Kelompok 2
Anggota :
1. Stefano
Damiani Sumakud
2012-
011-193
2. Cynthia
2012011-169
3. Stefani
Gading
2012-
011-272
4. Elfrida
Syahdeini Hutabarat
2012-011-273
5. Surya Dumasari
2012-011-279
Mendefinisikan masalah
Mengumpulkan masalah dan mendefinisikan bargaining mix
Menentukan kepentingan
Menentukan resistance points
Menentukan alternatif (BATNA)
Menentukan target dan membuka penawaran
Menilai konstituen dan konteks sosial dimana negosiasi berlangsung
1. Mendefinisikan Masalah
Pada tahap ini biasanya dimulai dengan analisis apa yang akan dibahas dalam negosiasi.
Beberapa negosiasi hanya terdiri dari sebuah kepentingan(single-issue) contoh, harga dari
suatu barang, contoh negosiasi gaji antara manajemen dan karyawan. Di satu sisi, karyawan
menginginkan gaji tinggi, sebaliknya, manajemen berusaha menekan gaji serendah mungkin,
demi efisiensi organisasi. Negosiasi lain yang lebih kompleks (multiple-issue), contoh
negosiasi antara perusahaan dengan suppliernya. Di satu sisi, perusahaan menginginkan harga
termurah, namun di sisi supplier tentu saja menginginkan harga setinggi-tingginya.
Sejumlah permasalahan dalam sebuah negosiasi, dalam hubungannya diantara para
negosiator dan pihak lain, sering menjadi penentu utama apakah seseorang akan
menggunakan strategi distributif atau integratif. Negosiasi single-issue cenderung untuk
menggunakan strategi distributif karena negosiasi ini berasumsi bahwa negosiasi
sesungguhnya hanyalah mengenai distribusi dari isu/harga. Sebaliknya, negosiasi multipleissue menggunakan strategi integratif, karena mereka saling menuangkan keinginan mereka
dalam suatu perjanjian bersama yang saling menguntungkan serta berusaha untuk saling
berbagi keuntungan dari negosiasi tersebut.
Sementara sejumlah kepentingan mempengaruhi strategi, tidak menghalangi kemungkinan
bahwa single-issue negotiation dapat dibuat integratif atau multiple-issue negosiation akan
tetap distributif.
Dalam setiap negosiasi, daftar lengkap dari persoalan yang diperbincangkan berasal dari
sumber berikut ini:
a. Sebuah analisa dari semua kemungkinan masalah yang butuh diputuskan
b. Pengalaman sebelumnya dalam negosiasi yang sama
c. Penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi (contoh: studi lingkungan,
memiliki rumah yang telah diinspeksi, membaca bagaimana membeli sebuah rumah)
d. Konsultasi dengan para ahli di industri tersebut (agen perumahan, pemberi pinjaman
hipotek, akuntan, pengacara, atau teman yang sudah membeli rumah)
dalam pembicaraan. Ini dapat terjadi jika pihak-pihak terkait tidak sering berbincang atau jika
mereka hanya mempunya sedikit transaksi bisnis.
Setelah mengumpulkan masalah dalam sebuah agenda, selanjutnya penegosiasi harus
memprioritaskan mereka. Terdapat dua langkah dalam memprioritaskan :
1. Menentukan isu atau kepentingan mana yang paling penting dan mana yang kurang
penting. Sekali negosiasi dimulai, pihak-pihak mudah terpengaruh informasi,
argumen, penawaran , ditawarkan, menjualkan dan konsesi.
Memprioritaskan dapat diatur dalam beberapa cara. Satu cara simple adalah untuk
penegosiasi untuk memberikan peringkat kepada beberapa isu tersebut dengan
menanyakan apa yang paling penting? yang kedua terpenting apa? dan apa yang
kurang penting?
2. Menentukan apakah isu-isu tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya atau
terpisah.
Jika isu-isu tersebut terpisah, maka akan lebih mudah ditambahkan atau dikurangi;
jika terhubung, maka penyelesaian pada satu masalah akan terhubung pada
penyelesaian pada yang lain dan membuat konsesi pada satu isu pasti akan terikat
pada beberapa isu lainnya. Penegosiasi harus memutuskan apakah isu-isu tersebut
benar-benar terhubung contoh untuk instansi, apakah harga yang akan dia bayar
untuk rumah itu akan tergantung pada berapa banyak uang yang dipinjamkan bank
kepadanya.
3. Defining Interests
Setelah mendefinisikan masalah, negosiator harus melanjutkan untuk menentukan
kepentingan dan kebutuhan mendasar. Seperti secara luas kita bahas dalam bab 2 dan 3,
posisi (tawaran pembukaan atau titik target) adalah apa yang diinginkan oleh negosiator.
Kepentingan adalah mengapa negosiator ingin hal tersebut. Jika isu dapat membantu kita
menentukan apa yang kita inginkan maka memahami kepentingan mengharuskan kita untuk
bertanya mengapa kita menginginkannya.
Kepentingan mungkin bersifat :
Substantif, yaitu, langsung berkaitan dengan isu-isu yang fokus dalam negosiasi.
Berdasarkan proses yaitu terkait dengan bagaimana negosiator berperilaku seperti yang
mereka bernegosiasi.
Berdasarkan hubungan yaitu terkait dengan hubungan saat ini atau masa depan yang
diinginkan antara para pihak.
Kepentingan juga didasarkan pada negosiasi yang berwujud (termasuk prinsip-prinsip atau
standar dimana pihak ingin mematuhi norma-norma informal dan benchmark yang akan
mereka gunakan untuk menuju penyelesaian) untuk mencapai keadilan atau untuk
mendapatkan kesimpulan dari negosiasi secara cepat.
