Golongan Darah
Yuni Inri Yanti
102012146 / B6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
(021) 5694-2061
Email: yuniinri_yanti@yahoo.com
PENDAHULUAN
Tiap sistem hukum yang ada di dunia memandang berbeda terhadap delik perzinahan
sebagai bagian dalam delik-delik mengenai kesusilaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
cara pandang dan nilai-nilai yang melatarbelakanginya. Sistem hukum yang berlaku dalam
masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan, perzinahan akan dipandang
sebagai sebuah perbuatan yang asusila. Namun hal ini bereda menurut masyarakat yang lebih
bercorak individualis. Mereka menilai perzinahan sebagai bentuk perbuatan yang biasa dan
tergantung kemauan tiap individu. Perzinahan akan dipandang tercela jika terjadi hal itu
dilakukan dalam bingkai perkawinan.
Menurut ketentuan yang diatur di dalam KUHP, perzinahan hanya dapat terjadi jika ada
persetubuhan yang dilakukan orang yang telah terikat dengan perkawinan. Sedangkan orang
yang belum menikah dalam perbuatan ini adalah termasuk orang yang turut melakukan
(medepleger). Ancaman pidana yang ditetapkan dalam pasal 284 ayat (1) KUHP adalah
pidana penjara sembilan bulan, baik bagi pelaku yang telah menikah maupun bagi orang yang
turut serta melakukan perbuatan zina itu.
Ketentuan yang mengatur mengenai persaksian tidak diatur secara khusus dalam delik
perzinahan menurut KUHP. Maka sistem pembuktian delik perzinahan sama dengan sistem
pembuktian delik-delik yang lain. Artinya, alat bukti yang digunakan dalam membuktian
adanya perbuatan zina ini seperti alat-alat bukti yang telah diatur dalam pasal 184 KUHAP,
yaitu :
1.
2.
3.
keterangan saksi;
keterangan ahli;
surat;
1
4.
5.
petunjuk;
keterangan terdakwa.
Peran dokter dalam suatu kasus pembuktian perzinahan ataupun pembuktian identitas
seorang anak dalam suatu kasus adalah dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan guna
mendapatkan suatu bukti yang pasti tentang kasus tersebut dalam kasus ini dokter dituntut
untuk bisa membuktikan anak si B merupakan anak dari si S tersebut.
Skenario
Seorang perempuan A datang ke anda dan menceritakan keluhannya. Ia seorang wanita
karier dan telah bersuamikan S dengan dua anak. Perkawinan telah berlangsung 12 tahun.
Pada dua bulan yang lalu A telah didatangi seorang perempuan muda B yang mengaku
sebagai istri gelap suami S dan ia mengatakan bahwa akibat hubungannya dengan S telah
lahir seorang anak laki-laki.B memnita kepada S agar mengawininya secara sah demi
kepentingan anak laki-lakinya, tetapi S tidak setuju. B meminta kepada A agar mau
menerimanya sebagai madunya atau setidaknya memberi nafkah kepada anak laki-lakinya
A kemudian berbicara secara baik-baik dengan S tentang hal ini. S mengakui bahwa 2
tahun yang lalu, sewaktu A sedang tugas keluar negri selama 6 bulan, ia berkenalan seorang
wanita muda di caf, yang dilanjutkan dengan pertemuan di hotel beberapa kali. S yakin
bahwa B bukanlah wanita baik-baik dan menganggap bahwa hubungan S dengan B adalah
hubungan yang short time saja.
A ingin memastikan apakah benar anak laki-laki B adalah benar berasal dari
hubungannya dengan suaminya. A juga meminta pendapat dokter, apa yang harus
dilakukakannya agar dapat terlaksana permintaan tersebut
PEMBAHASAN
Aspek Hukum
Seorang pria telah kawin yang melakukan zinah, pada hal diketahui, bahwa pasal 27
BW berlaku baginya;
Seorang wanita telah kawin yang melakukan jinah, pada hal diketahui, bahwa pasal 27
BW berlaku baginya/
2
2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui, bahwa yang
turut bersalah telah kawin
b. Seorang wanita yang tidak kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu padahal
diketahui olehnya, bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku
2.
baginya.
Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar dan
bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan dikuti dengan
3.
4.
permintaan bercerai atau pisah meja dan tempat tidur, karena alasan itu juga.
Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73 dan 75.
Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum
5.
dimulai.
Jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena peceraian atau sebelumnya keputusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.1
Prosedur Medikolegal
Persetujuan tindakan medik
Peraturan menteri kesehatan No 585/menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medik
d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja dirumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.
Pasal 3 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Setiap tindakan medis yang mengandung resiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis
yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan
2) Tindakan medik yag tidak termasuk sebagaimana dimaksud dalam pasal ini tidak
diperlukan persetujuan tertulis, cukup persetujuan lisan
3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diberikan secara nyata atau diamdiam.
Pasal 4 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun
tidak
2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter menilai
bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan informasi.
3) Dalam hal yang sebagaimana dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan pasien dapat
memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh
seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.
4
Pasal 5 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medik
yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapuetik.
2) Informasi diberikan secara lisan
3) Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa hal
itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat
memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.
Pasal 9 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan (cure tele) persetujuan
diberikan oleh wali/curator.
Pasal 12 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan
medik
2) Pemberian persetujuan tindakan medik yang dilaksanakan di rumah sakit/klinik yang
Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara baik pemeriksaan
fisik yang melihat ciri ciri fisik dari orang tuanya, misalnya warna rambut, warna
kornea, bentuk muka dan lainnya. Namun, pada pemeriksaan fisik tidak dapat
ditentukan secara pasti. Oleh karena itu diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium
atau penunjang lainnya misalnya pemeriksaan paternitas.2
2. Pemeriksaan Laboratorium
A) Pemeriksaan Golongan Darah
Anti B
Anti AB
AB
Keterangan :
(+) : Aglutinasi
(-) : tidak aglutinasi
Pada sistem golongan darah ABO, maka orang tua memiliki golongan darah A
maka kemungkinan sang anak akan memiliki golongan darah A atau O.
Sedangkan jika kedua orang tua memiliki golongan darah B, maka kemungkinan
anak akan memiliki golongan darah B atau O. Jika orang tua memiliki golongan
darah AB, maka anak akan kemungkin memiliki golongan darah A, B atau AB.
Sedangkan orang tua yang memiliki darah O maka golongan darah anak akan O
juga. Apabila orang tua memiliki golongan darah A dan B, kemungkinan anak
akan memiliki golongan darah A, B, AB atau O. Orang tua dengan A atau B dan
AB, kemungkinan anak memiliki golongan darah A, B atau AB . Jika orang tua O
dan AB, kemungkinan anak memiliki golongan darah A atau B. Jika A dengan O
maka kemungkinan anak memiliki golongan darah A atau O. Jika B dengan O,
maka anak kemungkinan golongan darahnya B atau O.
Selain sistem ABO terdapat juga antigen Rh atau dikenal dengan rhesus.
Terdapat 2 tipe golongan darah menurut rhesus, yaitu rhesus (+) dan rhesus (-).
Yang dimaksud dengan rhesus (+) adalah darah yang memiliki antigen Rh.
Sedangkan pada rhesus (-) tidak memiliki antigen Rh. Rhesus ini akan diturunkan
6
oleh kedua orang tua kepada anak kandungnya. Jika kedua orang tua memiliki
rhesus positif, maka terdapat kemungkinan mereka akan memiliki anak dengan
rhesus positif dan rhesus negatif, karena pada rhesus positif memiliki genotip
RhRh atau Rhrh. Jika kedua orangtua yang memiliki genotip RhRh disiliangkan
menurut hukum mendel, maka akan menghasilkan anak yang memiliki Rh (+).
