Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PERENCANAAN PEMBELAJARAN

METODE PEMBELAJARAN AL-QURAN DAN HADIST


Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sistem Perencanaan Pembelajaran
Dosen : Sarjono, S.Pd, M.M.Pd

DISUSUN OLEH:
SAFRI YULIANTI
NIM : 181203130328
PRODI: PAI SEMST V

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


(FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
TAHUN 2016

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (Keimanan dan Ketaqwaan
kepada Allah) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem
pendidikan,

yaitu

metode

pendidikan

yang

di

pergunakan

pendidik

dalam

menyampaikan pesan-pesan ilahiya, pen didik. Dalam pendidikan islam perlu


digunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap
manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (Lahiriyah dan Bathiniyah), walaupun
tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan
semua keadaan.
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat,
tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan
mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan
sering disebut cara atau metode kadang lebih penting dari materi itu sendiri (Atthoriqotu
ahammu minal maadah). Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan
secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan
dapat memuaskan serta mencapai tujuan secara sistematis dan tepat.
Rasulullah Saw sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan
metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang
beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah Saw sangat
memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai islami dapat
di transfer dengan baik. Rasulullah Saw juga sangat memahami naluri dan kondisi
setiap pribadi orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik

material maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah
SWT dan syariatnya.

B.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-Quran?
2. Apa pengertian Hadits?
3. Apa pengertian metode pembelajaran al-Quran dan Hadits?
4.

C.

Bagaimana metode pembelajaran al-Quran dan Hadits?

Tujuan Pembuatan Makalah


1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian al-Quran


Mengetahui pengertian Hadits
Mengetahui pengertian metode pembelajaran al-Quran dan Hadits
Memahami bagaimana metode pembelajaran al-Quran dan Hadis

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Al-Quran
Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian al-

Quran. Sebagian berpendapat, penulisan lafal al-Quran di bubuhi dengan hamza


(dibaca al-Quran ) . Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa di bubuhi
dengan hamza (dibaca al-Quran

) . Asy-Syafii, Al-Farrah, dan Al-Asyari

termasuk diantara ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Quran di tulis tanpa huruf
hamza.
Asy-Syafii mengatakan, lafal al-Quran yang terkenal itu bukan musytaq
(pecahan dari kata apa pun) dan bukan pula berhamza (tanpa tambahan huruf hamza di
tengahnya, jadi di baca al-Quran). Lafaz tersebut sudah lazim di gunakan dalam
pengertian kalamullah yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dengan
demikian menurut al-Syafii, lafal tersebut bukan berasal dari akar kata qara-a
(membaca), sebab kalau akar katanya qara-a, tentu tiap sesuatu yang dibaca dapat
dinamai al-Quran sama dengan nama taurat dan injil.
Al-Farrah, sebagaimana Asy-Syafii berpendapat al-Quran bukan musytaq dari
kata qara-a tetapi pecahan dari kata qarain (jamak dari qarinah). Yang berarti: kaitan,
karena ayat-ayat al-Quran satu sama lain saling berkaitan. Karena itu huruf nun pada
akhir lafal al-Quran adalah huruf asli bukan huruf tambahan. Dengan demikian, kata
al-Quran itu dibaca dengan bunyi al-Quran bukan al-Quran.
Masih sejalan dengan pendapat yang diatas, Al-Asyari dan para pengikutnya
mengatakan, lafal-al-Quran adalah musytaq atau pecahan dari akar kata qarn. Ia
mengemukakan contoh kalimat qarnusy-syai bisysyai (menggabungkan sesuatu dengan
sesuatu). Kata qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaiatan, karena sura-surah
dan ayat al-Quran saling bergabung dan berkaitan.
Tiga pendapat di atas pada prinsipnya berkesimpulan bahwa lafal-al-Quran
adalah al-Quran (tanpa huruf hamza di tengahnya). Hal ni berbeda dengan pemakaian
kaidah pembentukan kata yang umum di gunakan dalam bahasa arab. Meskipun
demikian ketiga pendapat tersebut memperlihatkan fungsi dan kedudukan al-quran

