Penyanggah
Penanya wajib
: dr.Permata Yulandra
: dr. Noflih Sulistia
dr. Dian Yazmiati
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
2014
DAFTAR ISI
2.3 Patofisiologi................................................................................................
10
11
17
17
2.5.2 CT Scan..............................................................................................
18
20
23
24
24
2.6.2 Limfoma............................................................................................
25
26
2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................
27
29
30
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ukuran tebal kaput pankreas < 30 mm, kolum < 21 mm dan korpus serta kauda
< 32 mm. Ukuran pankreas berkurang secara gradual sesuai dengan usia, ukuran
anteroposterior pada orang berusia 51-60 tahun adalah 24 mm( 3,6 mm) untuk
kaput, 16 mm( 2,0 mm) untuk korpus dan 15,1 mm(1,9 mm) untuk kauda.6,7
Duktus pankreatikus terdiri dari duktus pankreatikus mayor dan duktus
pankreatikus minor. Duktus pankreatikus mayor dimulai dari bagian kauda dan
berjalan di sepanjang kelenjar menuju kaput. Duktus ini bermuara ke pars
desendens duodenum di sekitar pertengahannya bergabung dengan duktus
koledokus membentuk papilla duodeni mayor. Duktus pankreatikus minor
mengalirkan cairan pankreas dari bagian atas kaput dan kemudian bermuara ke
duodenum, sedikit di atas muara duktus pankreatikus pada papilla duodeni
minor.8,9
Ukuran normal diameter duktus pankreatikus utama pada daerah kaput kurang
dari 3,5 mm, pada korpus 2,5 mm, dan 1,5 m pada kauda. Beberapa dilatasi dapat
dianggap normal seiring dengan bertambahnya usia, diameternya 5-6 mm pada
pasien usia 70 tahun.10
Suplai darah kaput pankreas sampai kauda pankreas berasal dari arteri
pankreatikoduodenalis dan arteri lienalis. Arteri pankreatikoduodenalis anterior
dan posterior merupakan cabang dari arteri gastroduodenalis dan terbagi dalam
cabang anterior dan posterior, bentuk kolateral dengan cabang arteri
60-80 tahun, lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan
rasio 2:1. Data yang di dapatkan dari The American Cancer Society mengestimasi
tahun 2010 kira-kira 43.140 kasus baru dari keganasan pada pankreas terdiagnosis
dan 36.800 orang meninggal karena keganasan pada pankreas. Di negara lain
terjadi 8-12 kasus per 100.000 orang pertahun. Insiden keganasan pada pankreas
7,6 per 100.000 pertahun di Eropa Barat, kira-kira 2,5% dari semua kasus tumor
baru yang terdiagnosis dan 5% dari semua keganasan. 14-21
Keganasan yang terjadi pada pankreas sangat sulit dideteksi dan didiagnosa
terutama pada stadium awal. Kebanyakkan kasus yang terjadi sudah datang dalam
stadium lanjut sebanyak 52% dan sudah bermetastasis ke sekitarnya sebanyak
26%.19-20
Angka daya tahan hidup 1 tahun kurang dari 20 %, sedangkan angka daya
tahan hidup 5 tahun kurang dari 5%. Hal ini disebabkan karena keterlambatan
diagnosis dan terapi.1-2
Penyebab keganasan pada pankreas masih belum jelas. Penelitian
epidemiologik menunjukkan adanya hubungan keganasan pada pankreas dengan
beberapa faktor eksogen (lingkungan ) dan faktor endogen.4,14
a.
Faktor eksogen (Lingkungan)17-22
Merokok
Merupakan faktor risiko terbanyak untuk terjadinya keganasan pada
pankreas. Perokok memiliki resiko 1,4-2,3 kali lebih besar untuk
menderita keganasan pada pankreas dan jika pada usia 40-50 tahun tetap
menjadi perokok, maka akan meningkatkan resiko lima kali lebih besar
menderita keganasan pada pankreas.
Alkohol
Alkohol bukan merupakan faktor yang secara langsung menyebabkan
keganasan pada pankreas, namun dengan adanya riwayat konsumsi
alkohol yang lama serta dalam jumlah banyak akan menjadi pencetus
terjadinya pankreatitis kronis.
Diet
Konsumsi daging merah, khususnya yang telah diproses di pabrik dengan
suhu tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya keganasan pada
pankreas.
b.
