DISUSUN OLEH:
SAFRI YULIANTI
NIM : 181203130328
PRODI: PAI SEMST V
PENDAHULUAN
yaitu
metode
pendidikan
yang
di
pergunakan
pendidik
dalam
material maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah
SWT dan syariatnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-Quran?
2. Apa pengertian Hadits?
3. Apa pengertian metode pembelajaran al-Quran dan Hadits?
4.
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Al-Quran
Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian al-
termasuk diantara ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Quran di tulis tanpa huruf
hamza.
Asy-Syafii mengatakan, lafal al-Quran yang terkenal itu bukan musytaq
(pecahan dari kata apa pun) dan bukan pula berhamza (tanpa tambahan huruf hamza di
tengahnya, jadi di baca al-Quran). Lafaz tersebut sudah lazim di gunakan dalam
pengertian kalamullah yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan
demikian menurut al-Syafii, lafal tersebut bukan berasal dari akar kata qara-a
(membaca), sebab kalau akar katanya qara-a, tentu tiap sesuatu yang dibaca dapat
dinamai al-Quran sama dengan nama taurat dan injil.
Al-Farrah, sebagaimana Asy-Syafii berpendapat al-Quran bukan musytaq dari
kata qara-a tetapi pecahan dari kata qarain (jamak dari qarinah). Yang berarti: kaitan,
karena ayat-ayat al-Quran satu sama lain saling berkaitan. Karena itu huruf nun pada
akhir lafal al-Quran adalah huruf asli bukan huruf tambahan. Dengan demikian, kata
al-Quran itu dibaca dengan bunyi al-Quran bukan al-Quran.
Masih sejalan dengan pendapat yang diatas, Al-Asyari dan para pengikutnya
mengatakan, lafal-al-Quran adalah musytaq atau pecahan dari akar kata qarn. Ia
mengemukakan contoh kalimat qarnusy-syai bisysyai (menggabungkan sesuatu dengan
sesuatu). Kata qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaiatan, karena sura-surah
dan ayat al-Quran saling bergabung dan berkaitan.
Tiga pendapat di atas pada prinsipnya berkesimpulan bahwa lafal-al-Quran
adalah al-Quran (tanpa huruf hamza di tengahnya). Hal ni berbeda dengan pemakaian
kaidah pembentukan kata yang umum di gunakan dalam bahasa arab. Meskipun
demikian ketiga pendapat tersebut memperlihatkan fungsi dan kedudukan al-quran
sebagai kitabullah yang ayat-ayatnya saling berkaitan satu sama lain sehingga
merupakan satu kesatuan yang serasi.
Dari segi istilah para ahli memberikan definisi al-Quran. Menurut manna alQathan, al-Quran adalah kalamullah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan membacanya adalah ibadah. Kalam sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun
karena istilah itu di sandarkan kepada Allah (kalamullah), maka tidak termasuk dalam
istlah al-Quran perkataan yang berasal selain dari Allah, seperti perkataan manusia, jin
dan malaikat. Dengan rumusan yang diturunkan kepada Muhammad SAW berarti tidak
termasuk segala sesuatu yang diturunkan kepada para nabi sebelum Muhammad SAW,
seperti Zabur, Taurat, Injil. Selanjutnya dengan rumusan membacanya adalah ibadah
maka tidak termasuk hadits-hadits Nabi. Al-Quran di turunkan Allah dengan lafalnya.
Membacanya adalah perintah, karena itu membaca al-Quran adalah ibadah.
Definisi lain mengenai al-Quran dikemukakan oleh al-Zarqani al-Quran itu
adalah lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dari permulaan surah alfatihan sampai akhir surah an-Naas.
Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi al-Quran adalah firman Allah yang
ditrunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui al-Ruhul Amin
(jibril) dengan lafal-lafal yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar Ia
menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa Ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sasaran pendekatan diri
dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.
B.
Pengertian hadits
Yang dimaksud dengan hadits, ialah:
Semua yang bersumber dari tabiin, yang bergaul langsung dengan para
sahabat dan mendengar sesuatu dari mereka.
C.
1.
mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melaksanakan
sesuatu. Ungkapan paling tepat dan cepat itulah yang mebedakan method dengan why
(yang juga berarti cara) dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Inggris method yang
artinya cara. Dalam kamus umum bahasa Indonesia metode ialah cara yang telah teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan
sebagainya.
Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai
sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik
dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya.
Metode juga merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metodgat diperlukan oleh guru,
dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Mmengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak aapat mengajar dengan
baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.
Sedangkan pembelajaran Al-Quran dan hadits adalah kegiatan pembelajaran materi
ilmu Al-Quran dan Hadits didalam proses pendidikan. Jadi metode pembelajaran AlQuran dan hadits adalah memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh
didalam kegiatan pembelajaran materi ilmu Al-Quran dan hadits kepada anak didik.
Ketika mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di
pesantren, yakni pelajaran Al-Quran dan hadits, mungkin akan terbayang di benak kita
sebuah pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Ya, pantas saja kesan tersebut
segera menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang
disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan. Metode yang ditempuh oleh
gurubing mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak ada perubahan sama
sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah guru atau ustaz yang
menjemukan dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat Al-Quran dan
hadits. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Quran dan hadits yang selama ini
terjadi. Melihat tradisi pembelajaran Al-Quran hadits yang barusan disebut, pantas dan
sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan bosan.
Dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus
memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu
memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi
tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.
Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bermacammacam, metode yang bisa dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran al-Quran dan
hadits yaitu: metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab metode resitasi,
metode diskusi dan metode ceramah.
a.
Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak
didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
bebas
bertanggungjawab
dan
murid-murid
akan
Metode Diskusi
Metode ini biasanya erat kaitanya dengan metode lainnya, misalnya metode
ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang
terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (problem solving). Dalam dunia
pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan
merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.
f.
Metode Ceramah
Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada
waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan
bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah. Dalam metode
ceramah ini murid duduk, melihat, dan mendengar serta percaya bahwa apa yang
diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid
itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang
bersangkutan.
Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta
percaya bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar
ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih
lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Cara mengajar hadits sama dengan cara mengajar al-Quran, hanya saja hadits
tidak dibaca secara berlagu. Hadits biasanya lebih pendek dari ayat-ayat al-Quran.
Mengajar hadits dapat menggunakan cara mengajar al-Quran, baik mengenai
pengantar, pembahasan, memberi contoh, menyuruh murid membaca, mendiskusikan,
membagi-bagi kepada satuan-satuan pikiran, menjelaskan sinonim-sinonimnya,
menghubungkan maksud hadits dengan persoalan-persoalan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari dan mengambil kesimpulan dari maksud hadits. Disamping itu
guru juga harus memperhatikan hubungan pengajaran hadits dengan persoalanpersoalan agama yang ada hubungannya dengan hadits dengan hadits yang diajarkan
dan dengan ayat-ayat al-Quran serta persoalan-persoalan akhlak.
Dalam metode pengajaran al-Quran itu harus bisa menyesuaikan paserta
didiknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mahmud Yunus bahwa ketika
berada di kelas I dan II anak-anak belum belajar huruf al-Quran, sebab waktu itu anakanak masih belajar menghafal ayat-ayat yang perlu dibaca dalam sembahyang, seperti
Fatihah, surat al-Ikhlas, surat al-Kautsar dan surat-surat pendek lainnya. Begitupun
ketika berada di kelas III, IV, V VI dan seterusnya.
BAB III
KESIMPULAN
yaitu: metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab metode resitasi,
metode diskusi dan metode ceramah.
DAFTAR PUSTAKA