Anda di halaman 1dari 103

Draft standar pelayanan minimal kesehatan 2015

1.
1. 1 STANDAR PELAYANAN
MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI
PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
KEMENTERIAN KESEHATAN 2015
2.
2. i I. PENGANTAR SPM BIDANG
KESEHATAN
.............................................................
..................... 1 II. PETUNJUK
TEKNIS SPM BIDANG KESEHATAN DI
PROVINSI ...........................................
5 A. PROMOSI KESEHATAN
.............................................................
..............................................................
.......... 5 1. Persentase Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus Mendapatkan
Promosi Kesehatan
.............................................................
........................................ 5 2.
Persentase Promosi Kesehatan
melalui Media Massa
.............................................................
.... 8 B. PELAYANAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
.............................................................
....................................... 10 3.

Persentase Satuan Pendidikan


Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan
.............................................................
...... 11 III. PETUNJUK TEKNIS SPM
BIDANG KESEHATAN DI
KABUPATEN/KOTA ................... 15 A.
PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN
.............................................................
............................................... 15 1.
Persentase Satuan Pendidikan Dasar
mendapatkan Promosi Kesehatan
....................... 15 2. Persentase
Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu Melaksanakan Promosi
Kesehatan 17 3. Persentase
Promosi untuk Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
.............. 20 B. PELAYANAN
SKRINING DAN PELAYANAN
KESEHATAN BERDASAR DAUR
KEHIDUPAN ................... 23 4.
Persentase Ibu Hamil Mendapatkan
Pelayanan Antenatal Sesuai Standar
................... 23 5. Persentase Ibu
Bersalin dan Nifas Mendapatkan
Pelayanan Persalinan dan Nifas

Sesuai Standar di Puskesmas dan


Jaringannya
.............................................................
........... 28 6. Persentase Bayi Baru
Lahir Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar di
Puskesmas dan Jaringannya
.............................................................
................................................. 33 7.
Persentase Usia Bawah Lima Tahun
(Balita) Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar di
Puskesmas dan Jaringannya
.............................................................
........... 35 8. Persentase Siswa
Satuan Pendidikan Dasar
Mendapatkan Skrining Kesehatan
Sesuai Standar
.............................................................
..............................................................
............................ 41 9. Persentase
Usia 15 19 tahun Mendapatkan
Skrining Kesehatan Sesuai Standar
.... 43 10. Persentase Usia 20
59 Tahun Mendapatkan Skrining
Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Sesuai
Standar

.............................................................
............................ 47
3.
3. ii 11. Persentase Usia 60
tahun Keatas Mendapatkan Skrining
Kesehatan Sesuai Standar 50 C.
PELAYANAN PEMERIKSAAN PENYAKIT
MENULAR
.............................................................
..................... 53 12. Persentase
terduga Tuberkulosis Mendapatkan
Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai
Standar
.............................................................
..............................................................
............................ 53 13.
Persentase Terduga HIV dan AIDS
Mendapatkan Pemeriksaan HIV-AIDS
Sesuai Standar
............................................................................
..............................................................
............. 56 D. PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN DAN
RESPONS VERIFIKASI TERHADAP
SKDR ................... 59 14.
Persentase Satuan Pendidikan Dasar
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
.............................................................

..............................................................
.................... 59 15. Persentase
Pasar Rakyat Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
.............. 62 16. Persentase
Respons Verifikasi terhadap SKDR
dalam Waktu Kurang dari 24 Jam ..
65
4.
4. 1 I. Pengantar SPM Bidang
Kesehatan 1. Sesuai dengan UU 23
Tahun 2014, urusan kesehatan
merupakan urusan pemerintahan yang
dikerjakan bersama antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintahan Daerah
(concurrent), bersifat wajib dan terkait
dengan pelayanan dasar. Oleh karena
kondisi kemampuan Pemerintahan
Daerah (Pemda) di seluruh Indonesia
tidak sama, maka Pelaksanaan
Pelayanan Dasar pada Urusan
Kesehatan berpedoman pada standar
pelayanan minimal yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat. 2. SPM
merupakan salah satu program
strategis nasional. Pada Pasal 68 UU
No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan
bahwa Kepala Daerah yang tidak

melaksanakan program strategis


nasional akan dikenai sanksi yaitu
sanksi administratif, diberhentikan
sementara selama 3 (tiga) bulan,
sampai dengan diberhentikan sebagai
kepala daerah. 3. Dalam RPP tentang
SPM 2015, Standar Pelayanan Minimal
adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu Pelayanan Dasar yang
merupakan Urusan Pemerintahan
Wajib yang berhak diperoleh setiap
warga negara secara minimal (pasal 1
ayat 8). 4. Standar pelayanan minimal
merupakan ukuran baku tentang jenis,
mutu dan jumlah kebutuhan dasar
yang wajib diperoleh oleh warga
negara untuk dapat hidup secara layak
(pasal 3 ayat 1 RPP SPM). Setiap warga
negara sesuai dengan kodratnya
berkewajiban untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya dengan
memanfaatkan seluruh potensi
manusiawi yang dimilikinya (pasal 5
ayat 1 RPP SPM). Sebaliknya
Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah berkewajiban menjamin agar
setiap warga negara dapat
menggunakan haknya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa


hambatan atau halangan dari pihak
manapun (Pasal 5 ayat 2 RPP SPM) 5.
Tugas Pemerintah Pusat setelah
menetapkan SPM dan Petunjuk Teknis
Pelaksanaan SPM (pasal 18 ayat 2 UU
23 th 2014), serta melakukan
sosialisasi kepada Pemda adalah
memetakan dan melakukan analisis
terhadap pencapaian penerapan SPM,
sehingga dapat dilakukan tindaklanjut
yang tepat, guna tercapainya SPM. 6.
Konsep SPM berubah dari Kinerja
Program Kementerian menjadi Kinerja
Pemda yang memiliki konsekuensi
reward dan punishment, sehingga
memberikan tekanan kepada Pemda
untuk menyediakan sumber daya
(sarana, prasarana, alat, tenaga dan
uang/biaya) yang cukup agar proses
penerapan SPM berjalan adekuat. 7.
Pemerintah daerah tidak perlu
menyelenggarakan sendiri pelayanan
SPM yang dibutuhkan masyarakat
(pasal 11 RPP SPM). Sesuai dengan
azas cost effectiveness, maka
pemerintah daerah bisa membuat

alternatif penyelenggaraan pelayanan


SPM kesehatan sebagai berikut:
5.
5. 2 a. Pemda menyediakan
sendiri yankes yang dibutuhkan di
lokasi pelayanan pemerintah b.
Membeli, mensubsidi atau kemudahan
lainnya agar BUMD/N atau BU swasta
yang mempunyai pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan agar bisa
menyediakan nya untuk WNI yang
membutuhkan c. Melakukan kontrak
kepada tenaga ahli swasta yang bisa
memberikan pelayanan yang
dibutuhkan. d. Memberikan voucher
kepada WNI yang membutuhkan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan e. Bekerja sama
dengan BUMD/N atau BU swasta untuk
mengembangkan penyediaan
pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, khususnya untuk jenis
pelayanan yang kurang tersedia dalam
alternatif sebelumnya. 8. Lokasi
pelayanan SPM kesehatan, sesuai
dengan prinsip sebelumnya, berarti
tidak harus harus di selenggarakan di
dalam fasilitas milik pemerintah
daerah. Jadi pemerintah daerah bisa

memberikan pelayanan di lokasi sbb:


a. Puskesmas dan jaringannya dan
RSUD b. Fasilitas kesehatan milik
BUMD/N c. Dokter praktek swasta,
Klinik swasta dan RS swasta yang
bekerja sama dengan pemerintah
setempat d. Fasilitas kesehatan milik
pemda/BUMD/BUMN ataupun swasta di
wilayah tetangga e. Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah Pemerintah dan
swasta f. Pasar Rakyat Fasilitas yang
bukan milik pemerintah daerah ini
perlu mempunyai kemampuan
pelayanan yang sesuai standar
pemerintah daerah setempat, dan
diatur melalui mekanisme kerja sama
9. Bagi Pemda dengan kemampuan
APBD terbatas, Pemerintah Pusat
dapat membantu pencapaian SPM
melalui transfer Dana Alokasi Khusus
(DAK) sesuai mekanisme yang berlaku,
setelah memperhatikan pencapaian
target SPM dan kemampuan APBD
Kesehatan. 10. SPM Kesehatan
merupakan hal minimal yang harus
dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM Kesehatan
harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu

dalam penetapan indikator SPM


kesehatan, Kementerian Kesehatan
perlu melakukan pentahapan pada
jenis pelayanan kesehatan, mutu
pelayanannya dan/atau sasaran/lokus
tertentu. 11. Konsep penyusunan
indikator SPM Bidang Kesehatan
adalah sebagai berikut: a. Pelayanan
dalam SPM Bidang Kesehatan adalah
pelayanan kesehatan mendasar dan
mutlak yang wajib diberikan oleh
Pemda untuk seluruh warga yang
berada dalam batas wilayah
otonominya secara minimal. Ketidakberadaan pelayanan kesehatan dasar
tersebut menyebabkan terganggunya
kesehatan warga, bahkan kematian
ataupun kecacatan, yang akan
berujung
6.
6. 3 pada terganggunya
kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintahan. b. Sasaran pelayanan
adalah seluruh warga negara yang
membutuhkan. c. SPM Bidang
Kesehatan disusun dengan
memperhatikan Daur Kehidupan, mulai
dari ketika merencanakan keluarga
sampai lanjut usia. d. Merupakan

pelayanan kesehatan yang bersifat


publik (UKM) kepada masyarakat yang
berdampak atau diterima langsung. e.
Bersifat eksklusif, yaitu ekskusif
bidang kesehatan dan dilaksanakan
oleh Pemda. f. Fokus pelayanan pada
Upaya Kesehatan Masyarakat, yaitu
Promotif dan Preventif, karena Upaya
Kuratif dan Rehabilitatif dibiayai dari
Jaminan Kesehatan Nasional. g. Pada
beberapa pelayanan SPM yang juga
dijamin oleh BPJS, seperti pelayanan
ibu hamil, pelayanan melahirkan dan
seterusnya, sasaran dihitung dari
jumlah warga yang ada dikurangi
jumlah warga yang telah menjadi
peserta BPJS. 12. Indikator Pencapaian
SPM Bidang Kesehatan sesuai dengan
pasal 19 RPP SPM adalah sbb: a. Rasio
jumlah warga negara yang sudah
memenuhi kebutuhan dasarnya dibagi
dengan jumlah seluruh warga negara
yang berhak memperoleh kebutuhan
dasar tersebut. (pasal 19, ayat 2 RPP).
Tujuan nya adalah untuk menghitung
output dari pelayanan yang dilakukan
pemerintah. Target pencapaiannya
adalah 100%. Di dalam SPM Kesehatan

ini maka rumus umum dari indikator


ini adalah sbb: Persentase pencapaian
indikator SPM = Jumlah sasaran yang
mendapatkan pelayanan SPM sesuai
standar Jumlah sasaran yang berhak
memperoleh pelayanan SPM tersebut
Jumlah sasaran memperoleh di
dapatkan melalui survai cepat secara
berkala (pasal 10 ayat 1) atau
beradasarkan evaluasi laporan
penyelenggarakan pelayanan SPM
tahun sebelumnya (pasal 10 ayat 3).
Perhitungan jumlah sasaran yang
berhak adalah sebagai berikut: Jumlah
sasaran SPM (sesuai jenis pelayanan)
= Jumlah sasaran Jumlah sasaran
yang bisa mendapatkan kebutuhannya
secara mandiri (Pasal 19, ayat 3 RPP).
7.
7. 4 Khusus untuk pelayanan SPM
yang juga dicakup dalam pelayanan
melalui BPJS, seperti pelayanan ibu
hamil, persalinan, bayi baru lahir dan
balita, perhitungan jumlah sasaran
yang berhak adalah sebagai berikut:
Jumlah sasaran SPM (sesuai jenis
pelayanan) = Jumlah sasaran Jumlah
sasaran yang bisa mendapatkan
kebutuhannya secara mandiri Jumlah

sasaran yang mendapatkan pelayanan


kesehatan melalui BPJS b. Dalam
melakukan evaluasi penyelenggaraan
SPM Kesehatan perlu juga di analisis
Rasio jumlah kebutuhan dasar yang
dibutuhkan dibagi dengan jumlah
kebutuhan dasar yang tersedia di
setiap kabupaten (Pasal 19, ayat 1 RPP
SPM). Informasi tentang hal ini di
dapatkan melalui survai atau
berdasarkan laporan penyelenggaraan
(Pasal 9 ayat 1 dan 3). Tujuan nya
adalah untuk menghitung kecukupan
input dan proses yang dibutuhkan
untuk melaksanakan setiap pelayanan
yang diperlukan. Hal ini diperlukan
untuk menjelaskan pencapaian SPM
Kesehatan yang belum 100 %, dan
rangka meningkatkan akses pelayanan
sehingga bisa dicapai oleh 100 %
penduduk yang berhak memperoleh
pelayanan tsb.
8.
8. 5 PETUNJUK TEKNIS
SPM
BIDANG KESEHATAN II. Petunjuk
Teknis SPM Bidang Kesehatan di
Provinsi A. Promosi Kesehatan 1.
Persentase Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan

