Anda di halaman 1dari 16

TafsirQuranSurahAlFatihah

Tafsir Jalalain
1. (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
2. (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan
Page|1of15
pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala
adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna
yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah
merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah
adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat,
hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada
alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal al-`aalamiin merupakan bentuk jamak dari
lafal `aalam, yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk
berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia
adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.
3. (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah
menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.
4. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal yaumuddiin disebutkan secara
khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah
Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah
kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Mengalahkan." (QS Al-Mukmin 16). Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi
"Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini
secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi'
(Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah
menjadi sifat bagi Allah, karena sudah makrifah (dikenal).
5. (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya,
dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu dan
lain-lainnya.
6. (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudian
dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
7. (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui
petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan)
mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain
(mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan
tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah
orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha
Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salamNya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para
sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai
penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya
berkat pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

Tafsir Al-Muyassar
1. Surat ini dinamakan Al-Fatihah karena dipakai sebagai surat pembuka dalam Al Quran.
Surat ini pun disebut juga dengan sebutan al-matsani (yang diulang) karena surat Al Fatihah Page|2of15
ini selalu dibaca dalam tiap rakaat ketika shalat. Surat ini pun masih mempunyai nama-nama
lain. Makna bismillah adalah saya memulai membaca Al Quran (atau amal lainnya) dengan
menyebut dan meminta pertolongan kepada Allah. Adapun kata "Allah" adalah suatu nama
untuk Tuhan yang Mahasuci dan Mahatinggi, yang paling berhak untuk disembah. Kata
"Allah" adalah nama yang paling khusus di antara nama-nama Allah yang lainnya. Oleh
karena itu, kata "Allah" tidak boleh dipakai nama untuk selain Allah. Ar-Rahman artinya
adalah yang mempunyai kasih sayang yang sangat luas untuk semua makhluk-Nya.
Sedangkan Ar-Rahim artinya adalah yang mempunyai kasih sayang khusus untuk orangorang yang beriman. Dua kata ini merupakan salah satu dari nama-nama Allah yang
mengandung makna menetapkan adanya sifat kasih sayang dalam Dzat Allah yang memang
layak bagi-Nya.
2. al hamdu lillahi rabbil `alamin adalah kalimat pujian bagi Allah yang mempunyai sifatsifat yang sempurna, dan pujian terhadap nikmatnya yang nampak dan yang tidak nampak,
dan nikmat yang bersifat diniyah (agama) dan yang bersifat duniawi. Dalam kalimat ini
terkandung perintah terhadap hamba-Nya untuk memuji-Nya karena hanya Allah-lah satusatunya tuhan yang pantas dipuji. Allah-lah yang mengembangbiakan, menangani, dan
mengurus semua urusan makhluk-Nya dengan memberikan nikmat-nikmat-Nya kepada
mereka. Oleh karena itu, bagi siapa saja yang cinta kepada Allah, hendaknya ia beriman dan
beramal salih.
3. Ar-Rahman artinya adalah yang kasih sayangnya luas meliputi seluruh makhluk-Nya.
Sedangkan Ar-Rahim adalah kasih sayang yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang
beriman. Dua kata ini merupakan salah satu dari nama-nama Allah ta`ala.
4. Allah Swt. satu-satunya tuhan yang menguasai hari kiamat, yaitu hari pembalasan terhadap
semua amal. Bagi muslim yang membaca ayat ini dalam tiap rakaat shalat, hendaknya ia
ingat akan hari akhir dan menjadikan bacaan ini sebagai pemicu baginya untuk selalu siap
beramal saleh, dan menahan diri dari perbuatan dosa dan perbuatan buruk lainnya.
5. kami hanya beribadah kepada-Mu dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan dalam
segala urusan kami. Semua urusan ada di tangan-Mu dan tidak ada seorang pun yang dapat
menguasainya walaupun hanya seberat biji dzarrah. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa
sesungguhnya seorang hamba tidak boleh melakukan ibadah apapun kecuali hanya karena
Allah semata. Dalam ayat ini terdapat obat bagi hati untuk mengobati penyakit bergantung
kepada selain Allah, penyakit riya, ujub, dan sombong.
6. tunjukanlah kepada kami dan bimbinglah kami ke jalan yang lurus. Kuatkan kami dalam
jalan tersebut sampai kami menemui-Mu. Yang dimaksud dengna jalan lurus adalah Islam
yang merupakan jalan yang jelas yang dapat mengantarkan kepada rida dan surga Allah
Swt., sebagaimana telah diterangkan oleh rasul dan nabi terakhir, yaitu Muhammad saw.
oleh karena itu, tidak ada jalan menuju kebahagiaan kecuali dengan istiqamah berada di
jalan-Nya.
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

7. yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, dari kalangan para
nabi, orang-orang yang membenarkan risalah-Mu, para syuhada, dan orang-orang saleh.
Mereka semua adalah golongan orang-orang yang mendapat hidayah dan selalu istiqamah.
Janganlah Engkau jadikan kami termasuk golongan orang-orang yang menempuh jalan
orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran, tetapi mereka
Page|3of15
tidak mau mengamalkannya. Mereka itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang
berada di jalan mereka, dan orang-orang yang sesat yang tidak mendapat petunjuk sehingga
mereka tersesat dari jalan yang benar. Mereka yang sesat ini adalah orang-orang Nasrani dan
orang-orang yang mengikuti jalan mereka. Doa dalam ayat ini mengandung obat bagi kaum
muslim, yaitu obat agar terhindar dari sifat membangkang, bodoh, dan sesat. Ayat ini pun
secara mutlak menunjukkan bahwa nikmat yang paling besar adalah nikmat Islam. Siapa
yang mengetahui kebenaran kemudian mengikutinya maka orang tersebut pantas disebut
berada dalam jalan yang lurus. Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah saw.
adalah orang-orang yang sangat pantas dan layak disebut berada dalam jalan yang lurus
setelah para nabi. Ayat ini pun menunjukkan tentang keutamaan dan tingginya kedudukan
mereka di mata Allah. Setelah membaca surat al-Fatihah dalam shalat, disunahkan membaca
amin yang berarti ya Allah, kabulkanlah. Akan tetapi, berdasarkan kesepakatan ulama, kata
amin tidak termasuk ayat dalam al-Fatihah, sehingga kata tersebut tidak ditulis dalam
mushaf.

AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

Tafsir Ibnu Katsir


1. Bismillah adalah Ayat Pertama dari Surat Al-Fatihah
Para sahabat memulai membaca kitab Allah dengan bismillah. Para ulama sepakat bahwa
Page|4of15
bismillah adalah bagian dari ayat surat an-Naml. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat
apakah bismillah merupakan ayat tersendiri yang berada pada tiap awal surat$ Ataukah
bismillah bagian dari awal tiap surat$ Atau apakah ia merupakan sebagian ayat dari tiap
surat$ Ibnu Abbas, ibnu Umar, ibnu az-Zubair, Abu Hurairah, dan Ali berpendapat bahwa
bismillah merupakan ayat dari tiap-tiap surat selain surat Bara`ah. Begitu juga dengan ulama
kalangan tabi`in, yaitu `atha`, Thawus, Sa`id bin Jabir, Makhul, dan az-Zuhri berpendapat
sama. Abdullah bin al-Mubarak, asy-Syafi`i, dan Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuwaih
dan Abu Ubaid al-Qasim pun mengatakan hal yang sama pula. Sedangkan Malik, Abu
Hanifah dan para pengikutnya mengatakan bahwa bismillah bukan merupakan ayat dari
surat al-Fatihah dan buka pula ayat dari surat-surat lainnya. Akan tetapi, Dawud berpendapat
bahwa bismillah merupakan ayat tersendiri yang berada di awal setiap surat, tetapi tidak
termasuk dalam surat itu sendiri. Pendapat ini pun diriwayatkan berasal dari imam Ahmad
bin Hanbal.
Keutamaan Bismillah
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya bahwa salah seorang prajurit nabi pernah
berkata: Celakalah setan. Kemudian Nabi saw berkata: `Janganlah kamu mengatakan
celakalah setan karena jika kamu mengatakan demikian, setan akan semakin kuat dan
berkata, aku akan mengalahkannya dengan kekuatanku. Jika kamu mengatakan bismillah,
maka setan akan mengecil sampai sebesar lalat. Riwayat ini merupakan salah satu contoh
pengaruh barakah dari bismillah.
Bismillah Mustahab Dibaca di Tiap Awal Aktivitas
Bismillah hukumnya mustahab dibaca di setiap awal aktivitas dan ucapan. Oleh karena itu,
bismillah mustahab dibaca dalam khutbah. Bismillah pun mustahab dibaca ketika memasuki
kamar kecil. Bismillah pun mustahab dibaca di awal wudhu. Hal ini berdasarkan hadits
dalam musnad imam Ahmad dan kitab sunan-sunan lainnya, yang berasal dari Abu
Hurairah, Sa`id bin Zaid, dan Abu Sa`id yang diriwayatkan secara marfu`: Tidak sah
wudhu bagi orang yang tidak membaca bismillah. Hadits ini adalah hadits hasan. Bismillah
pun mustahab dibaca ketika akan makan. Rasulullah saw pernah berkata kepada anak tirinya
yaitu Umar bin Abu Salamah: Bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah apa yang dekat denganmu. Bahkan ada pula ulama yang mewajibkan bismillah.
Bismillah pun mustahab dibaca ketika akan berjima. Dalam shahihain diriwayatkan, dari
ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda: Jika salah seorang dari kalian ketika akan
mendatangi keluarganya (istrinya) membaca bismillah allahumma jannibnasy syaythan wa
jannibisy syaythan ma razaqtana (ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan
dari apa yang telah Engkau berikan kepada kami) maka jika Allah menakdirkan anak (dari
jima tersebut) maka setan tidak akan bisa mencelakai anak itu selamanya.
Ta`alluq (Hubungan) Kata Bismillah
Menurut para ulama ilmu Nahwu, ada dua pendapat mengenai takdir (perkiraan kata)
ta`alluq huruf ba dalam kata bismillah. Apakah ta`alluq-nya itu kata isim atau fi`il$. Ulama
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

yang me-takdir-kan ta`alluq-nya kata isim, maka takdir-nya adalah bismillahi ibtida`i
(bismillah adalah permulaanku). Hal ini berdasarkan firman Allah, Dan dia berkata,
Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu
berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Q 11:41). Adapun ulama yang berpendapat ta`alluq-nya kata fi`il maka takdir-nya abda`u
Page|5of15
bismillah atau ibtada`tu bismillah (aku memulai dengan membaca bismillah). Ta`alluq
kepada fi`il ini berdasarkan firman Allah, Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan. (Q 96:1). Kedua pendapat di atas adalah benar. Fi`il pasti mempunyai
bentuk mashdar (isim). Oleh karena itu, bismillah bisa di-takdir-kan dengan fi`il beserta
mashdarnya, tergantung kepada aktivitas yang akan dilakukan, seperti berdiri, duduk,
makan, minum, membaca, wudhu, atau shalat. Intinya menyebut nama Allah disyariatkan
dalam semua aktivitas tersebut sebagai bentuk tabarruk dan isti`anah (meminta pertolongan)
untuk kesempurnaan dan diterimanya amal. Allahu a`lam.
Makna Kata Allah
Allah adalah nama untuk tuhan yang Mahasuci dan Mahatinggi. Allah pun disebut dengan
nama-nama yang agung (al-asma al-a`zham) karena mempunyai semua sifat tersebut. Allah
Swt. berfirman: Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang
nyata, Dialah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak ada tuhan selain
Dia. Maha Raja yang Mahasuci, yang Mahasejahtera, yang Menjaga Keamanan, Pemelihara
Keselamatan, yang Mahaperkasa, yang Mahakuasa, yang Memiliki Segala Keagungan.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang
Mengadakan, yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di
langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
(Q 59:22-24). Nama-nama Allah yang lain digunakan pula sebagai sifat-Nya. Allah Swt.
berfirman: Dan Allah memiliki Asma`ul Husna (nama-nama yang terbaik), maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma`ul Husna itu.... (Q 7:180). Katakanlah
(Muhammad), Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma`ul Husna).... (Q
17:110). Dalam shahihain diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama. Siapa yang selalu menyebutnya maka ia akan
masuk surga.
2. Makna Kata Al-Hamd
Abu Jafar bin Jarir mengatakan bahwa makna alhamdu lillah adalah bersyukur kepada
Allah dengan cara membersihkan-Nya dari semua yang disembah selain Allah oleh
makhluk-Nya karena nikmat yang tidak terhitung yang telah diberikan kepada hamba-Nya,
bersyukur dengan cara mempergunakan anggota tubuh dalam ketaatan kepada-Nya dan
melaksanakan semua kewajiban, bersyukur karena Allah telah memberikan kelapangan
rezeki di dunia, dan bersyukur karena telah memberikan nikmat kehidupan tanpa dimintanya
terlebih dahulu sebelumnya, bersyukur atas segala peringatan yang ditujukan kepada para
hamba yang dapat menyebabkan mereka terus berada dalam kenikmatan yang kekal. Hanya
bagi Tuhan puji syukur dipanjatkan atas semua itu, pada awal dan akhir segalanya. Ibnu
Jarir berkata bahwa makna alhamdu lillah adalah pujian yang ditujukan kepada Dzat-Nya.
Dalam kata tersebut terkandung perintah kepada hamba-Nya untuk memuji-Nya. Oleh
karena itu, seakan-akan dalam kalimat tersebut Allah Swt. berfirman katakanlah alhamdu
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

