Anda di halaman 1dari 96

BAB 23

K E S E H ATAN

BAB 23
KESEHATAN

I. PENDAHULUAN
Sebagaimana

ditetapkan

dalam

Garis-garis

Besar

Haluan

Negara (GBHN), arah dan kebijaksanaan pembangunan di bidang


kesehatan yang ditempuh dalam periode Repelita IV akan dilanjutkan dan ditingkatkan agar makin dapat diwujudkan perbaikan
kualitas manusia dan kualitas kehidupan masyarakat.
Arah

dan

kebijaksanaan

selanjutnya

dari

pembangunan

bidang kesehatan telah ditetapkan dalam GBHN sebagai berikut.


1.

Pembangunan

kesehatan

diarahkan

untuk

mempertinggi

derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam


rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Pembangunan

kesehatan

dilakukan

dengan

memberikan

prioritas

pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga


serta pencegahan penyakit, di samping upaya penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Sehubungan dengan itu
perlu dikembangkan sistem kesehatan nasional yang terpadu

yang

dapat

mendorong

partisipasi

masyarakat

ter-

masuk swasta.

111

2.

Pembangunan kesehatan

terutama ditujukan

pada golongan

masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaan


maupun

di

perkotaan.

kepada daerah

Perhatian

khusus

terpencil, kelompok

perlu

diberikan

masyarakat terasing,

daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi, dan


daerah

perbatasan.

Sehubungan

dengan

itu,

perlu

terus

ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pelayanan

kesehatan

kepada

masyarakat

dengan

mutu

yang

lebih baik dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.


3.

Upaya

perbaikan

lain melalui
gizi,

kesehatan

rakyat

ditingkatkan

pemberantasan penyakit

penyediaan

air

bersih,

antara

menular, perbaikan

kebersihan

dan

kesehatan

lingkungan, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Perhatian khusus perlu diberikan pada perlindungan rakyat terhadap polusi, limbah
industri,

bahaya

narkotika

dan

penyalahgunaan

obat,

serta peningkatan pengawasan kesehatan lingkungan, obat,


makanan dan minuman. Perlu juga ditingkatkan pencegahan
penggunaan narkotika dan penyalahgunaan obat di kalangan
generasi

muda.

diperluas untuk

Selanjutnya

penyuluhan

menumbuhkan kesadaran

kesehatan

perlu

dan membudayakan

perilaku hidup sehat sedini mungkin di seluruh lapisan


masyarakat.

Upaya-upaya

pusat-pusat

kesehatan

tersebut
masyarakat,

dilakukan
pos-pos

melalui
pelayanan

terpadu serta berbagai kegiatan masyarakat lainnya.


4.

Dalam
perlu

rangka lebih
terus

meningkatkan pelayanan

ditingkatkan

mutu

pelayanan

kesehatan,
rumah-rumah

sakit, lembaga-lembaga pemulihan kesehatan, pusat-pusat


kesehatan

masyarakat

serta

lembaga-lembaga

kesehatan

lainnya. Selanjutnya perlu ditingkatkan pula penyediaan

112

dan pemerataan tenaga medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya, serta penyediaan obat yang makin merata
dan terjangkau oleh rakyat. Di samping itu perlu terus
ditingkatkan pengadaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan lainnya.
5.

Pelayanan kesehatan, baik oleh pemerintah maupun oleh


swasta, harus selalu memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan dalam pelaksanaannya. Di samping itu perlu dikembangkan cara pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sendiri berdasarkan prinsip asuransi.

6.

Dalam

rangka

meningkatkan

pelayanan

kesehatan

secara

lebih luas dan merata sekaligus memelihara dan mengembangkan

warisan

penggalian,

budaya

bangsa,

penelitian,

perlu

pengujian

terus

dan

dilakukan

pengembangan

obat-obatan serta cara pengobatan tradisional. Di samping itu perlu terus didorong langkah-langkah pengembangan budi daya tanaman obat-obatan tradisional yang
secara medis dapat dipertanggungjawabkan.
Sesuai

dengan

arah

dan

kebijaksanaan

yang

ditetapkan

dalam GBHN tersebut, dalam Repelita V Sistem Kesehatan Nasional dan dampaknya terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat akan terus dikembangkan dan dimantapkan untuk menjadi
pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah'

maupun yang dilaksanakan oleh

swasta. Diharapkan pada akhir Repelita V telah dapat dimantapkan kerangka landasan pembangunan di bidang kesehatan termasuk gizi masyarakat, sehingga dapat mulai dicapai derajat
kesehatan yang memadai sebagai kondisi untuk memenuhi awal
tinggal landas dalam Repelita VI.
Untuk itu akan diupayakan agar Sistem Kesehatan Nasional
dapat berfungsi lebih efektif dan efisien, dengan menanggu113

langi berbagai masalah yang belum terpecahkan di dalam Repelita IV.

II. KEADAAN DAN MASALAH


Dalam Repelita IV derajat kesehatan rakyat telah makin
meningkat sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai kemajuan indikator utama kesehatan dan kualitas manusia, yaitu angka mengenai kematian, kelahiran, kesakitan, dan status gizi.
Kemajuan berbagai indikator tersebut dan perkembangan upaya
kesehatan

yang

ada

serta

masalah-masalah

yang

masih

harus dihadapi dalam Repelita V adalah sebagai berikut.


1.

Derajat Kesehatan
a. Angka Kesakitan dan Kematian
Angka

kematian

kasar

sebesar

9,9

per

1.000

penduduk

pada akhir Repelita III turun menjadi 7,9 per 1.000 penduduk
pada akhir Repelita IV. Seperti halnya pada awal Repelita IV,
lebih dari separuh dari kematian kasar tersebut masih terdiri
dari anak-anak di bawah lima tahun. Hal ini memberikan petunjuk bahwa masalah-masalah kesehatan bayi dan anak balita akan
tetap memerlukan perhatian utama.
Angka kematian bayi bervariasi cukup besar antar propinsi dan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di beberapa
propinsi tertentu angka kematian bayi pada tahun 1988 masih
jauh di atas rata-rata nasional, yaitu antara 70 - 98 per
1.000

kelahiran

hidup.

Daerah-daerah

tersebut

adalah:

Nusa

Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Timor Timur, Irian Jaya,

114

Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Maluku,


Riau,

Jawa Barat,

Jambi, Nusa

Tenggara Timur,

dan Sulawesi

Tenggara. Sedang angka kematian bayi rata-rata nasional pada


tahun 1988 adalah 58 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka

kematian

bayi

berkaitan

erat

antara

lain

dengan

keadaan gizi ibu waktu mengandung. Makin rendah keadaan gizi


ibu pada umumnya, angka kematian bayi cenderung makin tinggi.
Keadaan gizi ibu di Indonesia pada umumnya masih rendah. Hal
itu

terlihat pada

angka kematian

ibu waktu

melahirkan yang

masih tergolong tinggi, yaitu 4,5 per 1.000 kelahiran hidup


pada tahun 1986.
Proses

peningkatan

kualitas

hidup

pada

usia

produktif

sangat dipengaruhi oleh kualitas hidup anak usia di bawah lima


tahun (balita). Karena itu angka kematian anak (umur 1 - 4
tahun) juga merupakan indikator penting mengenai derajat kesehatan

dan keadaan

kematian

anak

juga

gizi masyarakat.
telah

menurun

Untuk Indonesia,

dari

17,8

per

1.000

angka
anak

balita pada tahun 1983 menjadi 10,6 per 1.000 pada tahun 1986.
Masalah utama yang menyebabkan tingginya angka kematian
bayi dan anak balita adalah masih tingginya berbagai penyakit
infeksi yang banyak menyerang bayi dan balita, di antaranya
yang

terpenting adalah

diare dan

infeksi saluran

pernapasan

akut (ISPA) yang umumnya dapat dicegah dengan imunisasi. Keadaan gizi anak-anak balita yang belum memadai juga mendorong
mudah terjadinya infeksi dan kematian. Salah satu tanda dari
rendahnya

keadaan

gizi

adalah

rendahnya

berat

badan

bayi

lahir. Angka bayi lahir hidup dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) pada tahun 1985 adalah sekitar 14%. Pada tahun 1987
angka tersebut telah menurun menjadi 8,2%. BBLR sering disebabkan oleh rendahnya keadaan gizi ibu, terutama oleh masih

115

tingginya prevalensi ibu yang menderita anemia. Keadaan ini,


dan juga masalah kesehatan lain, sering menyebabkan proses
melahirkan yang sulit dan dapat berakhir dengan kematian ibu.
Tingkat kematian bayi dan anak, dan kematian ibu melahirkan, dilatarbelakangi oleh masih adanya masalah di bidangbidang ekonomi dan pendidikan keluarga, kebersihan lingkungan,
air bersih, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.
Dalam Repelita IV keberhasilan upaya untuk menurunkan
angka kematian umum dan angka kematian bayi sangat membantu
upaya meningkatkan umur harapan hidup waktu lahir, yang telah
berhasil meningkat dari 56 tahun pada tahun 1983 menjadi 63
tahun pada tahun 1988.
Tingkat kelahiran di Indonesia masih perlu diturunkan
walaupun akhir-akhir ini menunjukkan telah adanya penurunan
yang berarti. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh berhasilnya

program

Keluarga

Berencana

dan

membaiknya

tingkat

pendidikan masyarakat. Karena penurunan tingkat kematian masih


lebih besar dari penurunan tingkat kelahiran, maka pertumbuhan
penduduk masih tetap tinggi. Masih tingginya angka kelahiran
dan tingginya jumlah anak yang dilahirkan (paritas) oleh ibuibu Indonesia juga merupakan sebab tingginya angka kematian
bayi dan angka kematian ibu.
Angka kesakitan dan kematian berbagai penyakit menular
telah menurun, terutama untuk penyakit-penyakit malaria, demam
berdarah, diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Di Jawa -Bali, API (Annual Parasite Incidence) penyakit malaria telah menurun menjadi 0,46 per 1.000 menjelang akhir Repelita IV. Di luar Jawa - Bali, "parasite rate" di daerahdaerah prioritas telah menurun menjadi 42 per 1.000 pada akhir
Repelita IV. Angka kematian yang disebabkan oleh demam ber116

darah

dengue

dapat

ditekan

menjadi

3,3%

pada

akhir

Repe-

lita IV. Angka kematian yang disebabkan oleh diare dapat ditekan

menjadi

penyebab

0,35%

kesakitan

pada
umum

tahun

1987.

terbesar

ISPA

dan

masih

salah

merupakan

satu

penyebab

utama kematian balita.


Selain

berbagai

penyakit

infeksi

yang

disebutkan

di

atas, ada beberapa penyakit lain yang masih merupakan masalah


kesehatan, yaitu TBC, kusta dan rabies.
Dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, pada Repelita IV
tampak adanya perubahan urutan pola penyakit. Angka kesakitan
penyakit

tidak

kardiovaskuler,

menular,
dan

seperti

kanker,

degeneratif

penyakit-penyakit

menunjukkan

kecenderungan

yang makin meningkat. Demikian pula dengan gangguan jiwa dan


penyakit

yang

yang

bersifat

dalam

tahun

disebabkan
adiktif.
1986

oleh

penyalahgunaan

Penyakit

mulai

jantung

merupakan

dan

zat

atau

obat

pembuluh

darah

yang

banyak

penyakit

terdapat di masyarakat. Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-1986)


penyakit jantung dan pembuluh darah berkembang menjadi penyebab ketiga dari kematian umum dengan kenaikan prevalensi dari
1,1 per 1.000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1.000
penduduk pada tahun 1986.

b. Keadaan Gizi
Keadaan gizi masyarakat pada umumnya telah makin baik.
Gangguan

gizi

yang

dapat

menghambat

pertumbuhan

fisik

dan

perkembangan kecerdasan anak, yang dikenal dengan kurang kalori

protein

(KKP),

telah

menurun

prevalensinya.

KKP

anak

balita, yang diukur dengan pertambahan berat badan pada umur


tertentu,

prevalensinya

menurun

dari

29,1%

pada

tahun

1983

menjadi 10,8% pada tahun 1987. Keadaan ini menunjukkan bahwa

117

pada umumnya pertumbuhan badan anak balita kita relatif makin


baik.
Beberapa

gangguan

gizi

lainnya

juga

makin

berkurang.

Misalnya gangguan gizi akibat kurang yodium (GAKI) di daerahdaerah endemik, terutama di daerah pegunungan, prevalensinya
selama Repelita IV telah menurun. Untuk GAKI yang bersifat
klinis (dapat dilihat dengan nyata), dikenal dengan penyakit
gondok, prevalensinya menurun dari 9,2% pada tahun 1983 menjadi 5% pada tahun 1987. Sedang GAKI yang bersifat laboratoris (tidak terlihat nyata) menurun dari 37,2% menjadi 32%
selama kurun waktu yang sama.
Selama

kurun

waktu

Repelita

IV

bahaya

kebutaan

pada

anak balita akibat kekurangan vitamin A (KVA) berkurang dari


1,4% menjadi 0,7%. Sedang penyakit anemia akibat kurang zat
besi, yang banyak diderita oleh ibu hamil dan buruh berpenghasilan rendah, berkurang dari 70% pada tahun 1983 menjadi
55%

pada

tahun

1987.

Sekalipun

demikian

prevalensi

sebesar

55% ini relatif masih tinggi.


Meskipun

gangguan

gizi

telah

menunjukkan

perbaikan,

prevalensi yang relatif masih cukup tinggi pada akhir Repelita IV merupakan masalah yang masih terus memerlukan penanggulangan. Gangguan gizi yang disebabkan oleh jumlah dan mutu
gizi makanan yang masih kurang memenuhi syarat juga berkaitan
erat dengan berbagai penyakit infeksi dan parasit. Penyakit
infeksi dan parasit merupakan masalah kesehatan yang menonjol, sehingga pencegahan dan pemberantasannya memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh.
c. Upaya Pelayanan dan Penyediaan Sarana Kesehatan
Dari uraian di atas ini tampak bahwa selama kurun waktu
1983 - 1987 telah terjadi perubahan yang positif dalam derajat
118

kesehatan

bangsa

kita.

Perubahan

derajat

kesehatan

seperti

diuraikan di atas erat kaitannya dengan kemajuan upaya pelayanan dan penyediaan sarana kesehatan dalam Repelita IV.
Upaya pelayanan kesehatan terutama dilaksanakan melalui
Puskesmas, Rumah Sakit, dan kegiatan peran serta masyarakat
dalam

bentuk

Posyandu.

Jumlah

Puskesmas

dalam

Repelita

IV

telah ditingkatkan dari 5.353 pada akhir Repelita III menjadi


5.642

buah.

Puskesmas

Pembantu

(PP)

yang

pada

akhir

Repe-

lita III berjumlah 13.636, pada akhir Repelita IV telah meningkat menjadi 14.562 buah termasuk 1.322 buah Balai Pengobatan dan BKIA Swasta, tidak termasuk lebih dari 1.100 buah
PP yang sudah ditingkatkan menjadi Puskesmas. Sementara itu
jumlah

Puskesmas

Keliling

telah

bertambah

dari

2.479

pada

akhir Repelita III menjadi 3.251 buah pada akhir Repelita IV.
Dalam kurun waktu yang sama untuk daerah-daerah terpencil dan
perbatasan telah dibangun pula Puskesmas dengan Perawatan sehingga jumlahnya meningkat dari 989 buah menjadi 1.067 buah.
Sebagai hasil dari kegiatan pembangunan sarana kesehatan,

dalam

Repelita

IV

setiap

kecamatan

sedikitnya

memiliki

satu Puskesmas dan 2 - 3 Puskesmas Pembantu. Untuk daerah


terpencil

dan

perbatasan

pelayanan

kesehatan

sebagian

besar

dilakukan oleh Puskesmas Keliling (darat dan sungai), Dokter


Terbang, dan Puskesmas Perawatan.
Peran serta masyarakat di bidang kesehatan antara lain
diwujudkan melalui kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat dengan dukungan
teknis dari petugas Puskesmas. Kegiatan Posyandu mencakup pelayanan di bidang kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi,
keluarga

berencana,

dan

penanggulangan

diare.

Selama

Repe-

lita IV jumlah Posyandu telah meningkat dengan pesat dari

119

sekitar 90.000 buah, yang tersebar di 40.000 desa pada tahun


1984, menjadi lebih dari 200.000 buah pada akhir tahun 1988
dan tersebar di 52.000 desa di Indonesia.
Upaya pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit dilakukan
oleh Rumah Sakit Umum dan Khusus yang terdiri dari beberapa
kelas, yaitu kelas A, B, C dan D. Rumah Sakit kelas D memiliki 25 - 100 tempat tidur; kelas C memiliki 100 - 400 tempat
tidur dengan empat dokter keahlian dasar (ahli penyakit dalam,
ahli

bedah,

ahli

kebidanan/kandungan,

dan

ahli

kesehatan

anak); kelas B memiliki 400 - 1.000 tempat tidur dengan dokter


di semua bidang keahlian; dan kelas A yang memiliki lebih dari
1.000 tempat tidur dengan dokter subspesialis.
Jumlah Rumah Sakit yang dikelola pemerintah dan swasta
telah bertambah dari 1.273 buah pada akhir Repelita III menjadi

1.436

buah

pada

akhir

Repelita

IV.

Sedangkan

jumlah

tempat tidurnya bertambah dari 114.788 buah menjadi 122.998


buah.
Dengan

makin

meningkatnya

upaya

dan

sarana

kesehatan

dalam Repelita IV maka dapat ditingkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, terutama dalam pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Gizi, Imunisasi,
dan penanggulangan diare.
Selama kurun waktu 1984 - 1987, cakupan pelayanan KIA
untuk ibu hamil telah meningkat dari 49% menjadi 64,2% dari
jumlah ibu hamil dengan kontak sekitar 3,5 kali; cakupan Keluarga

Berencana

68,42%

dari

aktif

jumlah

telah

pasangan

meningkat
usia

dari

subur;`

58,79%

cakupan

menjadi

imunisasi

lengkap untuk bayi telah meningkat dari 6% menjadi 65% (65%


Polio III, 64% DPT III dan campak 58,6%), sedangkan cakupan
imunisasi TT-II untuk ibu hamil juga meningkat dari 17% men120

jadi 30%. Demikian pula dalam kurun waktu yang sama, cakupan
pelayanan
dari

gizi

29,6%

dengan

menjadi

kegiatan

49,3%,

penimbangan

dan

cakupan

balita

meningkat

penanggulangan

diare

dengan oralit menjadi 39,6% dari seluruh kasus yang ada.


Sementara itu Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), yang
sebagian

kegiatannya

dipadukan

dalam

POSYANDU,

sampai

akhir

Repelita IV telah menjangkau 52.694 desa. Melalui UPGK, anak


balita yang terlindungi dari bahaya kebutaan akibat kekurangan

vitamin

juta

anak.

pada

Sedang

akhir
ibu

Repelita

hamil

yang

IV

berjumlah

mendapat

sekitar

2,4

suplementasi

pil

besi berjumlah hampir 1,4 juta orang. Di samping itu jumlah


penduduk yang
cegah

gondok

mendapat preparat
endemik

pada

minyak beryodium

akhir

Repelita

IV

untuk men-

mencapai

lebih

dari 16,5 juta orang.


