PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengangguran adalah suatu hal yang tidak asing lagi di Negara kita, pengangguran tidak
semata-mata disebabkan oleh penduduk yang tidak mau bekerja, namun terdapat banyak
penyebab dari pengangguran tersebut, bias dari factor pemerintah maupun pihak lainnya.
Membludaknya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan
merupakan factor utama penyebab hal ini, sedikit refrensi kita lihat Negara lain misalnya
Malaysia yang dapat meminimalisir jumlah penduduk dengan demikian akan diimbangi
dengan jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia. Selain itu pengangguran juga terdapat
banyak jenisnya dan terdapat banyak penyebab tentunya pengangguran memberikan dampak
yang negative terhadap masyarakat dan negara . dalam hal ini pemerintah tidak hanya tinggal
diam
pemerintah
juga
berupaya
memberikansolusiberupakebijakan-kebijakan untuk
mengatasi permasalahan yang sangat pelik ini. Pengangguran tentunya dapat di minimalisir
jika antara masyarakat umum, pemerintah dan pihak swasta lain dapat bekerjasama dalam
mengatasi pemasalahan ini.
Masalah pengangguran telah menjadi permasalahan yang kompleks, dimana islam pun
mempunyai pandangan tersendiri terhadap masalah pengangguran ini. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai bagaimana
pengangguran baik dari pengertian hingga kebijakan untuk mengatasinya dalam pandangan
Islam.
1.2
a.
b.
c.
d.
RumusanMasalah
Apa itu pengangguran?
Bagaimana pengangguran menurut Islam?
Bagaimana dampak pengangguran?
Bagaimana teladan Islam dalam pengentasan pengangguran?
BAB II
PEMBAHASAN
Sakernas
Kerja
Nasional),
pengangguran
Mereka yang sedang mencari pekerjaan dan saat itu tidak bekerja
Mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dalam rangka untuk mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan yang baru
Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin dalam mendapatkan
pekerjaan, hal ini disebut dengan penganggur putus asa
mayoritas
pemahaman
individu,
berpenduduk
masyarakat
muslim
tentang
relatif
buruknya
tinggi.
Meningkatnya
pengangguran,
baik
bagi
bekerja lebih serius. Walaupun Allah telah berjanji akan menaggung rizqi kita
semua, namun hal itu bukan berarti tanpa ada persyaratan yang perlu untuk
dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita harus berusaha untuk
mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah menciptakan
sistem yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan mendapatkan rizqi
dan barang siapa yang berpangku tangan
rizqi.Artinya, ada suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan rizqi
tersebut.
Oleh karena itu semua potensi yang ada harus dapat dimanfaatkan
untuk mencari, menciptakan dan menekuni pekerjaan. Muhammad Al Bahi,
sebagaimana yang telah dikutip oleh Mursi ( 1997:34) mengatakan bahwa
ada tiga unsur penting untuk menciptakan kehidupan yang positif dan
produktif, yaitu:
a). Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah
kepada kita untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan memproduksi.
b). Bertawakal kepada Allah, berlindung dan memeinta pertolongan kepadaNya ketika melakukan suatu pekerjaan.
c). Percaya kepada Allah bahwa Dia mampu menolak bahaya, kesombingan
dan kediktatoran yang memasuki lapangan pekerjaan.
Bermalas-malasan atau menganggur akan memberikan dampak negatif
langsung kepada pelakunya serta akan mendatangkan dampak tidak
langsung terhadap perekonomian secara keseluruhan. Dari kacamata makro,
pengangguran akan menyebabkan tidak optimalnya tingkat pertumbuhan
3
untuk
melakukan
suatu
usaha
walaupun
jumlahnya
pekerjaan
yang
dilakukan
secara
itqan
(profesional)
(HR.Baihaqi).
Menurut Qardhawi (2005:6-18) pengangguran dapat dibagi menjadi dua
kelompokkan, yaitu:
a). Pengangguran jabariyah (terpaksa)
Suatu
pengangguran
diamana
seseorang
tidak
mempunyai
hak
menggunakannya
untuk
bekerja
Dia
tidak
pernah
agar
mereka
dapat
bekerja.
Sebaliknya,
Islam
tidak
mengakibatkan para pengusaha dan investor tidak bergairah melakukan perluasan dan
pendirian industri baru sehingga aktivitas perekonomian menjadi turun.
2.
3.
4.
5.