Faktor endogen
Usia
Resiko menderita keganasan pada pankreas meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Angka kejadian terbanyak (80%) berada pada usia 6080 tahun dan jarang pada usia kurang dari 50 tahun.
Obesitas
Adanya obesitas, khususnya obesitas sentral, akan meningkatkan resiko
menderita keganasan pada pankreas.
Diabetes Melitus
Sekitar 80% penderita keganasan pada pankreas disertai gangguan
toleransi glukosa dan sekitar 20% memiliki klinis diabetes melitus. Namun
sekarang yang masih dipertanyakan bahwa apakah diabetes melitus
merupakan faktor predisposisi atau menjadi suatu akibat dari keganasan
pada pankreas.
Pankreatitis kronis
Pasien dengan pankreatitis kronik mempunyai resiko terjadinya keganasan
pada pankreas sampai 20 kali lebih besar dan pasien dengan pankreatitis
c.
kulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena keganasan pada
pankreas dibandingkan dengan ras kulit putih
2.3 Patofisiologi
Lesi pencetus yang berkaitan dengan keganasan pankreas biasanya tumbuh
dari epitel duktal pankreas dan bentuk utama adalah Pancreatic Intraepithelial
Neoplasia (PanINs). Menurut gambaran sitologi PanINs dibagi menjadi tiga yaitu
PanINs I, PanINs II dan PanINs III. Epitel normal pada saluran duktal berupa
epitel kuboid sampai kolumnar dan kemudian terjadi proses metaplasia yang
merupakan proses penggantian sel epitel kuboid normal oleh sel epitel skuamosa
atau sel transisional yang matur. Gambaran PanINs I didapatkan perubahan
minimal pada sel epitel duktal, sedangkan PanINs II terdapat perubahan yang
moderat pada sel epitel dan berupa abnormalitas dari inti sel yang ditandai dengan
inti sel yang membesar dan memadat. Dan tingkat terakhir PanINs III mempunyai
risiko tinggi untuk berkembang menjadi karsinoma insitu serta berkaitan dengan
reaksi desmoplastik dan mengobstruksi duktus pankreatikus, terjadi dilatasi
duktus serta atrofi parenkim. 16,17
Mutasi pada onkogen K-ras diyakini sebagai peristiwa awal dalam
perkembangan tumor dan terdapat pada lebih dari 90 % tumor. Hilangnya fungsi
dari beberapa gen supressor tumor (p16, p53, DCC, APC, dan DPC4) ditemukan
pada 40-60% tumor. Deteksi mutasi K-ras dari cairan pankreas yang diperoleh
pada endoskopik retrograd cholangiopankreatografi telah digunakan dalam
penelitian klinis untuk mendiagnosa keganasan pada pankreas. 4,5
10
Keganasan pada pankreas dapat terjadi pada kelenjar eksokrin dan endokrin .
Dari kedua kelenjar tersebut sekitar 95 % berasal dari sel epitel duktus , sel-sel
asinus, jaringan penunjang dan limfatik.17
Umumnya keganasan pada pankreas pertama kali bermetastasis ke kelenjar
getah bening regional, hepar dan paling jarang ke paru serta tulang. Selain itu
dapat meluas langsung ke organ viseral seperti duodenum, gaster dan kolon atau
bermetastasis ke permukaan perut melalui penyebaran peritoneal. Keganasan pada
pankreas dapat juga menyebar ke kulit berupa metastasis noduler. 17
Lokasi keganasan pada pankreas menentukan jalur penyebaran dan kelenjar
getah bening yang terlibat. Keganasan pada pankreas yang terletak di bagian
anterior kaput pankreas akan tumbuh di sepanjang pankreatikoduodenal anterior
dan ke arah arteri gastroduodenal serta arteri hepatika, sedangkan pada bagian
posterior kaput pankreas menyebar di sepanjang vena pankreatikoduodenal dan ke
arah vena porta inferior. Keganasan pada aspek kranial kaput pankreas tumbuh di
sepanjang arteri hepatika komunis sedangkan yang terletak dekat dengan trunkus