Derajat
sedianya

kesehatan

sarana

masyarakat

kesehatan

juga

lingkungan.

ditentukan
Sampai

oleh

dengan

tertahun

1986 penduduk yang menikmati air bersih baru sekitar 65% di


perkotaan dan 30,5% di pedesaan. Di samping itu baru sekitar
31% penduduk perkotaan dan 37,5% penduduk pedesaan menggunakan jamban keluarga.

d. Penyediaan Obat
Dalam rangka penyediaan obat yang Makin merata dan terjangkau

oleh

rakyat,

telah

dilakukan

upaya

penyediaan

dan

distribusi obat-obat esensial. Di samping itu mulai tahun 1986


telah diupayakan penyusunan Daftar Obat Program Bersama, yang
merupakan

kerja

sama

antara

Departemen

Kesehatan,

Ikatan

Dokter Indonesia, lkatan Sarjana Farmasi Indonesia, dan Ga-bungan


Pengusaha Farmasi.
Pemenuhan kebutuhan obat nasional oleh produksi dalam

121

negeri pada akhir Repelita IV telah mencapai lebih dari 98%


kebutuhan, sejalan dengan peningkatan jumlah industri farmasi
dari 286 menjadi 295 buah.
Peredaran obat-obatan di sektor swasta melalui apotek,
rumah sakit dan poliklinik juga semakin merata. Jumlah Pedagang Besar Farmasi (PBF) meningkat dari 912 pada tahun 1983/84
menjadi 928 pada tahun 1987/88, sedangkan jumlah apotek meningkat dari 1.117 pada tahun 1983/84 menjadi 2.158 buah pada
tahun 1987/88.

e. Penyediaan Tenaga Kesehatan


Selanjutnya

tersedianya

jumlah

tenaga

kesehatan

secara

memadai dan merata ikut pula menentukan derajat kesehatan masyarakat.


Jumlah dokter yang bertugas di Puskesmas meningkat dari
4.048 orang pada tahun 1983/84 menjadi 6.125 orang pada tahun
1987. Peningkatan itu telah memperbaiki rasio dokter terhadap
Puskesmas dari 7 menjadi 9 orang dokter per sepuluh Puskesmas.

Demikian

Puskesmas

telah

pula

keadaan

meningkat

dokter

gigi

yang

jumlahnya

dari

1.093

bertugas
orang

di
pada

1983/84 menjadi 1.595 orang pada tahun 1987 sehingga rasio


dokter

gigi

terhadap

Puskesmas

meningkat

dari

menjadi

orang dokter gigi per sepuluh Puskesmas.


Tenaga

paramedik

perawatan

yang

bekerja

di

Puskesmas

juga meningkat dari 12.388 orang pada tahun 1984/85 menjadi


20.388 orang pada tahun 1987, sehingga rasionya per Puskesmas
menunjukkan perbaikan dari 3,0 menjadi 4,6.
Selama kurun waktu yang sama kategori tenaga lain yang
bekerja di Puskesmas, yaitu tenaga paramedik, non perawat, pe-

122

karya dan pembantu paramedis dan tenaga non medik, juga telah
meningkat
11.563

dari

orang

masing-masing

menjadi

4.900

3.900
orang,

orang,
10.315

2.825
orang

orang
dan

dan

12.472

orang.
Jumlah tenaga medik yang bertugas di Rumah Sakit Pemerintah

meningkat

dari

5.726

orang

pada

tahun

1984

menjadi

9.864 orang pada tahun 1987. Tenaga paramedik perawatan di


Rumah Sakit pemerintah juga meningkat jumlahnya dari 23.842
orang pada tahun 1983 menjadi 41.654 orang pada tahun 1987.
Sementara itu, jumlah sarjana farmasi pada akhir Repelita IV
adalah 1.777.

2.

Masalah Sosial, Ekonomi dan Lingkungan


Masalah-masalah utama yang berpengaruh terhadap pemba-

ngunan bidang kesehatan yang diperkirakan masih akan dihadapi


dalam Repelita IV berkaitan dengan bidang-bidang kependudukan, lingkungan pemukiman, pendidikan, budaya masyarakat, dan
tingkat

pendapatan

keluarga.

Di

samping

itu

akan

dihadapi

pula berbagai masalah sarana dan pelaksanaan upaya kesehatan.

a. Masalah Kependudukan dan Lingkungan Pemukiman


Laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, struktur
penduduk dan urbanisasi merupakan beberapa faktor yang akan
menentukan baik cara-cara pendekatan yang harus ditempuh maupun keberhasilan yang dapat dicapai dalam pembangunan kesehatan selama kurun waktu tertentu. Laju pertumbuhan penduduk
yang relatif masih tinggi dalam Repelita IV, yaitu rata-rata
2,1% per tahun, dan laju urbanisasi yang juga tinggi, merupakan masalah yang di satu pihak ikut menentukan perkembangan

123

pola penyakit dan penyebarannya dan di lain pihak akan menentukan juga pola pelayanan kesehatan yang harus diikuti. Di
samping itu struktur penduduk yang sebagian besar masih terdiri dari golongan usia muda (di bawah umur 15 tahun) menyebabkan masalah kesehatan masih terpusatkan pada kelompok usia
muda, terutama kelompok balita.
Masih tingginya angka pertambahan penduduk dan urbanisasi berpengaruh pula pada kualitas lingkungan hidup dan cenderung menyebabkan tingginya bahaya pencemaran, langkanya air
bersih,

dan

bertambah

banyaknya

tempat-tempat

pembuangan

limbah dan kotoran manusia. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa 8,4% air PAM kota, 62% air sumur pedesaan dan 37,5%
mata

air

daerah

pedesaan

perkotaan,

telah

tercemar

masalah

oleh

kesehatan

berbagai

lingkungan

kuman.

menjadi

Di

ber-

tambah menonjol lagi dengan adanya pencemaran lingkungan oleh


limbah

industri

dengan

bahan-bahan

berbahaya.

Selain

itu,

penggunaan berbagai pestisida pembasmi serangga juga membawa


dampak

negatif,

antara

lain

berupa

meningkatnya

resistensi

nyamuk pembawa penyakit malaria terhadap pestisida tertentu,


misalnya DDT. Hal-hal tersebut menimbulkan masalah bagi pencegahan serta pemberantasan penyakit dan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan upaya dan sarana untuk pelayanan kesehatan.
b. Masalah Pendidikan, Budaya, dan Pendapatan Keluarga
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah,
khususnya
pokok

di

yang

kalangan
berpengaruh

wanita,

merupakan

terhadap

salah

satu

masalah-masalah

masalah

kesehatan.

Sebagai akibat pendidikan rata-rata yang masih rendah, di kalangan masyarakat masih banyak sikap hidup dan perilaku yang

124

mendorong timbulnya penyakit-penyakit infeksi dan kurang gizi.


Pentingnya arti kebersihan diri dan lingkungan, air bersih,
makanan yang seimbang dan bergizi serta manfaat air susu ibu
dan imunisasi bagi bayi, misalnya, masih belum sepenuhnya disadari.
Masalah lain yang juga dapat merupakan sebab dari masih
tingginya
gizi

angka

penduduk

peningkatan
Repelita

IV

kesakitan,
adalah

derajat

kematian,

tingkat
kesehatan

seperti

yang

dan

pendapatan
penduduk

diuraikan

rendahnya
keluarga.

yang

di

muka,

keadaan
Berbagai

dicapai

dalam

secara

tidak

langsung disebabkan oleh adanya peningkatan dalam pendapatan


keluarga

selama

kurun

waktu

tersebut.

Namun

disadari

bahwa

masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang tingkat pendapatannya masih rendah dan masih harus hidup dan bertempat tinggal

di

gangguan

lingkungan
kesehatan

pemukiman
sehingga

yang

rawan

derajat

terhadap

berbagai

kesehatannya,

demikian

juga derajat gizinya, lebih rendah dari kelompok lain.


3.

Masalah Sarana Kesehatan


a. Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit
Upaya pelayanan kesehatan terutama dilaksanakan melalui

Puskesmas, Rumah Sakit, dan kegiatan peran serta masyarakat


melalui
masih

Posyandu. Berbagai
menghadapi

masalah

Rumah. Sakit
kekurangan

kelas C

peralatan

dewasa ini

untuk

dokter

ahli, sedang berbagai Puskesmas, khususnya di daerah terpencil


dan perbatasan, memerlukan tambahan peralatan medis sederhana,
termasuk peralatan dokter gigi, peralatan komunikasi dan sebagainya. Sebaliknya dewasa ini masih ada beberapa Rumah Sakit
yang memiliki peralatan yang belum dimanfaatkan dengan efektif oleh karena berbagai sebab.

125

Selama ini jumlah penduduk makin bertambah dan permintaan mereka akan pelayanan kesehatan yang bermutu. juga makin
meningkat. Karena meningkatnya jumlah penduduk, di beberapa
daerah diperlukan penambahan Puskesmas. Sedangkan meningkatnya permintaan pelayanan kesehatan yang makin bermutu menyebabkan sejumlah Puskesmas memerlukan perbaikan dan peningkatan fungsi. Selanjutnya RS kelas D di berbagai daerah memerlukan peningkatan fungsi menjadi kelas C, dan sebagian memerlukan perbaikan-perbaikan.

b. Masalah Obat
Penyediaan obat juga merupakan masalah yang memerlukan
perhatian lebih besar dalam Repelita V. Harga berbagai jenis
obat yang diperlukan oleh masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah dirasakan masih belum terjangkau, kecuali obat-obat
esensial dan generik yang diberikan di Puskesmas dan Rumah
Sakit. Masalah tersebut timbul terutama karena adanya masalah
bahan baku obat impor, jumlah jenis obat yang diproduksi di
dalam negeri, sistem distribusi dan pemasaran yang ada, serta
adanya sikap yang cenderung kurang memanfaatkan obat generik
pada beberapa pihak. Selain itu, masyarakat juga kurang memperoleh informasi yang diperlukan mengenai obat generik.
Di samping masalah-masalah di atas, dalam hal obat-obatan ada lagi yang memerlukan perhatian. Makin meningkatnya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, narkotika, minuman keras,
kosmetika, dan bahan-bahan berbahaya lainnya, merupakan masalah kesehatan yang juga masih perlu ditingkatkan penanggulangannya. Sedangkan makin meluasnya penggunaan jamu dan obatobat tradisional serta pengobatan secara tradisional di masyarakat memerlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.
126

c.

Masalah Tenaga Kesehatan

Selama

Repelita

IV

terjadi

ketidakseimbangan

antara

lulusan hasil pendidikan tenaga kesehatan dan rendahnya lapangan kerja yang tersedia untuk berbagai jenis tenaga kesehatan. Di samping itu, ada masalah ketidakmerataan dalam persebaran tenaga kesehatan. Khususnya mengenai dokter ahli dan
tenaga paramedis perawatan, berbagai daerah dan lembaga masih
menghadapi

kekurangan,

sedangkan

di

tempat-tempat

tertentu

relatif mengalami kelebihan. Selanjutnya masalah mutu tenaga


kesehatan

di

negara

kita

juga

memerlukan

perhatian

lebih

besar.

d.

Masalah Manajemen dan Hukum

Banyak kegiatan di bidang kesehatan masih dikelola secara kurang efisien dan hal ini berkaitan dengan kemampuan
para

petugas

kesehatan

dalam

manajemen.

Permasalahan

juga

timbul karena belum kuatnya sistem informasi kesehatan, perencanaan dan penilaian, pengawasan dan pengendalian. Sementara

itu

sepenuhnya

penelitian

dan

pengembangan

dilaksanakan atas

kesehatan

dasar kebutuhan

belum

dapat

Pemerintah se-

dangkan hasil penelitian belum dimanfaatkan secara optimal.


Potensi dan kemampuan masyarakat dalam ikut membiayai
pelayanan kesehatan, khususnya untuk pelayanan medis di Rumahrumah

Sakit

Pemerintah,

masih

dapat

lebih

ditingkatkan

dan

dimanfaatkan.
Di bidang hukum masih banyak peraturan dan perundangundangan yang harus disesuaikan dengan perkembangan upaya kesehatan dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu
diperlukan pula pengaturan perlindungan bagi masyarakat yang

127

menerima pelayanan maupun yang memberi pelayanan mengingat


bahwa tuntutan hukum kepada para petugas kesehatan cenderung
meningkat pada masa-masa mendatang.

I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Pembangunan kesehatan dalam Repelita V terutama diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan pokok sebagai berikut.
1.

Peningkatan
antara

mutu

lain

dengan

administratif
sesuai

dan

dengan

serta

pemerataan

meningkatkan
menambah

kebutuhan,

pelayanan
kemampuan

jumlah

khususnya

tenaga
di

kesehatan,
teknis

dan

kesehatan

daerah-daerah

terpencil dan perbatasan; peningkatan kemampuan manajemen

para

tingkat;

penanggung
dan

jawab

peningkatan

upaya
peran

kesehatan
serta

di

setiap

masyarakat

dan

swasta.
2.

Peningkatan efisiensi pemanfaatan dana, tenaga dan sarana, antara lain dengan deregulasi dan debirokratisasi
manajemen program-program kesehatan termasuk pengelolaan sumber dananya. Dalam hubungan ini pengelolaan danadana yang diperoleh dari unit-unit pelayanan kesehatan
akan lebih disederhanakan agar lebih efektif dan efisien
untuk menunjang keperluan operasional dan pemeliharaan
pelayanan kesehatan.

3.

Peningkatan berbagai upaya kesehatan dengan perhatian


khusus untuk menekan angka kematian bayi, anak dan ibu
diusahakan dengan menurunkan angka kesakitan dan perbaikan status gizi. Upaya tersebut pertama-tama diusahakan melalui keluarga dan masyarakat di Posyandu yang

128

dilaksanakan

atas

prakarsa

dan

peran

serta

masyarakat

dan didukung terutama oleh kegiatan Puskesmas dan upaya


kesehatan lainnya. Dengan demikian diharapkan dapat ditingkatkan pula kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
hidup

sehat

dan

untuk

mengatasi

masalah-masalah

kese-

hatan dasar dengan pencegahan penyakit (preventif) dan


peningkatan derajat kesehatan (promotif).
4.

Peningkatan kesehatan lingkungan untuk memasyarakatkan


sikap dan perilaku hidup bersih untuk pribadi, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya melalui upaya-upaya penyuluhan

kesehatan

dengan

lebih

meningkatkan

komunikasi,

informasi dan edukasi. Dalam hal ini terutama menyangkut


upaya
air

pengadaan,

bersih

pemanfaatan

serta

pembuangan

dan

pemeliharaan

limbah

keluarga.

sarana
Sejalan

dengan itu akan ditingkatkan pula cara-cara pengenalan


dini terhadap adanya bahaya pencemaran air, udara, dan
lingkungan oleh limbah industri dan kendaraan bermotor
serta upaya pencegahan terhadap bahaya pencemaran tersebut.
5.

Peningkatan status gizi masyarakat yang didasarkan atas


upaya keluarga dan masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan
pangan

gizinya
sesuai

setempat.

Hal

melalui

dengan

pemanfaatan

kemampuan

tersebut

dan

didukung

aneka

ragam

keadaan

pula

oleh

bahan

lingkungan
upaya-upaya

di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat


gangguan gizi tertentu.
6.

Peningkatan penyediaan obat dan alat kesehatan yang sesuai

dengan

kebutuhan,

rasional,

dan

terjangkau

oleh

masyarakat luas. Untuk itu antara lain akan dilaksanakan deregulasi di bidang pengadaan dan distribusi obat,

129

digalakkan penggunaan obat generik oleh kalangan tenaga


dokter dan penyuluhan tentang manfaat obat generik agar
makin dikenal oleh masyarakat. Di samping itu akan terus
ditingkatkan

upaya

pencegahan

bahaya

obat,

narkotika,

psikotropika, minuman keras, dan bahan berbahaya lainnya. Demikian pula akan digali potensi ekonomi industri
obat,

makanan,

obat

tradisional,

kosmetika,

dan

alat

kesehatan untuk menunjang ekspor non migas. Khusus untuk


obat-obatan dan cara pengobatan tradisional, akan diberikan perhatian lebih besar untuk pembudidayaannya dan
penelitian ilmiah aspek medis dan aspek-aspek lainnya.
7.

Penurunan tingkat kesuburan (fertilitas) penduduk melalui peningkatan pelembagaan norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera (NKKBS) dengan keterpaduan pelayanan keluarga berencana dan KIA, yang terutama dijalankan pada
Posyandu dan Puskesmas yang didukung oleh sistem rujukannya.

8.

Peningkatan

pengadaan

dan

pengelolaan

tenaga

medis,

paramedis, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang bermutu agar dapat menunjang peningkatan upaya kesehatan. Penyebaran tenaga kesehatan disesuaikan

dengan

kebutuhan

nyata

guna

mengembangkan

program-program kesehatan.
9.

Peningkatan kesegaran jasmani terutama pada kelompok


usia

kerja

sehingga

memungkinkan

mereka

hidup

sehat

serta meningkat produktivitasnya.


Sebagai kelanjutan dari Repelita IV, maka untuk dapat
mencapai

tujuan-tujuan

pokok

Repelita

tersebut

di

atas,

pembangunan kesehatan akan diselenggarakan melalui Pancakarya


Husada dengan pola kebijaksanaan pelaksanaan sebagai berikut.

130

1.

Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan


Upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan berdasar-

kan suatu bentuk atau pola upaya kesehatan masyarakat, peran


serta masyarakat dan rujukan upaya kesehatan dengan penekanan
pada hal-hal yang berkaitan dengan:
a.

Peningkatan mutu dan efisiensi upaya kesehatan dilakukan

melalui

optimasi

pemanfaatan

tenaga,

sarana

dan

standardisasi pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai kebutuhan masyarakat
dengan kerja sama lintas sektor serta memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan.
b.

Peningkatan

peran

serta

organisasi

profesi

laksanakan melalui

dan

masyarakat,
lembaga

termasuk

swadaya

peningkatan kegiatan

swasta,

masyarakat

di-

penyuluhan ke-

sehatan dengan lebih menggalakkan komunikasi, informasi


dan

edukasi

Dengan

(KIE)

demikian,

dengan

kerja

diharapkan

sama

dukungan

lintas

sektor.

masyarakat

secara

aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat. Di samping itu diharapkan pula terjadi peningkatan perilaku hidup sehat dan kemampuan untuk mengatasi
masalah-masalah
pada

umumnya,

kesehatan
diikuti

dengan

dasar

oleh

peningkatan

masyarakat
keikutsertaan

sektor swasta, organisasi profesi, dan lembaga swadaya


masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
c.