Khusus Mendapatkan Promosi


Kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi
wajib memberikan pelayanan promosi
kesehatan di Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus di wilayah kerja provinsi. a.
Pengertian 1) Promosi kesehatan
adalah pelayanan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan
kemampuan masyarakat di bidang
kesehatan. 2) Promosi kesehatan yang
dilaksanakan pada Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus disebut juga Promosi
Kesehatan di Sekolah. 3) Promosi
Kesehatan diberikan pada semua
Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus di wilayah
Provinsi. 4) Standar promosi kesehatan
dalam hal ini adalah : a) Promosi
Kesehatan diberikan oleh Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat/Promosi Kesehatan,
Koordinator atau pengelola Promosi
Kesehatan dan pengelola program
kesehatan. b) Promosi Kesehatan yang
sesuai standar adalah promosi
kesehatan diberikan minimal 12 kali

dalam kurun waktu satu tahun untuk


setiap sekolah. 5) Materi promosi yang
diberikan adalah tentang (1) Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); (2)
Kesehatan gigi dan mulut; (3)
Kesehatan jiwa dan Gangguan
Penggunaan Napza; (4) Gizi seimbang
termasuk jajanan Satuan, kekurangan
gizi dan obesitas;
9.
9. 6 (5) Penyakit-penyakit yang
berpotensi wabah; (6) Penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi; (7) Penyakit menular,
terutama HIV-AIDS, tuberculosis,
malaria, DBD, IMS; (8) Penyakit tidak
menular dan faktor risikonya, terutama
Hipertensi, Diabetes Mellitus, Kanker
Leher Rahim dan Kanker Payudara; (9)
Kesehatan reproduksi; (10)
Pencegahan kecelakaan lalu lintas dan
tindak kekerasan. 6) Satuan
Pendidikan Menengah adalah SMA/MA
dan sederajat baik milik pemerintah
maupun swasta. 7) Satuan Pendidikan
Khusus adalah sebuah lembaga
pendidikan yang melayani pendidikan
bagi anak-anak berkebutuhan khusus,
mengelola TKLB, SDLB, SMPLB dan

SMALB milik pemerintah maupun


swasta. 8) Promosi Kesehatan
dilakukan agar siswa pada Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus dapat mengetahui
materi promosi kesehatan. 9) Dalam
kondisi tertentu, seperti lokasi yang
jauh, masalah tenaga, maka atas
prinsip cost effectivenss, promosi
kesehatan ini bisa ditugaskan untuk
dilaksanakan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota berdasarkan azas
Tugas Pembantuan, dengan
memperhatikan kemampuan dan
beban institusi 10)Pemerintah Daerah
Provinsi dapat bekerja sama dengan
BUMD/ swasta yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan
kegiatan promosi kesehatan ini. b.
Definisi Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Provinsi dalam
memberikan pelayanan promosi
kesehatan di Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus dinilai dari persentase Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus yang mendapat
pelayanan promosi kesehatan sesuai

standar dalam kurun waktu satu


tahun. c. Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus Mendapatkan Promosi
Kesehatan = Jumlah Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus yang
mendapatkan promosi kesehatan
sesuai standar sebanyak 12 kali
dalam kurun waktu satu tahun X
100 %
10. 10. 7 Jumlah seluruh Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus dalam kurun
waktu satu tahun yang sama d.
Contoh Perhitungan Provinsi A
mempunyai 95 Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus milik pemerintah dan 5
Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus milik
swasta. Sebanyak 90 Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus itu telah
menerima promosi kesehatan
sebulan sekali dalam setahun.
Kinerja Provinsi A dalam melakukan

promosi kesehatan untuk Satuan


Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus sesuai standar
adalah 90/100 x 100 % = 90 %.
e. Target 100 persen Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus mendapatkan
pelayanan promosi kesehatan
sesuai standar. a. Sumber Data 1)
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi. 2)
Tim Pembina UKS tingkat Provinsi. b.
Rujukan 1) Kepmenkes RI nomor
1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah. 2) Kepmenkes RI
nomor 1193/MENKES/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. c. SDM 1) Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, Koordinator atau
pengelola promosi kesehatan, dan
pengelola program kesehatan di
tingkat provinsi. 2) Jabatan Fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat,
Koordinator atau pengelola promosi
kesehatan, dan pengelola program
kesehatan di tingkat kabupaten/kota 3)

Tenaga ahli promosi kesehatan di


LSM/Lembaga Swasta.
11. 11. 8 2. Persentase Promosi
Kesehatan melalui Media Massa
Pemerintah Daerah Provinsi wajib
memberikan pelayanan promosi
kesehatan melalui media massa di
wilayah kerja provinsi. a. Pengertian 1)
Promosi Kesehatan adalah pelayanan
untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan masyarakat
di bidang kesehatan. 2) Promosi
kesehatan melalui media massa
dilakukan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan
kepada masyarakat luas di wilayah
propinsi yang bersangkutan. 3)
Promosi kesehatan melalui media
media massa (radio, televisi dan media
luar ruang) dilakukan minimal sebulan
sekali. 4) Standar promosi kesehatan
dalam hal ini adalah: a) Promosi
Kesehatan diberikan oleh Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, Koordinator atau
pengelola promosi kesehatan,
Pengelola program kesehatan, atau
ahli promosi kesehatan lainnya

(perguruan tinggi/swasta) b) Promosi


Kesehatan diberikan sedemikian rupa
sehingga semua masyarakat luas di
wilayah propinsi yang bersangkutan. c)
Materi Promosi Kesehatan yang
diberikan tentang (1) Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS); (2)
Kesehatan gigi dan mulut; (3)
Kesehatan jiwa dan Gangguan
Penggunaan Napza; (4) Gizi seimbang
termasuk jajanan yang aman dan
sehat, kekurangan gizi dan obesitas;
(5) Penyakit-penyakit yang berpotensi
wabah (6) Penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi; (7)
Penyakit menular, terutama HIV-AIDS,
tuberkulosis, malaria, DBD, IMS; (8)
Penyakit tidak menular dan faktor
risikonya, terutama Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara; (9) Kesehatan
reproduksi; (10) Pencegahan
kecelakaan lalu lintas; (11) Kesehatan
Lansia. 5) Promosi kesehatan dilakukan
melalui kerja sama dengan media
massa setempat dengan
memperhatikan lokasi dan distribusi
penduduk di propinsi ybs. 6) Materi

promosi kesehatan yang diberikan


berbeda tiap bulan 7) Promosi
kesehatan diberikan melalui lebih dari
1 media massa misalnya sebagai
berikut:
12. 12. 9 a) Promosi kesehatan
melalui radio minimal 10 kali per hari
selama dua minggu dalam satu bulan
b) melalui televisi minimal 5 kali per
hari selama dua minggu dalam satu
bulan c) Media luar ruang (billboard
atau megatron) sebanyak 1 tema per
bulan d) Melenggarakan acara yang
kreatif dan menarik spt lomba, cerdas
cermat, dll yang diliput oleh media
massa b. Definisi Operasional Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Provinsi
dalam memberikan pelayanan promosi
kesehatan melalui media massa dinilai
dari persentase promosi kesehatan
melalui media massa yang
menjangkau masyarakat luas di
wilayah provinsi yang bersangkutan
sesuai standar dalam kurun waktu satu
tahun. c. Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Promosi Kesehatan melalui
Media Massa = Jumlah promosi
kesehatan melalui media massa yang

di lakukan dalam satu wilayah propinsi


sesuai standar sebanyak 12 kali dalam
kurun waktu satu tahun X 100 % 12
Jika lebih dari 100 % maka dianggap
sebagai 100 % d. Contoh Perhitungan
Propinsi A dalam dalam setahun
melakukan promosi kesehatan melalui
media massa sebanyak 18 kali. Jadi
Kinerja Pemerintah Propinsi A dalam
melakukan promosi kesehatan melalui
media massa adalah sbb: 18/12 x
100 % = 150 % karena lebih dari
100 % maka dihitung sebagi 100 %
13. 13. 10 e. Target Target 100
persen, artinya Pemerintah Propinsi
wajib memberikan pelayanan promosi
kesehatan melalui media massa yang
menjangkau masyarakat luas sesuai
standar dalam kurun waktu satu
tahun. f. Sumber Data 1) Laporan
Dinas Kesehatan Provinsi. 2) Laporan
Riskesdas dan riset kesehatan di
provinsi. 3) Laporan Survai cepat
tahun sebelumnya. g. Rujukan 1)
Promosi kesehatan komitmen global
dari Ottawa - Jakarta - Nairobi menuju
rakyat sehat, Departemen Kesehatan
RI , Pusat Promosi Kesehatan,

Departemen Pendidikan Kesehatan


dan Perilaku , FKM UI, 2011. 2)
Kepmenkes RI nomor
585/MENKES/SK/V/2007. tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas 3) Permenkes
RI nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011
tentang Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat 4) Kepmenkes
RI nomor 1114/MENKES/SK/VIII/2005
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah. 5) Kepmenkes RI
nomor 1193/MENKES/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. h. SDM 1) Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat 2) Koordinator atau
pengelola promosi kesehatan. 3)
Pengelola program kesehatan 4) Ahli
promosi kesehatan di perguruan
tinggi/swasta B. Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
14. 14. 11 3. Persentase Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pemerintah Daerah Propinsi wajib
melakukan pelayanan kesehatan

lingkungan di Satuan Pendidikan


Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus. a. Pengertian 1) Pelayanan
kesehatan lingkungan di Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan
Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus yang sehat
baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial. 2) Sasaran pelayanan
ini adalah seluruh Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus di wilayah provinsi. 3) Standar
Pelayanan Kesehatan Lingkungan pada
Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus adalah : a)
Pelayanan ini dilakukan oleh
sanitarian. b) Pelayanan ini dilakukan
minimal dua kali dalam kurun waktu
satu tahun untuk setiap sasaran. c)
Pelaksanaan pelayanan ini dilakukan
melalui pengamatan dan penilaian
Kesehatan Lingkungan Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus terhadap: (1)
pengelolaan higiene dan sanitasi

pangan, (2) pengendalian vektor dan


binatang pembawa penyakit, dan (3)
kualitas udara dalam ruang, dengan
memberikan rekomendasi tindak
lanjut. 4) Satuan Pendidikan Menengah
adalah SMA/MA dan yang sederajat
milik pemerintah dan swasta. 5)
Satuan Pendidikan Khusus adalah
sebuah lembaga pendidikan yang
melayani pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus, mengelola
TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB milik
pemerintah dan swasta. b. Definisi
Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Provinsi dalam
memberikan pelayanan kesehatan
lingkungan di Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus dinilai dari persentase Satuan
Pendidikan Menengah
15. 15. 12 dan Satuan Pendidikan
Khusus yang mendapatkan pelayanan
kesehatan lingkungan sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun. c.
Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus Mendapatkan Pelayanan

Kesehatan Lingkungan = Jumlah


Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus yang
mendapatkan pelayanan kesehatan
lingkungan minimal dua kali dalam
kurun waktu satu tahun X 100 %
Jumlah Satuan Pendidikan Menengah
dan Satuan Pendidikan Khusus yang
ada di wilayah Propinsi dalam kurun
waktu yang sama d. Contoh
Perhitungan Pada tahun 2015, di
Propinsi A terdapat 90 Satuan
Pendidikan Menengah dan Satuan
Pendidikan Khusus milik pemerintah
dan 10 Satuan Pendidikan Menengah
dan Satuan Pendidik Khusus milik
swasta. Dari data tersebut yang
mendapatkan pelayanan kesehatan
lingkungan minimal dua kali dalam
kurun waktu satu tahun adalah 70
Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus milik
pemerintah dan 5 Satuan Pendidikan
Menengah dan Satuan Pendidikan
Khusus milik swasta. Persentase
Satuan Pendidikan Menengah dan
Satuan Pendidikan Khusus
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Lingkungan = (70+5)/(90+10) x 100%


= 75%. e. Target Pemerintah Daerah
Provinsi wajib memberikan pelayanan
kesehatan lingkungan pada 100
persen Satuan Pendidikan Menengah
dan Satuan Pendidikan Khusus. f.
Sumber Data 1) Laporan Dinas
Kesehatan Propinsi g. Rujukan 1)
Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
Tentang Pangan; 2) Undang-undang
Nomor 7 tahun 2014 Tentang
Perdagangan;
16. 16. 13 3) Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; 4)
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2014 tentang Kesehatan Lingkungan;
5) Permendagri Nomor 42 tahun 2007
tentang Pengelolaan Pasar Desa 6)
Permenkes RI Nomor
374/Menkes/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor; 7) Permenkes
Nomor 1077/Menkes/PER/2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah; 8) Permendagri Nomor
20 tahun 2012 tentang Pengelolaan
dan Pemberdayaan Pasar Rakyat 9)
Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2013

tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan


Pangan; 10) Permendag No 70/MDAG/PER/12/2013 tentang Pedoman
Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. 11) Kepmenkes RI Nomor
942/MENKES/SK/VII/2003 Pedoman
Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan
Jajanan; 12) Kepmenkes RI Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2005 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran; 13) Kepmenkes
519/Menkes/SK/VI/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar
Sehat; 14) Surat Edaran Menteri
Nomor PM/Menkes/E/2261/XI/2011
tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan
Pasar Sehat. h. SDM 1) Jabatan
fungsional sanitarian
17. 17. 14
18. 18. 15 III. Petunjuk Teknis SPM
Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota A. Pelayanan
Promosi Kesehatan 1. Persentase
Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan
Promosi Kesehatan Pemerintah daerah
kabupaten/kota wajib melaksanakan
promosi kesehatan di Satuan

