Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan, setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan.
Tidak ada sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut
dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, maupun perubahan yang berkaitan dengan kebudayaan.
Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial pada suatu masyarakat sering dikenal
dengan istilah perubahan sosial.
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ini dipengaruhi oleh
banyak faktor dan juga perubahannya dapat menuju ke arah yang positif maupun
menuju arah yang negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih
baik, namun juga sebaliknya. Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi
oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai dampak bagi kehidupan
masyarakat. Dan para ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang perubahan
sosial tersebut. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami ingin mengetahui
bagamaina pendapat para ahli mengenai perubahan sosial dan contoh perubahan
yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.
2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat ?
2. Bagaimana pendapat para ahli tentang perubahan sosial?
3. Apa sajakah tipe-tipe dari perubahan sosial?

4. Apa sajakah perubahan sosial yang terjadi di lingkungan?

3. TUJUAN
Tujuan yang ingin kami peroleh dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat.
2. Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang perubahan sosial.
3. Untuk mengetahui tipe-tipe perubahan sosial.
4. Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi di lingkungan.
4. MANFAAT
Manfaat yang kami peroleh dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat.
2. Dapat mengetahui pendapat para ahli tentang perubahan sosial.
3. Dapat mengetahui tipe-tipe perubahan sosial.
4. Dapat mengetahui perubahan sosial yang terjadi di lingkungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perubahan Sosial
2.1.1. Definisi Perubahan Sosial
Banyak pengertian yang menjelaskan tentang bagaimana perubahan sosial
tersebut terjadi dalam masyarakat. Hal demikian disebabkan karena tiap-tiap
masyarakat mempunyai kondisi lingkungan sosial budaya dan alam yang berbeda.
Beberapa ahli sosiologi pun mengartikan perubahan sosial berbeda-beda menurut
pandangannya masing-masing. Berikut adalah beberapa pengertian dari perubahan
sosial menurut para ahli.
a. John Lewis Gillin and John Philip Gillin
Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin perubahan sosial adalah suatu variasi dari caracara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena
adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
b. Max Weber
Berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam
masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam buku
Sociological Writings).
c. W. Kornblum

Berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya


masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in
Changing World).

d. Selo Soemardjan
Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi system sosialnya. Termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap,
dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.
e. Robert H. Leuser
Robert mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan dalam segi
fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat
individu orang-perorangan sampai tingkat dunia.
f. Kingsley Davis
Davis mengartikan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat.
g. Robert Mac Iver
Dalam bukunya A Textbook of Society ia mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah

perubahan-perubahan

dalam

hubungan-hubungan

sosial

(social

relationship) atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.


h. William F. Ogburn
William menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan
baik material atau non material.
Dari beberapa pengertian diatas, perubahan sosial dapat disimpulkan bahwa
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian
diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial
sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan.
2.1.2. Karakteristik Perubahan Sosial

Dengan memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka suatu
perubahan dikatakan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1. Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiapmasyarakat
mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti
perubahan pada lembaga sosial yang ada.
3. Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan
sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi.
4. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena
keduanya saling berkaitan.

2.1.3. Sebab-sebab Perubahan Sosial


Menurut Prof. Soerjono Soekamto ada dua penyebab terjadinya perubahan
sosial yaitu perubahan yang disebabkan oleh masyarakat itu sendiri (intern) dan
dari luar (ekstern).
1. Sebab Intern
Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:
Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu
desa. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal.
Tempat tinggal yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau
terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk pedesan juga akan
menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah
program urbanisasi dan TKI.
Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan
yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
2. Sebab Ekstern
Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:

Adanya pengaruh bencana alam.


Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi
meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat
tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam
dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
Adanya peperangan.
Peristiwa peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat
menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat
memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika
pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut
demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka
disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih
tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun
unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur
kebudayaan baru tersebut.
2.1.4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan
itu bisa berupa kemajuan maupun kemunduran.
Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat
dibedakan menjadi:
1. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)
Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi
dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena
kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada
manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi
yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan
teknologi

yang

memberikan

berbagai

kemudahan

merupakan

sebuah

perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunan


dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress).
Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat
transportasi, dan penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan listrik
membuat kebutuhan manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat
elektronik meringankan pekerjaan dan memudahkan manusia memperoleh
hiburan dan informasi; penemuan alat-alat transportasi memudahkan dan
mempercepat mobilitas manusia proses pengangkutan; dan penemuan alat-alat
komunikasi modern seperti telepon dan internet, memperlancar komunikasi jarak
jauh.
2. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)
Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan
sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul
dan bisa menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak
menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah
kemunduran.
Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan
kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun
masih bisa komunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah
mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi
komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah
menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar
manusia atai individu.
Jika dilihat dari proses berlangsungnya, menurut Soerjono Soekamto perubahan
dapat dibedakan menjadi Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahan
cepat).
1. Evolusi
Evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses
lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti
kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan
7

sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan


diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat
pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke
masyarakat meramu.
2. Revolusi
Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam
masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin
berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan
persyaratan tertentu, antara lain:
a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa
tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan
program dan arah gerakan revolusi.
Contoh perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim
Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu
perubahan social yang berpengaruh besar dan perubahan sosial yang berpengaruh
kecil.
1. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau
perubahan mode pakaian.
2. Perubahan besar
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat.

Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak


industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
Jika dilihat dari keadaannya, perubahan sosial dibagi menjadi dua yaitu, perubahan
yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan.
1. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan
perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihakpihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembagalembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial.
Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau
perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde
Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
2. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan
merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan
dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan. Contoh
perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya
berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke
Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Budaya
Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun
perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang
mendorong sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat
sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Faktor pendorong perubahan Sosial
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan.
Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya
perubahan sosial, yaitu:
1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.

2. Sistem pendidikan formal yang maju


3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
6. Penduduk yang heterogen.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu
8. Orientasi ke masa depan
9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.
Faktor penghambat perubahan
Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono
Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial,
yaitu:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung
konservatif.
4. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat
(vestedinterest).
5. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan
perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
8. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.
2.2. Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa
2.2.1 Perubahan-perubahan Khusus
Disini yang dimaksud dengan aspek-aspek perubahan yaitu menyangkut
tentang perubahan khusus dalam masyarakat desa yang diperkirakan penting
untuk memahami kehidupan masyarakat desa. Hal ini dapat memperdalam
pemahaman tentang dinamika kehidupan desa.
a) Urbanisasi dan Perkembangan Masyarakat Desa

10

Urbanisasi, terlebih dalam artinya sebagai proses pengotaan, adalah suatu


bentuk khusus modernisasi. Dengan kata lain, konsep modernisasi yang sangat
luas cakupan pengertiannya itu mendapatkan bentuknya yang khusus di pedesaan
dalam konsep urbanisasi. Sebagaimana diketahui urbanisasi adalah proses
pengotaan (proses mengotanya suatu desa), proporsi penduduk yang tinggal di
desa dan di kota, dan perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanward
migration).
Urbanisasi dalam arti proses pengkotaan hakekatnya meng gambarkan
proses perubahan dari suatu wilayah dengan masyara katnya yang semula adalah
desa atau bersifat pedesaan kemudian berubah dan berkembang menjadi kota atau
bersifat kekotaan. Dalam kenyataannya secara umum desa memang selalu
mengalami peru bahan dan perkembangan. Cepat-lambatnya atau besar-kecilnya
peru bahan dan perkembangan yang terjadi tergantung pada banyak faktor, antara
lain tergantung- kepada potensi wilayah yang bersangkutan. Perubahan itu secara
umum cenderung mengarah ke sifat-sifat perkotaan. Namun, tidak semua
perubahan dan perkembangan yang terjadi di desa itu dapat disimpulkan sebagai
proses pengkotaan (proses perubahan desa menjadi kota). Proses perubahan itu
seringkali hanya merupakan proses perubahan biasa saja, yang hakekatnya secara
umum terjadi di semua kelompok masyarakat. Menurut Roland L. Warren, proses
perubahan yang menunjukkan terjadinya metamor pose dari desa menjadi kota
hanya dapat disimak lewat adanya gejala yang disebut great change.
Indikator dari adanya great change ini adalah:
1. Division of labor, yakni bila pada desa itu telah menunjukkan tumbuh dan
berkembangnya kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda tetapi saling ada
ketergantungan atau jalinan.
2. Munculnya diferensiasi kepentingan dan asosiasi.
3. Semakin bertam bahnya hubungan yang sistemik dengan masyarakat yang lebih
luas.
4. Muncul dan berkembangnya fenomena birokratisasi dan imperso nalisasi dalam
kegiatan usaha;
5. Pengalihan fungsi-fungsi ke lembagaan bidang usaha yang menguntungkan.
6. Adanya proses penerapan gaya hidup perkotaan.
11