lillah. Menurut pendapat lain, kalimat alhamdu lillah adalah pujian kepada Allah dengan
menggunakan asma`ul husna dan sifat-Nya yang Mahatinggi, sedangkan kalimat asy-syukru
lillah adalah pujian kepada Allah karena nikmat dan karunia-Nya.
Perbedaan Antara Al-Hamdu dan Asy-Syukru
Pada kenyataannya, antara dua kata tersebut terdapat keumuman dan kekhususan masingPage|6of15
masing. Kata al-hamdu itu lebih umum daripada kata asy-syukru karena al-hamdu ada
karena sifat-sifat yang senantiasa melekat dan terus berjalan. Contohnya kalimat aku memuji
(al-hamdu) dia karena kemuliaannya. Akan tetapi, kata al-hamdu hanya khusus ada dalam
ucapan. Sedangkan kata asy-syukru lebih umum dari al-hamdu karena asy-syukru adanya
dalam ucapan, perbuatan, dan niat. Akan tetapi asy-syukru ada karena sifat yang berjalan
saja. Oleh karena itu, tidak ada kalimat aku bersyukur karena kemuliaan dan kecakapannya.
Ini adalah kesimpulan yang ditetapkan oleh ulama masa kini. Wallahu a`lam. Abu Nashr
Ismail bin Hammaad al-Jauhari mengatakan bahwa al-hamdu lawan dari adz-dzamm
(mencela). Al-hamdu lebih umum dari asy-syukru karena asy-syukru adalah pujian kepada
orang yang berbuat baik kepadanya. Adapun al-madhu yang berarti juga pujian, ini lebih
umum dari al-hamdu karena al-madhu bisa ditujukan kepada yang hidup atau benda mati
seperti makanan, tempat, dan lain sebagainya, dan al-madhu itu bisa ada sebelum atau
sesudah adanya kebaikan.
Pendapat Ulama Salaf tentang Makna Al-Hamdu
Hafsh meriwayatkan bahwa Umar pernah bertanya kepada Ali dan beberapa sahabat yang
lain, Kita sudah tahu makna la ilaha illallahu wa subhanallahi wallahu akbaru (Tiada Tuhan
selain Allah, Mahasuci Allah, Allah Mahabesar), lalu apa makna al-hamdu lillah? Ali
menjawab, Itu adalah kata yang disukai Allah jika ditujukan untuk-Nya. Dia rida kata itu
ditujukan untuk-Nya. Allah juga senang lafazh itu diucapkan. Ibnu Abbas berkata bahwa
al-hamdu lillah adalah kalimat syukur. Jika seorang hamba mengatakan al-hamdu lillah,
Allah berkata:hambaku telah bersyukur kepada-Ku. (HR ibnu Abu Hatim).
Keutamaan Al-Hamdu
Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari al-Aswad bin Sari`, al-Aswad berkata: Aku
berkata, ya Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang kalimat pujian untuk memuji tuhanku
yang Mahasuci dan Mahatinggi! Rasulullah saw menjawab: Tuhanmu menyukai kata alhamdulillah. Hadits senada pun diriwayatkan oleh an-Nasa`i. Abu Isa al-Hafizh atTirmidzi, an-Nasa`i, dan ibnu Majah meriwayatkan dari Musa bin Ibrahim bin Katsir, dari
Thalhah bin Kharrasy, dari Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
Zikir yang paling utama adalah la ilaha illallah dan doa yang paling utama adalah alhamdu
lillah. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini bernilai hasan gharib. Ibnu Majah
meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang
hamba yang diberi nikmat oleh Allah kemudian mengucapkan al-hamdu lillah melainkan
apa yang akan diberikan itu akan lebih utama dari apa yang ia telah dapatkan. Dalam Sunan
ibnu Majah, dari ibnu umar bahwa Rasulullah saw bersabda: Ada seorang hamba dari
hamba-hamba Allah berzikir dengan mengucapkan, Ya rabbi lakal-hamdu kama yanbagi
lijalali wajhika wa li`azhimi sulthanika (Wahai Tuhanku, segala puji hanya milik-Mu,
sebagaimana hal itu pantas diberikan untuk keagungan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaanMu). Pahala Zikir itu pun sampai menekan dua malaikat pencatat amal. Kedua malaikat itu
tidak tahu bagaimana harus mencatatnya sehingga keduanya naik ke langit dan bertanya
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

kepada Allah, Wahai Tuhan kami, ada seorang hamba yang mengucapkan sebuah zikir
yang kami tidak tahu bagaimana harus mencatatnya. Allah bertanya - Dia sesungguhnya
lebih tahu apa yang telah diucapkan hamba-Nya itu, Apa yang diucapkan hamba-Ku itu?
Kedua malaikat menjawab, Wahai Tuhan kami, dia mengucapkan, Ya rabbi lakal-hamdu
kama yanbagi lijalali wajhika wa li`azhimi sulthanika (Wahai Tuhanku, segala puji hanya
milik-Mu, sebagaimana hal itu pantas diberikan untuk keagungan wajah-Mu dan kebesaran Page|7of15
kekuasaan-Mu) Allah lalu berkata kepada kedua malaikat itu, Tulislah persis seperti apa
yang telah ia ucapkan. Kelak kalau ia sudah menemui-Ku, Aku sendiri yang akan
membalasnya.
Huruf Alif dan Lam pada Kata Al-Hamdu
Huruf alif dan lam pada kata al-hamdu mempunyai makna istighraq yaitu mencakup
keseluruhan jenis pujian, dan semua pujian tersebut adalah milik Allah. Dalam satu hadits
disebutkan: Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, hanya milik-Mu segala kerajaan, hanya
berada di tangan-Mu segala kebaikan, dan semua urusan hanya akan kembali kepada-Mu.
Makna Kata Rabb
Kata rabb adalah penguasa yang bebas melakukan apa saja. Kata ini dalam bahasa Arab
sama dengan makna kata sayyid (tuan). Perbuatan yang dilakukan-Nya adalah untuk
kemaslahatan. Semua makna itu benar-benar milik Allah. Kata rabb tidak digunakan untuk
selain Allah. Jika mau digunakan maka harus di-idhafah-kan (digabungkan) dengan kata
lain, seperti rabbud dar (pemilik rumah). Menurut satu pendapat, kata rabb termasuk kepada
al-asma` al-a`zham (nama-nama Allah yang agung).
Makna Kata Al-`Alamin
Al-`alamin adalah bentuk jamak dari kata `alam, yaitu segala sesuatu yang ada selain Allah
Swt. Kata `alam itu sendiri adalah jamak, bukan tunggal dilihat dari segi lafalnya. Kata
`awalam (jamak dari kata `alam secara aturan kaidah bahasa. Pent) adalah kelompokkelompok makhluk yang ada di langit, darat, dan laut. Bahkan dari segi bahasa, setiap kurun
waktu dan generasi tertentu pun disebut `alam. Al-Farra` dan Abu Ubaid berkata: `alam
adalah suatu gambaran untuk makhluk yang berakal, seperti manusia, jin, malaikat, dan
setan. Oleh karena itu, binatang tidak bisa disebut `alam. Zaid bin Aslam dan Abu
Muhaishin mengatakan bahwa `alam adalah setiap makhluk yang memiliki ruh dan bersuara.
Qatadah mengatakan bahwa setiap golongan adalah `alam. Az-Zujaj pun mengatakan bahwa
`alam adalah segala sesuatu yang Allah ciptakan di dunia dan di akhirat. Al-Qurtubi
mengatakan (pendapat ini adalah yang sahih) bahwa `alam mencakup seluruh alam. Seperti
yang terdapat dalam firman Allah: Fir`aun bertanya, Siapa Tuhan seluruh alam itu? Dia
(Musa) menjawab, Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
(itulah Tuhanmu), jika kamu memercayai-Nya. (Q 26:23-24). Kata al-`alam berasal dari
kata al-`alamah (ciri, dalil) karena `alam dapat menunjukkan atau menjadi dalil adanya
penciptanya dan keesaan sang Pencipta itu.
3. Tafsir Ar-Rahman Ar-Rahim
Ar-Rahman Ar-Rahim adalah dua nama yang berasal dari kata ar-rahmah dalam bentuk
mubalaghah (bentuk kata yang mempunyai arti sangat). Kata arrahman lebih mubalaghah
daripada kata ar-rahim. Demikian pendapat yang dipahami dari perkataan ibnu Jarir. AlQurthubi berkata bahwa dalil tentang asal kata ar-rahman ar-rahim adalah hadits yang
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Abdurrahman bin `auf bahwa beliau pernah mendengar
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