Pendidikan Dasar dan yang sederajat


di wilayah kerja kabupaten/kota. a.
Pengertian 1) Promosi kesehatan
adalah pelayanan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan
kemampuan masyarakat di bidang
kesehatan. 2) Standar promosi
kesehatan dalam hal ini adalah : a)
Promosi Kesehatan diberikan oleh
Jabatan Fungsional Penyuluh
Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan kabupaten/kota,
Koordinator atau pengelola promosi
kesehatan di kabupaten/kota,
pengelola program kesehatan di
kabupaten/kota dan tenaga kesehatan
di Puskesmas. b) Promosi kesehatan
dilakukan minimal setahun sekali
untuk setiap sasaran. c) Sasaran
pelayanan ini adalah seluruh Satuan
Pendidikan Dasar di wilayah
Kabupaten/Kota baik milik pemerintah
maupun swasta. d) Materi promosi
kesehatan yang disampaikan adalah
tentang: (1) Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS); (2) Kesehatan gigi dan
mulut; (3) Kesehatan jiwa dan
Gangguan Penggunaan Napza; (4) Gizi

seimbang termasuk jajanan yang


aman dan sehat, kekurangan gizi dan
obesitas; (5) Penyakit-penyakit yang
berpotensi wabah (6) Penyakitpenyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi; (7) Penyakit menular,
terutama HIV-AIDS, tuberkulosis,
malaria, DBD, IMS; (8) Penyakit tidak
menular, terutama Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara; (9) Kesehatan
reproduksi; (10) Pencegahan
kecelakaan lalu lintas dan tindak
kekerasan. 3) Satuan Pendidikan Dasar
adalah SD/MI, SMP/MTs dan yang
sederajat. 4) Promosi Kesehatan
dilakukan agar setiap siswa pada
Satuan Pendidikan Dasar dapat
mengetahui materi promosi
kesehatan. 5) Promosi kesehatan yang
disampaikan perlu disesuaikan dengan
umur siswa dengan berbagai sarana
media (penyuluhan kelompok, putar
film, diskusi, seminar, dll)
19. 19. 16 6) Pemerintah Daerah
Provinsi dapat bekerja sama dengan
BUMD/ swasta yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan

kegiatan promosi kesehatan ini. b.


Definisi Operasional Capaian Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam melakukan Promosi Kesehatan
di Satuan Pendidikan Dasar adalah
persentase Satuan Pendidikan Dasar
mendapat promosi kesehatan sesuai
standar dalam satu tahun di wilayah
kerjanya. c. Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Satuan Pendidikan Dasar
mendapatkan Promosi Kesehatan =
Jumlah Satuan Pendidikan Dasar
Formal yang mendapat promosi
kesehatan sesuai standar sebanyak 1
kali dalam kurun waktu satu tahun di
satu wilayah kerja X 100% Jumlah
seluruh Satuan Pendidikan Dasar di
satu wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama d. Contoh Perhitungan
Kabupaten A mempunyai total 100
Satuan Pendidikan Dasar milik
pemerintah dan swasta yang terdiri
dari 50 SD, 30 SMP, 10 MI, 10 MTs.
Sebanyak 90 Satuan Pendidikan Dasar
tersebut telah menerima promosi
kesehatan 1 (satu) kali dalam satu
tahun. Capaian Kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten A dalam melakukan

Promosi Kesehatan di Satuan


Pendidikan Dasar adalah 90/100 x 100
% = 90 % e. Target Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib melakukan
Promosi Kesehatan di 100 persen
Satuan Pendidikan Dasar Formal.
20. 20. 17 f. Sumber Data 1) Laporan
Puskesmas; 2) Laporan Tim Pembina
UKS Kabupaten/Kota. g. Rujukan 1)
Kepmenkes RI nomor
585/MENKES/SK/V/2007. tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas 2) Pedoman
Pembinaan Upaya Kesehatan Satuan
(UKS) 3) Permenkes RI nomor
2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat 4) Permenkes...... ttg
Pedoman Kesehatan Jiwa 5)
Kepmenkes RI nomor
1529/Menkes/SK/X/2010 tantang
Pedoman Umum Pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif 6)
Permenkes RI nomor 1 Tahun 2013
tentang Pedoman Penyelenggaran dan
Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren) 7) Kepmenkes RI nomor
1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi


Kesehatan di Daerah 8) Kepmenkes RI
nomor 1193/MENKES/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. h. SDM 1) Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. 2) Koordinator atau
pengelola promosi kesehatan di
Kabupaten/Kota. 3) Pengelola program
kesehatan di kabupaten/kota 4) Tenaga
kesehatan di Puskesmas 5) Ahli
Promosi Kesehatan Swasta 2.
Persentase Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu Melaksanakan Promosi
Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib melakukan
promosi kesehatan sesuai standar
dalam satu tahun kepada masyarakat
yang datang ke Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu. a. Pengertian 1)
Promosi kesehatan adalah pelayanan
untuk meningkatkan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan masyarakat
di bidang kesehatan. 2) Promosi
kesehatan di Puskesmas dan Pustu
adalah pelayanan promosi kesehatan
yang dilakukan di Puskemas dan Pustu.

21. 21. 18 3) Promosi kesehatan


Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
(Pustu) sesuai standar adalah : a)
Promosi kesehatan dilakukan oleh
Koordinator atau pengelola promosi
kesehatan di Puskesmas, Tenaga
kesehatan di Puskesmas, dan
Pengelola promosi kesehatan di
kabupaten/kota b) Promosi kesehatan
dilakukan sesuai standar sebanyak 12
kali dalam kurun waktu satu tahun. c)
Sasaran promosi kesehatan adalah
masyarakat yang datang ke
Puskesmas dan Pustu. d) Metode
promosi kesehatan di Puskesmas dan
Pustu adalah penyuluhan kelompok
yang dilakukan di dalam gedung
Puskesmas dan Pustu selama 60
menit. e) Materi promosi kesehatan
yang disampaikan adalah tentang : (1)
Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS); (2) Kesehatan gigi dan
mulut; (3) Kesehatan jiwa dan
Gangguan Penggunaan Napza; (4) Gizi
seimbang termasuk jajanan yang
aman dan sehat, kekurangan gizi dan
obesitas; (5) Penyakit-penyakit yang
berpotensi wabah (6) Penyakit-

penyakit yang dapat dicegah dengan


imunisasi; (7) Penyakit menular,
terutama HIV-AIDS, tuberkulosis,
malaria, DBD, IMS; (8) Penyakit tidak
menular, terutama Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Kanker Leher Rahim
dan Kanker Payudara; (9) Kesehatan
reproduksi; (10) Pengobatan sendiri
secara tepat; (11) Pencegahan
kecelakaan lalu lintas dan tindak
kekerasan. 4) Promosi Kesehatan di
Puskesmas dan Pustu dilakukan agar
masyarakat yang berkunjung ke
Puskesmas dan Pustu dapat
mengetahui materi promosi
kesehatan. b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam melakukan
promosi kesehatan di Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu dinilai dari
Persentase Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu melaksanakan Promosi
Kesehatan sebanyak minimal 12 kali
dengan masing-masing durasi 60
menit dalam satu tahun kepada
masyarakat yang datang ke
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.
c. Rumus Perhitungan Kinerja

22. 22. 19 Persentase Puskesmas dan


Jaringannya Melaksanakan Promosi
Kesehatan = Jumlah Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu yang
melaksanakan promosi kesehatan
sesuai standar sebanyak 12 kali dalam
kurun waktu satu tahun kepada
masyarakat yang datang X 100 %
Jumlah Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu satu tahun yang sama d.
Contoh Perhitungan Kabupaten A
mempunyai Puskesmas dan Pustu
sebanyak 15, yang terdiri dari 5
Puskesmas, 10 Puskesmas Pembantu.
Jumlah Puskesmas dan Pustu yang
melaksanakan promosi kesehatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu
tahun adalah 13 Puskesmas dan Pustu.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten A dalam melakukan
kegiatan promosi kesehatan di
Puskesmas dan Pustu = [13 / 15] x 100
% = 86,67%. e. Target Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib
melakukan promosi kesehatan di 100
persen Puskesmas dan Jaringannya. f.
Sumber Data 1) Laporan Puskesmas.

g. Rujukan 1) Kepmenkes RI Nomor


585/MENKES/SK/V/2007 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas 2) Kepmenkes
RI Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010
tantang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif 3) Permenkes RI Nomor
2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat 4) Permenkes RI
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaran dan Pembinaan Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren) 5)
Kepmenkes RI Nomor
1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah. 6) Kepmenkes RI
Nomor 1193/MENKES/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. 7) Kepmenkes tentang
Buku KIA
23. 23. 20 h. SDM 1) Koordinator atau
pengelola promosi kesehatan di
Puskesmas. 2) Tenaga kesehatan di
Puskesmas. 3) Pengelola promosi
kesehatan di kabupaten/kota. 4)
Pengelola program kesehatan di

tingkat kabupaten/kota 3. Persentase


Promosi untuk Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
Pemerintah kabupaten/kota wajib
melakukan promosi kesehatan ke
masyarakat dalam rangka
mengembangkan Pemberdayaan
Masyarakat di bidang kesehatan sesuai
standar oleh Puskesmas. a. Pengertian
1) Promosi Kesehatan untuk
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah semua kegiatan
promosi di luar gedung Puskesmas. 2)
Promosi Kesehatan untuk
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan sesuai standar adalah a)
Promosi kesehatan untuk
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan menggunakan metode
berupa curah pendapat, diskusi dan
bermain peran selama minimal 120
menit sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun
2013. b) Promosi kesehatan ke
masyarakat dalam rangka
mengembangkan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan
dilakukan setiap Puskesmas minimal

satu kali sebulan. c) Pelaksana promosi


kesehatan untuk pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan
adalah : (1) Koordinator /Pengelola
Promosi Kesehatan Puskesmas; (2)
Tenaga Kesehatan Puskesmas; (3)
Pengelola Promosi Kesehatan di
Kabupaten/Kota; (4) Tenaga Pengelola
Data dan Sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota. 3) Promosi Kesehatan
untuk pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan adalah kegiatan
promosi kesehatan yang dilakukan di
luar gedung Puskesmas, agar individu,
keluarga, masyarakat dapat lebih
mandiri untuk berperilaku sehat
dengan cara: a) Mengidentifikasi
kondisi, situasi dan masalah disekitar
masyarakat setempat. b) Mengenali
potensi yang dimiliki masyarakat. c)
Menganalisis masalah, faktor-faktor
pendukung dan penghambat. d)
Memilih solusi pemecahan masalah
sesuai dengan kesepakatan bersama.
24. 24. 21 b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam melakukan
promosi pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan dinilai dari


persentase Puskesmas memberikan
promosi kesehatan untuk
pemberdayaan masyarakat sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun
kepada masyarakat. c. Rumus
Perhitungan Kinerja Persentase
Promosi untuk Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan =
Jumlah Puskesmas melakukan promosi
untuk pemberdayaan masyarakat
sesuai standar sebanyak 12 kali
kepada masyarakat dalam kurun
waktu satu tahun X 100 % Jumlah
Puskesmas di satu wilayah kerja dalam
kurun waktu satu tahun yang sama d.
Contoh Perhitungan Kabupaten A
mempunyai Puskesmas sebanyak 15
Puskesmas. Jumlah Puskesmas yang
melakukan promosi untuk
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan sesuai standar dalam satu
tahun adalah 12 Puskesmas. Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten A
dalam melakukan kegiatan promosi
untuk pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan adalah [12/15] x 100
% = 80%. e. Target Capaian kinerja

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota


dalam melakukan promosi kesehatan
untuk pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan adalah 100 persen.
f. Sumber Data 1) Laporan Puskesmas
g. Rujukan 1) Promosi kesehatan
komitmen global dari Ottawa - Jakarta Nairobi menuju rakyat sehat,
Departemen Kesehatan RI, Pusat
Promosi Kesehatan, Departemen
Pendidikan Kesehatan dan Perilaku ,
FKM UI, 2011.
25. 25. 22 2) Kepmenkes RI nomor
585/MENKES/SK/V/2007. tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas 3) Kepmenkes
RI nomor 1529/Menkes/SK/X/2010
tantang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif 4) Permenkes RI nomor
2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat 5) Permenkes RI
nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penyelenggaran dan Pembinaan Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren) 6)
Kepmenkes RI nomor
1114/MENKES/SK/VIII/2005 tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi


Kesehatan di Daerah. 7) Kepmenkes RI
nomor 1193/MENKES/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. 8) Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan. h. SDM 1) Koordinator
/Pengelola Promosi Kesehatan di
Puskesmas. 2) Tenaga Kesehatan di
Puskesmas. 3) Pengelola Promosi
Kesehatan di Kabupaten/Kota. 4)
Tenaga Pengelola Data dan Sistem
Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota
26. 26. 23 B. Pelayanan Skrining dan
Pelayanan Kesehatan Berdasar Daur
Kehidupan 4. Persentase Ibu Hamil
Mendapatkan Pelayanan Antenatal
Sesuai Standar Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan pemeriksaan kehamilan
(antenatal) sesuai standar kepada
seluruh ibu hamil di wilayah kerja nya
a. Pengertian 1) Pelayanan antenatal
sesuai standar adalah a) Pelayanan
dilakukan minimal oleh Bidan yang
memiliki Surat Tanda Registrasi dan

sesuai dengan kewenangannya; b)


Pelayanan diberikan di Puskesmas dan
jaringannya dan di fasilitas BUMD/
BUMN/ swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah. c)
Pelayanan mencakup sebagai berikut:
(1) Timbang berat badan dan ukur
tinggi badan; (2) Ukur tekanan darah;
(3) Nilai status Gizi (Ukur Lingkar
Lengan Atas/LILA); (4) Ukur tinggi
puncak rahim (fundus uteri); (5)
Tentukan Presentasi janin dan Denyut
Jantung Janin (DJJ); (6) Skrining status
imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi tetanus toksoid (TT) bila
diperlukan; (7) Pemberian tablet
tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan; (8) Tes
laboratorium: tes kehamilan,
pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya),
gula darah, pemeriksaan protein urin
(bila ada indikasi); dan tes skrining
untuk mengetahui penyakit endemis
setempat. Selain itu pada waktu
datang untuk pemeriksaan
kehamilan pertama kali ditawarkan

juga untuk skrining HIV/AID (KTHIV)


(9) Tatalaksana/penanganan kasus
sesuai kewenangan; (10) Temu wicara
(konseling); Pemberian pelayanannya
disesuaikan dengan trimester
kehamilan (lihat dalam tabel berikut)
27. 27. 24 d) Pelayanan dilakukan
minimal empat kali dengan jadwal satu
kali pada trimester pertama, satu kali
pada trimester kedua dan dua kali
pada trimester ketiga. 2) Bagi ibu
hamil yang mempinyai LILA < 23,5 cm,
maka diberikan PMT Ibu Hamil Kurang
Energi Kronis (KEK) 3) PMT dapat
berupa berupa makanan tambahan
berbasis pangan lokal (PMT lokal) atau
makanan tambahan pabrikan (PMT
pabrikan) 90 hari. a) Makanan
Tambahan atau PMT (PMT) adalah
Makanan tambahan bergizi yang
diberikan kepada ibu hamil KEK
sebagai makanan tambahan untuk
pemulihan status gizi. b) PMT dapat
berupa berupa makanan tambahan
berbasis pangan lokal (PMT lokal) atau
makanan tambahan pabrikan (PMT
pabrikan) sesuai spesifikasi peraturan
Menteri Kesehatan yang difortifikasi

yang diberikan selama 90 hari. c) PMT


lokal adalah makanan tambahan yang
dibuat dari bahan makanan setempat
dan mudah diperoleh dengan harga
terjangkau yang diolah di rumah
tangga. d) PMT pabrikan adalah
makanan tambahan yang dibuat oleh
pabrik atau perusahaan makanan dan
minuman di Indonesia (makanan jadi)
sesuai spesifikasi yang telah
ditentukan. e) Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) hanya sebagai
tambahan terhadap makanan yang
dikonsumsi oleh ibu hamil KEK seharihari, dan bukan sebagai pengganti
makanan utama. 4) Ibu Hamil yang
ditemukan dengan masalah kesehatan
dan gizi harus ditangani atau dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya. 5) Jenis
pelayanan sebagaimana dimaksud
pada butir (2) dilakukan sesuai jadwal
sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal
Pemeriksaan Antenatal No Jenis
Pelayanan Waktu Pelaksanaan
Keterangan Trimester 1 ( 12 minggu)
Trimester 2 (>12 24 minggu)
Trimester 3 (> 24 minggu

melahirkan) 1 kali 1 kali 2 kali 1


Timbang berat badan Ukur tinggi
badan Pada kunjungan pertama 2
Ukur tekanan darah 3 Ukur
Lingkar Pada kunjungan
28. 28. 25 Lengan Atas (LiLA)
pertama 4 Ukur tinggi puncak rahim
(fundus uteri) 5 Tentukan
presentasi janin dan Denyut Jantung
Janin (DJJ) 6 Penentuan status
imunisasi tetanus dan pemberian
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan 1 atau 2 kali selama
kehamilan, minimal memperoleh
status T2 7 Pemberian tablet tambah
darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan Disesuaikan kondisi
ibu 8 Tes laboratorium, a. Tes
kehamilan b. Hemoglobin (Hb) c.
Golongan darah Bila belum pernah
dilakukan sebelumnya d. Gula darah
e. Protein urin * * *: Bila ada indikasi
f. endemik lokal Untuk wilayah
endemis spt malaria 9 Ditawarkan
Pemeriksaan HIV/AID Ditawarkan
melalui konseling (KTHIV) pada
kedatangan pertama kali 10
Tatalaksana/ Penanganan kasus * *

* *:Bila ditemukan adanya masalah


kesehatan dan gizi 11 Temu Wicara
(Konseling) Tiap kunjungan
29. 29. 26 b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan antenatal pada ibu hamil
dinilai dari persentase ibu hamil di
wilayah kerja Kabupaten/Kota itu yang
memperoleh pelayanan antenatal
sesuai standar selama kehamilannya
dalam kurun waktu satu tahun. c.
Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Ibu Hamil Mendapatkan
Pelayanan Antenatal Sesuai Standar =
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun X 100
% Jumlah ibu hamil yang
membutuhkan pelayanan antenatal di
wilayah kerja dalam kurun waktu satu
tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Di Kabupaten A jumlah Ibu
hamil yang membutuhkan pelayanan
ante natal di wilayah kerja
Kabupaten/Kota tersbut adalah
sebanyak 100 orang. Jumlah ibu hamil
yang datang untuk memperoleh

pelayanan pemeriksaan kehamilan


adalah sebanyak 100 orang dengan
rincian sebagai berikut Lokasi
Pelayanan Jumlah Sesuai standard
Tidak sesuai standard Keterangan
Puskesmas dan Jaringannya 70 65 5
Pelayanan sesuai standar dihitung
Fasilitas BUMD/BUMN 10 5 5 Pelayanan
sesuai standar dihitung Fasilitas
Swasta 20 15 5 Yang sesuai standar
dihitung Jumlah 100 85 15 Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
A dalam memberikan pelayanan
antenatal pada ibu hamil di wilayah
kerjanya pada tahun tersebut adalah
85/100 atau 85%. Jika salah satu dari
Pelayanan antenatal sesuai standar,
sebagaimana poin 1, tidak diberikan,
maka pelayanan antenatal yang
diberikan tidak sesuai standar.
30. 30. 27 e. Target Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam memberikan pelayanan
antenatal sesuai standar pada ibu
hamil yang membutuhkan di wilayah
kerja Kabupaten/ Kota adalah 100
persen. f. Sumber Data 1) Laporan
Puskesmas dan jaringannya; 2)

Laporan fasilitas kesehatan yang


bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah 3) Kohort ibu; 4) Buku KIA; 5)
Laporan khusus PMT Bumil KEK, dll; g.
Rujukan 1) Standar Pelayanan
Kebidanan, tahun 2003. 2) Kepmenkes
tentang Buku KIA. 3) Buku Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA),
tahun 2010. 4) Buku Pedoman Program
Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), tahun
2009. 5) Buku Pedoman Pelayanan
Antenatal Terpadu, tahun 2010. 6)
Buku Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu
Hamil, tahun 2011. 7) Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor :
224/Menkes/SK/II/2007 tentang
Spesifikasi Teknis Makanan Tambahan
Ibu Hamil KEK. 8) Pedoman Gizi Ibu
Hamil dan Pengembangan Makanan
Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan
Lokal. h. SDM 1) Dokter 2) Bidan
31. 31. 28 5. Persentase Ibu Bersalin
dan Nifas Mendapatkan Pelayanan
Persalinan dan Nifas Sesuai Standar di
Puskesmas dan Jaringannya
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

wajib memberikan pelayanan


persalinan dan nifas sesuai standar
pada ibu yang melahirkan di wilayah
kerjanya a. Pengertian 1) Pelayanan
Persalinan sesuai standar adalah : a)
Pelayanan dilakukan oleh bidan/bidan
desa atau dokter yang memiliki STR
sesuai dengan kewenangannya b)
Pelayanan diberikan di Puskesmas dan
jaringannya dan di fasilitas BUMD/
BUMN/ swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah. c)
Pelayanan dimulai pada kala I sampai
dengan kala IV persalinan. d)
Pelayanan persalinan diberikan
mengikuti pedoman asuhan persalinan
normal (60 langkah). Sebelum
pelayanan persalinan dilakukan,
kepada ibu yang akan bersalin
ditawarkan pelayanan salah satu
metoda kontrasepsi 2) Pelayanan
kesehatan Ibu Nifas sesuai standar
adalah : a) Tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan
ibu nifas adalah : dokter, bidan
dan perawat. b) kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan
ketentuan waktu : 1. Kunjungan

nifas pertama pada masa 6 jam


sampai dengan 3 hari setelah
persalinan. 2. Kunjungan nifas ke
dua dalam waktu hari ke-4 sampai
dengan hari ke- 28 setelah persalinan. 3.
Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu
hari ke-29 sampai dengan hari ke- 42
setelah persalinan. c) Pelayanan yang
diberikan adalah : 1. Pemeriksaan tekanan
darah, nadi, respirasi dan suhu. 2.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi
uterus). 3. Pemeriksaan lokhia dan
pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan
anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5.
Pemberian kapsul Vitamin A
200.000 IU sebanyak dua kali ,
pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah
24 jam pemberian kapsul Vitamin
A pertama.
32. 32. 29 6. Pelayanan KB pasca
salin adalah pelayanan yang
diberikan kepada Ibu yang mulai
menggunakan alat kontrasepsi
langsung sesudah melahirkan
(sampai dengan 42 hari sesudah
melahirkan) 3) Apabila dalam proses

persalinan terdapat kelainan, maka


wajib dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menangani
dengan menyertakan partograf ibu. 4)
Apabila dalam pelayanan nifas
terdapat kelainan, maka wajib dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menangani nya. b. Definisi
Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam memberikan pelayanan
persalinan dan pelayanan nifas
pada ibu yang akan melahirkan
dinilai dari persentase ibu bersalin
yang memperoleh pelayanan
persalinan dan pelayanan nifas
sesuai standar di wilayah kerja nya
dalam kurun waktu satu tahun.
33. 33. 30 c. Rumus Perhitungan
Kinerja
Persentase Ibu Bersalin
Mendapatkan Pelayanan Persalinan
Sesuai Standar = Jumlah ibu bersalin
memperoleh pelayanan persalinan
sesuai standar dalam kurun waktu satu
tahun X 100 % Jumlah ibu bersalin
yang membutuhkan pelayanan di
wilayah kerja kabupaten/kota dalam
kurun waktu satu tahun yang sama

Persentase Ibu Nifas Mendapatkan


Pelayanan Nifas Sesuai Standar =
Jumlah ibu Nifas memperoleh
pelayanan nifas sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun X 100 %
Jumlah ibu nifas yang membutuhkan
pelayanan di wilayah kerja
kabupaten/kota dalam kurun waktu
satu tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Untuk Pelayanan
Persalinan Di Kabupaten A selama
setahun terdapat 130 ibu yang
mendapat pelayanan persalinan
dengan rincian sebagai berikut
(rekapitulasi akhir tahun):
34. 34. 31 Jenis pelayanan Jumlah
Sesuai standard Tidak sesuai standar
Keterangan Bersalin oleh dukun 30 0
30 Tidak dihitung, tetapi sebagai
bahan promosi berikutnya Bersalin
oleh tenaga kesehatan di Rumah 20 0
20 Tidak dihitung, karena tidak
bersalin di Puskesmas dan
jaringannya. Tetapi dipakai sebagai
bahan promosi Puskesmas Bersalin di
Polindes dan puskesmas 30 30 0
Bersalin di fasilitas kesehatan
BUMD/BUMN Swasta yang bekerja

sama 35 35 0 Dirujuk 5 5 0 Dihitung,


karena sesuai pedoman, bila ada
komplikasi diluar kompetensi
puskesmas harus dirujuk Bersalin di
Rumah Bersalin atau Bidan Praktek
Mandiri (BPM) yang bekerja sama
dengan Pemda 10 10 Dihitung sebagai
fasilitas yang disediakan oleh Pemda
Jumlah 130 80 20 Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten A
dalam memberikan pelayanan
persalinan pada tahun itu adalah
80/130 atau 61%. Untuk Pelayanan
Nifas Dari 130 ibu diatas, pelayanan
persalinan yang diterima adalah sbb:
35. 35. 32 Jenis pelayanan Jumlah
Standar Pelayanan Nifas Keterangan
sesuai Tidak sesuai Bersalin oleh
dukun 15 15 15 15 orang tidak sempat
ditangani pada waktu kunjungan
pertama Bersalin oleh tenaga
kesehatan di Rumah 20 20 Mesti
bersalinan di rumah pelayanan
nifasnya lengkap Bersalin di Polindes
dan puskesmas 30 30 0 pelayanan
nifasnya lengkap Bersalin di fasilitas
kesehatan BUMD/BUMN Swasta yang
bekerja sama 35 35 0 pelayanan

nifasnya lengkap Dirujuk 5 5 0


pelayanan nifasnya lengkap Bersalin di
Rumah Bersalin atau Bidan Praktek
Mandiri (BPM) yang bekerja sama
dengan Pemda 10 10 pelayanan
nifasnya lengkap Jumlah 130 115 15
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten A dalam memberikan
pelayanan persalinan pada tahun itu
adalah 115/130 atau 88,5%. e. Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan persalinan dan pelayanan
nifas sesuai standar di wilayah
kerjanya adalah 100 persen. f. Sumber
Data 1) Formulir Persalinan; 2) Formulir
Partograf; 3) Formulir Rujukan; 4)
Laporan Puskesmas. g. Rujukan 1)
Standar Pelayanan Kebidanan, tahun
2003;
36. 36. 33 2) Kepmenkes tentang
Buku KIA; 3) Buku Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA),
tahun 2010; 4) Buku Penyeliaan
Fasilitatif Pelayanan KIA, tahun 2010;
5) Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal (APN), tahun 2012; 6) Buku

Pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun,


tahun 2012; 7) Buku Pedoman Rumah
Tunggu Kelahiran, tahun 2012; 8) Buku
pedoman Imunisasi tahun 2013. h.
SDM 1) Dokter. 2) Bidan. 6. Persentase
Bayi Baru Lahir Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir di wilayah
kerja Kabupaten/Kota tersebut. a.
Pengertian 1) Pelayanan kesehatan
bayi baru lahir adalah pelayanan
kepada bayi baru pada kurun waktu
setelah lahir sampai dengan 28 hari
setelah lahir sesuai standar. 2)
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
sesuai standar adalah : a) Pelayanan
kesehatan bayi baru lahir diberikan
dalam 48 jam pertama oleh dokter
atau bidan atau perawat sesuai
kewenangannya. b) Pelayanan
diberikan di Puskesmas dan
jaringannya dan di fasilitas BUMD/
BUMN/ swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah. c)
Pelayanan dilakukan dengan
menggunakan algoritma Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM) sesuai


formulir MTBM dan Pedoman
Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial. 3) Bayi baru lahir yang
mempunyai risiko tinggi dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya dan tidak
dihitung sebagai kunjungan sesuai
kriteria. yhanuar 8/25/15 7:57 PM
Deleted: di Puskesmas dan
Jaringannya
37. 37. 34 b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
paket pelayanan kesehatan bayi baru
lahir sesuai standar dinilai dari
persentase jumlah bayi baru lahir yang
memperoleh paket pelayanan
kesehatan sesuai standar di wilayah
kerja kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun. c. Rumus
Perhitungan Kinerja Persentase Bayi
Baru Lahir Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar = Jumlah
bayi baru lahir yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun X 100
%Jumlah bayi baru lahir yang

membutuhkan pelayanan dalam kurun


waktu satu tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Di Kabupaten A jumlah
kunjungan bayi baru lahir (0-48 jam)
selama setahun adalah sebagai berikut
(rekapitulasi akhir tahun): Jenis
kunjungan Jumlah yang membutuhkan
pelayanan Mendapatkan pelayanan
Sesuai standard Keterangan Bayi lahir
di rumah dikirim sebelum usia 48 jam
10 10 Bayi lahir di rumah dikirim
setelah usia 48 jam 20 0 Tidak
dihitung, karena setalah 48 jam dan
menjadi bahan promosi Bayi lahir di
polindes dan puskesmas 30 30 Bayi
lahir di fasilitas kesehatan
BUMD/BUMN/Swasta yang bekerja
sama 30 30 Bayi lahir risiko tinggi
dirujuk 10 10 Jumlah 100 80
38. 38. 35 Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten A dalam
memberikan pelayanan bayi baru lahir
di Puskesmas dan jaringannya pada
tahun itu adalah 80/100 atau 80%. e.
Target Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan
kepada bayi baru lahir sesuai standar

adalah 100 persen. f. Sumber Data 1)


Register Kohort Bayi. 2) Buku KIA. 3)
Laporan Puskesmas. g. Rujukan 1)
Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Neonatal Essensial. 2) Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak 2009. 3)
Buku modul dan bagan MTBM. 4)
Kepmenkes tentang Buku KIA. h. SDM
1) Dokter 2) Bidan 3) Perawat 7.
Persentase Usia Bawah Lima Tahun
(Balita) Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan
pada anak usia balita sesuai standar di
wilayah kerjanya. a. Pengertian 1)
Pelayanan Kesehatan Balita sesuai
standar adalah : yhanuar 8/25/15 7:59
PM Formatted: Heading 3 yhanuar
8/25/15 7:59 PM Deleted: di
Puskesmas dan Jaringannya
39. 39. 36 a) Pelayanan kesehatan
Balita diberikan oleh Dokter, Bidan,
Perawat, Tenaga Gizi sesuai
kewenangannya; b) Pelayanan
kesehatan Balita diberikan di
Puskesmas dan Jaringannya dan di

fasilitas BUMD/ BUMN/ swasta yang


bekerja sama dengan pemerintah
daerah; c) Pelayanan Kesehatan Balita
meliputi : (1) pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan; (2)
pemberian kapsul vitamin A; (3)
pemberian imunisasi dasar lengkap
dan imunisasi lanjutan; (4) Pemberian
PMT untuk balita gizi kurang; (5)
Penanggulangan Balita sakit; 2) Balita
adalah anak usia 0 59 Bulan. 3)
Untuk balita usia 0 23 bulan, standar
pemantauan pertumbuhan adalah 1
bulan sekali. 4) Untuk usia balita
pelayanan stimulasi deteksi dini
perkembangan anak setiap 6 bulan. 5)
Deteksi penyimpangan pertumbuhan
adalah pengukuran antropometri yang
meliputi pengukuran berat
badan/tinggi badan atau berat
badan/panjang badan (BB/TB atau
BB/PB), Tinggi Badan/Panjang Badan
menurut umur dan Lingkaran Kepala
Anak (LKA). 6) Deteksi penyimpangan
perkembangan dilakukan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) yang meliputi
motorik kasar, motorik halus, bicara

dan bahasa serta sosialisasi dan


kemandirian; Tes Daya Dengar (TDD),
Test Daya Lihat, 7) Deteksi gangguan
mental emosional dan perilaku dengan
menggunakan ceklist : - Kuesioner
Masalah Mental Emosional (KMME), -
Checklist or Autisme in Toddler (CHAT) dan -
Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas. 8) Imunisasi Dasar meliputi HB0,
BCG, Polio 1, DPT-HB-Hib 1, Polio 2, DPT-HBHib 2, Polio 3, DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan
Campak. 9) Imunisasi Lanjutan
meliputi : DPT-HB-Hib dan Campak 10)
Balita gizi kurang adalah balita dengan
status gizi berdasarkan indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (BB/PB)
atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai z-score -2
standar deviasi sampai dengan <-3
standar deviasi (kurus). 11) Balita
pendek adalah balita dengan status
gizi berdasarkan indeks Panjang Badan
atau Tinggi Badan menurut umur (PB/U
atau TB/U) dengan nilai z-score < -2
standar deviasi. 12) Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
adalah makanan atau minuman padat

gizi bagi bayi dan anak berusia 6-23


bulan untuk
40. 40. 37 memenuhi kebutuhan gizi
selain ASI. Prinsip MP-ASI bukan
menggantikan ASI tetapi melengkapi
ASI setelah bayi berusia 6 bulan. 13)
Makanan tambahan pemulihan adalah
Makanan tambahan untuk anak gizi
kurang usia 6-59 bulan, baik berupa
MP-ASI berbasis pangan lokal atau MPASI pabrikan. a. MP-ASI lokal adalah
makanan tambahan pendamping Air
Susu Ibu untuk balita usia 6-59 bulan
yang dibuat dari bahan makanan
setempat dan mudah diperoleh
dengan harga terjangkau yang diolah
di rumah tangga. b. MP-ASI pabrikan
adalah makanan tambahan
pendamping Air Susu Ibu padat gizi
untuk balita 6-59 bulan yang dibuat
oleh pabrik atau perusahaan makanan
dan minuman di Indonesia sesuai
spesifikasi yang telah ditentukan. 14)
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
diberikan setiap hari selama 90 hari,
hanya sebagai tambahan terhadap
makanan yang dikonsumsi dan bukan
sebagai pengganti makanan utama.

15) Balita yang ditemukan dengan


kelainan wajib ditangani atau dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya sesuai
prosedur yang berlaku. 16)
Tatalaksana balita sakit merujuk pada
Modul Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
17) Jenis pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud diatas
dilakukan sesuai jadwal sebagai
berikut :
41. 41. 38 No Jenis Pelayanan
Keterangan 1 Penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan dan
pemantauan pertumbuhan 0-23 bl =
setiap bulan 24-59 bl = minimal 4 kali
setahun 2 Pemantauan perkembangan
Jadwal pemantauan perkembangan
sesuai usia anak 3 Pemberian kapsul
Vit A 6 11 bulan : kapsul biru 12 23
bulan : kapsul merah Jadwal
pemberian Kapsul Vit A sesuai usia
anak 4 Imunisasi dasar : HB0, BCG,
Polio 1, DPT-HB- Hib 1, Polio 2, DPT-HBHib 2, Polio 3, DPT-HB- Hib 3, Polio 4
dan Campak Jadwal imunisasi sesuai

pedoman imunisasi anak 5 Pemberian


Imunisasi Lanjutan : DPT-HB-Hib dan
Campak Jadwal imunisasi sesuai usia
anak 6 Penanganan Balita Kurang Gizi
Pemberian PMT selama 90 hari sejak
datang ke Puskesmas dan Jaringannya
7 Penanganan Balita Sakit Penanganan
awal sesuai kompetensi mengikuti
MTBS b. Definisi Operasional Capaian
kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
paket pelayanan kesehatan balita
dinilai dari persentase balita yang
memperoleh pelayanan kesehatan
balita sesuai standar sesuai umurnya
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun. c. Rumus Perhitungan
Kinerja Persentase Usia Bawah Lima
Tahun (Balita) Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar = Jumlah
balita yang memperoleh pelayanan
kesehatan balita sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun X 100 %
Jumlah balita yang membutuhkan
pelayanan kesehatan dalam kurun
waktu satu tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Sebuah fasilitas kesehatan
di Kabupaten/Kota A melaporkan

kegiatan pelayanan kesehatan balita


selama setahun adalah sebagai berikut
(rekapitulasi akhir tahun):
42. 42. 39 Jenis kunjungan Jumlah
pengunjung Sesuai standar
Keterangan Usia 0-11 bulan 30 30
Semua datang setiap bulan,
mendapatkan seluruh pelayanan
kesehatan sesuai standar, yang kurang
gizi juga mendapat pelayanan PMT
sesuai standar, yang sakit ditangani
sesuai pedoman MTBS Usia 12-23
bulan 30 30 Semua datang setiap
bulan, mendapatkan seluruh
pelayanan sesuai standar, yang kurang
gizi juga mendapat pelayanan PMT
sesuai standar, yang sakit ditangani
sesuai pedoman MTBS Usia 24 35
bulan 30 30 Mendapatkan seluruh
pelayanan kesehatan sesuai standar,
yang kurang gizi juga mendapat
pelayanan PMT sesuai standar, yang
sakit ditangani sesuai pedoman MTBS
Usia 36 47 bulan 30 30 Mendapatkan
seluruh pelayanan kesehatan sesuai
standar, yang kurang gizi juga
mendapat pelayanan PMT sesuai
standar, yang sakit ditangani sesuai

pedoman MTBS Usia 48 59 bulan 30


25 Ada lima balita yang datang kurang
dari standar Jumlah 150 145
Rekapitulasi dari seluruh fasilitas
kesehatan di Kabupaten/Kota A
tentang pelayanan kesehatan balita
adalah sebagai berikut (rekapitulasi
akhir tahun): Fasilitas Kesehatan*
Jumlah pengunjung Sesuai standar
Keterangan A 150 145 5 anak balita
tidak terpantau sesuai standar B 150
140 10 anak kurang gizi tidak
tertangani sesuai standar C 200 200 D
100 100 Kabupaten/Kota 600 585
Catatan: yang dimaksud fasiitas
kesehatan disini meliputi fasilitas
kesehatan milik Pemerintah Daerah
dan fasilitas kesehatan BUMD/BUMN,
Swasta yang bekerja sama dng
Pemerintah Daerah Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten A
dalam memberikan pelayanan
kesehatan balita pada tahun itu adalah
= 585/600 x 100 % = 97.5 %.
43. 43. 40 e. Target Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam upaya pelayanan kesehatan
usia balita adalah 100 persen. f.

Sumber Data 1) Laporan Puskesmas.