7. Adanya proses perubahan nilai-nilai (Roland L. Warren, 1963: 54).


Yang sering diulas dalam berbagai pembahasan adalah konsep urbanasasi
dalam artian pergeseran penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi dalam artian ini
banyak diulas berkaitan dengan kerugian- kerugian yang dialami desa jika
penduduknya bermigrasi ke kota. Desa akan kehilangan para penduduknya dan itu
menyebabkan desa semakin sulit berkembang. Disamping itu ada pula gejala
urbanisasi yang tidak permanen. Artinya, para migran tersebut tidak secara
permanen menetap di kota. Jika tidak ada peluang lagi bekerja di kota, mereka
akan kembali ke desa. Di desapun meski mereka lebih merasakan sebagai seorang
warga desa, namun selalu siap untuk bergerak ke kota apabila menemukan
peluang pekerjaan di kota.
b) Perubahan Kultural
Perubahan

kultural

(kebudayaan)

adalah

perubahan

kebudayaan

masyarakat desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat tradisional mulai dari
alat yang digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit demi sedikit menjadi
berkembang ke arah yang lebih modern.
Yang menjadi titik tolak utama pengertian pola kebudayaan tradisional
adalah yang dikemukakan oleh Paul H. Landis an Everett M. Rogers. Seperti telah
diuraikan dalam bab tersebut, nurut Paul H. Landis keberadaan pola kebudayaan
tradisional tentukan oleh tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah:
1. Sejauh mana ketergantungan masyarakat terhadap alam,
2. Bagaimana tingkat teknolo gi nya.
3. Bagaimana sistem. produksinya.
Pola kebudayaan tradisio nal akan tetap eksis apabila masyarakat desa
memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap alam, namun dengan tingkat
teknologi yang tinggi, dan produksi yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebu
tuhan keluarga. Ini berarti bahwa apabila ketergantungan terhadap alam berkurang
atau bahkan hilang, tingkat teknologinya tinggi, dan produksi ditujukan untuk
mengejar keuntungan (profit orientecl), maka kebudayaan tradisional menjadi
kehilangan dasar eksistensinya Dan hal tersebut menunjukkan perubahan cultural
pada masyarakat desa yang sudah terlihat. Selain hal tersebut meningkatnya