Peningkatan

pemerataan

upaya

kesehatan

dilakukan

mela-

lui jaringan pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari


keluarga,

masyarakat,

Posyandu,

Puskesmas

dan

rujukan-

nya. Untuk ini dilaksanakan penambahan dan peningkatan

131

fungsi

Puskesmas,

Keliling
untuk

dengan

Puskesmas

sarana

Posyandu

yang

Pembantu,

dan

dan

tenaganya.

pengembangannya

Puskesmas

Demikian

banyak

pula

tergantung

pada peran serta aktif masyarakat. Fungsi rumah sakit


ditingkatkan agar mampu melakukan dan membina upaya rujukan. Jaringan sistem rujukan ditingkatkan dengan menentukan
yanan

standar

pelayanan

kesehatan.

termasuk

swasta

berperan

serta

dilakukan

Dalam
perlu

dalam

pembinaan

untuk

hal

ini

setiap

kemampuan

dikembangkan,
upaya

upaya

jenjang

agar

kesehatan.
pengobatan

masyarakat
dapat

Di

pelalebih

samping

tradisional

itu
yang

terbukti efektif dan yang perkembangannya dapat serasi


dengan perkembangan pengobatan modern.
d.

Upaya kesehatan kerja akan diperluas kegiatan perintisannya

untuk

lamatan
tertentu

menunjang

kerja,
di

kegiatan

khususnya

daerah-daerah

untuk

perlindungan
kelompok

terpencil

dan

dan

kese-

tenaga

kerja

daerah

yang

rawan akan bahaya pencemaran limbah industri.


2.

Pengembangan Tenaga Kesehatan


Pengembangan tenaga kesehatan ditekankan terutama untuk

meningkatkan mutu dan jumlah, dengan:


a.

Pengembangan tenaga kesehatan yang mencakup perencanaan,


pengadaan serta pengelolaan tenaga pada berbagai tingkat
administrasi

dimantapkan

secara

terarah

dan

terpadu,

agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.


b.

Peningkatan pendidikan tenaga kesehatan dilakukan dengan


mengikutsertakan masyarakat, termasuk swasta. Pendidikan ditujukan untuk menghasilkan tenaga dokter, dokter

132

gigi, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga

perawat

kesehatan,

bidan,

dan

tenaga

kesehatan

lainnya. Penyebarluasan pendidikan tenaga kesehatan diarahkan agar setiap daerah mampu memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan

dalam

rangka

pemerataan

upaya

kesehatan.

Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan ditujukan pula


untuk

mengembangkan

untuk

membina

Untuk

itu

dan

perlu

kepemimpinan
mengayomi

serta

peran

ditingkatkan

kemampuannya

serta

mutu

dan

masyarakat.

jumlah

tenaga

pengajar serta kelengkapan institusinya.


c.

Peningkatan latihan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk


menunjang

pengembangan

karir

pegawai

dan

keberhasilan

program kesehatan.
d.

Pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karir dan


prestasi

kerja

lebih

dimantapkan

dengan

mengikutserta-

kan ikatan profesi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat akan lebih mendapat perhatian dalam pembinaan karirnya. Untuk itu diusahakan penetapan jabatan fungsional
karir

bagi

tenaga

serta

kesehatan

mengusahakan

sebagai

agar

jalur

tenaga

peningkatan

kesehatan

makin

bersikap etis, profesional dan nasional dalam tugasnya.


Dalam

pendayagunaan

imbangan

kebutuhan

tenaga

kesehatan

pemerintah

dan

diperhatikan

masyarakat

per-

termasuk

swasta yang disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi


daerah. Sistem pemberian imbalan khusus untuk beberapa
daerah penempatan tertentu, dipandang perlu guna pemerataan tenaga kesehatan.
3.

Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan


Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
Beberapa hal yang akan mendapat perhatian dalam rangka

133

pelaksanaan karya ketiga dari Pancakarya Husada ini adalah:


a.

Untuk mencukupi kebutuhan obat dan alat kesehatan dilakukan pembinaan dan pengendalian yang tepat agar jumlah,
jenis dan mutunya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat. Distribusi obat, terutama obat esensial, ditingkatkan

dayagunanya,

banyak.

Begitu

sehingga

pula

terjangkau

ditingkatkan

oleh

kegiatan

rakyat

komunikasi,

informasi dan edukasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat

tentang

obat

esensial,

makanan

dan

minuman,

serta bahan berbahaya. Produksi bahan baku obat esensial


ditingkatkan

dalam

skala

yang

lebih

besar

dengan

mendorong proses produksi ke arah hulu.


b.

Pengendalian

dan

pengawasan

obat,

makanan,

kosmetika,

alat kesehatan dan bahan berbahaya bagi kesehatan ditingkatkan

secara

menyeluruh

dan

sistematis,

termasuk

usaha menggalakkan penggunaan obat generik, dengan meningkatkan peran aktif masyarakat. Obat tradisional yang
terbukti
mendukung
Tanaman

efektif

dikembangkan

pemerataan
obat

yang

dan

pelayanan

dapat

dimanfaatkan

kesehatan

untuk

masyarakat.

dipertanggungjawabkan

secara

medik keamanan dan khasiatnya ditingkatkan pembudidayaannya.

Produksi,

distribusi

dan

penggunaan

narkotika,

psikotropika, minuman keras dan zat adiktif lainnya diawasi secara lebih ketat dan tepat demi kesehatan, keselamatan, dan keamanan rakyat.
c.

Industri obat, obat tradisional, makanan, dan kosmetika


dikembangkan tidak saja untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri tetapi juga untuk keperluan ekspor. Khusus untuk
industri dan tata niaga obat, didorong untuk lebih efisien dan produktif guna menekan produksi obat biaya

134

tinggi.

Dengan

demikian

diharapkan

harga

obat

lebih

terjangkau oleh masyarakat dan dapat bersaing di pasaran


luar negeri.
4.

Perbaikan Gizi dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan


Derajat kesehatan berkaitan erat dengan keadaan gizi dan

frekuensi terjadinya infeksi yang pada gilirannya sangat dipengaruhi oleh keadaan kesehatan lingkungan. Oleh karena itu
dalam melaksanakan karya keempat dari Pancakarya Husada ini
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a.

Perbaikan

gizi

ditujukan

untuk

mewujudkan

derajat

kesehatan optimal dalam rangka peningkatan kualitas


sumber daya manusia yang dilaksanakan dengan menerapkan syarat minimum kebutuhan gizi dan menanggulangi secara khusus masalah gangguan gizi. Di samping itu, perbaikan gizi dilaksanakan pula dengan
memanfaatkan aneka sumber pangan berdasarkan kebiasaan dan kemampuan masyarakat dan melalui kerja sama
lintas

sektor

Upaya

tersebut

dan

peran

didukung

serta
oleh

aktif

masyarakat.

sistem

kewaspadaan

pangan dan gizi untuk memantau status gizi penduduk


dan

mencegah

dampak

negatif

dari

keadaan

rawan

pangan.
b.

Peningkatan
memperluas

kesehatan
upaya

lingkungan

sanitasi

lingkungan

terutama

pencemaran

lingkungan,

serta

masyarakat

dasar,

pencegahan

dalam

serta

dilakukan

dengan

pengawasan
dan

pengendalian

meningkatkan

penyehatan

mutu

lingkungan.

peran
Pe-

ningkatan kesehatan lingkungan diutamakan di daerah


yang rawan penyakit, daerah pengembangan industri,

135

daerah pariwisata, dan daerah kumuh perkotaan dan


pemukiman baru.
5. Peningkatan dan Pemantapan Manajemen dan Hukum
Peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum meliputi:
a. Peningkatan

manajemen

kesehatan

dilakukan

melalui

penataan kembali bidang organisasi dan tata laksana


agar tata dan hubungan kerja antara pusat dan daerah
dalam bidang kesehatan dapat terpadu, dengan menjamin adanya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
yang efektif dalam pembangunan kesehatan. Kemampuan
perencanaan
kepada

lebih

dimantapkan,

keterpaduan

antara

terutama

perencanaan

mengarah
kesehatan

dari bawah dan dari atas. Atas dasar prinsip Otonomi


Yang Nyata dan Bertanggung Jawab, secara bertahap
desentralisasi
dengan

upaya

peraturan

kesehatan

dikembangkan

perundang-undangan

yang

sesuai

berlaku.

Di samping itu setiap daerah didorong untuk berkembang sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Pengawasan fungsional dan pengawasan melekat
ditingkatkan dengan penyempurnaan sistem dan sarana
menerapkan pengawasan, serta pemantapan pelaksanaan
disertai supervisi secara rutin dan sistematis.
b.

Sistem informasi kesehatan yang terpadu, yang meliputi informasi manajemen kesehatan, informasi upaya
teknis kesehatan, informasi kesehatan untuk masyarakat, serta informasi ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan, akan dikembangkan dan ditata
secara sistematis dan terarah.

136

c. Penelitian
sesuai

dan

pengembangan

dengan

kebutuhan

kesehatan

dan

dilaksanakan

pengembangan

program

pembangunan termasuk manajemen dan hukum di bidang


kesehatan, yaitu dengan memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan penelitian dan pengembangan di pusat
dan di daerah. Kebijaksanaan penelitian dan pengembangan
nya

kesehatan

lebih

sektoral

akan

dimantapkan

dipercepat

dan

multi

dan

dilakukan

disiplin.

pengendalian

serta

pengembangan

kesehatan

dan

penilaian

secara

Sejalan
upaya

penting

pelaksanaanlintas

dengan

itu,

penelitian

pula

dan

ditingkatkan.

Penelitian dan pengembangan diutamakan pada hal-hal


yang
tenaga

mendukung

pelayanan

kesehatan,

syarakat.

Perlu

profesional
nelitian

dan

oleh

pengetahuan

dan

kesehatan,

terjangkaunya

ditingkatkan
pengertian

pelaksana

dan

obat

tenaga

mengenai

dan

teknologi

pengembangan
ma-

peneliti

yang

pentingnya

pe-

program.

Ilmu

kesehatan

di-

pembina
(Iptek)

oleh

tingkatkan sebagai bagian integral dari pengembangan


Iptek Nasional.
d. Pengaturan
untuk

hukum

di

menciptakan

bidang

kepastian

kesehatan
hukum.

dilaksanakan

Pemahaman

kesa-

daran dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan

kesehatan

pentingan

akan

ditingkatkan
memperoleh

sehingga

kejelasan

yang

dan

berke-

kepastian

tentang peran, hak, wewenang, kewajiban dan tanggung


jawab berbagai pihak, termasuk masyarakat dan swasta
dalam

penyelenggaraan

hukum

di

bidang

upaya

kesehatan

kesehatan.
disesuaikan

Pengembangan
dengan

kon-

disi dan situasi serta kemajuan Iptek bidang kesehatan.


137

e. Pembiayaan kesehatan secara bertahap akan diupayakan untuk lebih terpadu, serasi, efisien dan efektif. Untuk itu akan diupayakan perencanaan program
dan

sumber

dana

dengan

lebih

seksama

di

tingkat

pusat dan daerah. Dalam hal ini akan lebih diperhatikan

potensi

sumber

dana

masyarakat

untuk

makin

ikut berperan dalam pembiayaan pembangunan kesehatan. Sejalan dengan itu akan ditingkatkan pula kemampuan manajemen penggunaan sumber dana yang ada.
Pembiayaan kesehatan oleh masyarakat diarahkan melalui

prinsip

asuransi.

Demikian

pula

efisiensi

penggunaan fasilitas kesehatan ditingkatkan antara


lain melalui penyesuaian tarip pelayanan di Rumah
Sakit dan Puskesmas dan perbaikan manajemen. Secara
bertahap

subsidi

pemerintah

lebih

diarahkan

untuk

upaya-upaya pencegahan penyakit. Sedang subsidi untuk

pelayanan

pengobatan

akan

makin

disesuaikan

dengan potensi kemampuan masyarakat.


6.

Sasaran Pembangunan Kesehatan


Sasaran-sasaran utama pembangunan kesehatan dalam Repe-

lita V, yang pada dasarnya merupakan penahapan dari sasaran


pembangunan kesehatan jangka panjang, adalah sebagai berikut.
a. Angka kematian kasar yang pada akhir Repelita IV
adalah

7,9

menjadi
lita

V.

7,5

per
per

1.000
1.000

Sedangkan

penduduk,
penduduk

angka

diharapkan
pada

kematian

akhir

bayi

(0

turun
Repe-

12

bulan) diharapkan dapat menurun dari 58 per 1.000


kelahiran hidup pada akhir Repelita IV menjadi 49,8
per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita V.

138

Angka kematian anak (1 - 4 tahun) juga diharapkan


dapat

menurun

dari

10,6

pada

Repelita

IV

menjadi

6,5 per 1.000 pada akhir Repelita V.


b.

Umur harapan hidup waktu lahir yang pada akhir Repelita

IV

diperkirakan

63

tahun,

diharapkan

akan

meningkat lagi menjadi 65 tahun (Tabel 23-1).


c.

Angka

kesakitan

diare

diharapkan

dapat

diturunkan

menjadi sekitar 30%. Angka kesakitan malaria di Jawa


Bali dapat dipertahankan sama seperti keadaan pada
Repelita IV yakni di bawah 1 per seribu. Demikian
pula halnya di luar Jawa - Bali, di daerah prioritas

angka

kesakitan

malaria

dapat

dipertahankan

pada tingkat sekitar 4%. Penyebaran penyakit demam


berdarah di wilayah yang terjangkit serta kecenderungan meningkatnya penderita penyakit tersebut diharapkan

akan

dapat

ditekan.

Penyakit

frambusia

atau patek dan penyakit demam keong atau schistosomiasis tidak menjadi masalah kesehatan lagi.
d. Penderita

kurang

kalori

protein

(KKP)

pada

balita

berkurang dari 10,8% menjadi 9,5%, kekurangan vitamin

0,5%,

pada
anemia

menjadi

anak
gizi

40%,

dan

balita
pada

turun
ibu

gangguan

dari

hamil
akibat

0,7%

turun

menjadi

dari

kurang

55%

yodium

(GAKI) di daerah endemik berkurang dari 5% menjadi


4% pada akhir Repelita V.
e.

Angka pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan terlatih yang pada akhir Repelita IV berjumlah
dalam

sekitar
kurun

45%

waktu

dari

seluruh

tersebut,

jumlah

persalinan

ditingkatkan

menjadi

sekurang-kurangnya 65% yang didahului oleh pemerik-

139

T A B E L 23 - 1
ANGKA KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP

Akhir
Repelita III
(1983)

1. Angka Kematian Kasar

Akhir
Repelita IV
(1988)

Akhir
Repelita V
(1993)

9,9

7,9

7,5

2. Angka Kematian Bayi )

90,3

58,0

49,8

3. Angka Kematian Anak 3)

17,8

10,6

6,5

56,0

63,0

65,0

1)

4. Harapan Hidup Rata-rata

4)

1) Angka Kematian Kasar

= Jumlah kematian per 1.000 penduduk

2) Angka Kematian Bayi

= Jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per


1.000 kelahiran hidup

3) Angka Kematian Anak

= Jumlah kematian anak (1-4 tahun)


per 1.000 anak

4) Harapan Hidup Rata-rata

= Rata-rata umur penduduk (dalam tahun)

140

GRAFIK 23 -1
ANGKA KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP
PADA AKHIR REPELITA III, IV DAN V

Angka
Kematian
Kasar

Angka
Kematian
Bayi

Angka
Kematian
Anak

Angka
Harapan Hidup
Rata-rata

141

saan kehamilan sedini mungkin dengan cakupan 70%.


Dengan upaya ini diharapkan angka kematian ibu dapat
menurun dari 4,5 per 1.000 menjadi 3,4 per 1.000
kelahiran hidup.
f. Angka pencakupan imunisasi untuk anak-anak di bawah
umur 12 bulan dan ibu hamil ditingkatkan menjadi
sekurang-kurangnya 80% pada akhir Repelita V (Tabel
23-Z).

Dengan

angka

pencakupan

karena

kejang

tetanus

ini

diharapkan

kematian

dapat

bayi

turun

di

bawah 3 per 1.000 kelahiran hidup. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat ditekan serendah mungkin dan penyakit poliomyelitis di
Jawa - Bali sudah dapat dikendalikan, sehingga tidak
merupakan masalah kesehatan lagi.
g

Puskesmas secara bertahap dapat melaksanakan 13 kegiatan pokok atau lebih sesuai dengan kebutuhan setempat dan dengan mutu yang telah meningkat.

h.

RSU

kelas

spesialistik

selain
dasar,

menyelenggarakan
telah

mampu

pelayanan

menyelenggarakan

pelayanan spesialistik lainnya yang dibutuhkan masyarakat. RSU kelas C dan D telah mampu menyelenggarakan

pelayanan

KB,

Imunisasi,

Perinatologi

dan

gawat darurat medik dengan baik.


i.

Laboratorium kesehatan ditingkatkan untuk menunjang


pelaksanaan upaya kesehatan Rujukan. Sesuai dengan
kebutuhan di beberapa tempat tertentu dikembangkan
RS Jiwa yang juga mampu menyelenggarakan pelayanan
penanggulangan korban penyalahgunaan ataupun ketergantungan pada obat.

142

TABEL 23 - 2
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
DALAM REPELITA IV DAN V

Jenis Kegiatan

Satuan

Repelita IV

Repelita V

A. PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT


1. Pemberantasan Penyakit Diare :
a. Jumlah penderita diare
b. Jumlah penderita tersangka
kolera pada SIB

jt orang/thn
ribu orang/thn

7,8
30

5,7
24

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut :

3.

a. Pencarian/pengobatan penderita

juta orang

3,5

b. Pengembangan di Puskesmas

ribu buah

1)

Imunisasi :
a. Cakupan kontak pertama bayi

75

90

b. Cakupan 1engkap bayi

65

80

c. Cakupan TT2 ibu band

30

80

4. Pemberantasan Penyakit Malaria :


a. Penyemprotan rumah

jt rumah/thn

4,6

3,0

h, Pengobatan penderita

jt orang/thn

10,0

8,7

jt rumah
jt rumah

2,9

15,8

9,0

36

5. Pemberantasan Penyakit Demam


Berdarah :
a. Pengasapan rumah
b. Abatisasi selektif (rumah)
B. PERBAIKAN GIZI
1.

Penurunan KKP :
- Prevalensi KKP melalui UPGK

2.

3.

Penanggulangan Kekurangan Vit. A :


- Prevalensi Kurang Vit. A

0,7

0,5

- gondok tampak

- gondok total

32

18

55

40

Penanggulangan Gondok Endemik:


Prevalensi gangguan kekurangan
yodium terhadap anak sekolah :

4.

Penanggulangan Anemia Gizi :


- Prevalensi anemia gizi ibu hamil

1)

Sasaran baru

143

j.

Penggunaan obat esensial dan generik makin meluas


di setiap unit pelayanan kesehatan dengan distribusi

yang

Pemenuhan

merata

dan

terjangkau

kebutuhan tersebut

ningkatnya

kapasitas

oleh

masyarakat.

ditunjang dengan

produksi

obat

dengan

me-

sistem

distribusi yang efektif dan efisien.


k.

Obat tradisional yang telah terbukti keamanan dan


khasiatnya telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan. Sejumlah obat tradisional berhasil diteliti
dan dikembangkan menjadi obat yang bermanfaat.