4. Knowing Limits
Persiapan yang baik mensyaratkan bahwa negosiator harus membangun dua poin yakni
resistance point dan alternatif dari negosiasi.
Resistance point adalah keadaan di mana pihak yang bernegosiasi memutuskan untuk
menghentikan negosiasi karena apa yang menjadi keinginan sudah tidak dapat lagi
terwujud. Jika Anda penjual, titik resistance Anda adalah mengambil item yang Anda
miliki untuk dijual; jika Anda pembeli, titik resistance Anda adalah membayar untuk item.
Pengaturan poin resistensi sebagai bagian dari perencanaan sangat penting. Sebagian besar
dari kita telah terlibat dalam membeli situasi di mana item yang kita inginkan tidak
tersedia tetapi kita membiarkan diri kita untuk berbicara ke model yang lebih mahal.
Selain itu, beberapa situasi kompetitif menghasilkan tekanan kuat untuk meningkatkan
harga. Sebagai contoh, dalam lelang jika ada perang penawaran dengan orang lain,
seseorang mungkin membayar lebih dari yang direncanakan. Penjudi yang mengalami
kalah secara beruntun kemudian kehilangan uang lebih dari yang mereka rencanakan.
Artinya, poin resistensi membantu menjaga orang-orang dari menyetujui penawaran yang
mereka kemudian menyadari tidak sangat cerdas. Ketika mengetahui keadaan yang
demikian, negosiator juga harus mempersiapkan alternatif lain untuk mengatasinya.
5. Knowing Alternatives
Alternatif merupakan perjanjian negosiasi lain dari para negosiator yang dapat dicapai dan
memenuhi kebutuhan.
Alternatif sangat penting dalam proses distributif dan integratif karena menentukan apakah
hasil saat ini lebih baik daripada kemungkinan lain. Dalam situasi apapun, alternatif yang
lebih baik memiliki kekuatan yang semakin besar karena dapat walkaway dari negosiasi
saat ini dan mengetahui bahwa kebutuhan dan kepentingan dapat dipenuhi. Contohnya
ketika ingin membeli rumah maka pembeli akan meninjau harga pasar tentang real estate
dan membandingkannya sehingga menimbulkan walkaway dari negosiasi serta adanya
pilihan perumahan lain yang lebih ekonomis.
1. Sasaran harus spesifik, dapat dicapai dan dapat diverifikasi. Banyak yang bisa dipelajari
tentang pengaturan sasaran dari para peneliti yang telah mempelajari penetapan tujuan
sebagai motivasi dan alat manajemen kinerja.
2. Pengaturan sasaran membutuhkan pemikiran positif tentang tujuan. Ketika mendekati
sebuah negosiasi memungkinkan banyak hal yang diperhatikan pada pihak lain seperti
bagaimana mereka berperilaku, apa permintaan mereka dan apa urusan mereka.
3. Pengaturan sasaran sering membutuhkan pertimbangan bagaimana mengemas beberapa
masalah dan tujuan. Kebanyakan negosiator mencampur tujuan yang ditawarkan, sehingga
mereka harus mempertimbangkan cara terbaik untuk mencapai kepuasan di beberapa isu.
-Bagaimana pihak lain telah melakukan negosiasi dengan Anda di masa lalu, baik
yang sama atau dalam konteks yang berbeda.
-Bagaimana pihak lain telah melakukan negosiasi dengan orang lain di masa lalu
7. Strategi dan taktik pihak lain.
9. Menyajikan isu ke pihak lain
Ada beberapa panduan yang dapat digunakan seorang negosiator untuk mengajukan
beberapa pertanyaan :
1. Fakta apa yang mendukung sudut pandang saya ? Bagaimana saya bisa
memvalidasi informasi yang kredibilitas ?
2.Dengan siapa saya akan berkonsultasi untuk membantu saya menjelaskan atau
mengklarifikasi fakta ? Apakah terdapat catatan, file, atau sumber data yang
mendukung argumen saya?
3. Masalah apa yang sedang dinegosiasikan sebelumnya oleh orang lain dalam kondisi
yang sama? Dapatkah saya berkonsultasi kepada negosiator untuk menentukan
argumen utama yang mereka gunakan ?
4. Apa sudut pandang dari kedua belah pihak? Apa kepentingan mereka? Argumen
apa yang mereka buat? Bagaimana saya bisa menanggapi argumen mereka dalam
menangani isu-isu dankepentingan kedua belah pihak ?
5. Bagaimana saya bisa mengembangkan dan menyajikan fakta-fakta sehingga saya
dapat meyakinkan mereka? Apakah alat bantu visual, gambar, diagram, grafik dan
sejenisnya dapat membantu ?
10. Protokol yang harus diikuti dalam negosiasi
1. Agenda apa yang harus kita ikuti?
Seorang negosiator bisa secara sepihak menyusun daftar masalah atau isu perusahaan baik
sebelum pertemuan awal dari negosiasi.
2 Dimana kita harus bernegosiasi?
6. Bagaimana kita tahu bahwa perjanjian yang kita miliki berjalan dengan baik ?
Memproses untuk memastikan bahwa negosiasi dapat disimpulkan, secara sistematis
mengevaluasi bagaimana kesepakatan terjadi dan membandingkan dengan (1)Bagaimana
rencana awal kami dan (2) Apa yang bisa diberikan kepada pihak lain dan semua kendala
structural dan prosedural?