2) Laporan Fasilitas Kesehatan
BUMD/BUMN dan Swasta 3) Register
Kohort Bayi. 4) Register Kohort Anak
Balita & PraSatuan. 5) Buku KIA. 6)
Laporan khusus MP-ASI, R-1 gizi, LB3SIMPUS. g. Rujukan 1) Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
ditingkat pelayanan kesehatan dasar
2) Instrumen Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
3) Pedoman Penanganan Kasus
Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang
Balita 4) Buku Kesehatan Ibu dan Anak
5) Pedoman Kader Kesehatan Anak 6)
Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak 7)
Buku pedoman imunisasi 8)
Kepmenkes 1625/Menkes/SK/XII/2005
tentang Pedoman Pemantauan dan
Penanggualangan KIPI 9) Permenkes
42 Thn 2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi 10) Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor :
224/Menkes/SK/II/2007 tentang
Spesifikasi Teknis Makanan
Pendamping Air Susu Ibu 11) Dit. Bina

Gizi Masyarakat, Departemen


Kesehatan RI, 2002, Pedoman
Pengelolaan Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) 12) Direktorat Bina
Gizi, Ditjen Bina Gizi dan KIA, 2013,
Pedoman Pemberian Makanan
Pendamping ASI Berbasis Pangan
Lokal. 13) Dit.Bina Gizi Masyarakat,
Kemenkes RI, 2010, Panduan
Pengelolaan MP-ASI Buffer stok. 14)
Dit.Bina Gizi Masyarakat, Kemenkes RI,
2012, Panduan PMT Balita Gizi kurang
dan Ibu Hamil KEK (Bantuan
Operasional Kesehatan). 15) Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
44. 44. 41 16) Manajemen Terpadu
Balita Sakit (Modul 1-7) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008.
h. SDM 1) Dokter 2) Bidan 3) Perawat
4) Nutrisionis 8. Persentase Siswa
Satuan Pendidikan Dasar Mendapatkan
Skrining Kesehatan Sesuai Standar
Pemerintah Kabupaten/Kota wajib
melakukan skrining kesehatan kepada
siswa Satuan Pendidikan Dasar sesuai
standar di seluruh Satuan Pendidikan
Dasar di kabupaten/kota. a. Pengertian

1) Yang dimaksud Satuan Pendidikan


Dasar adalah SD, SMP dan yang
sederajat baik milik pemerintah
maupun swasta. 2) Skrining kesehatan
sesuai standar adalah : a) Pelayanan
skrining kesehatan diberikan oleh
Tenaga Kesehatan Puskesmas, Guru
dan Kader atau tenaga kesehatan
yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah setempat b) Pelayanan skrining
kesehatan pada siswa kelas 1 dan 7, c)
Pelayanan skrining kesehatan
diberikan di Satuan Pendidikan Dasar
dan mengikuti petunjuk teknis
Penjaringan Kesehatan Anak Satuan
Pendidikan Dasar. d) Pelayanan
skrining kesehatan satu kali dalam 1
tahun. e) Pelayanan skrining dilakukan
adalah : (1) keadaan kesehatan umum
(2) penilaian status gizi (Tinggi Badan,
Berat Badan, tanda anemia); (3)
pemeriksaan gigi dan mulut, minimal
melihat karies; (4) pemeriksaan indera
penglihatan dengan poster snellen; (5)
Pemeriksaan ketajaman indera
pendengaran; (6) Pemeriksaan
gangguan mental emosional dan
perilaku menggunakan kuesioner;

45. 45. 42 3) Skrining dapat dilakukan


oleh fasilitas kesehatan BUMD/swasta
yang bekerja sama dengan pemerintah
daerah setempat 4) Skrining dilakukan
dalam rangka upaya deteksi dini
masalah kesehatan siswa Satuan di
kabupaten/kota. 5) Siswa yang
didapati mempunyai kelainan wajib
ditangani atau dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu
menanganinya sesuai dengan kelainan
yang ditemukan. b. Definisi
Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam memberikan pelayanan Skrining
Kesehatan Siswa Satuan Pendidikan
Dasar dinilai dari persentase jumlah
siswa kelas 1 dan kelas 7 yang
mendapat skrining kesehatan sesuai
standar dalam kurun waktu satu
tahun. c. Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Siswa Satuan Pendidikan
Dasar Mendapatkan Skrining
Kesehatan Sesuai Standar = Jumlah
siswa Pendidikan Dasar kelas 1 dan
kelas 7 yang mendapat pelayanan
skrining pelayanan kesehatan sesuai
standar di satu wilayah kerja pada

kurun waktu satu tahun X 100 %


Jumlah seluruh siswa Pendidikan Dasar
kelas 1 dan kelas 7 di wilayah kerja
dalam satu tahun yang sama d.
Contoh Perhitungan Di seluruh
kabupaten A terdapat 50 Satuan
Pendidikan Dasar milik Pemerintah
Daerah dan 50 Satuan Pendidikan
Dasar milik Swasta . Jumlah seluruh
siswa Pendidikan Dasar kelas 1 dan
kelas 7 di kabupaten/kota itu 3000
siswa. Sebanyak 98 Satuan dilakukan
Skrining Kesehatan. Sebanyak 2900
siswa mendapatkan pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar.
Dalam hal ini yang dihitung adalah
jumlah anak yang mendapat
pelayanan skrining kesehatan. Jumlah
Satuan dipergunakan sebagai bahan
perencanaan program skrining
kesehatan tahun berikutnya. Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
A dalam memberikan pelayanan
skrining kesehatan siswa Satuan
Pendidikan Dasar sesuai standar
adalah = 2900/3000 x 100 % = 96.67
%. e. Target Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dalam memberikan pelayanan Skrining


Kesehatan siswa Pendidikan Dasar
46. 46. 43 Sesuai Standar adalah 100
persen. f. Sumber Data 1) Laporan
Hasil Skrining Kesehatan Siswa Satuan
Pendidikan Dasar oleh fasilitas
kesehatan. 2) Laporan Tim Pembina
UKS Kabupaten/Kota. 3) Laporan TP
UKS Kabupaten/Kota. 4) Rapor
Kesehatanku untuk peserta didik SD/MI
dan Rapor Kesehatanku untuk peserta
didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK. 5) Data
Dinas Pendidikan Setempat. 6) Data
Kantor Departemen Agama Setempat.
g. Rujukan 1) Petunjuk Teknis
Penjaringan Kesehatan Anak Satuan
Dasar, Direktorat Bina Kesehatan
Anak, Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2010. 2) Petunjuk
Teknis Penjaringan Kesehatan Anak
Satuan Lanjutan. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masayarakat
2010 3) Pedoman Kesehatan Jiwa. 4)
Rapor Kesehatan Ku untuk peserta
didik SD/MI dan Rapor Kesehatan Ku
untuk peserta didik SMP/MTs,
SMA/MA/SMK. h. SDM 1) Dokter/Dokter

gigi 2) Perawat 3) Perawat Gigi atau


tenaga terlatih 4) Bidan 5)
Nutrisionis/Tenaga Gizi 6) Tenaga
kesehatan swasta yang relevan 9.
Persentase Usia 15 19 tahun
Mendapatkan Skrining Kesehatan
Sesuai Standar
47. 47. 44 Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan
Skrining Kesehatan Sesuai Standar
pada warga usia 15 19 tahun. a.
Pengertian 1) Pelayanan skrining
kesehatan usia 15 19 tahun sesuai
standar adalah: a) Pelayanan skrining
kesehatan usia 15 19 tahun
diberikan, sesuai kewenanganya, oleh
(1) Dokter; (2) Bidan; (3) Perawat; (4)
Nutrisionis/Tenaga Gizi; b) Pelayanan
skrining kesehatan usia 15 19 tahun
dilakukan di Puskesmas dan
Jaringannya dan di fasilitas BUMD/
BUMN/ swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah. c)
Pelayanan skrining kesehatan usia 15
19 tahun dilakukan satu tahun sekali,
diprogramkan sesuai dengan strategi
setempat agar seluruh sasaran
tercapai sesuai dengan kondisi sosial

geografis wilayah. d) Sasaran skrining


kesehatan adalah seluruh penduduk
yang berusia 15 19 tahun. e)
Pelayanan skrining kesehatan usia 15
19 tahun meliputi : (1) Kondisi
kesehatan secara umum (2) Deteksi
kemungkinan Kekurangan Gizi dan
Obesitas dilakukan dengan memeriksa
Tinggi Badan dan Berat Badan. (3)
Deteksi Hipertensi dengan memeriksa
tekanan darah. (4) Deteksi
kemungkinan Diabetes Mellitus
menggunakan tes cepat gula darah.
(5) Deteksi kesehatan reproduksi dan
Infeksi Menular Seksual. (6) Deteksi
Gangguan Mental Emosional Dan
Perilaku. 2) Penderita yg ditemukan
menderita kelainan wajib ditangani
atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu
menanganinya. b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan skrining kesehatan warga
berusia Usia 15 19 tahun adalah
persentase penduduk Usia 15 19
tahun yang mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar

dalam kurun waktu satu tahun. c.


Rumus Perhitungan Kinerja
48. 48. 45 Persentase Usia 15 19
tahun Mendapatkan Skrining
Kesehatan Sesuai Standar = Jumlah
penduduk berusia 15 19 tahun
mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar dalam kurun
waktu satu tahun X 100 % Jumlah
penduduk berusia 15 19 tahun yang
membutuhkan skrining kesehatan
dalam kurun waktu satu tahun yang
sama. d. Contoh Perhitungan Di
Kabupaten A terdapat 60000
penduduk ber usia 15 19 tahun.
Rincian penduduk yang mendapat
skrining kesehatan di berbagai fasilitas
kesehatan adalah sebagai berikut :
Fasilitas Kesehatan Skrining kesehatan
Sesuai standar Keterangan (a) (b) (c)
(d) Puskesmas dan jaringannya 30000
27000 Ada 2000 orang tidak mendapat
pemeriksaan DM dan 1000 tidak
mendapat pemeriksaan hb RSUD
10000 10000 Fasilitas Kesehatan
BUMD 10000 10000 Fasilitas
Kesehatan Swasta 10000 9000 1000
tidak ada skrining mental Jumlah

60000 56000 Hasil rekapitulasi pada


tahun itu, penduduk usia 15-19 th
sebanyak 60000 orang. Sebanyak
56000 orang mendapat pemeriksaan
skrining kesehatan sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten A dalam memberikan
pelayanan skrining kesehatan warga
usia 15 19 tahun adalah
56000/60000 x 100 % = 93,3 %. e.
Target Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam
pelayanan skrining kesehatan Sesuai
Standar pada penduduk yang berusia
15 19 tahun yang membutuhkan
pelayanan skrining di wilayah kerja
adalah 100 persen.
49. 49. 46 f. Sumber Data 1) Laporan
fasilitas kesehatan. 2) Rapor
Kesehatan Ku untuk peserta didik
SD/MI dan Rapor Kesehatan Ku untuk
peserta didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK.
g. Rujukan 1) Pedoman Penjaringan
Kesehatan Anak Satuan Lanjutan. 2)
Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja. 3) Rapor Kesehatan Ku untuk
peserta didik SD/MI dan Rapor
Kesehatan Ku untuk peserta didik

SMP/MTs, SMA/MA/SMK. 4) Buku


Kesehatan Reproduksi bagi Guru SMA.
5) Pedoman Umum Pengendalian
Obesitas, Jakarta:Departemen
Kesehatan RI. 6) Manual Peralatan
Skrining dan Monitoring Faktor Risiko
Diabetes Mellitus dan Penyakit
Metabolik Lainnya,
Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 7)
Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
Risiko Diabetes Mellitus, Edisi 2
Jakarta; Kementerian Kesehatan RI. 8)
Kempenkes RI Nomor
854/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah 9)
Pedoman Pengukuran Tekanan Darah
10) Pedoman Pengendalian Hipertensi
11) Konsensus Pengelolaan Diabetes
Mellitus di Indonesia.
Jakarta:Sekretariat PB.Perkeni. 12)
Pedoman Kesehatan Jiwa. h. SDM 1)
Dokter 2) Bidan 3) Perawat 4)
Nutrisionis/Tenaga Gizi
50. 50. 47 10. Persentase Usia 20 59
Tahun Mendapatkan Skrining
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Sesuai Standar Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota wajib


memberikan pelayanan skrining
kesehatan dan pelayanan kesehatan
reproduksi sesuai standar pada warga
dewasa (20 - 59 tahun) yang
membutuhkan. Pelayanan yang wajib
disediakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam hal ini adalah
skrining kesehatan, pelayanan
kesehatan reproduksi, deteksi dini
kanker payudara, dan kanker leher
rahim pada wanita. a. Pengertian 1)
Pelayanan skrining kesehatan Usia 2059 tahun sesuai standar adalah : a)
Pelayanan skrining kesehatan Usia 2059 tahun dilakukan, sesuai
kewenangan, oleh : (1) Dokter; (2)
Bidan; (3) Perawat; (4)
Nutrisionis/Tenaga Gizi. b) Pelayanan
skrining kesehatan Usia 20-59 tahun
diberikan di Puskesmas dan
jaringannya dan di fasilitas BUMD/
BUMN/ swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah. c) Materi
Skrining adalah; (1) Kondisi kesehatan
secara umum; (2) Deteksi
kemungkinan Kurang Gizi dan Obesitas
dilakukan dengan memeriksa Tinggi