1.

Angka pencakupan air bersih, yang pada akhir Repelita

IV sekitar 65% penduduk perkotaan dan 30,5%

penduduk pedesaan, meningkat masing-masing menjadi


80% dan 60% pada akhir Repelita V; penduduk pedesaan

yang

menggunakan

jamban

meningkat

dari

37,5%

menjadi 60%; dan 51% rumah tangga di pedesaan telah


menggunakan sarana pembuangan air limbah.
m.

Tenaga

kesehatan

ditingkatkan

mutu

dan

jumlahnya

guna memenuhi kebutuhan semua unit pelayanan kesehatan

berdasarkan

Terbinanya
swasta,

peran

dalam

beban
serta

kerja
aktif

pengembangan

dan

kapasitasnya.

masyarakat,

tenaga

termasuk

kesehatan

yang

diperlukan.

n.

Informasi

kesehatan

makin

tersedia

dengan

memadai

untuk keperluan perencanaan, pengelolaan dan penilaian program-program kesehatan. Penelitian dan pengembangan

kesehatan

dilaksanakan

dan

dimanfaatkan

sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

144

o.

Makin terciptanya kepastian hukum sehingga memberikan kejelasan dan kepastian tentang peran, hak, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab berbagai pihak
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.

p.

Pembiayaan kesehatan melalui prinsip asuransi mulai


dirintis untuk mengkaji potensi peran serta masyarakat dalam pembiayaan Rumah Sakit dan Puskesmas.

IV. PROGRAM-PROGAM
Kebijaksanaan

dan

langkah-langkah

pembangunan

kesehatan

tersebut di atas dilaksanakan secara serasi, terarah dan terpadu

dengan

bidang-bidang

pembangunan

lainnya,

dan

dengan

peran serta aktif masyarakat termasuk swasta melalui programprogram berikut.

1. Program Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Program

Upaya

Pelayanan

Kesehatan

Masyarakat

bertujuan

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga


tercapai tingkat kesehatan yang optimal. Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat ditujukan untuk seluruh masyarakat, khususnya ibu, bayi, dan anak. Di samping itu pelayanan kesehatan masyarakat akan terus diperluas sehingga makin dapat mencakup mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil, pemukiman baru, daerah transmigrasi, PIR dan daerah perbatasan, serta
kelompok-kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Sasaran upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam Repelita V adalah:
a. Mendukung tercapainya penurunan angka kematian bayi
(AKB) dari 58 menjadi 49,8 per 1.000 kelahiran
145

hidup, penurunan angka kematian ibu (AKI) dari 4,5


menjadi

3,4

per

1.000

kelahiran,

penurunan

angka

kesakitan, dan peningkatan status gizi masyarakat.


b.

Meningkatkan kemampuan Puskesmas dalam menggerakkan


peran serta masyarakat.

c.

Jumlah

Puskesmas,

Puskesmas

Pembantu,

Puskesmas

dengan tempat Perawatan, dan Puskesmas Keliling akan


ditingkatkan,

sehingga

rasio

Puskesmas

terhadap

penduduk menjadi lebih baik dari pada rasio yang


telah dicapai pada akhir Repelita IV. Agar Puskesmas dapat berfungsi dengan lebih baik, maka tenaga,
sarana, dana operasional dan pemeliharaannya, serta
efisiensi pengelolaannya akan ditingkatkan.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, program Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat meliputi empat kegiatan pokok, yaitu:
a. Peningkatan institusi upaya kesehatan
Peningkatan

institusi

upaya

kesehatan

bertujuan

untuk

mendekatkan, memeratakan, dan meningkatkan cakupan pelayanan


kesehatan masyarakat, dengan pengembangan dan pemantapan jaringan upaya kesehatan sampai ke tingkat keluarga. Upaya peningkatan itu meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
(1)

Meningkatkan

jumlah

Puskesmas

dari

5.642

menjadi

6.196, sehingga rasio terhadap jumlah penduduk dapat


menjadi lebih baik dari pada keadaan pada akhir Repelita IV. Puskesmas dengan Perawatan ditingkatkan
jumlahnya dari 1.067 pada akhir Pelita IV menjadi
1.350 pada akhir Repelita V. Selain itu Puskesmas

146

Pembantu

ditingkatkan

jumlahnya,

dari

14.562

pada

akhir Repelita IV menjadi 20.062 pada akhir Repelita

V.

Dengan

demikian

tiap

Puskesmas

didukung

oleh 3-5 Puskesmas Pembantu. Sedang Puskesmas Keliling

ditingkatkan

jumlahnya

dari

3.251

menjadi

6.227 (Tabel 23-3).


(2)

Merehabilitasi fisik Puskesmas, Puskesmas Pembantu,


Puskesmas

dengan

Perawatan,

Puskesmas

Keliling,

serta rumah dokter dan paramedis.


(3)

Menambah dan mengganti peralatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan Perawatan, dan Puskesmas Keliling dilakukan secara bertahap, sehingga
semuanya mempunyai peralatan yang memadai untuk melaksanakan fungsinya secara optimal.

(4)

Mencukupi
dan

kebutuhan

Puskesmas

tenaga

dengan

di

Puskesmas

Perawatan

dilakukan

Pembantu
secara

bertahap sesuai kebutuhan. Dengan demikian diharapkan

pada

akhir

Repelita

selain

tenaga

dokter,

dokter gigi dan paramedis perawatan, Puskesmas akan


dilengkapi

dengan

tenaga-tenaga

kesehatan

dan

non

kesehatan lainnya, antara lain tenaga laboratorium,


pengelola obat, sanitasi, gizi, dan tenaga administrasi.
(5)

Mengupayakan agar dapat dilakukan penempatan 18.000


bidan beserta peralatannya pada tingkat desa, terutama

di

desa-desa

yang

jauh

dari

Puskesmas

dan

belum terlayani oleh Puskesmas Pembantu. Tenaga ini


bertugas dan tinggal di masing-masing desa sebagai
pembaharu sikap hidup masyarakat terhadap kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan, terutama kesehatan

147

TABEL 23 - 3
JUMLAH SARANA DAN TENAGA KESEHATAN,
1988/89 - 1993/94

Satuan
A.

B.

1993/94

Perubahan (%)

5.642
14.562

6.196
20.062

9,8
37,8

JUMLAH SARANA UPAYA KESEHATAN


1.

Puskesmas

buah

2.

Puskesmas Pembantu

3.

Puskesmas Keliling

buah
buah

4.

Puskesmas dengan Tempat Perawatan

5.

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta

6.

Jumlah Tempat Tidur RS dan Puskesmas


Perawatan

3.251

6.227

91,5

buah
buah

1.067

1.350

26,5

1.436

1.472

2,5

buah

122.998

132.158

7,4

3.575
35.584

95,9
54,2
39,3

JUMLAH TENAGA KESEHATAN


1.

Dokter Ahli

orang

2.

Dokter Umum

3.

Dokter Gigi

orang
orang

3.821

5.321

4.

Apoteker

orang

1.777

3.027

70,3

5.

Sarjana Kesehatan Masyarakat dan


Sarjana Kesehatan Lain

orang

860

3.500

307,0

6.

Paramedis Perawatan

125.675

96,1

Paramedis Non-Perawatan

orang
orang

64.087

7.

22.858

40.358

76,6

8.

Pekarya Kesehatan

orang

56.186

59.186

5,3

9.

Sarjana Non Kesehatan dan Non


Medis Lain

orang

108.959

116.459

6,9

I. Total Depkes dan Pemda


II. Non-Depkes dan Swasta

orang
orang

283.457
191.349

392.685
262.913

38,5
37,4

Jumlah Seluruhnya

orang

474.806

655.598

38,1

Catatan :
1) Tidak termasuk dokter-dokter ahli swasta dan yang bekerja
di luar departemen kesehatan

148

1988/89

1.825 1)
23.084

GRAFIK 23 - 2
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
(1988/89 - 1993/94)

(Ribu Orang)

1988/89
1993/94

Dok ter
Ahli

Dokter
Umum

Dokter
Gigi

Apoteker Sarjana
Kesehatan
Masyarakat

149

ibu dan anak, dan pembina tenaga kesehatan tradisional serta kader kesehatan yang ada.
(6) Meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen tenaga
Puskesmas untuk

melaksanakan kegiatan

pokok dengan

mutu yang lebih memadai sesuai dengan kebutuhan dan


keadaan daerah

setempat. Pelayanan

kesehatan untuk

daerah yang sulit dijangkau dan sukar komunikasinya


dilaksanakan
terapung

dengan

yang

pelayanan

dilengkapi

dokter

dengan

terbang

sarana

dan

komunikasi

radio.
(7)

Meningkatkan
penambahan
rasio

dukungan
jumlah

satu

peran

Posyandu

Posyandu

serta

masyarakat

sehingga

untuk

untuk

dapat

dicapai

100

balita.

maksimum

Dengan demikian jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan dasar bagi para ibu dan balita dapat makin
meningkat dan merata. Untuk itu berbagai upaya antar
program dan antar sektor akan digalakkan agar masyarakat

lebih

terdorong

Posyandu.

Sejalan

Puskesmas

akan

dengan

disiapkan

untuk

menyelenggarakan

itu,

sarana

dan

untuk

mendukung

tenaga
kegiatan

di Posyandu yang akan terus bertambah.


b. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar
(1) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
Mengupayakan pemeliharaan kesehatan yang mencakup 70% ibu
hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih, dan pemeliharaan pasca persalinan bagi 70% ibu menyusui. Dengan cakupan

tersebut

antara

lain

diharapkan

dapat

dicapai

penurunan

angka bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 10%

150

dari keadaan pada akhir Repelita IV. Demikian pula diharapkan


dapat

ditingkatkan

cakupan

pemeliharaan

kesehatan

bayi

dan

balita untuk tumbuh-kembangnya.


(2) Keluarga Berencana
Mengarahkan upaya penurunan tingkat kesuburan (fertilitas) pada pengembangan dan pemantapan pelayanan kontrasepsi
metode efektif terpilih beserta pelayanan medisnya. Untuk itu
akan ditingkatkan pelayanan kontrasepsi metode efektif terpilih menjadi 66% pasangan usia subur (PUS), deteksi dini efek
samping untuk mengatasi akibat komplikasi kontrasepsi dan penanggulangan sederhana kemandulan di Puskesmas.
(3) Perbaikan Gizi
Perbaikan gizi masyarakat melalui Puskesmas meliputi pemantapan dan perluasan kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK) baik yang dilaksanakan melalui Posyandu maupun di luar
Posyandu.

Sasarannya

terutama

adalah

bayi,

balita

dan

ibu

hamil dan menyusui. Kegiatan UPGK yang berupa pelayanan gizi


di Posyandu adalah pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS,
pemberian makanan tambahan, suplementasi vitamin A untuk balita, suplementasi pil besi untuk ibu hamil, pemberian oralit
dan

penyuluhan

gizi.

Kegiatan-kegiatan

tersebut

dipadukan

dengan pelayan kesehatan dasar anak dan ibu yaitu imunisasi,


penanggulangan diare, kesehatan ibu dan anak, penyuluhan kesehatan dan KB.
Kegiatan UPGK di luar Posyandu merupakan kegiatan penyuluhan

gizi

masyarakat

terpadu

antara

lain

untuk

mendukung

program diversifikasi pangan dan gizi termasuk pemanfaatan

151

tanaman pekarangan. Di samping itu dilakukan pula kegiatan


penanggulangan

gondok

endemik

dengan

penyuntikan

preparat

yodium dan penyuluhan. Selanjutnya dilakukan pula kegiatankegiatan

pemantauan

pola

konsumsi

pangan

penduduk

pedesaan

berpenghasilan rendah dan keadaan gizinya sebagai bagian dari


sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Dengan

kegiatan-kegiatan

tersebut

diharapkan

prevalensi

KKP, Kurang Vitamin A, Kurang Yodium dan Kurang Zat Besi akan
dapat diturunkan dengan lebih cepat guna mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu.
(4)

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Kegiatan ini dilakukan melalui jalur institusi upaya kesehatan masyarakat yang meliputi pengamatan kejadian penyakit,
imunisasi dan penanggulangan terhadap penyakit diare, infeksi
saluran

pernafasan

frambusia,

akut,

tuberkulosa

malaria,

paru,

dan

demam

penyakit

berdarah,
yang

kusta,

menimbulkan

wabah atau kejadian luar biasa.


(5)

Kesehatan Lingkungan

Kegiatan

kesehatan

lingkungan

dilakukan

melalui

upaya

pengawasan kualitas lingkungan, dengan membina keikutsertaan


masyarakat

dan

meningkatkan

kerja

sama

lintas

program

dan

lintas sektoral.
Dalam Repelita V diupayakan peningkatan kualitas lingkungan melalui pembinaan dan pengembangan desa percontohan,
untuk

pengadaan,

pemanfaatan,

pemeliharaan

dan

pelestarian

air bersih dan pembuangan air limbah, serta penyehatan perumahan.

152

Di

samping

hal-hal

di

atas

dilakukan

pula

pengawasan

terhadap: (a) tempat pengelolaan makanan, tempat-tempat umum


terutama di daerah wisata; (b) perusahaan pemberantas hama dan
pengelola pestisida; dan (c) pusat-pusat industri.
(6)

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Kegiatan
melalui

penyuluhan

wawanmuka

dengan

kesehatan
semua

masyarakat

pengunjung

dilaksanakan

Puskesmas,

kun-

jungan rumah dan melalui jalur lembaga pendidikan formal dan


non formal, serta lembaga masyarakat, termasuk kelompok kesenian daerah di wilayah kerja Puskesmas. Peningkatan kegiatan
penyuluhan dilaksanakan melalui kerja sama dengan tenaga-tenaga penyuluh sektor lain dan pembinaan kader.
(7)

Pemeliharaan Kesehatan Usia Sekolah

Pembudayaan pola hidup sehat di lingkungan sekolah terutama dilakukan dengan pendidikan kesehatan baik sebagai mata
ajaran tersendiri maupun diintegrasikan ke dalam mata ajaran
lain. Di samping itu dilakukan pula peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi kelompok usia sekolah dan perluasan pembinaan dan pengawasan fasilitas sanitasi dasar di sekolah, termasuk sekolah luar biasa (SLB).
(8)

Pengembangan Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Pengembangan

upaya

kesehatan

usia

lanjut

dilaksanakan

melalui berbagai cara, antara lain dengan peningkatan cakupan


pelayanan kesehatan bagi pengunjung Puskesmas yang berusia 45
tahun atau lebih, dan dengan pelayanan terhadap Panti-panti
Werda oleh Puskesmas.

153

(9)

Peningkatan Upaya Pengobatan

Cakupan upaya pengobatan akan

lebih ditingkatkan dengan

mutu yang lebih baik. Dalam kaitan itu akan lebih dikembangkan kerja sama lintas sektor serta berbagai upaya agar tercipta pemberian obat yang rasional dan pengelolaan obat yang
lebih baik di Puskesmas, termasuk pemanfaatan obat tradisional
yang terbukti efektif.
(10)

Peningkatan Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

Perawatan

kesehatan

masyarakat.

meliputi

berbagai

upaya

baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas. Khususnya bagi


keluarga-keluarga,

upaya

ini

dilakukan

terutama

melalui

ja-

ringan Posyandu. Upaya ini meliputi kegiatan-kegiatan tindak


lanjut hasil pengobatan di Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan

lain,

dan

pembinaan

kemampuan

keluarga

untuk

hidup

sehat secara mandiri.


(11)

Upaya Peningkatan Kesegaran Jasmani

Peningkatan
sektor

yang

kesegaran

dilaksanakan

jasmani
dalam

merupakan

rangka

upaya

peningkatan

lintas

kesehatan

dan produktivitas kerja serta prestasi olahraga yang tinggi.


Upaya ini dilaksanakan melalui bimbingan dan penyuluhan tentang

kesehatan

olahraga,

pengembangan

teknologi

kesegaran

jasmani, serta pemantauan dan pendidikan di bidang kesegaran


jasmani

dalam

koordinasi

dengan

sektor

terkait.

Di

samping

itu akan dilakukan juga upaya-upaya agar masyarakat bersedia


meningkatkan dan mengembangkan pusat-pusat kesegaran jasmani.

154

(12)

Peningkatan Upaya Kesehatan Mata

Upaya

kesehatan

mata

diarahkan

untuk

menurunkan

angka

kesakitan mata dan gangguan fungsi penglihatan serta kebutaan


melalui jaringan upaya pelayanan di Puskesmas dan Puskesmas
dengan Perawatan.
(13)

Laboratorium Sederhana

Sejalan dengan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, laboratorium sederhana di Puskesmas akan lebih
ditingkatkan

peranannya.

Secara

bertahap

diharapkan

setiap

Puskesmas dapat melakukan berbagai jenis pemeriksaan standar.


(14)

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan

penguatan

dan

pencegahan

terutama

ditujukan

pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, anak pra sekolah, dan
murid sekolah dasar. Pengobatan dan perbaikan fungsi kunyah
dilaksanakan di Puskesmas dan jenjang rujukannya.
(15)
Dalam
dilakukan

Pelayanan Kesehatan Jiwa


pelayanan
upaya

kesehatan

pencegahan

dan

jiwa,

diusahakan

penanggulangan

agar

tahap

dapat

pertama

pada kasus-kasus gangguan jiwa di masyarakat. Di samping itu,


secara

terpadu

dengan

sektor-sektor

lain

diusahakan

untuk

terus membantu upaya penjaringan kasus-kasus pasung di pedesaan dan gelandangan psikotik terutama di daerah perkotaan.
c.

Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat secara

155

aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat


dan mendorong ke arah kemandirian segenap lapisan masyarakat
dalam

memecahkan

masalah

kesehatan

dengan

penuh

tanggung

jawab.
Beberapa upaya kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah:
berbagai pelayanan dasar Puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, KB, kesehatan lingkungan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan,

dan

upaya

perawatan

masalah

lain

yang

memerlukan

upaya-upaya
Posyandu;
rian

dalam

lingkungan;

peran

pembentukan,

pengadaan,

sarana

kesehatan

air

pencegahan

serta

dan

dan

pemeliharaan

pedesaan;

adalah

pelestarian

dan

pemeliharaan

pemantauan

Beberapa

masyarakat

pemanfaatan,

pemanfaatan,

bersih

masyarakat.

pelestakebersihan

pencemaran

air

dan

lingkungan oleh limbah industri, dan sebagainya.


Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan berdasarkan
kebijaksanaan
dengan

pendekatan

menghimpun

dan

penyuluhan

menggerakkan

kesehatan,
sumber

khususnya

daya

masyarakat

untuk pembangunan kesehatan.


Kegiatan

pokok

yang

akan

dijalankan

dalam

Repelita

adalah:
(1) Meningkatkan

kemampuan

tenaga

kesehatan,

khususnya

pada Puskesmas, melalui pembekalan pengetahuan dan


keterampilan
susnya

di

mengenai

bidang

penyuluhan

komunikasi,

kesehatan,

informasi

dan

khu-

edukasi

(KIE) dalam pembinaan peran serta masyarakat.