Rasulullah saw bersabda: Allah Swt. berfirman, Aku adalah ar-Rahman. Aku ciptakan dan
membuat sebuah nama-Ku dari kata itu. Siapa yang menghubungi-Ku dengan menyebut
nama tersebut, maka Aku pun akan menghubunginya. Siapa yang tidak menyebut nama-Ku
itu maka Aku pun akan meninggalkannya. Adapun pengingkaran orang-orang Arab
terhadap nama ar-rahman, hal ini disebabkan kebodohan mereka. Al-Qurthubi mengatakan
Page|8of15
lagi bahwa menurut satu pendapat, ar-rahman ar-rahim maknanya satu (sama). Ini adalah
pendapat Abu Ubaid. Menurut pendapat lain, bentuk kata fa`lan (ar-rahman) maknanya
tidak sama dengan bentuk kata fa`il (ar-rahim). Fa`lan mempunyai makna mubalaghah
dalam perbuatan. Seperti ucapan rajulun ghadhbanun (orang itu sangat marah). Sedangkan
bentuk kata fa`il (rahim) terkadang mempunyai makna fa`il (pelaku) atau maf`ul (objek).
Abu Ali al-Farisi berkata bahwa kata ar-rahman adalah nama yang umum yang mencakup
segala bentuk rahmah (kasih sayang). Nama tersebut khusus bagi Allah. Sedangkan arRahim adalah kasih sayang Allah bagi orang-orang beriman. Allah Swt. berfirman: ...Dan
Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q 33:43). Ibnu Abbas
mengatakan bahwa ar-rahman ar-rahim adalah dua nama yang lembut. Yang satu lebih
lembut dari yang lainnya, yaitu yang satu lebih banyak rahmatnya dibanding yang lainnya.
Ibnu Jarir berkata dari as-Sirri bin Yahya at-Tamimi, dari Utsman bin Zafr bahwa Utsman
bin Zafr mendengar al-`azrami berkata: ar-rahman untuk semua makhluk, sedangkan arrahim hanya untuk orang-orang mukmin. Oleh karena itu, Allah Swt. berfirman: ...
kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pengasih..., (Q 25:59),
(Yaitu) yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arsy. (Q 20:5). Allah Swt.
menyebutkan kata semayam dengan subjek ar-rahman. Hal ini menunjukkan bahwa kasih
sayang Allah bagi semua makhluk-Nya. Dalam ayat lain Allah berfirman: ... Dan Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman, (Q 33:43). Ayat tersebut menunjukkan
bahwa kata ar-Rahim mencakup kasih sayang yang khusus ditujukan untuk orang-orang
mukmin. Dalil di atas menunjukkan bahwa ar-rahman lebih mubalaghah dalam hal rahmat
karena berlaku bagi semua makhluk. Sedangkan ar-rahim hanya untuk orang-orang mukmin.
Akan tetapi, ada pula sebuah doa ma`tsur yang menyebutkan, Zat yang Maha Pengasih di
dunia dan akhirat dan Zat yang Maha Penyayang (di dunia dan akhirat). Kata ar-Rahman
hanya disebutkan sebagai sifat bagi Allah swt., tidak boleh disebutkan untuk atau dibuat
sebagai nama selain-Nya. Allah swt. berfirman, Katakanlah (Muhammad), Serulah Allah
atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu menyeru, Dia mempunyai
nama-nama yang terbaik (Asma`ul Husna).... (Q 17:110), Dan tanyakanlah (Muhammad)
kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, apakah Kami menentukan
tuhan-tuhan selain (Allah) yang Maha Pengasih untuk disembah? (Q 43:45). Oleh karena
itu, ketika Musailamah al-Kadzdzab dengan menyebut dirinya sebagai Rahmanul-Yamamah
maka Allah menghukumnya dengan memberikan gelar al-kadzdzab (orang yang paling
dusta) dan gelar baginya itu dikenal umat manusia hingga kini. Karenanya, Musailamah
tidak disebut kecuali dibarengi dengan kata al-Kadzdzab. Dia menjadi percontohan bagi
setiap orang yang berdusta, baik saat sekarang maupun saat nanti, baik orang badui maupun
orang Arab. Berdasarkan keutamaan kata ar-rahman ini, Allah Swt. mendahulukan nama ini
bagi Dzat-Nya dan tidak boleh dipakai oleh selain-Nya, dan menjadi sifat pertama bagi-Nya.
Allah Swt. Berfirman, Katakanlah (Muhammad), Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman.
Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