12

teknologi pada masyarakat desa juga menunjukkan semakin berubahnya


kebudayaan di desa. Ynag awalnya menggunakan alat pertanian yang sederhana,
sekarang mulai maju dengan menggunakan teknologi-teknologi modern. Hal ini
tidak buruk karena dapat semakin memajukan desa kearah modern. Akan tetapi
masih ada kendala dalam memajukan desa kea rah modern. Hal ini disebabkan
karena cara hidup modern menuntut biaya tinggi. Sebaliknya, cara hidup
tradisional adalah merupakan cara hidup yang relatif murah. Oleh karena itu,
sekalipun misalnya penduduk telah mendapatkan dan menyerap pengetahuan baru
dan budaya modern, namun pengaruhnya hanya sebatas sikap dan pandangan
hidup saja. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan hidup
modern karena masalah struktural, yakni karena mereka termasuk golongan
miskin yang rendah tingkat keberdayaannya.
c) Perubahan Struktural
Senada dengan uraian tentang perubahan kebudayaan di atas, bagian ini
juga mencoba mengungkapkan perubahan struktur masya rakat desa yang menjadi
semakin bersifat kompleks.
Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu
dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat
fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas
subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagianbagiannya dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur
berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada.
d) Perubahan Lembaga dan Kelembagaan
Lembaga adalah sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu
masyarakat. Dalam kaitan ini kelembagaan adalah sebagai wujud dari suatu
tindakan bersama (Collective action). Jadi jika suatu masyarakat menginginkan
suatu kebutuhan baru dan beragam maka secara otomatis lembaga lama akan tidak
berfungsi lagi.
Seperti telah dijelaskan di atas, secara umum lembaga diartikan sebagai
wahana untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam suatu masyarakat.
Kelembagaan dalam kaftan ini adalah tindakan bersama (collective action) yang
memiliki pola atau tertib yang jelas dalam upaya untuk mencapai tujuan atau

13

kebutuhan tertentu. ini berarti bahwa kelembagaan yang ada dalam suatu
masyarakat eksistensinya ditentukan oleh sifat dan ragam kebutuhan yang ada
dalam suatu masyarakat. Dengan demikian apabila dalam masyarakat muncul
kebutuhan-kebutuhan baru yang semakin meluas dan bera gam, maka lembagalembaga lama menjadi kurang dapat berfungsi. Sebagai konsekuensinya, lembagalembaga baru yang instrumental bagi pemenuhan kebutuhan baru itu semakin
dituntut keberadaannya. Munculnya lembaga-lembaga baru di desa-desa belum
tentu rupakan tanggapan dari kebutuhan-kebutuhan baru yang berkemba ng di
tengah masyarakat itu. Lembaga-lembaga baru dapat saja muncul berdasarkan
program-program pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah. Sebagai contoh
di Indonesia terdapat seiurnfah mbaga baru seperti LSD/LKMD, BUD, KUD,
LMD, BPD, dan bagainya. Badan-badan lain di luar Pemerintah juga ikut
menyum bang hadirnya lembaga-lembaga baru itu, seperti misalnya berbagai
lembaga dari berbagai LSM yang bergerak di pedesaan.
e) Perubahan dan Pembangunan dalam Bidang Pertanian
Perubahan dan pembangunan di bidang pertanian tidak lepas dari
perubahan yang ada di dunia ini khususya dalam IPTEK dan teknologi yang
menunjang peningkatan dalam sektor pertanian.

14

BAB III
PEMBAHASAN

Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembagalembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembagalembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, pola-pola perilaku ataupun sikapsikap dalam masyarakat itu yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial.
Masih banyak faktor-faktor penyebab perubahan sosial yang dapat
disebutkan, ataupun mempengaruhi proses suatu perubahan sosial. Kontak-kontak
dengan kebudayaan lain yang kemudian memberikan pengaruhnya, perubahan
pendidikan, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan
tertentu, penduduk yang heterogen, tolerasi terhadap perbuatan-perbuatan yang
semula dianggap menyimpang dan melanggar tetapi yang lambat laun menjadi
norma-norma, bahkan peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang bersifat
formal.