(2) Meningkatkan

kepemimpinan

kesehatan

dalam

pelbagai

strata masyarakat, antara lain dengan mengisi ke-

156

giatan

pelatihan

lompok

keluarga

kader

Posyandu

dasawisma.

dan

Kegiatan

pembinaan
ini

ke-

dilaksana-

kan secara terpadu oleh para petugas Puskesmas bersama dengan para petugas dalam program-program serta
sektor-sektor

lain

tihan

diberikan

serupa

("dokter

kecil",

yang

Saka

mendukung
pula

Posyandu.

kepada

Bhakti

Pela-

generasi

Husada,

Palang

muda
Merah

Remaja, dll.) dan kelompok wanita. Dalam pelatihan


ini

antara

lain

akan

diberikan

penyuluhan

tentang

upaya kesehatan masyarakat termasuk pengobatan tradisional dan tanaman obat keluarga.
(3)

Meningkatkan
kegiatan

upaya

kesehatan

menggerakkan
melalui

dan

organisasi

melembagakan
masyarakat,

termasuk swasta, seperti LKMD, PKK, OSIS, Pramuka,


PMR,

Karang

Taruna,

KNPI,

Organisasi-organisasi

profesi, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya.


(4)

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan jaringan pelayanan kesehatan dan pertolongan
persalinan,

posyandu,

serta

sarana

kesehatan

lain-

nya.
d. Upaya Kesehatan Kerja
Upaya Kesehatan Kerja bertujuan untuk menunjang kegiatan
perlindungan dan keselamatan kerja, khususnya di daerah-daerah
terpenci1, bagi kepentingan kelompok tertentu, seperti kelompok penyelam mutiara, buruh Perkebunan Inti Rakyat (PIR), kelompok-kelompok petani, nelayan, dan pekerja industri kecil/
rumah yang rawan akan bahaya pencemaran limbah industri.
Upaya tersebut akan dilaksanakan dengan mengadakan usaha
untuk menemukenali masalah gangguan kesehatan yang ada mela157

lui penelitian, dan dengan mengadakan percobaan serta pengembangan cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan dari program-program lain.
2. Program Upaya Kesehatan Rujukan
Upaya kesehatan rujukan pada dasarnya meliputi dua pokok
kegiatan, yaitu kegiatan rujukan medik dan rujukan kesehatan.
Rujukan medik adalah rujukan yang menyangkut pengobatan dan
pemulihan, terutama di Rumah Sakit; sedangkan rujukan kesehatan adalah

rujukan untuk

peningkatan kesehatan

(promotif)

dan pencegahan penyakit (preventif).


Tujuan program upaya kesehatan rujukan ialah:
a.

Peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan


rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu.
Perhatian

khusus

ditujukan

untuk

menunjang

upaya

penurunan angka kematian bayi, angka kematian anak,


dan angka kematian ibu; juga penanggulangan korban
kecelakaan dan kejadian luar biasa, penyakit-penyakit dan kecacatan yang banyak diderita masyarakat,
dan

penyakit

lainnya

yang

cenderung

meningkat

jumlahnya.
b.

Peningkatan
yang

dan

meliputi

pemantapan

manajemen

kegiatan-kegiatan

gerakan-pelaksanaan

dan

rumah

sakit

perencanaan,

peng-

pengawasan-pengendalian.

Peningkatan dan pemantapan manajemen ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
dan pengembangan pola pendanaan yang mengarah kepada
kemandirian

dengan

tetap

memperhatikan

fungsi

dan

tanggung jawab sosial rumah sakit berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
158

Sasaran Program Upaya Kesehatan Rujukan dalam Repelita V


adalah:
a.

Secara bertahap sebagian dari rumah sakit umum kelas


D akan ditingkatkan menjadi kelas C sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Sedang sebagian Rumah
Sakit kelas C yang memungkinkan, akan ditingkatkan
pelayanan medik spesialistik yang lebih luas sesuai
dengan kebutuhan.

b.

Rumah sakit pemerintah kelas C dan D dan rumah sakit


swasta makin mampu menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat

dan

pelayanan

terintegrasi

dalam

bidang

imunisasi, KB, gizi, jiwa dan penyuluhan kesehatan.


c.

Secara bertahap rumah sakit kelas B dan RSU Pendidikan ditingkatkan kemampuannya untuk dapat memberikan

pelayanan

yang

lebih

bermutu

sesuai

dengan

perkembangan Iptek di bidang kedokteran dan sesuai


dengan kebutuhan masyarakat banyak.
d.

Semua RSU kelas C dan D makin mampu membina Puskesmas, sedangkan RSU kelas A dan B makin mampu membina RSU kelas C dan D sesuai dengan upaya lebih
mengefektifkan
itu

Balai

pelayanan

Laboratorium

rujukan
Kesehatan

kesehatan.
dan

Balai

Untuk
Teknik

Kesehatan Lingkungan, sebagai bagian dari pelayanan


rujukan juga ditingkatkan mutu dan kemampuan pelayanannya.
e.

Beberapa

rumah

Kusta akan

sakit

khusus

ditingkatkan mutu

terutama

RS

jiwa

pelayanan dan

dan

kemam-

puannya.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, ditetapkan kebijaksanaan seperti di bawah ini.
159

a.

Upaya kesehatan rujukan diarahkan agar semua rumah


sakit

mampu

memberikan

dukungan

kepada

pelayanan

Puskesmas dan mengutamakan kegiatan yang mempunyai


cakupan

luas,

dengan

memperhatikan

kepentingan

golongan masyarakat yang tidak mampu.


b.

Upaya kesehatan pengobatan dan pemulihan harus selalu

disertai

dengan

upaya

peningkatan

kemampuan

pencegahan dalam rangka mencapai keadaan hidup sehat


bagi setiap penduduk.
c.

Upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan dana, sarana

dan

tenaga

untuk

meningkatkan

mutu

pelayanan

kesehatan dengan optimal di Rumah Sakit dan rujukannya.

Sehubungan

diperoleh
rujukannya

dari
akan

dengan

itu

penggunaan
lebih

pengelolaan
jasa

Rumah

disederhanakan.

dana

yang

Sakit

dan

Secara

ber-

tahap akan diadakan penyesuaian tarip dan pola pembiayaan jasa pelayanan di Rumah Sakit dan rujukannya
yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan masyarakat setempat, antara lain untuk menunjang pembiayaan operasional dan pemeliharaan yang lebih memadai.
d.

Dalam rangka lebih menggalakkan peran serta lembaga


swadaya masyarakat dan pengusaha swasta untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
dan rujukannya, akan diadakan penyederhanaan pengaturan yang akan lebih memudahkan peran serta tersebut.

Dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang tersebut di


atas dalam Repelita V akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
160

a.Rujukan Medik
Kegiatan

pokok

rujukan

medik

terutama

ditujukan

untuk

memperluas cakupan, meningkatkan mutu, dan meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Untuk itu akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan berikut.
(1)

Meningkatkan
katkan

jumlah

pemanfaatan

dan
dan

mutu

tenaga

pengadaan

serta

sarana,

mening-

prasarana

dan peralatan di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta.


(2)

Meningkatkan

kegiatan

pelatihan,

upaya

alih

penge-

tahuan dan teknologi, serta kegiatan bimbingan pelayanan, pemantauan dan evaluasi terhadap kemampuan
pelayanan

oleh

lembaga

pelayanan

kesehatan

yang

lebih tinggi tingkatnya.


b.Rujukan Kesehatan
Kegiatan pokok rujukan kesehatan terutama bertujuan untuk
meningkatkan

fungsi

Rumah

Sakit

dan

Balai

Teknik

dan

kemampuan

Puskesmas,

Kesehatan

seperti

Lingkungan

sarana-sarana

penunjang

Laboratorium

Kesehatan,

dan

lain-lain.

Untuk

itu

akan ditingkatkan kegiatan pelatihan tenaga, mengadakan, melengkapi


Balai

dan

memfungsikan

Laboratorium

sarana,

Kesehatan,

Balai

prasarana
Teknik

dan

peralatan

Kesehatan

Ling-

kungan, Balai Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, dan lain sebagainya.


3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Program

Pencegahan

dan

Pemberantasan

Penyakit

bertujuan

untuk mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka ke-

161

matian dan sedapat mungkin menghilangkan kesakitan, dan akibat


buruk dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Program

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

terutama

ditujukan pada pengurangan kematian dan kesakitan pada bayi,


anak dan ibu, yang terutama disebabkan oleh penyakit menular.
Di samping itu ditujukan pula pada pengurangan kesakitan yang
diderita oleh kelompok usia kerja.
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Sasaran upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular adalah sebagai berikut.
(1)

Meningkatnya
untuk

kemampuan

menanggulangi,

penyakit

menular

sarana

pelayanan

mencegah,

melalui

kerja

dan
sama

kesehatan
memberantas

antar

sektor

dan antar program yang lebih terpadu serta meningkatnya

kesadaran

dan

peran

serta

masyarakat

untuk

lebih memperhatikan penyehatan lingkungannya.


(2) Menurunnya angka kesakitan diare pada semua golongan
umur dari 350 menjadi 300 per 1.000 penduduk, serta
frekuensi

diare

pada

balita

dari

2,1

menjadi

1,6

kali setahun. Angka kematian diare bayi turun dari


12 menjadi 9 per 1.000 kelahiran hidup, pada balita
dari 5 menjadi 3 per 1.000 balita; dan kematian pada
kasus diare yang dirawat dari 0,34 menjadi 0,20 per
1.000.
(3)

Tertekannya

angka

kematian

akibat

infeksi

saluran

pernafasan akut (ISPA) dengan jalan mencegah kasus


ringan dan sedang agar tidak menjadi berat, melalui
kegiatan pengamatan dini dan pengobatan segera

162

dengan obat-obatan sederhana yang tersedia di tingkat desa dan di lapangan serta meningkatkan rujukan
dan intensifikasi penyuluhan dan imunisasi.
(4) Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian sebagai

akibat

dengan

penyakit-penyakit

imunisasi

cegahan

TBC

melalui

dengan

yang

dapat

peningkatan

imunisasi

BCG,

dicegah

kegiatan

pen-

pencegahan

dip-

theri, pertusis dan tetanus dengan DPT, serta polio


dan

campak

pada

bayi

dengan

vaksinasi

polio

dan

campak. Di samping itu, akan ditingkatkan imunisasi


tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur, khususnya

ibu

hamil

diptheri,

dan

tetanus

calon

(DT)

pengantin,

dan

TT

pada

dan

imunisasi

anak

sekolah.

Apabila cakupan imunisasi semua jenis antigen dapat


mencapai minimal 80% dan hasil yang demikian dapat
dipertahankan

secara

terus

menerus,

maka

akan

di-

peroleh dampak sebagai berikut.


(a)

Angka kesakitan dan kematian polio akan turun


masing-masing sebesar 90%, sehingga daerah Sumatera, Jawa dan Bali akan bebas polio.

(b)

Angka kesakitan dan kematian tetanus neonatorum


akan turun masing-masing sebesar 75%, sehingga
Jawa dan Bali juga akan bebas tetanus neonatorum.

(c)

Angka kesakitan difteria akan turun dengan 40%


dan angka kematiannya juga turun sebesar 40%.

(d)

Angka kesakitan pertusis akan turun sebesar 50%


dan angka kematiannya turun sebesar 35%.

(e)

Angka kesakitan dan kematian campak akan turun


masing-masing sebesar 50%.
163

(5)

Dapat

dipertahankannya

dan

lebih

menurunnya

angka

parasit atau API (Annual Parasite Incidence) malaria


di Jawa dan Bali sehingga menjadi kurang dari 1 per
1.000 penduduk dan angka kesakitan (prevalensi) di
daerah-daerah prioritas (daerah transmigrasi, daerah
perbatasan

dan

daerah

malaria

endemis

tinggi)

di

luar Jawa dan Bali menjadi kurang dari 40 per 1.000


penduduk.
(6)

Mengurangnya

kecenderungan

perluasan

wilayah

ter-

jangkit demam berdarah terutama di wilayah perkotaan, daerah pembangunan dan daerah pariwisata sebagai
hasil

peran

serta

aktif

dari

masyarakat,

sehingga

angka kesakitan turun menjadi 50 per 100.000 penduduk.


(7)

Dapat

ditekannya

sangat

rendah

penyakit

agar

tidak

yang
lagi

prevalensinya
merupakan

sudah

gangguan

kesehatan bagi masyarakat, dengan cara:


(a)

Menekan

angka

kesakitan

penyakit

framboesia

menjadi kurang dari 1 per 100.000 penduduk di


semua propinsi.
(b)

Menurunkan angka kesakitan penyakit demam keong


di sekitar danau Lindu menjadi kurang dari 1%,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah yang
produktif

untuk

pemukiman

baru

atau

transmi-

grasi.
(c)

Mempertahankan angka kesakitan pes pada manusia


agar tetap nol.

(d)

Menurunkan angka kesakitan penyakit kusta dari


0,75 menjadi 0,3 per 1000 penduduk.

164

(e) Menurunkan angka kesakitan TBC paru dari 2,9


menjadi 2,4 per 1.000 penduduk.
(8)

Menurunnya

secara

bermakna

angka

kesakitan

penya-

kit-penyakit lain seperti gila anjing, kaki gajah,


fasiolopsis
AIDS),

buschi,

anthrax,

penyakit

hepatitis

kelamin

dan

(termasuk

lain-lainnya

akan

diturunkan secara lebih bermakna. Untuk itu diperlukan peningkatan sistem pengamatan penyakit, pengkajian

cara

penanggulangan

secara

lebih

terpadu,

dan penyelidikan serangga penular penyakit.


b.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular

Sasaran

program

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

tidak menular adalah sebagai berikut.


(1) Meningkatnya peran serta masyarakat dan swasta dalam
upaya
kit

pencegahan
tidak

pembuluh

dan

menular,

darah,

penanggulangan
terutama

penyakit

penyakit-penya-

penyakit

kanker,

dan

jantung

dan

penyakit-pe-

nyakit degeneratif, kecelakaan dan sebagainya.


(2) Meningkatnya pengetahuan kesadaran masyarakat tentang

masalah

dan

bahaya

dengan

intensifikasi

edukasi

(KIE)

demikian

dalam

diharapkan

penyakit-penyakit

komunikasi,
penyuluhan
masyarakat

tersebut

informasi,
kesehatan.

mampu

dan

Dengan

menggerakkan

upaya pencegahan primer seperti mengurangi kebiasaan

merokok,

bermutu

membiasakan

gizi,

serta

makanan

membiasakan

yang

seimbang

berolahraga

dan

secara

teratur.
Untuk mencapai sasaran upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular, ditetapkan program
165

pencegahan dan pemberantasan penyakit di bawah ini.


a.

Penentuan

prioritas

pemberantasan

penyakit

ditentukan

dalam

pencegahan

berdasarkan

berbagai

dan
per-

timbangan sebagai berikut.


(1)

Tingginya angka kesakitan, angka kematian, dan


kecacatan dari penyakit yang bersangkutan.

(2)

Penyakit yang menyerang bayi, anak balita dan


usia produktif terutama di daerah pembangunan
sosial

ekonomi,

daerah

terpencil

dan

daerah

pemukiman baru.
(3)

Adanya metodologi dan teknologi yang efektif.

(4)

Adanya

kemampuan

manajemen,

terutama

tenaga,

sarana dan dana, serta kerja sama lintas sektor


dan dengan lembaga-lembaga internasional.
b.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit sejauh


mungkin didesentralisasikan dengan meningkatkan kemampuan

teknologi,

kemampuan

pengelolaan,

dan

ke-

mampuan pendanaan oleh daerah dan masyarakat setempat. Dengan demikian fungsi pusat lebih diarahkan
kepada

pengendalian,

pembimbingan,

dan

pemberian

bantuan yang diperlukan.


c.

Pencegahan dan

pemberantasan penyakit

secara ter-

padu dilaksanakan melalui upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan rujukan, dan upaya lain termasuk upaya dari masyarakat dan swasta yang perlu
dipersiapkan kemampuannya secara mantap. Dalam pelaksanaan

kegiatan

tersebut

komponen

komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE) merupakan bagian integral yang tak terpisahkan.

166

d.

Peranan

dan

tanggung

jawab

masyarakat

dalam

upaya

pencegahan dan pemberantasan penyakit perlu ditingkatkan. Peranan dan tanggung jawab tersebut dapat
meliputi:
(1)

Pelaksanaan upaya sederhana dalam rangka pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit,

misalnya

menggalakkan kebiasaan hidup sehat.


(2)

Peningkatan

pelaporan

mengenai

kejadian

luar

biasa (KLB) di masyarakat secara cepat.


(3)

Peningkatan
matuhi

partisipasi

dan

masyarakat

melaksanakan

untuk

me-

ketentuan-ketentuan

penanggulangan wabah.
e.

Program

pencegahan

ditunjang

dengan

dan

pemberantasan

berbagai

kegiatan

penyakit
pokok

yang

secara

terkait, antara lain:


(1)

Berbagai

intervensi

terhadap

lingkungan

hidup

manusia.
(2) Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
(3)

Koordinasi

serta

keterpaduan

kegiatan

dengan

sektor-sektor yang bersangkutan.


f.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui:
(1)

Peningkatan dan pengembangan penelitian penyakit untuk mengetahui besarnya masalah, epidemiologi, metodologi dan cara pencegahan serta
pemberantasannya.

(2)

Peningkatan

kemampuan

sarana

pelayanan

kese-

hatan.

167

(3) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya


penyakit

serta

menggerakkannya

untuk

melaksa-

nakan upaya pencegahan primer.


Pokok-pokok kegiatan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit adalah sebagai berikut.
a.

Pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

yang

ditun-

jang oleh kegiatan pengamatan seperti:


(1)

Pengamatan penyakit menular, terutama di pelabuhan laut dan udara, terlebih-lebih pelabuhan
internasional.

(2)

Pengamatan penyakit tidak menular.

(3)

Pengamatan

terpadu

untuk

pemantauan

program

maupun dampak program, terutama yang menyangkut kecenderungan penyakit.


(4)
b.

Pengamatan vektor penyakit.

Pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kualitas


dan jumlah tenaga di bidang epidemiologi, entomologi, ekologi, dan kesehatan lingkungan serta tenaga pengelola dan tenaga pelaksana di lapangan.

c.

Deteksi penderita secara dini dan pengobatan, baik


untuk penderita maupun kontaknya, melalui kegiatan
penatalaksanaan penderita yang efektif dan efisien
serta imunisasi golongan rentan.

d.

Pengkajian epidemiologi dan penanggulangan wabah di


lapangan,

penelitian

mengenai

penatalaksanaan

pen-

derita penyakit menular di "Rumah Sakit Karantina",


dan-pengkajian lainnya yang dapat dipergunakan untuk
menilai efektivitas pelaksanaan program.

168

e.

Peningkatan
lingkungan

penyehatan

lingkungan

pemukiman,

melalui

penyediaan

air

perbaikan

bersih,

peng-

awasan pembuangan kotoran dan air limbah serta pemberantasan vektor penular penyakit.
f.