yang terbaik (Asma`ul Husna) ... (Q 17:110). Tidak ada yang mengikuti Musailamah alYamamah yang menggunakan nama ar-rahman kecuali orang-orang yang sesat. Adapun
kata ar-rahim, Allah Swt. membolehkan dijadikan sifat bagi yang lainnya. Allah Swt.
berfirman, Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
Page|9of15
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang (rahim) terhadap orang-orang yang
beriman. (Q 9:128). Begitu pula dengan sifat-sifat Allah yang lainnya (selain ar-rahman)
yang dibolehkan dijadikan sifat bagi selain Allah. Allah Swt. berfirman, Sungguh, Kami
telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar
(sami`an) dan melihat (bashiran). (Q 76:2). Jadi, kesimpulannya adalah ada nama-nama
Allah Swt. yang boleh dipakai nama dan ada pula yang tidak boleh dipakai nama untuk
selain Allah, seperti nama Allah, ar-Rahman, al-Khaliq, ar-Razzaq, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, Allah Swt. memulai nama dan sifatnya dengan kata ar-rahman karena kata
tersebut lebih spesifik dan lebih ma`rifat daripada kata ar-rahim. Hal ini karena penamaan di
awal harus dengan nama yang paling mulia, sehingga Allah memulainya dengan nama/sifat
yang paling spesifik di antara yang spesifik. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh
Ummu Salamah disebutkan bahwa Rasulullah saw memotong-motong bacaan al-Fatihahnya
huruf demi huruf (bis-mil-lahir-rahmanir-rahim. Al-ham-du lil-lahi rabbil `a-lamin. Ar-rahmanir-rahim. Dan seterusnya). Para sahabat pun ada yang membacanya seperti itu, dan ada
pula yang membacanya disambung langsung kata demi kata. Al-Qurthubi mengatakan
bahwa penyebutan sifat Allah ar-rahmanir-rahim setelah penyebutan sifat rabbul-`alamin
merupakan bentuk targhib (memotivasi beramal) setelah setelah tarhib (mengancaman
siksaan). Hal ini sama dengan firman Allah swt. Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku
bahwa Akulah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya azab-Ku
adalah azab yang sangat pedih. (Q 15:49-50), ...Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat
memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q 6:165). Kata
rabb dalam ayat di atas mengandung makna tarhib, sedangkan ghafurur rahim mengandung
makna targhib. Dalam hadits riwayat Muslim, dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah
saw bersabda: Jika seorang mukmin mengetahui siksaan Allah maka tidak seorang pun dari
mereka yang sangat mengharapkan surga-Nya (hanya memohon cukup selamat dari siksaNya. pent). Jika seorang kafir mengetahui rahmat Allah maka tidak seorang pun dari mereka
yang akan berputus asa terhadap rahmat-Nya.
4. Makna Kata Malik
Penyebutan penguasaan atas hari Kiamat secara khusus di sini tidak menafikan kekuasaanNya atas selain hari Kiamat karena telah disebutkan sebelumnya bahwa Allah swt. adalah
Tuhan seluruh alam. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan Allah mencakup semua
kekuasaan yang ada di dunia dan akhirat. Adapun penghubungan kata malik dengan kata
yawmiddin (hari Kiamat) disebabkan pada hari Kiamat itu tidak seorang pun dapat
mengaku-aku suatu hal apapun dan tidak dapat berbicara kecuali atas izin Allah swt. Allah
swt. berfirman, Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak
berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha
Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar. (Q 78:38), ... dan semua suara tunduk
merendah kepada Tuhan yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisikAplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

bisik. (Q 20:108), Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali
dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia. (Q
11:105). Adh-Dhahhak berkata bahwa makna kalimat maliki yaumiddin adalah tidak ada
seorang pun yang berkuasa terhadap hukuman pada hari itu sebagaimana penguasa ketika di
dunia.
Page|10of15
Makna Yaumiddin
Yaumiddin adalah hari perhitungan bagi semua makhluk. Hari itu adalah hari kiamat.
Mereka akan menebus hutang-hutang amal mereka. jika baik, maka balasannya pun baik.
Jika buruk maka balasannya pun buruk kecuali jika Allah memaafkan. Ini adalah pendapat
para sahabat, tabi`in, dan ulama salaf.
Raja dan Rajanya Para Raja adalah Allah
Pada hakikatnya, raja itu adalah Allah Swt. Allah berfirman: Dialah Allah, tidak ada tuhan
selain Dia. Maharaja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera. (Q 59:23). Dalam shahihain
diriwayatkan secara marfu` dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: Seburukburuk nama seseorang di mata Allah adalah malikul-amlak (raja segala raja). Sesungguhnya
tidak ada raja selain Allah Swt. Allah Swt. menggenggam bumi dan melipat langit-langit
dengan tangan kanan-Nya. Dia berkata, Akulah sang raja. Di manakah raja-raja yang ada di
bumi? Di manakah orang-orang yang sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang
sombong? Allah Swt. pun berfirman: Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah
yang Maha Esa, Maha Mengalahkan. (Q 40:16). Adapun penyebutan kata malik oleh Allah
kepada makhluknya di dunia, maka kata tersebut mempunyai makna majaz, seperti yang
terdapat dalam firman-Nya, Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi malika
(raja).... (Q 2:247) ...karena di hadapan mereka ada seorang malik (raja).... (Q 18:79),
...ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan menjadikan kamu sebagai muluka
(orang-orang merdeka).... (Q 5:20), dalam shahihain disebutkan, Seperti muluk (raja-raja)
dalam keluarga.
Tafsir Kata Ad-Din
Ad-din artinya adalah balasan dan perhitungan. Allah Swt. berfirman, Pada hari itu Allah
menyempurnakan din (balasan) yang sebenarnya bagi mereka.... (Q 24:25), ...apakah kita
benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan? (Q 37:53). Maksud dari kata din
dan madinun pada ayat di atas adalah diberi balasan ataupun perhitungan. Dalam satu hadits
disebutkan, orang yang cerdas adalah orang yang dana (menghitung) dirinya lalu beramal
untuk bekal mati. Umar pernah berkata, Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian
dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang. Bersiap-siaplah kalian dihadapkan
kepada Dzat yang Mahabesar yang tidak samar bagi-Nya semua perbuatan kalian. Pada hari
itu kalian dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kalian yang
tersembunyi (bagi Allah).
5. Makna Ibadah
Secara bahasa, ibadah artinya adalah hina. Sedangkan menurut syara` ibadah adalah suatu
ibarat untuk sesuatu yang dapat mengumpulkan kesempurnaan cinta, tunduk, dan rasa takut.
Rahasia Mendahulukan Objek (Maf`ul) dan Iltifat (Perpindahan Kata Ganti)
Maf`ul (objek), yaitu kata iyyaka didahulukan dan diulang guna menarik perhatian dan
hashr (membatasi). Jadi maknanya adalah kami tidak beribadah kecuali hanya kepada-Mu
dan tidak akan bertawakal kecuali hanya kepada-Mu. Kalimat ini merupakan bentuk dari
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