Sedangkan kedua orang tua yang memiliki genotip Rhrh, maka akan memiliki
anak dengan genotip RhRh, Rhrh, dan rhrh. Artinya kemungkinan memiliki anak
dengan rhesus negatif pun ada. Tetapi jika orang tua memiliki genotip Rhrh dan
rhrh maka akan menghasilkan anak dengan genotip Rhrh dan rhrh.2,3
B) Pemeriksaan DNA
DNA merupakan materi genetik yang membawa informasi yang dapat
diturunkan. Setiap orang memiliki DNA yang unik. Dalam sel manusia, DNA
dapat ditemukan di inti sel dan mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk
suatu kesatuan untaian yang disebut kromosom. Setiap anak akan menerima
setengah pasang kromoson dari ayah dan setengah pasang kromosom dari ibu
sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun
ayah. Dalam hal ini ada dua tes, yaitu :
- Tes Paternitas
Tes ini untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang
anak. Tes paternitas membandingkan pola DNA anak dengan terduga ayah untuk
memeriksa bukti pewarisan DNA yang menunjukkan kepastian adanya hubungan
biologis.
- Tes Maternitas
Tes DNA ini untuk menentukan apakah seorang perempuan adalah ibu biologis
seorang anak. Tes ini bisa dilakukan untuk kasus dugaan bayi tertukar, bayi
tabung, dan anak angkat. Selain di dalam inti sel, DNA juga bisa ditemukan di
dalam mitokondria, yaitu bagian dari sel yang menghasilkan energi. DNA
mitokondria hanya diturunkan dari ibu. Keunikan pola pewarisan DNA
mitokondria menyebabkan DNA ini dapat digunakan sebagai penanda untuk
mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal/garis ibu.
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang tes paternitas dan maternitas.
7
saja hanya ayah dan anak yang diperiksa, jika ibu biologis tidak bersedia ikut tes.
Partisipasi ibu pada tes paternitas dapat membantu separuh DNA anak, sehingga
separuhnya lagi dapat dibandingkan dengan DNA terduga ayah.
buccal swab (sel mukosa di pipi bagian dalam, diambil dengan alat khusus seperti
cotton buds yang ujungnya dilengkapi dengan sisir kecil dari karet), darah, kuku,
sampai rambut. Untuk bayi, jaringan bisa diambil dengan buccal swab atau jarum
suntik kecil. Menurut Hera, yang paling efektif adalah darah karena bisa dapat
banyak DNA. Namun, kini teknik pengambilan DNA makin lama makin sensitif,
dalam arti bisa dilakukan dengan mengambil sedikit jaringan, seperti sidik jari
yang menempel di suatu benda dan bekas lipstik.
Pada tes paternitas sebelum anak dilahirkan (prenatal), tes DNA dapat dilakukan
dengan sampel dari jaringan janin, umumnya pada usia kehamilan 10-13 minggu
atau dengan cara amniosentesis (tes prenatal) pada usia kehamilan 14-24 minggu.
Untuk
pengambilan
jaringan
janin
ini
harus
dilakukan
oleh
ahli
Bagaimana prosedurnya?
Setelah ditanya alasan dan latar belakangnya, klien harus menandatangani
persetujuan tes paternitas atau tes DNA lainnya di atas materai. Klien juga harus
menyerahkan identitas diri (KTP atau paspor) dan foto. Setelah itu baru diambil
darahnya dengan dihadiri saksi. Apabila anak belum dewasa, diperlukan fotokopi
surat kelahiran atau surat perwalian anak yang menyatakan terduga ayah atau
wali anak memiliki hal untuk membawa anak itu melakukan tes paternitas.
Seberapa akurat?