Penyediaan

sarana

yang

memadai

seperti

peralatan,

termasuk peralatan lapangan, vaksin, oralit, insektisida dan sebagainya.


g.

Peningkatan

kemampuan

masyarakat

untuk

menolong

dirinya sendiri dalam hal pencegahan dan pemberantasan

penyakit

dengan

pengembangan

teknologi

tepat

guna. I)alam hal ini kegiatan penyuluhan kesehatan


akan

lebih

digalakkan

sebagai

kegiatan

pendukung

yang penting.
h.

Peningkatan

koordinasi

lintas

sektoral

dan

mengge-

rakkan pecan serta aktif masyarakat, termasuk swasta,

dalam

berbagai

upaya

pencegahan

dan

pemberan-

tasan penyakit.
i.

Pemantapan
pindah,
rah

upaya

pengamatan

pengamanan

perbatasan,

kesehatan

kesehatan

pengamanan

di

penduduk

pelabuhan

kesehatan

dan

jemaah

berdaehaji,

dan penanggulangan infeksi nosokomial.


4. Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Program ini bertujuan untuk mengubah perilaku perorangan,
keluarga
dan

dan

masyarakat

melestarikan

perilaku

agar

semuanya

hidup

sehat

dalam
dan

rangka

lingkungan

membina
sehat,

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang


optimal.
Kelompok sasaran dari upaya penyuluhan kesehatan masyarakat adalah semua golongan masyarakat di pedesaan dan di

169

perkotaan. Termasuk di dalam kelompok tersebut adalah: para


pemuka masyarakat (formal dan non formal), anggota lembaga
swadaya masyarakat, pengusaha swasta, anggota kelompok kesenian daerah, perkumpulan-perkumpulan remaja dan pemuda di sekolah atau di luar sekolah, dan sebagainya. Kepada kelompokkelompok yang disebutkan tadi diharapkan tidak hanya menjadi
penerima informasi kesehatan, tetapi juga menjadi penerus atau
penyebar informasi kesehatan.
Upaya

penyuluhan

kesehatan

akan

mengutamakan

informasi

kesehatan yang mendukung prioritas sasaran program pembangunan kesehatan yaitu terutama menurunkan angka kematian bayi,
balita dan kematian ibu.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan-kegiatan

penyuluhan

kesehatan

masyarakat

dilaksanakan

dengan

kebijaksanaan sebagai berikut.


a.

Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari


setiap program kesehatan dan berfungsi sebagai katalisator program-program tersebut.

b.

Peningkatan perilaku penduduk dalam membina hidup


sehat juga diarahkan untuk meningkatkan peran sertanya mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam membina derajat kesehatannya yang dimulai dari keluarga.

c.

Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan baik oleh pemerintah secara lintas program
dan lintas sektoral maupun oleh masyarakat, termasuk
perusahaan swasta.

d.

Puskesmas

dimanfaatkan

sebagai

pusat

pengembangan

dan pembinaan kesadaran dan peran serta masyarakat


di bidang kesehatan di wilayahnya.
170

e.

Sikap

mental

kesehatan
ke

arah

petugas

masyarakat
sikap

kesehatan,
akan

mental

terutama

dikembangkan

yang

petugas

dan

partisipatif

dibina

dan

lebih

berorientasi pada aspek pencegahan dan peningkatan.


f.

Peningkatan

penyuluhan

kesehatan

pada

lembaga-lem-

baga pendidikan dasar, pemerintah dan swasta, agar


kesadaran dan perilaku hidup sehat dapat ditumbuhkan dan dibudayakan sedini mungkin.
Dalam

Repelita

V,

pelaksanaan

program

Penyuluhan

Kese-

hatan dilakukan melalui tiga kegiatan pokok, yakni:

a.

Penyebarluasan Informasi Kesehatan

Penyebaran

informasi

kesehatan

bertujuan

untuk

mening-

katkan pemahaman, kesadaran, dan minat individu, kelompok dan


masyarakat mengenai pelaksanaan hidup sehat dan peran sertanya dalam bidang pembangunan di bidang kesehatan.
Dalam

rangka

penyebaran

informasi

kesehatan,

dilakukan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut.


(1)

Meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

kemampuan

dan

mo-

tivasi petugas kesehatan, baik swasta maupun pemerintah, terutama di Puskesmas dan rujukannya serta
kader Posyandu, di bidang penyuluhan kesehatan melalui pendidikan, latihan dan cara-cara lainnya.
(2)

Mengembangkan,

memproduksi

bahan-bahan

melengkapi

dan

dan
sarana

menyebarluaskan
penyuluhan

kese-

hatan secara terpadu dengan program-program kesehatan lainnya.


(3)

Meningkatkan

kerja

sama

lintas

sektor,

termasuk

sektor swasta dan pengelola media massa, agar pesan17


1

pesan kesehatan menjadi bagian integral dari pesanpesan pembangunan di sektor-sektor yang lainnya.
(4)

Meningkatkan

kegiatan

operasional

penyuluhan

kese-

hatan dengan lebih intensif melalui media massa Pemerintah dan Swasta, kelompok dan perorangan dengan
memanfaatkan

berbagai

metode

penyuluhan

yang

lebih

dinamis dan efektif. Dalam hal ini juga akan lebih


ditingkatkan peran serta perusahaan swasta.
(5)

Menyebarluaskan

informasi

secara

khusus

dalam

ke-

adaan-keadaan darurat, pada waktu berjangkit seperti


wabah, bencana alam dan lain-lain.
b.

Pengembangan

Potensi

Swadaya

Masyarakat

di

Bidang

Kesehatan
Pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, untuk
mengenal dan dalam batas kemampuannya memecahkan masalah-masalah kesehatannya sendiri dan masyarakat lingkungannya. Untuk
itu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(1)

Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas


kesehatan,
ngurus
baga

terutama

Puskesmas,

kelompok-kelompok

swadaya

masyarakat

Pengurus

kesenian
lainnya

rakyat,
dalam

LKMD,

Pe-

dan

lem-

pengembangan

potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.


(2)

Memberikan

dorongan

dan

melaksanakan

pembinaan

ke-

mampuan dan motivasi secara sistematis dan berkesinambungan


kan

terhadap

pengembangan

bidang

kesehatan,

kelompok
potensi
antara

pengalaman antar wilayah.

172

masyarakat,
swadaya

lain

melaksana-

masyarakat

melalui

di

pertukaran

(3) Mengembangkan, memproduksi, dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan untuk para penyelenggara
penyuluhan, baik pemerintah maupun masyarakat melalui kerja sama lintas program dan lintas sektor.
c. Pengembangan penyelenggara penyuluhan
Pengembangan

penyelenggara

meningkatkan

pengetahuan,

penyelenggara

penyuluhan

penyuluhan

sikap,
agar

bertujuan

keterampilan

dapat

dan

untuk

motivasi

menyelenggarakan

penyu-

luhan secara lebih efisien, efektif dan berdampak positif yang


luas terhadap upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilakukan kegiatankegiatan sebagai berikut.
(1)

Menyempurnakan

kurikulum

penyuluhan

kesehatan

di

lembaga-lembaga pendidikan tenaga kesehatan.


(2)

Menyusun

modul-modul

latihan

khusus

untuk

tenaga

penyuluhan kesehatan di berbagai tingkat.


(3)

Menyelenggarakan pelatihan kepada tenaga-tenaga kesehatan dan non kesehatan tentang materi dan metode
penyuluhan kesehatan.

5.

Program

Pendidikan,

Latihan

dan

Pendayagunaan

Te-

naga Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia yang penting untuk menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan bersamasama masyarakat. Tuntutan kualitas upaya kesehatan perlu didukung oleh tenaga kesehatan yang jumlahnya cukup dan bermutu.
Di samping itu pendayagunaan tenaga kesehatan akan dilakukan
secara lebih merata dan efisien.
173

a.

Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan

Dalam

Repelita

tujuan

Pendidikan

Kesehatan

ialah

tersedianya

tenaga

terampil,

dalam

jumlah

cukup

yang

dan

kesehatan
untuk

Latihan
yang

memenuhi

Tenaga

bermutu,
kebutuhan

upaya kesehatan yang beraneka ragam macam dan sifatnya dan


tenaga yang mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan,
pertumbuhan dan pembaharuan dalam pembangunan kesehatan bagi
seluruh masyarakat.
Sasaran pendidikan dan latihan tenaga kesehatan diarahkan kepada tenaga medis (seperti dokter, dokter gigi, apoteker),
tenaga

paramedis

perawatan

(perawat

kesehatan,

bidan),

tenaga paramedis non perawatan (sanitasi, gizi, kefarmasian,


perawat gigi, fisioterapi dan lain-lain) serta tenaga kesehatan

masyarakat.

Jumlah

tenaga

kesehatan

secara

keseluruhan

akan meningkat dari 474.806 orang pada akhir Repelita IV menjadi 655.598 orang pada akhir Repelita V, termasuk di dalamnya 3.575.dokter ahli, 35.584 dokter umum, 5.321 dokter gigi
dan lebih dari 125 ribu tenaga paramedis perawatan dan non
perawatan

(Tabel

23-3).

Selain

peningkatan

jumlah

akan

di-

tingkatkan mutu tenaga-tenaga tersebut, baik melalui lembaga


pendidikan yang ada maupun bantuan tugas belajar.
Peningkatan
meliputi

dan

latihan

pengembangan

penjenjangan,

latihan

teknis

tenaga

kesehatan

fungsional,

manajemen

kesehatan, dan tenaga fungsional.


Untuk

mencapai

tujuan

dan

sasaran

tersebut

ditetapkan

tenaga

kesehatan

didasarkan

Pembangunan

Kesehatan

kebijaksanaan:
(1)

Pendidikan
pada

dan

konsep

latihan

yang

mendukung

untuk mempertinggi derajat kesehatan dan gizi dalam


174

rangka peningkatan kualitas, taraf hidup,. kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat.


(2)

Pendidikan

dan

latihan

tenaga

kesehatan

diarahkan

untuk meningkatkan mutu tenaga dengan menjamin perkembangan perilaku, kemampuan teknik dan manajerial
yang

didasari

nilai-nilai
dan

dapat

peri

yang

disiplin

menunjang

mengembangkan

nasional

berdasarkan

pembangunan

kemandirian,

kesehatan,

kepemimpinan,

dan kewiraswastaan tenaga kesehatan dalam mendukung


upaya kesehatan.
(3)

Pendidikan

dan

latihan

tenaga

kesehatan

dilakukan

secara berjenjang dan berlanjut, serta memungkinkan


setiap tenaga kesehatan meningkatkan kariernya berdasarkan kemampuan perorangan sesuai kebutuhan program pembangunan kesehatan.
(4)

Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektoral, serta
secara

aktif

mengikutsertakan

masyarakat

terutama

organisasi profesi dan lembaga swasta yang bergerak


dalam bidang kependidikan.
(5)

Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dilaksanakan secara efektif dan efisien yang didukung oleh
sumber daya yang cukup dan bermutu.

(6)

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan dikembangkan


dan

ditingkatkan

dengan

memperhatikan

pertumbuhan

dan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu dan teknologi,


Institusi
sebagai

mutu

dan

pemerataan

pendidikan
salah

satu

dan
sumber

pelayanan

latihan

kesehatan.

berfungsi

informasi

dan

pula

inovasi

pembangunan kesehatan.
175

Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan berdasarkan kebijaksanaan di atas adalah:


(1)

Meningkatkan dan mengembangkan kualitas tenaga pendidik

dan

widyaiswara

sesuai

dengan

kebutuhan

dan

memberi kesempatan untuk mengembangkan kariernya.


(2)

Menilai dan bila perlu mengembangkan kurikulum pendidikan

dan

latihan

berdasarkan

kompetensi

yang

menjamin lulusan yang mampu berperan sesuai dengan


tugas yang diembannya.
(3)

Meningkatkan manajemen pendidikan dan latihan, termasuk penyempurnaan organisasi, guna mendukung kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangan upaya kesehatan, pendidikan dan latihan.
Untuk

itu

dilaksanakan

pemantauan

dan

penilaian

terhadap pencapaian sasaran.


(4)

Meningkatkan pendayagunaan sumber daya secara efektif

dan

efisien

dan

penyediaannya

guna

mendukung

program pendidikan dan latihan.


(S)

Meningkatkan

dan

dan

tenaga

latihan

bangan

pemerataan,

mengembangkan
kesehatan
kebutuhan

lembaga

pendidikan

berdasarkan
tenaga

dan

pertimkemampuan

menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.


(6)

Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat terutama


organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat,
dalam kegiatan peningkatan penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dan latihan.

(7)

Menilai dan bila perlu memantapkan dan mengembangkan


konsep

pendidikan

dan

latihan

tenaga

kesehatan

yang lebih bermutu, serasi, terarah dan secara ber176

tahap

disesuaikan

dengan

pola

kebijaksanaan

pendi-

dikan nasional.
b. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
Tujuan pendayagunaan tenaga kesehatan ialah meningkatkan
pemanfaatan

tenaga

kesehatan

secara

efektif

dan

efisien

di

berbagai tingkat upaya kesehatan sesuai dengan kemampuan yang


dimilikinya.
Sasaran dari program ini ialah tersedianya formasi dan
lapangan kerja yang dapat menampung tenaga kesehatan baik yang
bekerja pada pemerintah maupun swasta di dalam dan di luar
negeri secara merata dan sesuai dengan kebutuhan setempat.
Kebijaksanaan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran di atas adalah sebagai berikut.
(1)

Pendayagunaan tenaga kesehatan didasarkan pada konsep pengelolaan tenaga yang terarah dan menyeluruh,
meliputi sektor pemerintah dan swasta, serta kebutuhan dalam dan luar negeri.

(2)

Penerimaan,

pengangkatan,

penyebaran

dan

penempatan

tenaga memperhatikan segi perimbangan kebutuhan pemerintah dan masyarakat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Penempatan tenaga kesehatan

diutamakan

untuk

daerah

terpencil

dan

perba-

tasan.
(3)

Peningkatan pengelolaan tenaga kesehatan yang didukung oleh sistem informasi tenaga kesehatan, kerja
sama lintas sektoral dan lintas program serta organisasi profesi kesehatan.

177

(4) Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan pengembangan karier melalui jalur jabatan fungsional, di
samping

jalur

jabatan

struktural,

serta

melalui

pendidikan dan latihan.


Sesuai
tersebut,

dengan

tujuan

dilaksanakan

dan

sasaran

serta

kebijaksanaan

kegiatan-kegiatan

pokok

sebagai

ber-

ikut.
(1)

Memantapkan

konsep

pendayagunaan

tenaga

kesehatan

yang lebih terarah, merata dan berdaya guna.


(2)

Meningkatkan efisiensi administrasi dan pengelolaan


penerimaan, pengangkatan, penyebaran dan penempatan
tenaga

kesehatan

dengan

meningkatkan

peran

sektor lain dan masyarakat termasuk organisasi

serta

pro-

fesi dan swasta.


(3)

Memantapkan

sistem

informasi

ketenagaan

untuk

me-

ningkatkan administrasi dan pengelolaan tenaga kesehatan.


(4)

Meningkatkan

pengembangan

karier

tenaga

kesehatan

melalui jalur fungsional, struktural, pendidikan dan


latihan.

6. Program Pengadaan, Pengendalian dan Pengawasan Obat,


Makanan dan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
Tujuan program ini adalah:
a. Tersedianya obat yang cukup dalam jumlah dan jenisnya,
dengan

sesuai

dengan

penggunaan

kebutuhan

yang

rasional.

nyata
Dalam

masyarakat,
pengertian

ini tercakup terlaksanakannya persediaan yang merata

178

dan layak terjangkau oleh rakyat banyak. Selanjutnya dalam tujuan juga tercakup tersedianya alat kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat secara memadai.
b.

Terjaminnya kebenaran mutu, keamanan, khasiat, serta


kemanfaatan dan keabsahan obat, alat kesehatan, makanan, minuman, dan kosmetika yang beredar di masyarakat.

c.

Terlindungnya
terhadap

masyarakat,

penyalahgunaan

terutama
dan

generasi

muda,

kesalahgunaan

obat,

narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya, serta


meningkatnya kesadaran masyarakat akan kerugian kesehatan akibat penggunaan minuman keras.
d.

Meningkatnya penggunaan obat tradisional yang terbukti bermanfaat untuk pelayanan kesehatan.

e.

Meningkatnya kemandirian di bidang obat, serta pemanfaatan potensi di bidang obat, obat tradisional,
alat kesehatan, makanan, minuman dan kosmetika untuk
menunjang pembangunan ekonomi.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, dalam Repelita V


ditetapkan sasaran sebagai berikut.
a.

Peningkatan produksi obat esensial, penerapan daftar


obat esensial nasional (DOEN) dan pengadaan serta
penggalakkan

penggunaan

obat

generik

melalui

pro-

gram obat terpadu dan daftar obat program bersama.


b.

Peningkatan

efisiensi

pengelolaan

obat

produksi

BUMN, pengadaan dan pendayagunaan gudang farmasi di


daerah-daerah dan sarana penyimpanan obat di

Pus-

kesmas. Sejalan dengan ini secara bertahap akan di-

179

adakan pos obat desa, yang dibina dan dikembangkan


berdasarkan swadaya masyarakat.
c.

Peningkatan kegiatan pengadaan, pengawasan dan pengamanan produksi, distribusi dan mutu obat dan obat
tradisional,

makanan,

kosmetika,

alat

kesehatan,

narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya. Untuk


itu

kegiatan

akan

makin

pengawasan

pendaftaran,
ditingkatkan.

penilaian
Dalam

produk-produk

dan

hal

makanan

pengujian

ini

bayi

termasuk

dan

bahan

tambahan makanan, dan pengawasan terhadap pengadaan


dan peredaran minuman keras golongan B dan C.
d.

Peningkatan

pemeriksaan

atas

sarana

produksi

dan

distribusi yang mencakup industri farmasi, apotek,


pedagang besar farmasi, makanan, minuman, kosmetika,
alat kesehatan, dan bahan berbahaya.
e.

Peningkatan cara-cara produksi yang baik dan pembakuan mutu untuk obat, obat tradisional, alat kesehatan, makanan, minuman, dan kosmetika.

f.

Pengembangan

jumlah

dan

kemampuan

tenaga,

pening-

katan pengadaan dan pemanfaatan peralatan, pengujian


laboratorium dan pengawasan obat, makanan dan sebagainya di pusat dan daerah.
g.

Pengkajian terhadap sejumlah obat tradisional yang


bermanfaat secara medis untuk dimanfaatkan pada pelayanan kesehatan.

h.

Pengembangan

industri

obat

(termasuk

vaksin

dan

sera), obat tradisional, makanan dan kosmetika, baik


untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri maupun untuk
ekspor.

180

i.

Pembudidayaan

tanaman

obat

dan

pemanfaatan

obat

tradisional, antara lain dengan mendorong dan mengembangkan kebun pusat pembibitan tanaman obat oleh
masyarakat.
j.