gastrokolika dapat menginfiltrasi basis dari mesocolon transversum. Keganasan
pada prosesus unsinatus tumbuh di sepanjang pankreatikoduodenal inferior dan
bagian posterior arteri mesenterika superior atau jejunum.18-20
Keganasan pankreas pada bagian korpus dan kauda pankreas menginfiltrasi
arteri lienalis dan vena di aksis koeliakus atau vena porta. Keganasan pankreas
pada bagian korpus dan kauda berpotensi menyebar langsung ke limpa, gaster,
kolon dan kelenjar adrenal kiri. 20
2.4 Gejala Klinis dan Stadium
Gejala awal penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering terabaikan
sehingga terlambat di diagnosis. Keluhan awal, misalnya kembung, anoreksia,
11
muntah, diare, stetorea, dan badan lesu, yang berlangsung lebih dari 2 bulan
sebelum diagnosis ditegakkan. Ikterus, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan
merupakan gejala klasik yang sering menjadi keluhan utama pasien. 22,23
Gejala klasik keganasan pada pankreas :
a.Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan keluhan yang paling sering dijumpai dan paling sering
terjadi pada regio epigastrium, Nyeri abdomen biasanya disebabkan invasi
keganasan pada pankreas pada pleksus koeliakus dan pleksus mesenterika
superior. Nyeri dapat menjalar ke punggung, disebabkan oleh invasi ke
retroperitoneal dan terjadi infiltrasi pada pleksus nervus splenikus. Nyeri yang
berat menunjukkan keganasan pada pankreas stadium lanjut yang meluas ke
jaringan sekitarnya dan sudah tidak dapat direseksi.
b.Penurunan berat badan
Umumnya ditemukan penurunan berat badan yang bertahap, kemudian menjadi
progresif. Penurunan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
asupan makanan yang berkurang, malabsorbsi lemak dan protein.
c.Ikterik
Gejala ikterik yang timbul ialah ikterus obstruktif. Hal ini disebabkan karena
adanya obstruksi saluran empedu oleh keganasan pada pankreas Sekitar 80-90%
merupakan keganasan pada kaput pankreas dan sering terjadi pada stadium awal.
Ikterik dapat terjadi pada keganasan korpus maupun kauda pankreas (6-13%
kasus) pada stadium lanjut akibat metastasis di hati atau limfonodi di hilus yang
menekan saluran empedu.
Selain dari gejala-gejala klasik tersebut, ada gejala lain pada pasien-pasien
keganasan pada pankreas, yang sesuai dengan lokasi keganasan pada pankreas,
misalnya
gastrinoma,
glukagonoma,
insulinoma,
somatostatinoma
dan
12
Penentuan stadium keganasan pada pankreas juga merupakan faktor yang sangat
penting untuk memilih teknis operasi reseksi atau tidak serta menilai prognosis
penyakit. Standar penentuan stadium kanker yang digunakan yaitu sistem TNM
dari The American Joint Committee on Cancer (AJCC). 24
Kategori T
- Tx
: Tumor utama tidak dapat dinilai.
- T0
: Tidak ada bukti adanya tumor primer.
- Tis
:Carsinoma in situ
- T1
: Tumor belum menyebar keluar pankreas ukurannya
kurang dari 2 cm.
- T2
: Tumor belum menyebar keluar pankreas, namun
ukurannya lebih dari 2 cm.
- T3
: Tumor telah menyebar keluar dari pankreas ke
jaringan sekitarnya namun belum sampai ke pembuluh
darah besar atau saraf.
- T4
:Tumor telah menyebar hingga ke pembuluh darah besar
atau saraf.
Kategori N
- Nx
:Pembesaran kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai.
13
- N0
:Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
- N1
:Tumor telah menyebar ke kelenjar limfe regional.
Kategori M
- M0
:Tumor tidak menyebar ke kelenjar limfe lain atau organ
lain (seperti hepar, paru-paru, otak, dan lain sebagainya).
- M1
:Ditemukan adanya metastasis.