4 http://www.zonasiswa.com/2014/12/dampak-cara-mengatasi-pengangguran.htmlDiambil
pada pukul 16.50 tanggal 5 Desember 2016
Islam telah mengajarkan cara yang paling ideal dalam mengatasi pengangguran. Suatu
ketika datang kepada Rasulullah dari kalangan Anshar untuk meminta-minta (pengemis). Lalu
Rasulullah bertanya kepada pengemis tersebut, Apakah kamu mempunyai sesuatu di
rumahmu? Pengemis itu menjawab, Saya mempunyai pakaian dan cangkir. Kemudian
Rasulullah mengambil sebagian pakaian dan cangkir tersebut untuk di jual kepada para sahabat.
Salah seorang sahabat sanggup membeli barang-barang tersebut seharga dua dirham. Selanjutnya
Rasulullah membagi uang yang di dapat tersebut untuk sebagaian dibelikan keperluan kebutuhan
keluarga pengemis tersebut dan sebagian lagi dibelikan kapak sebagai sarana untuk berusaha
mencari kayu bakar. Akhirnya dengan usahanya sang pengemis mendapatkan uang sebanyak
sepuluh dirham.
Kisah ini sudah terlalu sering kita dengar akan tetapi jarang kita mau mengambil hikmah
untuk menganalisa suatu permasalahan hidup. Khusus dalam permasalahan pengangguran hal ini
dapat menjadi cara yang ideal untuk diterapkan.
Kembali pada pernyataan pertama, kita berikan pancing, jangan memberi umpan adalah
kebijakan yang lemah. Coba kita bayangkan orang yang sedang memancing, mengharapkan ikan
akan tersangkut di mata kail dengan penuh ketidak pastian. Jika dapat syukur, jika tidak dapat
maka pemancing (pengangguran) akan mati kelaparan.
Bagaimana dengan tauladan Rasulullah yang ditujukan oleh pengemis tadi? Rasulullah tidak
langsung memerintahkan pada pengemis itu untuk membeli kapak, tetapi Rasulallah membelikan
kebutuhan pokok (primer) terlebih dahulu. Setelah kebutuhan pokok nya terpenuhi maka barulah
Rasulullah memerintahkan untuk membeli kampak. Dimana perbedaannya? Perbedaannya jelas
sangat jauh, Rasulullah memikirkan kebutuhan hidup sang pengangguran kemudian
membantunya dalam melihat peluang usaha. Jika pada hari pertama pengemis tadi tidak
mendapatkan penghasilan dari berjualan kayu bakar, ia tidak perlu terlalu susah hati karena
sebagian uang telah dibelikan kebutuhan pokoknya.
Hal lain yang menjadi pelajaran dari kisah tersebut adalah Rasulullah tidak suka kita
sebagai manusia menjadi pemalas. Dalam Islam mengajarkan tangan diatas lebih baik dari pada
tangan yang selalu dibawah.
Contoh tersebut layak untuk dijadikan acuan berfikir oleh pemerintah bagaimana
seharusnya membuat sebuah kebijakan yang benar dan baik untuk mengatasi tingkat
7
pengangguran yang semakin hari semakin meningkat ini. Tidak lagi sekedar umpan, atau sekedar
pancing tetapi harus berjalan keduanya sekaligus.5
Selanjutnya, Islam sendiri memerintahkan kita sebagai khalifah di bumi ini untuk bekerja,
yang terutama Islam mewajibkan laki-laki yang mampu, untuk bekerja dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):
Maka berjalanlah ke segala penjuru, serta makanlah sebagian dari rizeki-Nya. (QS. al-Mulk:
15)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: Sungguh pagi-pagi seseorang berangkat, lalu membawa kayu bakar di atas
punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya, sehingga tidak
minta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik baginya daripada meminta kepada orang lain,
baik mereka memberinya atau menolaknya....'' (HR. Muslim dan Turmudzi)
Ayat dan hadits di atas menunjukkan kewajiban bagi laki-laki untuk bekerja mencari
nafkah. Bagi para suami, syariat juga mewajibkan mereka untuk memberi nafkah kepada anak
dan istrinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya): Kewajiban ayah
memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. (QS. al-Baqarah: 233)
Setiap laki-laki yang mampu bekerja, Islam mewajibkannya untuk berusaha sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Adapun terhadap wanita, Islam tidak
mewajibkan mereka untuk bekerja, tetapi Islam mewajibkan wali atau suaminya memberi nafkah
kepada mereka.
Islam tidak menyukai laki-laki yang bermalas-malasan dan hanya menggantungkan
hidupnya kepada orang lain.
Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Khalifah Umar radhiyallahu anhumelihat
seseorang yang pagi-pagi berada di masjid dan shalat dhuha. Setelah itu ia berdoa kepada Allah
dengan khusyuknya. Umar melihat orang tersebut lama sekali berada di masjid dan tidak keluarkeluar. Akhirnya Umar mendekati orang tersebut dan menanyakan mengapa dia di masjid.