15

Perubahan itu dapat mengenai lingkungan hidup dalam arti lebih luas lagi,
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan,
strukturstruktur, organisasi, lembaga-lembaga, lapisan-lapisan masyarakat, relasirelasi sosial, sistem-sistem komunikasi itu sendiri. Juga perihal kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, kemajuan teknologi dan seterusnya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan
suatu respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur
utama :
1. Faktor alam
2. Faktor teknologi
3. Faktor kebudayaan
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam
apabila yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali
menentukan perubahan sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan
perubahan sosial atau masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam
mengalami perubahan yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu adalah
lambat. Dengan demikian masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada
perubahan alam. Praktis tak ada hubungan langsung antara kedua perubahan
tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini diartikan juga faktor biologis, hubungan itu
bisa di lihat nyata. Misalnya saja pertambahan penduduk yang demikian pesat,
yang mengubah dan memerlukan pola relasi ataupun sistem komunikasi lain yang
baru. Dalam masyarakat modern, faktor teknologi dapat mengubah sistem
komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi komunikasi yang demikian
pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam perubahan sosial itu.
Perubahan sosial yang terjadi di sekitar lingkunganku di Bangko
kab.Merangin banyak sekali terjadi perubahan dahulunya di rt di tempat tinggal
saya waktu saya kecil yaitu waktu saya sd banyak sekali aktifitas-aktifitas yang
terjadi di lingkungan luar rumah saya mulai pertama ada nya siskambling yang
aktif tiap harinya melakukan siskamling tetapi sejak saya SMA siskamling di
tempat saya mulai memudar tidak ada lagi namanya siskamling. Di tempat saya
dimana semua penduduk disana heterogen.Komunikasi hanya terjadi pada

16

tetangga terdekat saja atau bahkan tidak sama sekali. Lalu cara anak bermain di
tempat tinggal saya dulu waktu saya kecil banyak sekali anak anak bermain di luar
rumah seperti bermain bola,kelereng layangan dan semacamnya tetapi sekarang
hal itu jarang sekali terjadi mungkin di karenakan perkembangan teknologi
banyak anak bermain di rumah dengan hp gadget nya dan bermain di warnet,dan
juga penjualan koran di tempat saya tinggal dulu tiap hari nya tukang koran selalu
lewat tetapi sekarang malah menghilang di telan bumi,dulu di tempat saya tiap
satu kali sebulan selalu adanya gotong royong se RT tetapi sekarang tidak ada lagi
atau sudah ditinggalkan begitu banyak yang berubah di lingkungan sekitar saya
dan perubahan itu selalu menuju namanya individualisme atau mementingkan diri
sendiri dimana memudarnya rasa kebersamaan atau kekompakan yang dulu ada di
RT walaupun begitu tetapi setidaknya di tempat saya tinggal rasa kekeluargaan
masih ada walaupun hanya sedikit dan juga tidak semua perubahan sosial yang
terjadi di tempat saya selalu perubahan sosial yang berdampak negatif.

BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu perubahan sosial
dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat
adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam
kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Tidak ada satu pun perubahan sosial yang tidak membawa pengaruh bagi
masyarakat. Perubahan sosial akan membawa pengaruh positif bagi kehidupan
masyarakatnya, tetapi juga berdampak negatif. Dampak atau akibat dari
perubahan sosial yaitu semakin kompleksnya alat dan perlengkapan dalam
memnuhi kebutuhan hidup,majunya teknologi diberbagaibidang kehidupan,
industri berkembang maju, tercipta stabilitas politik,meningkatkan tarap hidup
masyarakat, dan sebagainya.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ranjabar, Jocobus. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas
Sosial. Bandung: Alfabeta, 2001.
Koening, Samuel. Mand and Society The Basic Teaching of sociology Cetakan
kedua, New York: Barners & Noble Inc, 1957.
Taufiq, Amal dkk. Pengantar Sosiologi, Surabaya: CV. Mitra Media Nusantara,
2013.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi sebuah pengantar Edisi ke-2, Jakarta: Rajawali
pers, 1986.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu pengantar, Jakarta : PT. Grafindo, 2005.
Setiadi, Elly M dan Kolip Usman. Pengantar Sosiologi, Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2011.

18

Anda mungkin juga menyukai