Badan dan Berat Badan dan lingkar


perut; (3) Deteksi Hipertensi dengan
memeriksa tekanan darahnya; (4)
Deteksi kemungkinan Diabetes
Mellitus menggunakan tes cepat gula
darah; (5) Deteksi Gangguan Mental
Emosional dan Perilaku; (6) Deteksi
Gangguan kesehatan Reproduksi dan
Infeksi Menular Seksual atas indikasi;
(7) Deteksi dini kanker payudara, dan
kanker leher rahim pada seluruh
pengunjung wanita berusia 30-59
tahun. d) Pelayanan Kesehatan
Reproduksi yang diberikan
menggunakan Pedoman Medis yang
berlaku. 2) Pelayanan Kesehatan
Reproduksi yang disediakan sesuai
kebutuhan adalah : a) Konseling
tentang kesehatan reproduksi; b)
Konseling Kesehatan untuk Pasangan
Usia Subur (PUS) risiko tinggi;
51. 51. 48 c) Pelayanan salah satu
metoda kontrasepsi. 3) Deteksi dini
kanker pada wanita dilakukan pada
pengunjung wanita berusia 30-59
tahun : a) Deteksi dini Kanker pada
wanita adalah Deteksi Dini terhadap
kemungkinan menderita Kanker

Payudara dan Kanker Leher Rahim. b)


Deteksi dini kanker payudara
dilakukan menggunakan pemeriksaan
klinis payudara/Clinical Breast
Examination (CBE). c) Deteksi dini
kanker leher rahim hanya dilakukan
dengan metode tes Inspeksi Visual
Asam asetat (IVA) 4) Bila menghendaki
pelayanan Kesehatan Reproduksi yang
tidak mampu dilakukan di fasilitas
kesehatan setingkat Puskesmas, maka
perlu dirujuk pada fasilitas yang
mampu menanganinya. 5) Penderita
yang ditemukan mempunyai kelainan
wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu
menanganinya b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan Skrining Kesehatan dan
Pelayanan Reproduksi pada Warga
Dewasa (20-59 tahun) adalah
Persentase Warga Usia 20-59 th yang
mendapat skrining kesehatan dan
pelayanan reproduksi sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun. c.
Rumus Perhitungan Kinerja
Persentase Usia 20 59 tahun

Mendapatkan Skrining Kesehatan dan


Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Sesuai Standar = Jumlah penduduk
usia 20 - 59 tahun yang dilakukan
skrining kesehatan dan pelayanan
kesehatan reproduksi sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun X 100
% Jumlah penduduk usia 20 - 59 tahun
yang membutuhkan pelayanan
skrining kesehatan dan pelayanan
kesehatan reproduksi dalam kurun
waktu satu tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Di Kabupaten A terdapat
60000 penduduk ber usia 20-59
tahun. Rincian penduduk yang mendapat
skrining kesehatan di berbagai fasilitas
kesehatan adalah sebagai berikut :
52. 52. 49 Fasilitas Kesehatan
Skrining kesehatan Sesuai standar
Keterangan (a) (b) (c) (d) Puskesmas
dan jaringannya 30000 27000 Ada
2000 orang tidak mendapat
pemeriksaan DM dan 1000 tidak
mendapat pemeriksaan hb RSUD
10000 10000 Fasilitas Kesehatan
BUMD 10000 10000 Fasilitas
Kesehatan Swasta 10000 9000 500
tidak ada skrining mental dan 500

tidak ada skrining kanker Jumlah


60000 56000 Hasil rekapitulasi pada
tahun itu, penduduk usia 20-59 th
sebanyak 60000 orang. Sebanyak 56000
orang mendapat pemeriksaan
skrining kesehatan sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten A dalam memberikan
pelayanan skrining kesehatan
penduduk usia 20-59 tahun adalah
56000/60000 x 100 % = 93,3 %. e.
Target Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota memberikan
pelayanan skrining kesehatan dan
pelayanan kesehatan reproduksi
sesuai standar warga dewasa adalah
100 persen. f. Sumber Data 1) Laporan
fasilitas kesehatan tentang pelayanan
skrining kesehatan dan kesehatan
reproduksi penduduk usia 20-59 th. g.
Rujukan 1) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
430/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker. 2) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
796/Menkes/SK/VII/2010 tentang

Pedoman Teknis Pengendalian Kanker


Payudara dan Kanker Leher Rahim.
53. 53. 50 h. SDM 1) Dokter 2) Bidan
3) Perawat 11. Persentase Usia 60
tahun Keatas Mendapatkan Skrining
Kesehatan Sesuai Standar Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar pada warga
usia 60 tahun keatas yang
membutukan pelayanan skrining
kesehatan. a. Pengertian 1) Pelayanan
skrining kesehatan Usia 60 tahun
Keatas sesuai standar adalah : a)
Dilakukan sesuai kewenangan oleh :
(1) Dokter; (2) Bidan; (3) Perawat; (4)
Nutrisionis/Tenaga Gizi; b) Diberikan
pada pengunjung usia 60 tahun
keatas. c) Pelayanan skrining
kesehatan diberikan di Puskesmas dan
jaringannya dan di fasilitas BUMD/
BUMN/ swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah d)
Pemeriksaan yang dilakukan sekali
setahun, sebaiknya pada saat
kunjungan pertama kali pada tahun
berjalan. Namun juga bisa
diprogramkan setiap akhir bulan untuk

pengunjung bulan itu. e) Lingkup


skrining adalah sebagai berikut : (1)
Status kesehatan dan disabilitas
secara umum menggunakan pedoman
WHO (WHODAS 2) atau anamnesis dan
pemeriksaan fisik. (2) Deteksi
Kekurangan Gizi dan Obesitas dengan
mengukur Tinggi Badan dan Berat
Badan, dan lingkar perut. (3)
Hipertensi dengan mengukur Tekanan
Darah. (4) Deteksi Anemia dengan
mengukur kadar haemoglobin. (5)
Deteksi Diabetes Mellitus dengan
mengukur gula darah.
54. 54. 51 (6) Deteksi Gangguan
Mental Emosional dan Perilaku,
termasuk Kepikunan menggunakan
Hopskins Verbal Learning Test (HVLT).
2) Diagnosis ditegakkan menggunakan
pedoman medis yang berlaku. 3)
Penderita yang ditemukan menderita
penyakit wajib ditangani atau dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya. b. Definisi
Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam memberikan pelayanan Skrining
Kesehatan pada Warga Usia 60 tahun

Keatas dinilai dari persentase


penduduk berusia 60 tahun keatas
yang mendapat skrining kesehatan
sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun. c.
Rumus Perhitungan Kinerja Persentase
Usia 60 tahun Keatas Mendapatkan
Skrining Kesehatan Sesuai Standar =
Jumlah penduduk usia 60 tahun keatas
mendapat skrining kesehatan sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun
X 100 %Jumlah penduduk usia 60
tahun keatas yang membutuhkan
pelayanan skrining kesehatan dalam
kurun waktu satu tahun d. Contoh
Perhitungan Di Kabupaten A terdapat
1000 penduduk ber usia 60 th
keatas. Rincian penduduk
yang
mendapat skrining kesehatan di
berbagai fasilitas kesehatan adalah
sebagai berikut :
55. 55. 52 Fasilitas Kesehatan
Skrining kesehatan Sesuai standar
Keterangan (a) (b) (c) (d) Puskesmas
dan jaringannya 500 400 Ada 50 orang
tidak mendapat pemeriksaan DM dan
50 tidak mendapat pemeriksaan hb
RSUD 100 100 Fasilitas Kesehatan

BUMD 100 100 Fasilitas Kesehatan


Swasta 300 200 100 tidak ada skrining
mental Jumlah 1000 900 Hasil
rekapitulasi pada tahun itu,
penduduk usia 60 th keatas
sebanyak 1000 orang. Sebanyak
900 orang mendapat pemeriksaan
skrining kesehatan sesuai standar.
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten A dalam memberikan
pelayanan skrining kesehatan warga
usia 60 th keatas adalah 900/1000
atau 90 %
e. Target Capaian
kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam upaya skrining
kesehatan sesuai standar pada warga
usia 60 tahun di wilayah kerja nya
adalah 100 persen. f. Sumber Data 1)
Laporan Fasilitas Kesehatan yang
melakukan pelayanan skrining pada
penduduk usia 60 th keatas . g.
Rujukan 1) Measuring Health and
Disability Manual for WHO Disability
Assessment Schedule WHODAS 2.0,
Editors TB Ustun, N Kostanjsek, S
Chatterji, J Rehm 2) Pedoman Umum
Pengendalian Obesitas,
Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 3)

Manual Peralatan Skrining dan


Monitoring Faktor Risiko Diabetes
Mellitus dan Penyakit Metabolik
Lainnya, Jakarta:Departemen
Kesehatan RI.
56. 56. 53 4) Petunjuk Teknis
Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Mellitus, Edisi 2 Jakarta; Kementerian
Kesehatan RI. 5) Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
854/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah 6)
Pedoman Pengukuran Tekanan Darah
7) Pedoman Pengendalian Hipertensi
8) Konsensus Pengelolaan Diabetes
Mellitus di Indonesia.
Jakarta:Sekretariat PB.Perkeni. h. SDM
1) Dokter 2) Bidan 3) Perawat 4)
Nutrisionis C. Pelayanan Pemeriksaan
Penyakit Menular 12. Persentase
terduga Tuberkulosis Mendapatkan
Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai
Standar Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan pemeriksaan tuberkulosis
sesuai standar pada terduga TB di
wilayahnya a. Pengertian 1) Pelayanan

pemeriksaan tuberkulosis pada


terduga tuberkulosis sesuai standar
adalah : a) Pelayanan diberikan, sesuai
kewenangannya, oleh: (1) Dokter yang
terlatih Program TB; (2) Perawat yang
terlatih Program TB; (3) Pranata
Laboratorium kesehatan yang terlatih
Mikroskopis TB; (4) Bidan yang terlatih
untuk menskrining gejala TB anak; (5)
Bidan di Poli anak RSUD yang terlatih
untuk menskrining gejala TB anak; (6)
Petugas Program TB di Dinas
Kesehatan Kab/Kota. b) Pelayanan
dilakukan di fasilitas yang disediakan
pemerintah daerah untuk melakukan
pelayanan TB, yaitu Puskesmas, RSUD,
dan
57. 57. 54 fasilitas kesehatan
BUMD/swasta yang bekerja sama
dengan pemerintah daerah untuk
pelayanan TB. c) pelayanan
pemeriksaan dilakukan pada seluruh
orang terduga tuberkulosis. d)
Pemeriksaan yang diberikan sesuai
Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis yang berlaku. 2) Terduga
tuberkulosis adalah seseorang yang
mempunyai keluhan atau gejala klinis

mendukung tuberkulosis. 3) Gejala


Utama TB adalah batuk berdahak
selama 2 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan dahak,
bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun,
berkeringat malam hari tanpa aktifitas
fisik dan badan meriang lebih dari satu
bulan. 4) Seluruh orang dengan gejala
klinis mendukung tuberkulosis wajib
diperiksa kemungkinan terkena
tuberkulosis di fasilitas yang
disediakan pemerintah daerah untuk
pelayanan TB. 5) Penegakan Diagnosis
tuberkulosis di RSUD menggunakan
Pedoman Medis yang berlaku. 6)
Pasien terduga TB yang didiagnosis TB
perlu dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu
menanganinya. b. Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan Pemeriksaan Terduga
TB dinilai dari persentase terduga
TB yang mendapatkan
pemeriksaan TB sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun. c.