Tes DNA adalah 100 persen akurat jika dikerjakan dengan benar. Tes DNA ini
memberikan hasil lebih dari 99,99 persen probabilitas paternitas jika DNA
8
terduga ayah dan DNA anak, cocok (matched). Apabila DNA terduga ayah dan
anak tidak cocok (mismatched) maka terduga ayah yang dites, 100 persen
bukanlah merupakan ayah biologis anak itu. Dulu, konfirmasi dilakukan dengan
mengulang tes terhadap terduga ayah. Kini, begitu ada tes, dilakukan dua kali
dengan dua orang pemeriksa (researcher) Jika hasil dari dua orang itu berbeda,
pasti ada kesalahan. Lalu kami cek lagi. Semua researcher sudah diperiksa DNAnya. Sehingga jika ada yang tidak match, jangan-jangan ada kontaminasi.
Mungkin terkena DNA si researcher.
Bagaimana prosesnya?
Begini proses yang paling sederhana: setelah mengambil jaringan atau darah,
(dalam darah ada plasma, serum, sel-sel darah merah, sel-sel darah putih), dengan
suatu detergen, "dipecahkan" membran sel darah putih. Apapun yang ada di
dalamnya akan keluar, termasuk DNA. Sekarang ada teknologi yang bisa
menggandakan sampai jutaan kali fragmen suatu DNA yang akan diperiksa.
Berapa lama?
Hasil tes DNA selesai dalam waktu 12 hari kerja terhitung dari tanggal
diterimanya sampel. Selain itu, seluruh informasi pasien, mengenai tes, dan hasil
tes akan dijamin kerahasiaannya. Karena pertanyaan mengenai paternitas, sangat
sensitif. Hasil tes DNA hanya akan diberikan kepada individu yang melakukan
tes. Tidak Bisa Dipaksakan Tes DNA tidak bisa dilakukan karena paksaan dari
pihak ketiga. Namun, untuk keperluan pengadilan, jaksa dan polisi bisa meminta.
Hasil tes ini hanya dapat digunakan sebagai referensi pribadi, kecuali jika sampel
yang diperiksa diambil melalui prosedur hukum (surat dari polisi atau jaksa),
maka sampel tersebut memiliki kekuatan hukum.4
12
13
Siklus proses PCR diawali dengan pemanasan pada suhu tinggi, yang
berkisar antara 90-95 derajat Celsius (fase denaturasi). Pada suhu ini DNA
untai ganda (double stranded) akan terlepas menjadi 2 potong DNA untai
tunggal (single stranded). Proses ini dilanjutkan dengan pendinginan pada
suhu tertentu (fase penempelan prier atau primer annealing) yang dihitung
dengan rumus Thein dan Walace: Suhu = 4(G + C) + 2(A + T)
G, C, A dan T adalah jumlah basa Guaninm Sitosin, Adenin dan Timin pada
primer yang digunakan. Pada fase ini primer akan menempel pada basa
komplemennya pada DNA untai tunggal tadi. Selanjutnya, siklus diakhiri
dengan pemansan kembali antara 70-75 derajat Celsius (fase ekstensi atau
elongasi), yang akan membuat primer memperpanjang diri membentuk
komplemen dari untai tunggal dengan menggunakan bahan dNTP.
Pemeriksaan dengan metode PCR hanya dimungkinkan jika bagian DNA
yang ingin diperbanyak telah diketahui urutan basanya. Tahapan selanjutnya
adalah menentukan dan menyiapkan primer yang merupakan komplemen dari
basa pada ujung-ujung bagian yang akan diperbanyak. Pemeriksaan PCR
sendiri merupakan suatu proses pencampuran antara DNA cetakan (template)
yang akan diperbanyak, dNTP, primer, enzim polimerase DNA dan larutan
buffer dalam reaksi 50 ul atau 100 ul. Campuran ini dipaparkan pada 3 suhu
secara berulang sebanyak n buah siklus (biasanya di bawah 35 siklus).
Adanya mesin otomatis untuk proses ini membuat prosedurnya menjadi
amat sederhana. DNA hasil perbanyakan dapat langsung dianalisis dengan
melakukan elektroforesis pada gel agarose atau gel poliakrilamide.