kesempurnaan ketaatan. Seluruh inti ajaran agama Islam bisa dirujuk kepada dua makna ini.
Hal ini sama dengan pendapat ulama salaf: Al-Fatihah adalah rahasianya al-Quran.
Sedangkan rahasianya al-Fatihah adalah iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in. Kalimat yang
pertama (iyyaka na`budu) membersihkan diri dari syirik. Sedangkan kalimat yang kedua
adalah membersihkan diri dari kekuatan lain selain Allah dan menyerahkan sepenuhnya
Page|11of15
kepada Allah. Makna ayat ini sama dengan ayat lain seperti firman Allah Swt.: ...Maka
sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu tidak akan lengah terhadap
apa yang kamu kerjakan. (Q 11:123), Katakanlah, Dialah yang Maha Pengasih, kami
beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal.... (Q 67:29), (Dialah) Tuhan
timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung. (Q
73:9). Dalam kalimat iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in terjadi perpindahan kata ganti,
yaitu dari orang ketiga kepada orang kedua. Hal ini dimaksudkan agar kehadiran Allah Swt.
terasa lebih dekat. Oleh karena itulah Allah berfirman iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in.
Tauhid Uluhiyah (Ketuhanan)
Adh-Dhahhak berkata dari ibnu Abbas bahwa iyyaka na`budu maknanya adalah hanya
kepada-Mu kami mengesakan, takut, dan berharap wahai Tuhan kami yang tidak ada tuhan
selain Engkau.
Tauhid Rububiyah
Iyyaka nasta`in maknanya adalah kami meminta kepada-Mu agar selalu taat terhadap semua
perintah. Qatadah berkata bahwa iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in berisi perintah untuk
ikhlas dalam beribadah dan perintah untuk meminta pertolongan dalam segala urusan.
iyyaka na`budu didahulukan karena tujuan utamanya adalah beribadah, sedangkan meminta
pertolongan hanya sebagai perantara untuk beribadah. Jadi, yang perlu diperhatikan adalah
mendahulukan yang paling penting dari yang penting. Wallahu a`lam.
Allah Swt. Menyebut Nabi-Nya Hamba (`abd) yang Berkedudukan Mulia
Allah Swt. menyebut Rasulullah saw sebagai hamba (`abd) dalam kedudukan yang mulia.
Allah Swt. berfirman: Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Quran)
kepada hamba-Nya.... (Q 18:1), Dan sesungguhnya ketika hamba Allah (Muhammad)
berdiri menyembah-Nya (melaksanakan shalat).... (Q 72:19), Mahasuci (Allah), yang
telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari.... (Q 17:1). Allah swt.
menyebut Rasulullah saw sebagai hamba ketika menurunkan wahyu kepadanya, ketika
Rasulullah saw beribadah dan berdoa, dan ketika meng-isra`-kannya.
Petunjuk untuk Ibadah ketika Dada Terasa Sempit
Ayat kelima surat al-Fatihah ini menunjukkan agar Rasulullah saw beribadah kepada Allah
Swt. ketika dada merasa sempit karena pendustaan orang-orang yang menentang. Allah Swt.
berfirman: Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa
yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di
antara orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang
kepadamu. (Q 15:97-99).
6. Rahasia Diakhirkannya Doa setelah Memuji
Setelah memuji kepada Dzat yang Mahasuci dan Mahatinggi, disambung dengan permintaan
kepada-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi; Sebagian al-Fatihah
adalah untuk-Ku dan sebagian lagi untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan apa yang
ia minta. Ini adalah keadaan yang sempurna bagi seorang hamba yang meminta dengan
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

memujinya terlebih dahulu, kemudian memohon permintaan keperluan dirinya dan


keperluan saudaranya yang seiman dengan ucapan ihdinash shirathal mustaqim. Dengan
demikian, ia mudah memperoleh keperluannya dan permintaannya dikabulkan. Allah
menunjukkan doa ini kepada hamba-Nya sebab doa ini merupakan doa yang sempurna.
Terkadang permintaan itu suka disertai dengan pemberitahuan keadaan orang yang meminta
Page|12of15
dan kebutuhannya, sebagaimana doa Nabi Musa: Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat
memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku. (Q 28:24).
Terkadang juga permintaan didahului oleh penyebutan sifat Dzat yang diminta, seperti
permintaan Dzunnun: ... maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap :Tidak ada
tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.
(Q 21:87). Ada pula permintaan yang hanya memuji Dzat yang diminta. Seperti dalam doa
seorang penyair: -Haruskah aku menyebutkan kebutuhanku ataukah cukup, -bagiku malu
kepada-Mu jika memang itu sampai kepada-Mu, -Saat seseorang memuji-Mu suatu hari
nanti, -maka cukup baginya Dzat yang menerima pujian itu.
Makna Hidayah
Hidayah adalah petunjuk dan taufik (kesesuaian amal dengan perintah). Di antara firman
Allah yang mengandung kata hidayah yang berarti petunjuk adalah sebagai berikut.
Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan). (Q 90:10)
Maksud dari ayat ini adalah Kami telah menerangkan kepadanya yang baik dan yang
buruk. ... Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus. (Q 16:121) ...
lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q 37:23) ...Dan sungguh, engkau
benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus. (Q 42:52) ...Segala puji bagi
Allah yang telah menunjukan kami ke (surga) ini.... (Q 7:43).
Makna Shirathal Mustaqim
Imam Abu Ja`far bin Jarir mengatakan bahwa ulama dari kalangan ahli ta`wil sepakat bahwa
shirathal mustaqim adalah jalan yang jelas yang tidak bengkok. Ini adalah arti shirathal
mustaqim yang dipakai oleh semua orang Arab. Contohnya ucapan Jarir bin `athiyah alKhathfi: Amirul Mukminin berjalan menyusuri jalan yang lurus, meski sumber air berbelokbelok (bengkok). Imam Abu Ja`far bin Jarir mengatakan dalil pendukung makna shirathal
mustaqim di atas banyak. Akan tetapi, orang-orang Arab kemudian menggunakan kata
shirath untuk setiap ucapan dan perbuatan yang mempunyai sifat lurus atau yang bersifat
bangkok, kemudian pada perkembangannya kata mustaqim diperuntukkan bagi sesuatu yang
bersifat lurus, dan mu`awwij untuk sesuatu yang bengkok. Yang dimaksud oleh sesuatu
yang lurus itu adalah ajaran Islam. Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitab Musnadnya dari
an-Nawwas bin Sam`an bahwa Rasulullah saw bersabda: Allah swt. memberikan
perumpamaan jalan yang lurus dengan kedua benteng yang ada di kedua sisinya. Tiap-tiap
benteng itu memiliki pintu-pintu yang terbuka dan tiap-tiap pintu itu tertutup oleh tirai-tirai
yang lembut. Di pintu jalan itu ada seseorang yang memanggil, Wahai manusia, masuklah
(ikutilah) kalian semua ke jalan ini dan janganlah kalian berbelok dari jalan ini. Ada pula
seseorang yang memanggil dari atas jalan ketika ada manusia yang mencoba membuka
pintu-pintu yang ada, Celakalah kamu! Jangan kamu coba-coba membuka pintu itu. Jika
kamu membuka pintu itu maka kamu akan terjerumus ke dalamnya. Jalan (shirath) sebagai
perumpamaan dari ajaran Islam, kedua benteng sebagai perumpamaan dari hukum-hukum
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