Kelompok stadium
- Stadium 0 - TisN0M0
-
Stadium IA - T1N0M0
Stadium IB - T2N0M0
Dapat direseksi :
- Tidak ada metastasis
- Tidak ada bagian tumor yang meliputi vena mesenterika superior
-
25
14
180 dari
>180
c. Penyumbatan vena porta atau vena mesenterika superior
d. Invasi pada aorta
- Kauda pankreas
a. Metastasis jauh
b. Meliputi arteri mesenterika superior atau aksis koeliakus
>180
- Kelenjar getah bening
a. Metastasis ke kelenjar getah bening diluar dari tempat yang
akan direseksi
2.5 Gambaran Radiologi
2.5.1 Ultrasonografi (USG)
Transabdominal ultrasonografi (USG) digunakan secara luas karena bersifat
non invasif, biayanya tidak mahal dan tidak memiliki efek samping terhadap
media kontras. USG dilakukan pada pasien dengan riwayat ikterik dan nyeri perut
sehingga dapat melihat adanya dilatasi duktus biliaris dan menyingkirkan
koledokolithiasis. Tingkat akurasi USG untuk mendiagnosis keganasan pada
15
Gambar 4.Massa hipoekhoik pada kaput pankreas dengan pelebaran duktus pankreatikus
Dikutip dari : Baltarowich,Oksana 28
16
2.5.2 CT scan
CT scan merupakan pemeriksaan terpilih untuk keganasan pada pankreas yang
digunakan untuk diagnosis dan stadium keganasan pada pankreas yang dilakukan
dengan multidetektor CT dua fase. Penggunaan multi detektor CT ini mempunyai
tingkat akurasi yang tinggi untuk melihat perluasan tumor (73 %), perluasan
lokoregional (74%), invasi vaskuler (83 %) dan metastasis jauh ( 88 %). Protokol
multidetektor CT dua fase , pada fase arteri dilakukan pada 20-40 detik setelah
penyuntikkan kontras media intravena dengan ketebalan 1-3 mm sehingga
didapatkan gambaran yang optimal dari massa serta arteri peripankreas. Fase
vena dilakukan 50-70 detik setelah injeksi dan dengan ketebalan 5 mm. 27-30
Multi detektor CT dua fase merupakan teknik yang sensitif untuk keganasan
pada pankreas dan untuk mendeteksi metastasis ke hepar dan peritoneum. Pada
fase arteri, gambaran yang terlihat adalah massa dengan densitas rendah jika
dibandingkan dengan struktur parenkim normal pankreas. Pada umumnya massa
hipoatenuasi dengan ukuran rata-rata 3 cm ( ukuran rata-rata 2,5-3 cm pada kaput
pankreas, serta ukuran rata-rata 5-7 cm pada korpus dan kauda). Sedangkan pada
17
fase vena porta akan terlihat gambaran kontras disekeliling massa. Dengan
demikian pada fase arteri akan memperlihatkan gambaran massa yang jelas dan
keterlibatan vaskuler sehingga bisa menentukan stadium. Sedangkan pada fase
vena porta akan memperjelas gambaran metastasis pada hepar ataupun metastasis
ke peritoneal. Selain itu dapat terlihat gambaran obstruksi dari duktus
pankreatikus dan duktus koledokus. 28-30
18
Gambar 6. CT scan pada fase arteri menunjukkan massa hipovaskuler pada kaput
pankreas
Dikutip dari : Kalra, Maher, Mueller,PR 31
Gambar 7. Post kontras fase arteri menunjukkan gambaran noduler dan ovoid peritoneal
metastasis
Dikutip dari : Kalra, Maher, Mueller,PR 31
19
ultrasonografi. MRI digunakan jika pada pemerikasaan CT scan lesi tidak dapat di
identifikasi.27,28
Pemeriksaan MRI pada pankreas dilakukan dengan pemberian kontras media
intravena. Gambaran MRI TIWI dengan kontras akan menunjukkan gambaran
hipointense
dibandingkan
dengan
jaringan
sekitarnya
dan
pada T2WI
Gambar 8. Pada T1WI , massa hipovaskuler dengan intensitas sinyal yang rendah
Dikutip dari : M. Raquel Olivadkk 29
20
Gambar 9. T1WI post kontras massa dengan intesintas sinyal yang rendah dibandingkan
dengan struktur parenkim normal pankreas
Dikutip dari : M. Raquel Oliva dkk 29
Gambar 10. T2WI massa dengan intensitas sinyal isointense disertai pelebaran duktus
pankreatikus dan atrofi kauda pankreas