Pemuda tersebut menjawab bahwa dia beribadah dan berdoa kepada Allah agar memberinya
5 http://www.zonasiswa.com/2014/12/dampak-cara-mengatasi-pengangguran.htmlDiambil
pada pukul 16.50 tanggal 5 Desember 2016
rezeki. Umar marah dan mengusir orang tersebut. Pergi kau dari sini. Langit tidak akan pernah
menurunkan emas atau perak. Sampai kapan pun kau berdoa tanpa berusaha jangan harapkan kau
memperoleh rezeki.6
Beralih dari tauladan di atas, di zaman sekarang seperti yang kita lihat, sebagian orang
kadang berkutat pada pola pikir yang salah tentang pekerjaan. Mereka baru menganggap bekerja
jika duduk dalam kursi kantor, menjadi karyawan swasta atau PNS dengan gaji tetap
perbulannya. Pola pikir inilah yang menjadikannya berstatus pengangguran dalam waktu yang
lama. Padahal pintu-pintu rezeki yang disediakan Allah tidak hanya sebatas lewat bendahara
kantor.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang artinya):
...maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu'ah: 10)
Ayat diatas menunjukkan bahwa karunia Allah sangat luas. Saat ini orang-orang yang mau
terjun ke sektor riil seperti pertanian sudah sangat kurang. Mungkin ini sebagai akibat dari pola
pikir yang salah dari dulu. Para petani menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi agar anaknya bisa
bekerja di kantoran dengan alasan agar hidupnya tidak lagi susah seperti dirinya. Jika semua
petani berpikiran demikian maka pantas saja saat ini orang-orang yang hanya mau kerja di
kantoran membludak, sedangkan lahan-lahan pertanian menjadi terbengkalai. Jadilah negara kita
kekurangan pangan dan menjadi salah satu negara pengimpor hasil pertanian termasuk kedelai
yang sekarang ini menjadi barang langka, padahal dulu Indonesia dikenal sebagai pengekspor
kedelai. Ini menjadi ironi bagi negara agraris.
Jadi, selain membuka lapangan pekerjaan, pemerintah harus berupaya untuk mengubah
pola pikir yang salah sebagian masyarakat tentang hakekat pekerjaan dengan pendekatan ajaran
Islam yang sebenarnya.
2.4.1
6 http://www.albalaghmedia.com/2013/12/islam-dalam-mengatasipengangguran.html
9
7 http://dwiajisapto.blogspot.co.id/2013/03/pengangguran-dan-kemiskinan-dalamislam_9987.html
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau sedang dalam mencari
kerja atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pemecatan dan berusaha untuk
memperoleh pekerjaan.
Dalam konsep Islam sendiri, pengangguran keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh
segolongan tenaga kerja, yang telah berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya
(Sadono Sukirno. 2004: 355).
Dampak dari pengangguran yaitu : menurunkan aktivitas perekonomian; menurunkan
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita; meningkatkan biaya sosial; menurunkan
tingkat keterampilan; menurunkan tingkat keterampilan; menurunkan penerimaan negara.
11
Kisah tauladan rasulullah, hikmah yang dapat kita ambil yaitu kita harus berusaha
semampu kita, kita harus mencari pekerjaan tanpa harus menyusahkan orang lain dengan
menggunakan sumber daya yang kita miliki, seperti cerita tersebut rasulullah menjual barang
yang dimiliki pengemis tersebut yang kemudian di gunakan uangnya yang sebagian untuk
membeli kebutuhannya dan sebagian lagi membeli kapak untuk melakukan usaha yang bisa si
pengemis itu lakukan dengan modal kapak.
3.2 Saran
Jadi, di satu sisi perlu intervensi pemerintah sendiri untuk mengurangi jumlah angka
pengangguran, pengangguran sendiri tidak bisa dihapuskan secara total di suatu negara
melainkan hanya bisa di kurangi jumlahnya dan juga peranan kita sebagai sdm untuk
memberdayakan diri kita sendiri agar tidak berpangku tangan terhadap orang lain, kita harus bisa
menumbuhkembagkan potensi yang kita miliki agar kita mampu bersaing di era MEA sekarang
ini. Pemerintah bisa membantu masyarakat untuk bisa bekerja tidak hanya menunggu kursi
pemerintahan, melainkan dengan cara memberikan training terhadap masyarakat agar ahli dalam
bidang keterampilan misalnya dan kemudian dari hasil tersebut mampu menghidupi keluarganya
dan mampu berkontribusi dalam pemasukan keuangan negara melalui membayar pajak. Dan bagi
fresh graduate, lebih kreatif lagi untuk bisa berusaha sendiri misalnya berwirausaha.
12