Allah, pintu-pintu yang terbuka ibarat hal-hal yang diharamkan Allah, seseorang yang
memanggil di depan jalan itu ibarat Kitab Allah, dan seseorang yang memanggil dari atas
jalan ibarat hati yang Allah tanamkan dalam jiwa setiap orang muslim. (HR Ahmad).
Orang Mukmin Meminta Hidayah padahal Ia Sudah Mendapatkannya
Jika ditanya bagaimana bisa seorang mukmin meminta hidayah setiap waktu dalam shalat
Page|13of15
atau dalam ibadah lainnya sedangkan dengan menjadi mukmin berarti ia sudah mendapat
hidayah? Apakah ini termasuk tahshil al-hashil (meraih sesuatu yang sudah diraih)?
Jawabannya adalah jika seorang mukmin tidak membutuhkan hidayah maka Allah tidak
akan menunjukkan hidayah tersebut. Seorang hamba setiap saat membutuhkan Allah Swt.
untuk agar ia tetap dalam hidayah, melihat hidayah, menambah dan terus-menerus barada
dalam hidayah. Seorang hamba tidak dapat memberikan manfaat dan madharat bagi dirinya
sendiri kecuali atas izin Allah. Oleh karena itu Allah membimbing agar hamba tersebut
selalu meminta kepada-Nya steiap saat agar terus menerus mendapat pertolongan dan tetap
dalam hidayah. Orang yang bahagia adalah orang yang permintaannya dikabulkan Allah.
Allah menjamin bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba jika berdoa, terutama bagi orang
yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan pertolongan Allah pada malam dan siang hari.
Allah Swt. berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Quran) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. (Q 4:136). Dalam ayat itu Allah
memerintahkan orang beriman untuk beriman. Ini bukan berarti tahshil al-hashil karena
yang dimaksud adalah memohon agar iman kuat dan terus menerus beramal yang dapat
membantunya berada dalam keimanan. Wallahu a`lam. Dalam ayat lain Allah
memerintahkan kepada orang mukmin untuk berdoa, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. (Q
3:8). Jadi, makna ihdinash shirathal mustaqim adalah tetapkanlah kami agar selalu berada di
jalan-Mu dan janganlah Engkau membelokan kami ke jalan yang lain. (Yaitu) jalan orangorang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Dalam hadits sebelumnya telah disebutkan bahwa
ketika seorang hamba membaca ihdinash shirathal mustaqim sampai akhir ayat, maka Allah
menjawab: Ini adalah untuk hamba-Ku dan baginya adalah segala apa yang ia minta.
7. Ayat shirathal ladzina sampai akhir ayat merupakan penjelasan (tafsir) dari ayat shirathal
mustaqim. Menurut ulama ahli Nahwu, kata tersebut merupakan badal dari shirathal
mustaqim, atau `athaf bayan. Wallahu a`lam. Orang-orang yang diberi nikmat yang
disebutkan dalam ayat ini, diterangkan pula dalam surat an-Nisaa: Dan barang siapa
menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang
yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang salih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang
demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui. (Q
3:69-70). Adapun makna ghairil maghdhubi `alaihim waladh dhallin adalah tunjukkan kami
ke jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Orang-orang
tersebut adalah orang-orang yang telah disebutkan sifat-sifatnya, yaitu orang-orang yang
mendapatkan hidayah, istiqamah, taat kepada Allah dan rasul-Nya, melaksanakan perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Adapun makna ghairil maghdhubi `alaihim adalah orangAplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

orang yang mempunyai niat rusak. Mereka mengetahui kebenaran tetapi selalu berpaling
darinya. Sedangkan makna waladh dhallin adalah orang-orang yang tidak mempunyai ilmu
(tidak mengetahui) sehingga mereka selalu bingung dan berada dalam kesesatan dan tidak
mendapat petunjuk kepada kebenaran. Pada kalimat waladhallin dikuatkan dengan kata la
untuk menunjukkan bahwa pada ayat ini diterangkan ada dua jalan yang rusak, yaitu jalan
Page|14of15
Yahudi dan jalan Nasrani. Dengan adanya penguat kata la tersebut diharapkan semua
manusia menjauhi jalan tersebut. Jalan orang-orang beriman mencakup pengetahuan tentang
kebenaran dan mengamalkannya. Sedangkan jalan Yahudi tidak mengamalkan kebenaran,
dan jalan Nasrani tidak mengetahui kebenaran. Oleh karena itu, kata ghadhab/maghdhub
(dimurkai) dihubungkan kepada Yahudi, sedangkan dhalal (kesesatan) dihubungkan kepada
Nasrani. Orang yang mengetahui tetapi tidak mengamalkan maka ia akan mendapatkan
murka Allah. Lain halnya dengan orang yang tidak mengetahui. Orang-orang Nasrani ketika
mereka bermaksud melakukan sesuatu, mereka tidak tahu jalannya dan tidak tahu pintu
kebenaran sehingga mereka menjadi sesat. Oleh karena itu, Allah Swt. mengkhususkan kata
ghadhab kepada Yahudi. Allah Swt. berfirman: ...Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai
Allah.... (Q 5:60). Kemudian Allah mengkhususkan kata dhalal kepada Nasrani. Allah swt.
berfirman: ...orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak
(manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus. (Q 5:77). Selain itu, banyak
pula hadits-hadits dan atsar yang menerangkan tentang sifat-sifat mereka. Imam Ahmad
meriwayatkan dari `addi bin Hatim bahwa ketika tentara Rasulullah tiba, bibi `addi bin
Hatim dan beberapa penduduk yang lain ditangkap. Mereka dikumpulkan dan dibawa ke
hadapan Rasulullah. Bibi `addi bin Hatim berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya utusan
telah datang dan anak terpisah dari orang tuanya. Aku adalah seorang perempuan tua yang
sudah tidak bisa berbuat apa-apa, bebaskanlah aku, sehingga Allah akan memberikan
karunia-Nya kepadamu. Rasulullah bertanya, Siapa yang mengutusmu? Bibi Addi
menjawab, Addi bin Hatim. Rasulullah berkata, Diakah orang yang telah lari dari Allah
dan Rasul-Nya$ Bibi Addi berkata, Bebaskanlah aku. Ketika Rasulullah meninggalkan
para tawanan itu, seseorang yang dilihat oleh bibi Addi sebagai Ali bin Abu Thalib berkata,
Mintalah kepada `addi bin Hatim jaminan kebebasan. Bibi Addi pun meminta jaminan itu
kepada `addi. Bibi Addi kemudian berkata kepada `addi, Orang itu (Ali) telah melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh ayahmu. Ia didatangi seseorang yang meminta
sesuatu kepadanya, ia memberikannya. Ia didatangi seseorang yang meminta sesuatu
kepadanya, ia memberikannya lagi. Ia didatangi seseorang yang meminta sesuatu
kepadanya, ia memberikannya lagi. Aku pun mendatanginya, barangkali ia memiliki istri
dan anak-anak. `addi lalu menyebutkan bahwa Ali dan keluarganya sangat dekat dengan
Rasulullah. `addi kemudian berkata, Aku lalu mengetahuinya bahwa ia ternyata bukan Raja
Kisra ataupun Raja Qaishar. Rasulullah bertanya kepada `addi, Wahai `Addi, apa yang
membuatmu lari dari menegakkan kata la ilaha illallah? Apakah memang ada tuhan selain
Allah? Apa yang membuatmu lari dari kata Allahu akbar? Apakah memang ada yang lebih
besar daripada Allah? `addi meneruskan ceritanya, Kemudian aku pun masuk Islam. Aku
lalu melihat wajah Rasulullah terlihat gembira kemudian bersabda, Sesungguhnya orangorang yang dimurkai yaitu orang-orang Yahudi, sedangkan orang-orang yang sesat yaitu
orang-orang Nasrani. (HR Ahmad). At-Tirmidzi meriwayatkan hadits yang sama dan
menyebutkan bahwa hadits tersebut hasan gharib. Dalam kitab-kitab Sirah pun disebutkan,
AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