Rumus Perhitungan Kinerja Persentase


terduga Tuberkulosis Mendapatkan
Pemeriksaan Tuberkulosis Sesuai
Standar = Jumlah terduga TB yang
mendapatkan pemeriksaan TB sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun
X 100 % Jumlah terduga TB di wilayah
kerja dalam kurun waktu satu tahun
yang sama d. Contoh Perhitungan
Jumlah terduga TB di kabupaten A
pada tahun 2014 adalah :
58. 58. 55 Fasyankes Terduga Jumlah
Terduga TB Total BTA 2 atau 3
spesimen BTA hanya 1 spesimen BTA
+ Foto toraks Foto toraks saja
Penetapan Skoring (pada Anak) A B C
D E F G H RSUD, puskesmas dan
jaringannya Dewasa 4500 4415 5 25 5
- Anak 40 - - - 5 35 Faskes
BUMD/Swasta Dewasa 1200 365 45
215 65 - Anak 125 - - 35 85 Total 5865
4780 50 240 110 120 Keterangan : 1.
untuk kolom E dan G tidak dapat
masuk hitungan karena tidak sesuai
standar pemeriksaan penegakan
diagnosis. 2. Sehingga didapatkan
perhitungan : Jumlah terduga TB yang
datang di fasilitas kesehatan

diperiksa : 4780 + 240+ 120 = 5140


3. Jumlah terduga TB yang datang ke
fasilitas kesehatan ; 5865 Jadi Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
A dalam memberikan pelayanan
pemeriksaan TB sesuai standard pada
terduga TB = = 80 %. e. Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan pemeriksaan TB sesuai
standar pada Terduga TB adalah 100
persen. f. Sumber Data 1) Register TB
(TB 06 UPK) di Puskesmas dan RSUD.
2) Register TB (TB 03 UPK) di
Puskesmas dan RSUD. 3) Register TB
Kab/ Kota (TB 03) di Dinkes Kab/Kota.
4) Laporan triwulan TB Puskesmas. 5)
Laporan triwulan Penemuan kasus (TB
07) di Dinkes Kab/Kota. g. Rujukan
%100 5865 5140 x
59. 59. 56 1) Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor
364/MENKES/SK/V/2009 tentang
Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis (TB). 2) Panduan Praktik
Klinik bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer, IDI,Edisi
I, 2013. 3) Pedoman Nasional

Pelayanan Kedokteran Tuberkulosis


(PNPK TB) 2013. 4) Panduan Diagnosis
TB Anak dengan Sistem Scoring,
Kemenkes, IDAI, 2011. 5) Pedoman
Manajerial Pelayanan Tuberkulosis
Dengan Strategi Dots Di Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik, Jakarta 2010. h. SDM 1) Dokter
di Puskesmas yang terlatih Program
TB; 2) Dokter di RSUD Kab/Kota yang
terlatih Program TB; 3) Perawat di
Puskesmas yang terlatih Program TB;
4) Perawat di RSUD yang terlatih
Program TB; 5) Perawat RSUD Kab/Kota
yang terlatih Program TB; 6) Pranata
Laboratorium kesehatan di Puskesmas
yang terlatih Mikroskopis TB; 7)
Pranata Laboratorium kesehatan RSUD
Kab/Kota yang terlatih mikroskopis TB;
8) Bidan di poli KIA Puskesmas yang
terlatih untuk menskrining gejala TB
anak; 9) Bidan di Poli anak RSUD yang
terlatih untuk menskrining gejala TB
anak; 10) Petugas Program TB di Dinas
Kesehatan Kab/Kota. 13. Persentase
Terduga HIV dan AIDS Mendapatkan
Pemeriksaan HIV-AIDS Sesuai Standar
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

wajib memberikan pelayanan


pemeriksaan HIV-AIDS sesuai standar
terhadap terduga HIV dan AIDS di
wilayahnya. a. Pengertian 1) Pemeriksaan
HIV-AIDS Sesuai Standar adalah : a) Diberikan
oleh : (1) Dokter/Dokter gigi. (2) Tenaga
Kesehatan terlatih. (3) Pranata Laboratorium
kesehatan b) Pemeriksaan dilakukan
menggunakan alat tes sesuai standar
Nasional yang telah ditetapkan.
60. 60. 57 2) Pemeriksaan ini
ditawarkan secara aktif (KTHIV) oleh
petugas kesehatan kepada seseorang
yang terduga terinfeksi HIV dan AIDS
dan kepada kelompok beresiko yaitu:
a) pasien Infeksi Menular Seksual
seperti suspect dan terdiagnosis
syphilis, gonorrhoe, chlamidia,
vaginosis (keputihan tidak wajar) dan
pasangannya, b) pengguna narkoba
suntik/stimulan, c) pasien tuberkulosis,
d) warga binaan lembaga
pemasyarakatan, e) pasangan orang
HIV, pekerja seks, waria, laki-laki seks
dengan laki-laki (LSL), laki-laki berisiko
tinggi (LBT), f) buruh migran (TKI,
TKW) 3) Pemeriksaan ini juga
ditawarkan secara aktif kepada ibu

hamil pada waktu datang untuk


pemeriksaan kehamilan pertama kali
4) Penderita yang ditemukan
menderita penyakit tersebut wajib
dirujuk ke fasilitas yang mampu
menanganinya untuk mendapat
pelayanan rujukan dan Konseling
tentang HIV dan AIDS bagi penderita
dan pasangannya. b. Definisi
Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam memberikan pelayanan
Pemeriksaan Terduga HIV dan AIDS
dinilai dari persentase Terduga HIV
dan AIDS yang yang
mendapatkan pemeriksaan HIV
dan AIDS sesuai standar dalam
kurun waktu satu tahun. c. Rumus
Perhitungan Kinerja Persentase
Terduga HIV dan AIDS
Mendapatkan Pemeriksaan HIV-
AIDS = Jumlah orang terduga HIV dan
AIDS yang mendapat pemeriksaan sesuai
standar Nasional dalam kurun
waktu satu tahun X 100 % Jumlah
terduga HIV dan AIDS dalam
kurun waktu satu tahun yang sama
d. Contoh Perhitungan Jumlah orang

terduga HIV dan AIDS di Kabupaten A


pada tahun 2012 sebanyak 100 orang.
Jumlah orang terduga HIV dan AIDS
yang mendapat pemeriksaan sesuai
standar sebanyak 90 orang. Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
A dalam memberikan pelayanan
Pemeriksaan terduga HIV dan AIDS
adalah = 90/100 x 100% = 90%.
61. 61. 58 e. Target Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam upaya pemeriksaan Terduga HIV
dan AIDS adalah 100 persen. f. Sumber
Data 1) Laporan Puskesmas 2) Laporan
RSUD Kab/Kota 3) Laporan Hasil
Pemeriksaan Laboratorium di
Laboratorium Puskesmas 4) Laporan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium di
RSUD. 5) Register HIVdanAIDS di
Puskesmas dan RSUD. 6) Laporan
triwulan Penemuan kasus di Dinkes
Kab/Kota. g. Rujukan 1) Peraturan
Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan 2)
Peraturan Pemerintah RI No. 65 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal 3) Peraturan Pemerintah RI

No. 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan


Darah 4) Perpres No 72 tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional. 5)
Permenkes No 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS 6)
Permenkes No 74 tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Konseling dan
Tes HIV. 7) Permenkes No 75 tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. 8) Permenkes no 87 tahun
2014 tentang Pedoman Pengobatan
Anti Retroviral. 9) Pedoman Layanan
Komprehensif Berkesinambungan. 10)
Pedoman Eliminasi Stigma dan
Diskriminasi 11) Pedoman Pencegahan
HIV-AIDS bagi Kab-Kota. 12) Pedoman
Logistik Penanggulangan HIV-AIDS &
IMS. 13) Pedoman Surveilans Sentinel
HIV. h. SDM 1) Dokter/Dokter gigi. 2)
Tenaga Kesehatan terlatih. 3) Pranata
Laboratorium kesehatan.
62. 62. 59 D. Pelayanan Kesehatan
Lingkungan dan Respons Verifikasi
terhadap SKDR 14. Persentase Satuan
Pendidikan Dasar Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
wajib memberikan pelayanan

Kesehatan lingkungan di Satuan


Pendidikan Dasar di wilayahnya. a.
Pengertian 1) Pelayanan kesehatan
lingkungan di Satuan Pendidikan Dasar
adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan di Satuan Pendidikan Dasar
. 2) Kesehatan lingkungan adalah
upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko
lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial. 3)
Satuan Pendidikan Dasar adalah
Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan yang
sederajat. 4) Pelayanan Kesehatan
Lingkungan pada Satuan Pendidikan
Dasar sesuai standar adalah : a)
Pelayanan ini dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas. b)
Pelayanan ini dilakukan minimal dua
kali dalam kurun waktu satu tahun
untuk setiap sasaran. c) Sasaran
pelayanan ini dilakukan pada seluruh
Satuan Pendidikan Dasar di wilayah
kabupaten/kota. d) Pelayanan ini

mencakup pengamatan dan penilaian


kesehatan lingkungan di Satuan
Pendidikan Dasar yang meliputi: (1)
pengelolaan higiene dan sanitasi
pangan, (2) pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit, dan (3)
kualitas udara dalam ruang, dengan
memberikan rekomendasi tindak
lanjut. 5) Pelaksanaan pelayanan ini
dilakukan melalui inspeksi Kesehatan
Lingkungan dengan memberikan
rekomendasi tindak lanjut. b. Definisi
Operasional
63. 63. 60 Capaian kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan kesehatan
lingkungan di Satuan Pendidikan Dasar
dinilai dari persentase Satuan
Pendidikan Dasar yang mendapatkan
pelayanan kesehatan lingkungan
minimal dua kali dalam kurun waktu
satu tahun.
64. 64. 61 c. Rumus Perhitungan
Kinerja Persentase Satuan Pendidikan
Dasar Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan = Jumlah
Satuan Pendidikan Dasar mendapatkan
pelayanan kesehatan lingkungan

sesuai standar dalam kurun waktu satu


tahun X 100 % Jumlah Satuan
Pendidikan Dasar yang ada di wilayah
kabupaten/kota dalam kurun waktu
satu tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Pada tahun 2015, di
Kabupaten A terdapat 50 Satuan
Pendidikan Dasar. Dari data tersebut
yang mendapatkan pelayanan
kesehatan lingkungan sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun adalah
40 Satuan Pendidikan Dasar. Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
A dalam memberikan pelayanan
kesehatan lingkungan sesuai standar
di Satuan Pendidikan Dasar adalah =
(40)/(50) x 100% = 80%. e. Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan lingkungan
sesuai standar di Satuan Pendidikan
Dasar adalah 100 persen. f. Sumber
Data 1) Laporan Puskesmas. g.
Rujukan 1) Undang-undang Nomor 18
tahun 2012 tentang Pangan; 2)
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan; 3) Peraturan Pemerintah

Nomor 66 Tahun 2014 tentang


Kesehatan Lingkungan; 4) Permenkes
RI Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Kejadian Luar Biasa Keracunan
Pangan; 5) Permenkes Nomor
1077/Menkes/PER/2011 tentang
Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah;
65. 65. 62 6) Permenkes RI Nomor
374/Menkes/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor; 7) Kepmenkes RI
No 1429 /Menkes/SK/XII/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Sekolah 8) Kepmenkes RI
No 288 /Menkes/2003 tentang
Pedoman Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum 9) Kepmenkes RI No
942 /Menkes/SK/VII/2003 tentang
Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi
Makanan Jajanan 10)Kepmenkes RI No
1098 /Menkes/SK/VII/2005 tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran 11)Peraturan
Bersama antara Mendikbud RI, Menkes
RI, Menag RI, Mendagri, Nomor 6 /
X/BB/2014, Nomor 73 tahun 2014,
Nomor 41 tahun 2014 , Nomor 81
tahun 2014 tentang Pembinaan dan

Pengembangan Usaha Kesehatan


Sekolah/Madrasah. h. SDM 1) Tenaga
Kesehatan Lingkungan Dinkes
Kabupaten/Kota 2) Tenaga Kesehatan
Lingkungan Puskesmas. 15. Persentase
Pasar Rakyat Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan
lingkungan di Pasar Rakyat di
wilayahnya. a. Pengertian 1) Pelayanan
kesehatan lingkungan di Pasar Rakyat
adalah serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan
kesehatan lingkungan pasar rakyat 2)
Kesehatan lingkungan adalah upaya
pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko
lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial. 3)
Pasar Rakyar adalah Pasar yang
berlokasi permanen, ada pengelola,
sebagian besar barang yang diperjual
belikan yaitu kebutuhan dasar seharihari dengan fasilitas infrastruktur
sederhana, dan dikelola oleh

Pemerintah Daerah dan Badan Usaha


Milik Daerah
66. 66. 63 4) Pelayanan Kesehatan
Lingkungan pada Pasar Rakyat sesuai
standar adalah : a) Pelayanan ini
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Kab/Kota
dan Puskesmas. b) Pelayanan ini
dilakukan minimal dua kali dalam
kurun waktu satu tahun untuk setiap
sasaran. c) Sasaran pelayanan ini
adalah seluruh Pasar Rakyat di wilayah
kabupaten/kota. d) Pelaksanaan
pelayanan ini dilakukan melalui
pengamatan dan penilaian Kesehatan
Lingkungan Pasar Rakyat meliputi : (1)
pengelolaan higiene dan sanitasi
pangan, (2) pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit, dan (3)
kualitas udara dalam ruang, dengan
memberikan rekomendasi tindak
lanjut. 5) Pelaksanaan pelayanan ini
dilakukan melalui inspeksi Kesehatan
Lingkungan dengan memberikan
rekomendasi tindak lanjut . b. Definisi
Operasional Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam memberikan pelayanan

kesehatan lingkungan di Pasar Rakyat


dinilai dari persentase Pasar Rakyat
yang mendapatkan pelayanan
kesehatan lingkungan sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun. c.
Rumus Perhitungan Kinerja Persentase
Pasar Rakyat Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan = Jumlah Pasar
Rakyat yang mendapatkan pelayanan
kesehatan lingkungan sesuai standar
dalam kurun waktu satu tahun X 100
% Jumlah Pasar Rakyat yang ada di
wilayah kabupaten/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama d. Contoh
Perhitungan Pada tahun 2015, di
Kabupaten A terdapat 50 Pasar Rakyat.
Dari data tersebut yang mendapatkan
pelayanan kesehatan lingkungan
sesuai standar dalam kurun waktu satu
tahun adalah 40 pasar rakyat. Capaian
kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten
A dalam melakukan pelayanan
kesehatan lingkungan di Pasar Rakyat
adalah = (40)/(50) x 100% = 80%.
R

Anda mungkin juga menyukai