Dikutip dari : M. Raquel Oliva dkk 29
21
Gambar 11.Pelebaran dari duktus pankreatikus dan duktus koledokus dengan massa pada
kaput pankreas
Dikutip dari : M. Raquel Oliva dkk 29
22
Gambar 12. ERCP, memperlihatkan pelebaran dari traktus biliaris dan obstruksi dari
duktus kholedokhus dan berkaitan dengan massa di kaput pankreas
Dikutip dari : Tamm Eric, Silverman Paul, Evans 20
23
2.6.2 Limfoma
Limfoma pankreas diklasifikasikan ke dalam limfoma primer dan sekunder,
umumnya berasal dari sel B. Limfoma primer sangat jarang terjadi dan biasanya
terjadi pada usia pertengahan sedangkan limfoma sekunder berasal dari perluasan
langsung limfadenopati peripankreas.25
Terdapat dua gambaran dari limfoma pankreas yaitu fokal dan difus. Bentuk
fokal dari limfoma pankreas terjadi pada bagian kaput pankreas dan berukuran
rata-rata 8 cm. Sedangkan bentuk difus dari limfoma pankreas menyebabkan
pembesaran kelenjar dengan batas yang tidak tegas. Selain itu pada limfoma lebih
sering terjadi pelebaran duktus koledokus dibandingkan dengan pelebaran duktus
pankreatikus dan terdapat pembesaran kelenjar di bawah level vena renalis serta
invasi ke pembuluh darah lebih jarang terjadi pada limfoma.25
24
Gambar 14 . CT scan dengan kontras, massa hipodense di kaput pankreas meliputi duktus
koledokus dan arteri mesenterika superior
Dikutip dari : Kalra, Maher, Mueller,PR 31
25
Gambar15. CT scan dengan kontras pada pasien dengan riwayat keganasan pada
paru terdapat lesi hipodens dengan batas tidak tegas
Dikutip dari : Ros P.R., Mortel K.J 30
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada keganasan pankreas dapat berupa terapi kuratif dan
terapi
paliatif.
Terapi
kuratif
berupa
reseksi
tumor
dengan
tekhnik
yang
bertujuan
untuk
mengecilkan
ukuran
tumor
sehingga
BAB III
RINGKASAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Di Magno EP, Reber HA, Tempero MA. AGA technical review on the
epidemiology,
diagnosis,and
treatment
of
pancreatic
ductal
adenocarcinoma.
American
Gastroenterological
Association.
Gastroenterology 2000 ; p 1464-84
2.
28
29
22. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, ed.4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2006 ; p 492-6.
23. Freelove R, Walling AD. Pancreatic cancer: Diagnosis & Management.
American academy of physician, 2006 ; p 486-90.
24. Sobin LH, Wittekind C, TNM classification of malignant tumours, 6th ed.
Baltimore: Wiley-Liss, 2002
25. Low Gavin, Panu Anukul,Millo Noam. Multimodality Imaging of
Neoplastic and Non-neoplastic Solid Lesions of the Pancreas.2011
(diunduh tanggal 21-4-2014) Tersedia di : rsna.org/doi/full/10.1148/rg.
26. Aslam Rizwan, Yee Judy, MDCT of pancreatic masses.2006. (diunduh
tanggal 21-4-2014) Tersedia di : www.appliedradiology.com
27. Sahani Dushyant, Shah Zarine,Catalano,Onofrio A . Radiology of
pancreatic adenocarcinoma: Current status of imaging.2008 ( diunduh
tanggal 20-4-2014) Tersedia di : http.ncbi.nlm.nih.gov
28. Baltarowich,Oksana. Sonography of the pancreas and spleen. 2008.
(diunduh
tanggal
21-4-2014)
Tersedia
di
:
http.jefferson.edu/.../ultrasound.../Baltarow.
29. M. Raquel Oliva, MD; Koenraad J. Mortel, MD; Sukru Mehmet Erturk,
MD; Pablo R. Ros, MD, MPH. Magnetic Resonance Imaging Of The
Pancreas
30. Ros P.R., Mortel K.J. Review Article Imaging Features Of Pancreatic
Neoplasm. 2001.
( diunduh tanggal 20-4-2014) Tersedia di :
http.rbrs.org/dbfiles/journalarticle_0007.pdf
31. Kalra, Maher, Mueller,PR. Review Article State Of The Art Imaging of
Pancreatic Neoplasms. 2001. ( diunduh tanggal 20-4-2014) Tersedia di :
http.ncbi.nlm.nih.gov
30