dari Zaid bin `amr bin Nufail bahwa ketika ia berangkat beserta para sahabatnya menuju
Syam, mereka hendak mencari agama yang lurus. Orang-orang Yahudi di Syam berkata
kepada Zaid: Sesungguhnya kamu tidak bisa masuk golongan kami sebelum kamu mau
menjadi orang yang mendapat murka Allah. Zaid berkata: Aku ingin menjauhi murka
Allah. Kemudian orang Nasrani berkata: Kamu tidak bisa masuk golongan kami sebelum
kamu mau ambil bagian dari orang yang dibenci Allah. Zaid berkata: Aku tidak bisa! Aku Page|15of15
ingin terus berada dalam fitrah, menjauhi menyembah patung dan agama orang-orang
musyrik. Akhirnya Zaid tidak ikut gabung Yahudi dan Nasrani. Sedangkan sahabat Zaid
lainnya ada yang ikut gabung menjadi Nasrani karena mereka melihat Nasrani dan Yahudi
hampir sama. Di antara sahabat Zaid yang menjadi Nasrani adalah Waraqah bin Naufal.
Akan tetapi Waraqah mendapat hidayah masuk Islam ketika Rasulullah saw diutus.
Kata in`am (memberi nikmat) Dihubungkan kepada Allah, Kata Dhalal (sesat) tidak
Dihubungkan, dan Bantahan terhadap Kaum Qadariyah
Betapa indahnya susunan kalimat yang menghubungkan kata memberi nikmat
(in`am/an`amta) kepada Allah dalam ayat shirathal ladzina `an`amta alaihim, dan
membuang fa`il (subjek) dalam kalimat ghairil maghdhubi alaihim, walaupun pada
hakikatnya Allah-lah yang menjadi subjek memberi nikmat dan memurkai, sebagaimana
yang disebutkan dalam firman-Nya, Tidakkah engkau perhatikan orang-orang (munafik)
yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah? (Q 58:14). Demikian pula dengan
penyandaran kata dhalal (sesat) kepada orang yang melakukannya padahal pada hakikatnya
Allah-lah yang membuat mereka sesat dengan kekuasaan-Nya. Allah Swt. berfirman:
...Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang
dapat memberi petunjuk kepadanya. (Q 18:17). Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah,
maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing
dalam kesesatan. (Q 7:186). Masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa hanya
Allah yang memegang petunjuk dan kesesatan. Golongan Qadariyah dan pengikutnya
menyebutkan bahwa seorang hamba mempunyai kemampuan untuk memilih petunjuk atau
kesesatan. Mereka berhujah dengan ayat-ayat mutasyabih dan meninggalkan ayat yang
sudah jelas bertentangan dengan pendapat mereka. Pendapat mereka termasuk dalam
kesesatan dan dosa. Dalam sebuah hadits disebutkan: Jika kalian melihat orang-orang yang
mengikuti ayat-ayat mutasyabihat di dalam al-Quran maka merekalah yang telah disebutkan
oleh Allah. Jauhilah mereka! Yang dimaksud dengan yang telah disebutkan oleh Allah
adalah firman Allah, ...Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan,
mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari
takwilnya.... (Q 3:7). Oleh karena itu, pendapat-pendapat orang ahli bid`ah, tidak ada satu
pun dalil al-Quran yang digunakannya yang dapat dijadikan hujjah. Al-Quran datang
menjelaskan yang hak dan yang batil, membedakan petunjuk dan kesesatan. Dalam al-Quran
tidak ada ayat yang saling bertentangan karena ia datang dari Allah, tuhan yang
Mahabijaksana dan Maha Terpuji.

AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

TafsirQuranSurahAlFatihah

Mengapa 3 Tafsir Utama?


Konten 3 tafsir utama merupakan proyek dari SmartQuran dan QuranDigital. Pemilihan
ketiga tafsir berdasarkan pertimbangan pentingnya pembelajaran berjenjang dari yang
ringkas (Tafsir Jalalain), mudah (Tafsir Al-Muyassar), dan lengkap (Tafsir Ibnu Katsier).
Apakah itu SmartQuran?
SmartQuran adalah suatu konsep baru dalam penyajian mushaf Al-Quran (buku cetak,
printed matter). Melalui inovasi yang telah terdaftar sebagai paten Indonesia di Dirjen HKIKemenkumham RI, Mushaf SmartQuran dapat berinteraksi dengan smartphone Anda.
Pada setiap ujung ayat Al-Quran (tulisan Arab) terdapat sebuah QR code (kode batang) yang
dapat di-scan oleh smartphone yang telah terinstall aplikasi SmartQuran (FREE on
Playstore dan BlackBerry Application World). Begitu QR code ayat tersebut dibaca, maka
pada layar smartphone akan ditampilkan puluhan konten terkait ayat tersebut (asbabunnuzul,
terjemah, statistika, 3 tafsir utama, dll).
Apakah itu QuranDigital?
QuranDigital adalah satu-satunya aplikasi mobile Al-Quran berbasis teks (bukan image
atau flash) untuk smartphone yang sistem harakatnya (penandaan tulisan) sesuai dengan
kaidah baca IQRA atau standard Kemendag RI. Inovasi QuranDigital terletak pada sistem
teks lokal dan konten-kontennya yang berbahasa Indonesia. QuranDigital adalah aplikasi
gratis yang ada pilihan pembelian di dalamnya (purchase in application). Teks Al-Quran
(tulisan arab) pada QuranDigital adalah FREE. Sedangkan konten-kontennya (Tafsir,
asbabunnuzul, dll) harus dibeli sebelum dapat ditampilkan pada aplikasi. Saat ini, aplikasi
QuranDigital baru tersedia untuk Android (min Jelly bean 4.2.1) dan BlackBerry OS 10.
QREANOVA
SmartQuran dan QuranDigital adalah produk inovasi dari QREANOVA, perusahaan
yang pengembangan produk-produknya diinspirasi oleh Al-Quran. SmartQuran dan
QuranDigital sebagai merek, telah terdaftar di Dirjen HKI Kemenkumham RI.
Media Daring
Twitter: @SmartQuran dan @QuranDigital_
Fanpage: Facebook.com/smartquran dan Facebook.com/qurandigital.indonesia
Web: smartquran.co (bukan com)
Playstore link SmartQuran: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.smartquran
Playstore link QuranDigital:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.theynich.android.qurandigital
CS WA: 0852.1471.0257
CS PIN BB: 232FE839
BBM Channel: C0020AB1E (SmartQuran) dan C001A97F3 (QuranDigital)

AplikasiQuranDigital|FREEonPlaystore

www.smartquran.co

Page|16of15

Anda mungkin juga menyukai