sebagai kitabullah yang ayat-ayatnya saling berkaitan satu sama lain sehingga
merupakan satu kesatuan yang serasi.
Dari segi istilah para ahli memberikan definisi al-Quran. Menurut manna alQathan, al-Quran adalah kalamullah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan membacanya adalah ibadah. Kalam sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun
karena istilah itu di sandarkan kepada Allah (kalamullah), maka tidak termasuk dalam
istlah al-Quran perkataan yang berasal selain dari Allah, seperti perkataan manusia, jin
dan malaikat. Dengan rumusan yang diturunkan kepada Muhammad SAW berarti tidak
termasuk segala sesuatu yang diturunkan kepada para nabi sebelum Muhammad SAW,
seperti Zabur, Taurat, Injil. Selanjutnya dengan rumusan membacanya adalah ibadah
maka tidak termasuk hadits-hadits Nabi. Al-Quran di turunkan Allah dengan lafalnya.
Membacanya adalah perintah, karena itu membaca al-Quran adalah ibadah.
Definisi lain mengenai al-Quran dikemukakan oleh al-Zarqani al-Quran itu
adalah lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dari permulaan surah alfatihan sampai akhir surah an-Naas.
Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi al-Quran adalah firman Allah yang
ditrunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui al-Ruhul Amin
(jibril) dengan lafal-lafal yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar Ia
menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa Ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sasaran pendekatan diri
dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.

B.

Pengertian hadits
Yang dimaksud dengan hadits, ialah:

a) Semua yang bersumber dari Rasulullah SAW baik berupa perkataan,


perbuatan atau pengakuan beliau terhadap pekerjaan atau perkataan orang
lain.
b) Semua yang bersumber dari para sahabat yang langsung menemani Rasul,
melihat pekerjaan-pekerjaannya dan mendengar perkataannya.
c)

Semua yang bersumber dari tabiin, yang bergaul langsung dengan para
sahabat dan mendengar sesuatu dari mereka.

C.

Metode-Metode Pembelajaran Al-Quran dan Hadits

1.

Pengertian Metode Pembelajaran Al-Quran dan Hadist


Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa metode ialah istilah yang digunakan untuk

mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melaksanakan
sesuatu. Ungkapan paling tepat dan cepat itulah yang mebedakan method dengan why
(yang juga berarti cara) dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Inggris method yang
artinya cara. Dalam kamus umum bahasa Indonesia metode ialah cara yang telah teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan
sebagainya.
Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai
sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik
dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnya.
Metode juga merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metodgat diperlukan oleh guru,
dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Mmengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak aapat mengajar dengan
baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.
Sedangkan pembelajaran Al-Quran dan hadits adalah kegiatan pembelajaran materi
ilmu Al-Quran dan Hadits didalam proses pendidikan. Jadi metode pembelajaran AlQuran dan hadits adalah memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh
didalam kegiatan pembelajaran materi ilmu Al-Quran dan hadits kepada anak didik.
Ketika mendengar nama salah satu pelajaran yang ada di madrasah ataupun di
pesantren, yakni pelajaran Al-Quran dan hadits, mungkin akan terbayang di benak kita
sebuah pelajaran yang membosankan dan menjemukan. Ya, pantas saja kesan tersebut
segera menyeruak dalam benak kita. Sebab, selama ini pelajaran tersebut memang
disampaikan dengan cara dan metode yang membosankan. Metode yang ditempuh oleh
gurubing mata pelajaran tersebut hanya itu-itu saja, nyaris tidak ada perubahan sama
sekali. Membaca ayat atau hadis, mendengarkan ceramah guru atau ustaz yang
menjemukan dan membuat ngantuk, atau menghafal rangkaian ayat Al-Quran dan
hadits. Itulah rangkaian rutinitas pembelajaran Al-Quran dan hadits yang selama ini
terjadi. Melihat tradisi pembelajaran Al-Quran hadits yang barusan disebut, pantas dan
sangat wajar jika murid-murid merasa jenuh dan bosan.
Dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar guru paling tidak harus
memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendisain program dan keterampilan
mengkomunikasikan program tersebut kepada anak didik. Seorang guru harus mampu
memilih dan memilah strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Strategi
tersebut haruslah disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.

Metode Pengajaran Al-Quran dan Hadits

Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bermacammacam, metode yang bisa dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran al-Quran dan
hadits yaitu: metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab metode resitasi,
metode diskusi dan metode ceramah.
a.

Metode Drill (Latihan)


Penggunaan istilah latihan sering disamakan artinya dengan

istilah ulangan. Padahal muksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan


dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya,
sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap
pengajaran tersebut.
Pengajaran yang diberikan melalui metode Drill dengan baik selalu
akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1) Anak didik itu akan dapat mempergunakan daya berfikirnya yang makin lama
makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan
menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya
berpikir bertambah.
2) Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut akan
memperoleh paham yang lebih baik dan lebih mendalam. Guru berkewajiban
menyelidiki sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam proses
belajar-mengajar, salah satu cara ialah mengukur kemajuan tersebut melalui ulangan
(tes) tertulis atau lisan.
b.