Peningkatan
kepada

penyebarluasan

tenaga

kesehatan

informasi
dan

yang

masyarakat

tepat

mengenai

berbagai perkembangan kebijaksanaan, Iptek dan lainlain

mengenai

obat,

makanan,

kosmetika

dan

lain-

lain.
Untuk

mencapai

tujuan

dan

sasaran

tersebut

di-

tetapkan kebijaksanaan sebagai berikut.


a.

Pemerintah

bertanggung

jawab

atas

pengendalian,

pengawasan dan pengaturan terhadap obat, alat kesehatan,

obat

tradisional,

makanan,

kosmetika

untuk

melindungi kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat. Pengawasan dan pengamanan bahan berbahaya
diutamakan pada jenis bahan yang tingkat bahayanya
tinggi

dan

digunakan

secara

luas.

Dalam

rangka

pengawasan dan pengamanan produk obat, alat kesehatan, obat tradisional, makanan, kosmetika, peran
serta aktif masyarakat terus ditingkatkan.
b.

Segala bentuk peraturan usaha produksi, distribusi


dan pengadaan obat, alat kesehatan, obat tradisional, makanan serta kosmetika back oleh pemerintah
maupun swasta akan disederhanakan agar dapat dikembangkan iklim pengelolaan yang lebih produktif dan
efisien sebagai prasyarat tersedianya obat dan lainlain tersebut di atas dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat. Untuk itu antara lain akan diadakan
deregulasi di bidang industri obat, untuk memung-

181

kinkan tersedianya obat yang terjangkau oleh masyarakat. Dalam upaya deregulasi tersebut akan diadakan
kegiatan sedemikian rupa agar obat esensial dan generik digunakan dengan lebih luas di kalangan dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.
c.

Penggunaan obat tradisional yang terbukti bermanfaat secara medis dalam pelayanan kesehatan akan makin
ditingkatkan dengan dukungan penelitian pengembangan yang lebih memadai.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, ditetapkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a.

Pengawasan, pemeriksaan setempat, pengamanan, pengambilan contoh dan pengujian laboratorium terhadap
unit

produksi,

serta

distribusi,

penggunaan

kosmetika,

obat,

narkotika,

lalu

alat

lintas

peredaran,

kesehatan,

psikotropika,

makanan,

zat

adiktif

lainnya dan minuman keras.


b.

Pengembangan laboratorium pengujian di pusat dan di


daerah.

c.

Usaha peningkatan jumlah dan mutu tenaga penguji dan


pengawasan.

d.

Pemantauan terhadap efek sampingan, penindakan terhadap

penjual

produk-produk

substandar

dan

atau

rusak dan penanggulangan atas kasus-kasus keracunan


dan pemalsuan.
e.

Mengendalikan jumlah dan jenis produk serta jumlah


sarana

produksi

dan

distribusi

minuman

keras

go-

longan B dan C. Melakukan pengujian dan penilaian


khusus terhadap produk makanan bayi dan bahan tambahan makanan.

182

f.

Menyusun

dan

menyebarluaskan

standar

mutu

obat,

obat tradisional, alat kesehatan, makanan, dan kosmetika.


g.

Melakukan pengkajian mengenai obat tradisional yang


terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan
serta

dan

mengenai

mengembangkan

pemanfaatan

pengadaan

taman

tanaman
obat

obat

keluarga

percontohan dalam rangka kegiatan Posyandu.


h.

Menyempurnakan dan memantapkan pengelolaan obat

yang

dijalankan oleh BUMN dan pengusaha swasta termasuk


perencanaan pengadaan dan penyempurnaan DOEN.
i.

Melanjutkan
gudang

pembangunan

farmasi

di

Dati

pabrik
II

dan

obat

esensial

sarana

dan

penyimpanan

obat di Puskesmas dan membina dan mengawasi pengadaan pos obat desa yang diadakan atas swadaya masyarakat dan perusahaan swasta.
j.

Meningkatkan usaha dan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk tenaga kesehatan dan
bagi masyarakat tentang penggunaan obat secara rasional, tentang obat tradisional, bahan berbahaya,
minuman keras, penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan sebagainya.

k.

Mengelola

dan

mengembangkan

kebun-kebun

pembibitan

tanaman obat melalui kerja sama dengan sektor pertanian dan sektor lain yang terkait.
7. Program Perbaikan Gizi
Program ini

bertujuan terutama

untuk melanjutkan

upaya

menurunkan angka penyakit kurang gizi yang umumnya banyak di-

183

derita oleh masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan maupun di perkotaan terutama pada anak balita dan wanita. Tujuan
tersebut mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu serta mendorong makin terwujudnya norma
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program ini juga mendukung upaya memperbaiki keadaan gizi masyarakat pada umumnya
melalui perbaikan pola konsumsi pangan yang makin beraneka
ragam,

seimbang

dan

bermutu

gizi.

Perbaikan

pola

konsumsi

yang demikian diperlukan juga bagi kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi terhadap beberapa penyakit
jantung dan pembuluh darah yang jumlahnya cenderung meningkat.
a. Sasaran yang Akan Dicapai
Dalam Repelita V sasaran yang akan dicapai adalah:
(1) Penurunan prevalensi KKP pada balita rata-rata nasional sebesar 12%, yaitu dart 10,81 menjadi 9,5%.
Di wilayah resiko tinggi penurunan prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) yang hendak dicapai adalah sebesar 20% dan untuk wilayah lainnya sebesar
10%.
(2)

Penurunan prevalensi kurang Vitamin A di daerah rawan sebanyak 29%, yaitu dart 0,7% menjadi 0,5%.

(3)

Penurunan prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI) berdasar prevalensi anak sekolah ratarata nasional sebesar 20%.

(4)

Penurunan prevalensi Anemia Gizi pada ibu hamil sebanyak 27%, yaitu dart 55% menjadi 40%.

(5)

Adanya perubahan pola konsumsi pangan keluarga yang


makin beragam, seimbang dan bermutu gizi.

184

b. Kebijaksanaan yang Ditempuh


Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, direncanakan langkah kebijaksanaan sebagai berikut.
(1)

Upaya perbaikan gizi diarahkan terutama untuk melanjutkan dan meningkatkan penanggulangan 4 masalah
gizi utama, yaitu kurang kalori protein (KKP), Kurang

Vitamin

A,

gangguan

akibat

kurang

iodium

(GAKI), dan Anemia Gizi.


(2)

Upaya

penanggulangan

keempat

masalah

gizi

utama

tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan langsung terhadap kelompok sasaran dan pelayanan tidak
langsung

di

masyarakat.

kelompok

sasaran

Pelayanan

dilaksanakan

langsung

dalam

bentuk

kepada
pela-

yanan gizi di Puskesmas dan di Posyandu. Pelayanan


gizi di Posyandu dengan sasaran khusus ibu dan anak
dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan dasar
dan KB. Sedang pelayanan tidak langsung di masyarakat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan gizi masyarakat, fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A
atau zat yodium, dan pemanfaatan tanaman pekarangan.
(3)

Kegiatan

upaya

langsung

dan

tidak

langsung

untuk

penanggulangan KKP, kekurangan vitamin A dan anemia


gizi dilaksanakan dengan memantapkan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) dalam bentuk pelayanan gizi
untuk ibu dan anak di Posyandu dan dalam bentuk kegiatan lainnya di masyarakat di luar Posyandu.
(4)

Kegiatan

UPGK

yang

pada

dasarnya

adalah

kegiatan

lintas sektor antara kesehatan, pertanian, KB,

185

agama,

penerangan,

pendidikan,

industri,

koperasi,

dan pemerintah daerah, dalam Repelita V akan dimantapkan

dan

dipadukan

Pangan

dan

Gizi.

untuk

peningkatan

dengan

Program

Program

ini

Diversifikasi

terutama

penganekaragaman

bertujuan

pola

konsumsi

pangan dan perbaikan gizi masyarakat pada umumnya.


(5) Upaya langsung penanggulangan kekurangan yodium selain dilaksanakan dengan melanjutkan pemberian suntikan preparat yodium, juga akan dikaji kemungkinan
penggunaan preparat yodium dalam kapsul atau lainnya. Sedang upaya tidak langsung di masyarakat selain

dengan

lebih

mengefektifkan

pemanfaatan

garam

yodium juga akan dikaji cara-cara lain seperti pemberian

preparat

yodium

dalam

air

minum

dan

lain-

lain yang menggunakan teknologi sederhana.


(6) Upaya langsung penanggulangan vitamin A akan melanjutkan
dosis

dan

memperluas

tinggi

pelayanan
langsung

kepada

gizi

di

penggunaan
anak

balita

Posyandu.

dilaksanakan

dengan

kapsul

vitamin

terutama

Sedang
lebih

melalui

upaya

tidak

mengintensifkan

penyuluhan gizi, pemanfaatan tanaman pekarangan dan


fortifikasi vitamin A pada bumbu penyedap makanan.
(7) Dalam rangka perbaikan keadaan gizi masyarakat pada
umumnya
dan

akan

lebih

perusahaan

dibina

swasta

peran

dalam

serta

kegiatan

masyarakat
usaha

per-

baikan gizi institusi misalnya di rumah sakit, pabrik, perusahaan, lembaga pemasyarakatan, dan lainlain. Di samping itu akan lebih digalakkan penyuluhan

gizi

masyarakat,

dan

dimantapkan

pendidikan

pelajaran ilmu gizi dan upaya perbaikan gizi seko-

186

lah terutama di sekolah-sekolah

tingkat dasar dan

menengah.
(8)

Dalam rangka pemantapan sistem kewaspadaan pangan dan


gizi
(SIDI)

(SKPG),

sistem

dikembangkan

isyarat
dan

dins

dan

ditingkatkan

intervensi
penerapannya

di daerah rawan konsumsi pangan. Sedang pemantauan


status gizi (PSG) penduduk dilaksanakan secara berkala di sejumlah propinsi, sebagai bagian dari kegiatan sistem informasi gizi.

c. Kegiatan-kegiatan Pokok
Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi dalam Repelita V mencakup kegiatan pokok sebagai berikut.
(1) Meningkatkan
baikan

Gizi

dap

memantapkan

Keluarga

(UPGK)

kegiatan
yang

Usaha

meliputi

Perpenyu-

luhan gizi masyarakat termasuk di sekolah tingkat


dasar dan menengah, pelayanan gizi di Posyandu, dan
pemanfaatan tanaman pekarangan sebagai bagian dari
Program Diversifikasi Pangan dan Gizi yang dipadukan juga dengan UPGK.
(2) Usaha penanggulangan KKP pada anak balita, kegiatan
utama
yandu.

dipusatkan

melalui

Kegiatannya

adalah

pelayanan

gizi

pemantauan

di

Pos-

pertumbuhan

anak dengan Kartu Menuju Sehat (KMS), pemberian makanan

tambahan

(PMT),

pemeriksaan

kesehatan

anak

dan penyuluhan gizi. Dalam penyuluhan gizi antara


lain ditekankan pentingnya penggunaan ASI dan makanan pendamping bagi bayi dan balita. Sedang untuk
PMT terutama didasarkan atas swadaya masyarakat,

187

Kegiatan

pelayanan

gizi

di

Posyandu

tersebut

di

atas dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan


dasar ibu dan anak dan KB.
(3)

Meningkatkan
min

dan

upaya
anemia

penanggulangan
gizi

melalui

kekurangan
pelayanan

vita-

gizi

di

Posyandu, Puskesmas, dan di tempat-tempat pelayanan


kesehatan
vitamin

lainnya.
A,

akan

Untuk
lebih

penanggulangan
diintensifkan

kekurangan

suplementasi

kapsul vitamin A dosis tinggi kepada balita sehat


dan balita penderita infeksi campak, diare dan demam, dan kepada ibu dalam masa nifas. Untuk penanggulangan anemia gizi, akan dilanjutkan dan diintensifkan suplementasi pil besi kepada ibu mengandung.
Sementara itu akan dirintis penggunaan Kartu Menuju
Sehat (KMS) ibu mengandung sebagai alat pemantauan
keadaan gizi ibu dan sarana penyuluhan gizi. Seperti halnya untuk KKP berbagai kegiatan penanggulangan kekurangan vitamin A pada balita dan anemia gizi
pada ibu mengandung dalam bentuk pelayanan gizi di
Posyandu juga dipadukan dengan pelayanan kesehatan
dasar ibu dan anak dan KB.
(4)

Di

samping

pelayanan

melalui

Posyandu,

untuk

pe-

nanggulangan kekurangan vitamin A juga dilaksanakan


melalui fortifikasi vitamin A ke dalam bumbu penyedap makanan. Untuk anemia gizi selain suplementasi
pil

besi

kepada

ibu

mengandung,

juga

kepada

anak

sekolah dan pekerja-pekerja berpenghasilan rendah.


(5)

Untuk menanggulangi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI), akan dilanjutkan dan lebih diintensifkan pemberian preparat yodium melalui suntikan atau

188

cara lainnya. Sementara itu yodisasi garam akan lebih diintensifkan pengawasan produksi dan pemasarannya untuk menjaga mutu dan harga yang terjangkau
oleh masyarakat yang membutuhkan.
(6)

Untuk lebih memantapkan berbagai kegiatan tersebut di


atas,

upaya

penyuluhan

gizi

masyarakat

akan

ma-

kin diintensifkan dengan berbagai cara dan pendekatan yang lebih menarik, efektif dan efisien, baik
secara

tersendiri

maupun

terpadu

dengan

kegiatan

penyuluhan kesehatan dan penyuluhan lainnya.


(7)

Meningkatkan

dan

Kewaspadaan

Pangan

sistem
gizi.

isyarat
Untuk

memantapkan
dan

dini

Gizi

dan

pengembangan

pengembangan
(SKPG)

intervensi
Sistem

untuk
dan

Isyarat

Sistem
tujuan

informasi
Dini

Dan

Intervensi (SIDI) akan dilanjutkan pelatihan tenaga,

pengembangan

indikator

dan

cara-cara

pengum-

pulan dan pemanfaatan data yang lebih efektif untuk


tujuan

penanggulangan

dini

terhadap

kemungkinan

terjadinya penurunan keadaan gizi penduduk. Pengembangan SIDI tetap diutamakan di daerah-daerah rawan
kekeringan dan rawan gizi. Untuk sistem informasi
gizi, akan dilanjutkan pemantauan keadaan gizi balita melalui Survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

dan

cara-cara

khusus

lainnya.

Dengan

sistem

informasi ini akan dapat diikuti perkembangan keadaan gizi penduduk dan program-program gizi dari
waktu ke waktu.
(8) Melaksanakan usaha perbaikan gizi institusi di perusahaan, pabrik, Rumah Sakit, Puskesmas Perawatan,
Lembaga Pemasyarakatan, Panti Asuhan dan sebagai-

189

nya,

dengan

memberikan

bimbingan,

penyuluhan

dan

latihan mengenai penyusunan hidangan yang memenuhi


syarat gizi bagi warga institusi atau lembaga-lembaga tersebut.
8.

Program Penyediaan Air Bersih


Tujuan program Penyediaan Air Bersih adalah membantu pe-

nyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan pengawasan kualitas air bagi seluruh masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan maupun yang di pedesaan, serta meningkatnya
kemampuan

masyarakat

untuk

penyediaan

dan

pemanfaatan

air

bersih bagi para anggotanya.


Sasaran program ini adalah agar pada akhir Repelita V
sekitar 60% penduduk pedesaan dan 80% penduduk perkotaan telah menggunakan air bersih dan sehat, baik melalui perpipaan
maupun non perpipaan.
a. Kebijaksanaan yang Ditempuh
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas ditetapkan kebijaksanaan sebagai berikut.
(1)

Pengadaan
air

sarana

limbah

di

fisik

pedesaan

air
pada

bersih

dan

dasarnya

pembuangan

dilaksanakan

oleh masyarakat. Khusus untuk daerah pedesaan terpencil,


dan

daerah

daerah

penghasilan

transmigrasi/PIR,

daerah

lainnya

yang

padat

penduduk

rendah

serta

rawan

air,

perbatasan
yang

ber-

terutama

yang

endemis diare, akan diberikan bantuan pengadaan sarana air bersih dan pembuangan limbah.
(2) Setiap bantuan pengadaan sarana air bersih, terutama di pedesaan, akan diikutsertakan swadaya masya190

rakat untuk membangun, memanfaatkan, memelihara dan


melestarikan

sarana-sarana

tersebut.

Untuk

itu

se-

tiap bantuan pengadaan sarana air bersih dan pembuangan

limbah,

akan

didukung

oleh

kegiatan

penyu-

luhan kesehatan yang mampu menggerakkan peran serta


masyarakat.
(3)

Pelaksanaan

pemberian

bantuan

sarana

air

bersih

adalah oleh Pemerintah Daerah dengan bantuan teknis


Pemerintah Pusat. Untuk itu akan diadakan perbaikan
organisasi
air

dan

bersih,

terutama

tata

kerja

perkotaan

pada

tingkat

dan

koordinasi
pedesaan

kecamatan.

pengelolaan

secara

Di

terpadu

tingkat

desa

pengelolaan sarana air bersih dan air limbah akan


diserahkan pada LKMD dengan PKKnya, Lembaga Swadaya
Masyarakat, dan Koperasi Desa.
(4)

Bantuan sarana air bersih dan pembuangan air limbah


juga

dapat

berbentuk

pengembangan

lebih

percontohan.

lanjut

sarana

Pembangunan
percontohan

dan
akan

dilakukan oleh swadaya masyarakat.


(5)

Peningkatan upaya pengawasan kualitas air, termasuk


air

limbah

yang

berkaitan

dengan

penyehatan

ling-

kungan, diusahakan melalui sistem rujukan kesehatan


dengan memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada secara

terpadu

dengan

program

dan

sektor

lain

yang

terkait baik Pemerintah maupun Swasta.

b. Kegiatan-kegiatan Pokok
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam Repelita V adalah sebagai berikut.

191

(1)

Penyuluhan
ini

kesehatan

adalah

terutama

lingkungan.
untuk

Tujuan

meningkatkan

kegiatan
kesadaran

penduduk akan pentingnya air bersih dan kebersihan


lingkungannya. Di samping itu penyuluhan kesehatan
juga

dimaksudkan

untuk

menggerakkan

peran

serta

masyarakat di dalam pengelolaan air bersih dan air


limbah.

Penyuluhan

ini

dapat

dilaksanakan

tersen-

diri atau terpadu dengan kegiatan penyuluhan kesehatan atau penyuluhan lainnya.
(2) Pengembangan desa percontohan sarana air bersih dan
air limbah. Untuk itu antara lain akan dibentuk kelompok-kelompok pengelola air bersih dan air limbah.

Tujuan

adalah

pembentukan

untuk

mendorong

kelompok-kelompok
terwujudnya

tersebut

peran

serta

aktif masyarakat di dalam membangun, memanfaatkan,


memelihara

dan melestarikan

sarana air

bersih dan

air limbah dengan swadaya.


(3)

Pengawasan

kualitas

air

yang

terdiri

dari

kegi-

atan-kegiatan:
(a)

Pengembangan sistem pengawasan di Daerah Tingkat II.

