 24 jam, yang dianjurkan adalah kompres
panas/hangat untuk membantu menghilangkan rasa nyeri.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat diberikan untuk jangka
pendek dan biasnya cukup efektif. Obat muscle relaxant sebaiknya
hanya diberikan bila terjadi gangguan tidur.
Tindak lanjt dilakukan untuk :

Menilai kemajuan
Mengatasi kecemasan yang biasa terjadi setelah cedera
Memberikan latihan-latihan ringan

Bila terjadi nyeri punggung bawah kronis, perlu dilakukan fisiotherapi


dan mengevaluasi kembali kemampuan untuk melakukan pekerjaan.
B. NYERI TENGKUKDAN/ATAU BAHU
1. Diagnosis
Anamnesis riwayat penyakit
Nyeri dan rasa kaku yang bertambah berat selama bekerja dan

paling dirasakan pada akhir hari kerja atau hari minggu.


Lokasi nyeri pada daerah servikal dan sudut antara tengkuk dan

bahu
Biasanya tidak ada penjalaran rasa nyeri
Gejala biasnya membaik kalau panas dan memburuk bila dingin
Pemeriksaan
Nyeri tekan pada otot tengkuk dan atau bahu
Gerakan aktif daerah cervical berkurang

Tidak ada gejala neurologis - test lhermitte negatif

2. Diagnosis banding
Thoracic outlet syndrome atau syaraf lainnya
Penyakit sistemik
3. Factor factor resiko pekerjaan
Sikap tubuh/kepala : apabila bekerja dengan tangan pada
ketinggian diatas bahu, atau mempertahankan posisi tertentu
untuk sikap lama, misalnya pada pemain music (biola, terompet,
dll). Pekerja computer. Nyeri tengkuk berhubungan dengan sudut
fleksi tengkuk yang dilakukan pekerja
Gerakan repetitive
Cara membawa beban
Factor psikososial
Tugas yang monoton
Kerentanan individu
4. Penatalaksanaan
Pada prinsifnya sama dengan nyeri otot rangka lainnya, seperti NPB.
C. CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTD/REPETITIVE STRAIN INJURIES)
Cumulative trauma diosorders adalah kondisi-kondisi yang disebabkan
karena

melakukan

pekerjaan

yang

sama

secara

berulang-ulang

danterutama mengenai anggota tubuh bagian atas, terutama pergelangan


tangan.
Beberapa CTD yang sering terjadi :
Sindrom terwongan karpal
Tendonitis pergelangan tangan
Epikondilitis
Gangguan yang paling banyak terjadi adalah sindroma terowongan karpal
(STK) dan insidennya meningkat terus.
STK adalah sekumpulan gejala yang terjadi akibat tertekannya n.
medianus di terowongan karpal pergelangan tangan.
1. Diagnosis
Anamnesis riwayat penyakit :
Rasa baal, terbakar atau kesemutan pada daerapersarafan n.

medianus ( 31/2 jari dihitung dari ibu jari


Rasa dingin dan kelemahan jari-jari tangan
Pada waktu bangun tidur, gejala paling dirasakan dan biasa dapat
berkurang setelah tangan tergoyan-goyangkan.

Factor predisposisi non-okupasi adalah :


Pada prinsipnya adalah semua kondisi yang menyebabkan
terowongan karpal lebih sempit, seperti rheumatoid arttrhitis,
diabetes, kehamilan.
Pemeriksaan:
Pengamatan terhadap mobilisasi pergelangan tangan untuk melakukan
fleksi, ekstensi, fleksi kea rah lateral dan medial
Tes tinel positif
Tes phalen positif
Bila sudah lanjut ada atrofi di daerah thenar
Seringkali gejala yang timbul tidak lengkap dan selain itu ada keadaan
lain yang dapat menyebabkan gejala yang sama, oleh karena itu the
national institute for occupational safety and health (NIOSH) membuat
criteria diagnostic untuk STK akibat kerja sebagai berikut:
a. Adannya beberapa gejala STK (tidak harus semua secara lengkap)
b. Adanya tanda objektif seperti :
Tes tinel atau tesphalen yang positif
Sensasi yang menurun didaerah persyarafan n. medianus atau
pemeriksaan EMG yang menunjukan ada kelainan
c. Adanya salah factor risiko pekerjaan untuk waktu yang cukup lama,
seperti :
Kerja repetitive dengan frekuensi tinggi
Kerja dengan tenaga tangan
Kerja dengan alat listrik (bervibrasi)
Penekanan untuk waktu yang lama pada pergelangan tangan
Criteria a, b dan c harus ada untuk dapat menegakan diagnostic STK
akibat kerja. Pada prinsifnya, sama dengan alur diagnostic penyakit
akibat kerja pada NPB diatas
2. Penatalaksanaan
Tata laksana awal dapat dilakukan difasilitas pelayanan primer. Suatu
alat

penyanggah

pergelangan

tangan

(wrist

splint)

yang

mempertahankan pergelangan tangan pada posisi sedikit dosrsofleksi


dan digunakan pada waktu tidur, sering efektif. Splint yag sama juga
dapat digunakan pada waktu bekerja bila diperlukan. Selain itu obat
NSAID dapat diberikan.

Factor-faktor predisposisi, jika ada perlu mendapat penganan segera.


Pada

keadaan

yang

berat

penyuntikan

corticosteroid

kedalam

terowongan karpal dapat membantu, tetapi sebaiknya dilakukan oleh


dokter terlatih. Kadang-kadang inipun tidak membantu sehingga perlu
dilakukan
medianus.

pembedahan

untuk

melepaskan

penekanan

pada

n.

Anda mungkin juga menyukai