Metode Kerja Kelompok

Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi-bagi anak
didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk

menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka secara


mengajar tersebut dapat dinamakan metode kerja kelompok.
c.

Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena


guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat
mengungkapkan apa yang telah di ceramakan.
d. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Yang dimaksud denag metode ini adalah suatu cara dalam proses belajarmengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian
tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan
agar

murid belajar secara

bebas

bertanggungjawab

dan

murid-murid

akan

berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi


kesulitan-kesulitan itu.
e.

Metode Diskusi
Metode ini biasanya erat kaitanya dengan metode lainnya, misalnya metode

ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang
terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (problem solving). Dalam dunia
pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan
merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.
f.

Metode Ceramah
Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada

waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan dengan
bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah. Dalam metode

ceramah ini murid duduk, melihat, dan mendengar serta percaya bahwa apa yang
diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid
itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang
bersangkutan.
Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta
percaya bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar
ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih
lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Cara mengajar hadits sama dengan cara mengajar al-Quran, hanya saja hadits
tidak dibaca secara berlagu. Hadits biasanya lebih pendek dari ayat-ayat al-Quran.
Mengajar hadits dapat menggunakan cara mengajar al-Quran, baik mengenai
pengantar, pembahasan, memberi contoh, menyuruh murid membaca, mendiskusikan,
membagi-bagi kepada satuan-satuan pikiran, menjelaskan sinonim-sinonimnya,
menghubungkan maksud hadits dengan persoalan-persoalan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari dan mengambil kesimpulan dari maksud hadits. Disamping itu
guru juga harus memperhatikan hubungan pengajaran hadits dengan persoalanpersoalan agama yang ada hubungannya dengan hadits dengan hadits yang diajarkan
dan dengan ayat-ayat al-Quran serta persoalan-persoalan akhlak.
Dalam metode pengajaran al-Quran itu harus bisa menyesuaikan paserta
didiknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mahmud Yunus bahwa ketika
berada di kelas I dan II anak-anak belum belajar huruf al-Quran, sebab waktu itu anakanak masih belajar menghafal ayat-ayat yang perlu dibaca dalam sembahyang, seperti
Fatihah, surat al-Ikhlas, surat al-Kautsar dan surat-surat pendek lainnya. Begitupun
ketika berada di kelas III, IV, V VI dan seterusnya.

BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian materi di atas dapat kita simpulkan bahwa:


Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian al-Quran.
Sebagian berpendapat, penulisan lafal al- Quran di bubuhi dengan hamza (dibaca alQuran ) . Pendapat lain mengatakan penulisannya tanpa di bubuhi dengan hamza
(dibaca al-Quran ) . Asy-Syafii, Al-Farrah, dan Al-Asyari termasuk diantara
ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Quran di tulis tanpa huruf hamza.
Dari segi istilah para ahli memberikan definisi al-Quran. Menurut manna alQathan, al-Quran adalah kalamullah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan membacanya adalah ibadah. Sedangkan menurut al-Quran dikemukakan oleh alZarqani al-Quran itu adalah lafal yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dari
permulaan surah al-fatihan sampai akhir surah an-Naas.
Jadi metode pembelajaran Al-Quran dan hadits adalah memberikan tuntunan
tentang jalan yang harus ditempuh didalam kegiatan pembelajaran materi ilmu Al-Qu
Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bermacam-macam,
metode yang bisa dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran al-Quran dan hadits

yaitu: metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab metode resitasi,
metode diskusi dan metode ceramah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir, Muhamaad, Ahmad. 1981. Metodologi Pengajaran PendidikanAgama


Islam. Jakarta
Ash-Shalih, Subhi. 1991. membahas ilmu-ilmu al-quran (terjemahan) tim pusataka
firdaus dari judul asli mabahist fi ulum al-quran. Jakarta: pustaka firdaus.
Darajat, Zakiah. 2011. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Fathurrohman, Pupuh, M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika AIsmail.2009.
Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: LSIS dan RASAIL
Media Group.
Tafsir, Ahmad. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Yunus, Mahmud. 1990. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakarta: PT. Hidakarya
Agung.

Anda mungkin juga menyukai