(b)

Peningkatan
lai-Balai
Balai

kemampuan

Teknik

Laboratorium

dan

Kesehatan
Kesehatan

pendayagunaan
Lingkungan
di

Ba-

(BTKL),

propinsi

dan

kabupaten.
(4) Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga sanitasi, pengelola sarana air bersih dan pengawas kualitas air dan tenaga-tenaga lain yang terkait, melalui pendidikan dan pelatihan.

192

9. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman


Program ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan pemukiman yang sehat menuju derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik.

a. Sasaran Program
(1)

Masyarakat makin memahami pentingnya menjaga kebersihan

lingkungan,

menghindari

pencemaran

kotoran

manusia dan pencemaran air limbah dan bahan berbahaya lainnya, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat atas dasar swadaya.
(2)

Penduduk

pedesaan,

khususnya

yang

berpenghasilan

rendah, secara gotong royong dan swadaya makin mampu menyehatkan rumah dan lingkungannya termasuk pemanfaatan jamban sehat, melalui kegiatan pemugaran
perumahan pedesaan.
(3)

Pemerintah Daerah telah dapat berperan dalam pengawasan pengelolaan pestisida terutama terhadap perusahaan pemberantasan hama, dan terhadap perusahaan
serta masyarakat yang menggunakan banyak pestisida.

(4)

Pemerintah

Daerah

terus

meningkatkan

pengawasan

atas tempat-tempat umum dan tempat-tempat pengelolaan makanan terutama di perkotaan dan di daerah
wisata. Demikian pula untuk daerah-daerah yang terkena

bencana

alam,

dilakukan

pengawasan

kesehatan

lingkungan dengan lebih seksama pada saat dan segera sesudah terjadi bencana.
(5)

Sebagian besar limbah industri di pusat-pusat in193

dustri kecil, rumah tangga dan di kawasan industri


besar telah dapat dikendalikan.
(6)

Pencemaran udara dan suara di kota-kota besar dan


kawasan industri telah berhasil dipantau.

(7)

Dampak

pembuangan

sampah

ibukota

kabupaten

serta

di
di

semua
daerah

kotamadya
endemis

dan
demam

berdarah dengue telah dapat dikendalikan.


(8)

Penyemprotan hama dan penderita keracunan pestisida


kronis dapat diawasi dan daerah rawan cemaran pestisida dapat dikendalikan.

(9)

Mulai

dikembangkannya

lingkungan

untuk

sistem

mendukung

informasi

kegiatan

kesehatan

pencegahan

dan

penanggulangan pencemaran dan keracunan.


Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, ditempuh kebijaksanaan sebagai berikut.
(1)

Peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan melalui:


(a) Perluasan

upaya

penyehatan
kotoran,

sanitasi

perumahan,
penyehatan

dasar

yang

penyehatan

makanan,

dan

meliputi
pembuangan

pengendalian

vektor.
(b) Pengawasan
tempat

mutu

lingkungan

pengelolaan

makanan,

tempat-tempat
dan

umum,

tempat-tempat

pemukiman pada umumnya.


(c) Pengendalian

pencemaran

lingkungan

yang

ditim-

bulkan oleh pestisida, limbah industri, pencemaran udara dan pembuangan sampah.
(d) Peningkatan peran serta aktif masyarakat, khususnya wanita melalui Posyandu dan kelompok

194

keluarga

dalam

kegiatan

penyehatan

lingkungan

pemukiman.
(e)

Peningkatan
laan

keterpaduan

lingkungan

katan

peran

dengan

secara

serta

upaya

nasional,

tanggung

pengelo-

dan

jawab

pening-

pemerintah

daerah dalam penyehatan lingkungan pemukiman.


(2)

Penajaman sasaran program diarahkan pada:


(a)

Kelompok

masyarakat

yang

mempunyai

resiko

tinggi terhadap penyakit dan gangguan kesehatan akibat lingkungan yang tidak sehat.
(b)

Daerah-daerah rawan penyakit akibat lingkungan


yang tidak sehat.

(c)

Daerah
rumah

pengembangan
tangga,

industri,

industri

kecil

baik

industri

maupun

industri

besar.
(d)

Daerah pariwisata,

daerah kumuh

perkotaan dan

daerah pemukiman baru serta pemukiman khusus.


(3)

Pengembangan
dan

sistem

kemampuan

pengawasan

analisis

kesehatan

mengenai

lingkungan

dampak

lingkungan

meliputi

peraturan

(AMDAL).
(4)

Pemantapan

sarana

penunjang

yang

perundang-undangan,

pengembangan

fungsi

teknis

laboratorium

dan

dan

peningkatan

koordinasi

lintas

sektoral.

b. Kegiatan Pokok
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan dalam Repelita V adalah sebagai berikut.

195

(1) Pembinaan penyehatan lingkungan pemukiman meliputi:


(a)

Pembinaan

pemugaran

rumah

serta

pengembangan

unit-unit percontohan sarana pembuangan sampah


di sejumlah lokasi pemukiman baru dan di daerah

padat

penduduk

berpenghasilan

rendah

di

perkotaan.
(b)

Pengembangan
pembuangan

desa

kotoran

percontohan

untuk

di

kecamatan

sejumlah

sarana
dan

pengembangan model sarana sanitasi tempat-tempat umum di daerah-daerah tujuan wisata.


(c)

Pembinaan pencegahan dan penanggulangan bahaya


keracunan, terutama di daerah rawan keracunan
makanan.

(d)

Pembinaan pengendalian vektor, terutama di daerah rawan demam berdarah dengue dan malaria,
dengan peran serta aktif masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pemberantasan penyakit lainnya.

(e)

Pengembangan
limbah

percontohan

industri

rumah

sarana

tangga

di

pembuangan
pusat-pusat

industri rumah tangga.


(f)

Pembinaan
rantasan

terhadap
hama

dan

seluruh

perusahaan

pengelola

pembe-

pestisida

ter-

batas.
(2)

Pengawasan Kualitas Lingkungan meliputi:


(a) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
contoh makanan terhadap kebersihan dan keamanan makanan di kota besar, kota sedang dan kota
kecil serta di daerah-daerah tujuan wisata.

196

(b)

Melakukan
baik

di

pemeriksaan
lingkungan

kadar

air,

residu

udara

pestisida

maupun

tanah,

dan pada bahan pangan dilakukan di daerah rawan

pestisida,

pestisida
hama

pengendalian

terhadap

dan

para

tingkat

petani

penanggulangan

pemaparan

dan

penyemprot

keracunan

pestisida

akut.
(c)

Pemeriksaan
limbah
rumah

di

sanitasi
pusat-pusat

tangga,

dan

di

industri

dan

industri

kecil,

kawasan

pemantauan
industri

industri

besar

dan sedang.
(d)

Pemantauan

pencemaran

di

kota-kota

besar,

dan

kawasan industri.
(e)

Pengawasan
kota-kota

sampah
besar,

dan
dan

pengendalian
kecil

vektor

serta

di

di

daerah

kesehatan

ling-

endemis demam berdarah dengue.


(3)

Pengembangan Sarana Penunjang mencakup:


(a) Pemantapan

sistem

informasi

kungan.
(b) Pembinaan

dan

meningkatkan
kungan

pengembangan
kualitas

dengan

sumber

tenaga

mengadakan

daya

dengan

kesehatan

ling-

latihan

dan

pendi-

dikan tambahan.
(c) Pemenuhan peralatan teknis di Dati II dan Puskesmas,
dapat

serta

pengembangan

mendukung

pengawasan

laboratorium
kesehatan

yang

lingkung-

an sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.


(d) Pemanfaatan ilmu dan teknologi tepat guna.

197

(e) Pemantapan kerja sama lintas program dan lintas

sektoral

serta

peran

serta

aktif

masya-

rakat.
10. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Program penelitian dan pengembangan kesehatan ditujukan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta

untuk memberikan masukan

pengetahuan lain yang diperlukan untuk menunjang pembangunan


kesehatan. -Program ini dilaksanakan dengan memanfaatkan dan
meningkatkan kemampuan nasional di bidang penelitian dan pengembangan kesehatan. Program ini juga bertujuan untuk memantapkan dan mengembangkan sistem informasi yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, dan dalam bentuk yang
sesuai

dengan

kebutuhan

pengambilan

keputusan

oleh

seluruh

aparatur kesehatan di pusat dan daerah. Informasi yang diperoleh


juga

diperlukan

oleh

masyarakat

dalam

rangka

keiikutser-

taannya secara aktif dalam upaya kesehatan.


Sasaran program ini dalam Repelita V adalah tersedianya
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan upaya

kesehatan,

terwujudnya

suatu

sistem

informasi

kesehatan

yang dapat memenuhi kebutuhan untuk penyusunan kebijaksanaan,


perencanaan,
informasi

dan

ilmu

manajemen

pengetahuan

upaya
dan

kesehatan

teknologi,

dan
dan

tersedianya
meningkatkan

kemampuan dalam bidang penelitian dan pengembangan kesehatan


di

berbagai

tingkat

administrasi

serta

tersedianya

tenaga,

perangkat lunak dan perangkat keras yang memadai untuk pengembangan sistem informasi kesehatan yang diperlukan.
Tujuan dan sasaran program ini akan dicapai dengan mengutamakan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan pada

198

penelitian tentang pelayanan kesehatan, yang antara lain meliputi

penelitian

dan

pengembangan

kebijaksanaan

kesehatan,

pelaksanaan pelayanan kesehatan, ekonomi dan hukum kesehatan,


serta peran serta aktif masyarakat dalam kesehatan, penelitian tentang pengembangan tenaga kesehatan dan penelitian tentang obat yang meliputi penyediaan, distribusi dan pengawasan
obat agar makin merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Di samping itu akan dikembangkan pengembangan sistem informasi kesehatan
an,

informasi

yang mencakup

upaya

teknis

informasi manajemen

kesehatan,

informasi

kesehatkesehatan

untuk masyarakat, dan informasi ilmu pengetahuan serta teknologi

di

bidang

kesehatan.

Tambahan

pula

akan

ditingkatkan

sumber daya yang meliputi tenaga, ilmu pengetahuan dan teknologi,


pembiayaan

dan

fasilitas

untuk

kegiatan

penelitian

dan

pengembangan, dan pengembangan informasi, baik yang bersumber


dari pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta.
Kebijaksanaan

dan

langkah-langkah

tersebut

dilaksanakan

melalui berbagai kegiatan pokok sebagai berikut: (1) Penelitian

dan

pengembangan

pelayanan

kesehatan;

(2)

Penelitian

ekologi kesehatan; (3) Penelitian penyakit menular; (4) Penelitian penyakit tidak menular; (5) Penelitian dan pengembangan gizi; (6) Penelitian dan pengembangan farmasi; (7) Pengembangan sistem informasi kesehatan.
11.

Program

Penyempurnaan

Efisiensi

Aparatur

Kesehatan

dan

Pengawasan
Program ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kemampuan

manajemen

aparatur

kesehatan

sehingga

dicapai

secara

optimal hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan, dengan didukung peraturan perundang-undangan yang diperlukan.
Sasaran program ini dalam Repelita V adalah pendayaguna199

an fungsi perencanaan, pengendalian pelaksanaan, pengawasan,


penilaian,

organisasi,

dan

tata

laksana

aparatur

kesehatan,

pendayagunaan pendidikan di kalangan aparatur kesehatan sebagai bagian integral dari upaya untuk menciptakan aparatur kesehatan yang lebih berhasil guna, berdaya guna, bersih dan
berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas pemerintahan

dan

pembangunan

berbagai

produk

di

hukum

bidang
di

kesehatan

bidang

dan

kesehatan

penyempurnaan

dan

penyusunan

berbagai peraturan perundang-undangan yang diperlukan.


Guna mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, ditempuh

kebijaksanaan

berkesinambungan

dan

mendayagunakan
terpadu

untuk

sarana

manajemen

mencapai

hasil

secara

guna

dan

daya guna yang optimal, mengatur, mengarahkan, dan mengoreksi


penampilan
program

kerja

secara

dengan
berdaya

berorientasi
guna

dan

pada

pencapaian

berhasil

guna,

tujuan

mengkaji

produk hukum di bidang kesehatan dan mengembangkannya sesuai


dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, ilmu pengetahuan dan
teknologi

serta

perlindungan

hukum

kepada

tenaga

kesehatan

dan masyarakat.
Pokok-pokok kegiatan dalam program ini adalah: pendayagunaan fungsi perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan penilaian, pendayagunaan organisasi dan ketatalaksanaan dan pendayagunaan administrasi keuangan, pendayagunaan fungsi pengawasan dan pengendalian, pendayagunaan pembinaan dan pengembangan hukum di bidang kesehatan.

12. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan


Program
prasarana

ini bertujuan

dan

sarana

untuk menyediakan

kesehatan,

meningkatkan

dan membakukan
prasarana

dan

sarana fisik fasilitas kerja yang diperlukan dalam menunjang


200

program-program pembangunan kesehatan. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja tenaga kesehatan serta dalam rangka mencapai hasil guna dan daya
guna pembangunan kesehatan yang optimal.
Dalam Repelita V sasaran program penyimpan sarana fisik
kesehatan adalah pendayagunaan prasarana dan sarana fisik fasilitas

kerja

kesehatan

yang

baku

untuk

pelaksanaan

pemba-

ngunan kesehatan, dan pendayagunaan fasilitas penunjang bagi


tenaga

kesehatan

dalam

rangka

pembinaan

serta

peningkatan

prestasi kerja.
Pokok-pokok kegiatan dari program ini adalah peningkatan
pengamanan

kekayaan

milik

negara

dengan

pengukuhan

status

hukumnya dan peningkatan inventarisasi kekayaan milik negara,


peningkatan prasarana dan sarana fisik untuk pelayanan kesehatan

dan

peningkatan

sarana

dan

fasilitas

penunjang

dalam

rangka pembinaan dan peningkatan prestasi kerja tenaga kesehatan.


13. Program Generasi Muda Dalam Pembangunan Kesehatan
Program generasi muda dalam pembangunan kesehatan bertujuan

meningkatkan

kemampuan

hidup

sehat

generasi

muda

guna

membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan

ketahanan

diri,

prestasi,

dan

peran

aktifnya

dalam

pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dalam bidang kesehatan.


Sasaran upaya ini adalah agar pada akhir Repelita V di
kecamatan

telah

terbina

kemampuan

kelompok-kelompok

generasi

muda dalam melakukan pembinaan kesehatan diri dan lingkungannya. Prioritasnya adalah kelompok praremaja (6 - 12 tahun),
remaja (12 - 18 tahun) dan dewasa muda (18 - 21 tahun).
201

Guna mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, ditempuh kebijaksanaan pengembangan pembinaan generasi muda diarahkan untuk meningkatkan status kesehatan dan peran sertanya secara aktif dalam pembangunan kesehatan melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa dengan dukungan
kerja

sama

lintas

program

dan

lintas

sektor,

peningkatan

status kesehatan generasi muda dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan yang telah ada dan peningkatan
penanggulangan
memperbanyak

permasalahan
forum

kesehatan

konsultasi

psikososial

kesehatan

melalui

dengan
berbagai

jalur pembinaan generasi muda.


Kegiatan

pokok

yang

akan

dijalankan

dalam

Repelita

adalah meningkatkan kemampuan setiap Puskesmas dalam pembinaan keterampilan kesehatan praremaja, remaja, dan dewasa muda
dengan

menggunakan

pelbagai

jalur,

baik

keluarga,

sekolah,

maupun masyarakat serta organisasi kaum muda seperti OSIS,


Karang Taruna, Pramuka, Palang Merah Remaja, KNPI, dan sebagainya,

menyelenggarakan

pertolongan

dan

perlindungan

bagi

generasi muda terhadap beberapa gangguan kesehatan spesifik


antara lain gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan reproduksi, gangguan kesehatan mental, dan penyalahgunaan narkotika, meningkatkan peran serta aktif generasi muda untuk
memecahkan masalah kesehatan diri dan lingkungannya, dengan
membina kaderisasi kesehatan, pengorganisasian kesehatan, dan
pendanaan kesehatan di kalangan kaum muda dan meningkatkan
kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk pembinaan
generasi muda dalam pembangunan kesehatan dengan mendayagunakan forum komunikasi di tingkat pusat, Dati I, dan Dati II.
14. Program Peningkatan Peranan Wanita Dalam Pembangunan
Kesehatan

202

Program Peningkatan Peranan Wanita Dalam Upaya Kesehatan


bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan wanita dalam pemeliharaan kesehatan diri dan keluarga, dan meningkatkan peran serta aktifnya dalam pembangunan
kesehatan

untuk

memasyarakatkan

norma

hidup

sehat.

Kelompok

sasaran program ini adalah para wanita terutama pada golongan


masyarakat berpenghasilan rendah.
Untuk

mencapai

tujuan

dan

sasaran

tersebut,

ditetapkan

langkah kebijaksanaan Program Peningkatan Peranan Wanita dalam upaya kesehatan merupakan kerja sama lintas sektoral, koordinasi

dilaksanakan

sejak

tahap

perencanaan

sampai

tahap

pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian agar dapat memberikan


dampak yang lebih berhasil guna dan berdaya guna, penyebarluasan
baik

lompok
Tim

informasi

modern

maupun

dilaksanakan

tradisional,

perorangan

Penggerak

meningkatkan

kesehatan

maupun
PKK

di

peranan

dan

melalui

melalui

dan

memantapkan

semua

tingkatan

wanita

dalam

media

massa

pendekatan

kerja

ke-

sama

dengan

administrasi

untuk

upaya

kesehatan,

yang

ditingkat operasional dibina oleh Puskesmas.


Dalam Repelita V, melalui program ini akan dilakukan kegiatan-kegiatan

pokok

meningkatkan

komunikasi

dan

koordinasi

lintas program dan lintas sektoral, menyusun dan menyebarkan


pedoman/petunjuk
kelompok

sasaran,

teknis

serta

bahan-bahan

menyelenggarakan

penyuluhan

pelatihan

bagi

untuk

pengelola

program tingkat propinsi, kabupaten dan Puskesmas serta pengelola program di kalangan organisasi kemasyarakatan wanita,
kelompok tenaga kerja wanita dan kader wanita dan meningkatkan kelembagaan norma hidup sehat di kalangan wanita melalui
pelatihan kepemimpinan kesehatan, lomba kegiatan terpadu, pemilihan keteladanan, dan lain-lain.

203

TABEL 23 - 4
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 1993/94
(dalam m i l y a r r u p i a h )
K ES EHATAN

No. Node

10

10.1

SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM

SEKTOR KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, PERANAN


WANITA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA

10.1.01

Sub S e k t o r Kesehatan
---------------------------Program Penyuluhan Kesehatan

10.1.02

Program Pelayanan Kesehatan

10.1.03

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

10.1.05

204

Program Pengawasan Obat dan Makanan

1989/90
(Anggaran
Pembangunan)

1989/90-1993/94
(Anggaran
Pembangunan)

434, 1

4.088,3

249,8
-------4,6

2.672,5
----------59,8

195,1

2.035,2

30,7

353,0

2,9

26,5

Anda mungkin juga menyukai