Lokus DNA yang dapat dianalisis dengan mteode PCR, meliputi banyak
sekali lokus VNTR maupun RFLP lainnya, diantaranya lokus D1S58 (dulu
disebut D1S80) dan D2S44. Metode analisis dengan PCR ini begitu banyak
disukaisehingga penemuan-penemuan lokus DNA polimorfik yang potensial
untuk analisis kasus forensik terus terjadi tanpa henti setiap saat.
Pada masa sebelum berkembangnya teknologi bio-molekuler, identifikasi
personal dilakukan hanya dengan memanfaatkan pemeriksaan polimorfisme
protein, seperti golongan darah, dengan segala keterbatasannya. Keterbatasan
pertama, ia hanya dimungkinkan dilakukan pada bahan yang segar karena
14
DNA
jutaan
samapi
milyaran
kalomemungkinkan
Dapat dilakukan oleh wanita yang memerlukan bukti ayah dari anaknya
kepada lelaki yang menolak mengakui anak tersebut sebagai anaknya.
Dapat menolong anak angkat yang sedang membuktikan siapa orang tua
kandungnya.
Dapat menolong seseorang yang mencari salah satu orang tuanya yang telah
bercerai lama.
15
Dapat digunakan untuk mencari tahu apakah kedua anak tersebut kembar
identik atau bukan.
Dapat mencari tahu apakah anak mereka anak kandungnya atau bukan,
terutama pada kasus anak yang tertukar di rumah sakit.
kriminal,
seperti
pembunuhan,
perampokan,
ataupun
pemerkosaan.4,5
Interpretasi Hasil
Setelah dilakukan pemeriksaan DNA pada tersangka ayah, anak, dan ibu maka ketiga
hasil pemeriksaan DNA tersebut dimasukkan dalam suatu tabel FCM (father child mother).
Pada setiap lokusnya, dicari fragmen DNA maternal, yaitu fragmen DNA anak yang sama
dengan salah satu fragmen DNA ibunya. Kemudian fragmen DNA anak satunya, yang
merupakan fragmen DNA paternal (berasal dari ayah) dibandingkan dengan kedua fragmen
DNA tersangka ayah. Jika ditemukan ada fragmen DNA tersangka ayah yang sama dengan
fragmen DNA paternal anak, maka pria tersebut dinyatakan mungkin merupakan anak dari
pria tersebut. Jika DNA paternal anak tidak sama dengan salah satu DNA tersangka ayah,
maka komposisi tersebut dapat dinyatakan sebagai ekslusi (2,3,4,5). Ditemukannya dua
ekslusi atau lebih pada panel 10 atau 15 lokus memastikan bahwa anak tersebut bukan anak
pria tersebut.
Contoh hasil pemeriksaan paternitas yang menunjukkan bahwa tersangka pria adalah ayah
biologis dari seorang anak.
No
Lokus
Tn. X
Anak B
Ny. M
16
Kesimpulan
01
CSFIPO
11 , 12
11 , 11
11 ,11
Mungkin
02
FGA
12 , 15
15 , 16
16 , 18
Mungkin
03
TH01
08 , 12
08 , 11
11 , 12
Mungkin
04
TPOX
15 , 15
15 , 15
14 , 15
Mungkin
05
VWA
19 , 21
19 , 22
20 , 22
Mungkin
06
D3S1358
11 , 12
10 , 12
10 , 22
Mungkin
07
D5S818
08 , 11
09 , 11
09 , 11
Mungkin
08
D7S820
07 , 09
07 , 07
07 , 08
Mungkin
09
D8S1179
14 , 16
14 , 18
17 , 18
Mungkin
D13S317
12 , 14
14 , 15
15 , 15
Mungkin
11
D16S539
08 , 11
08 , 09
08 , 09
Mungkin
12
D18S51
14 , 16
16 , 18
15 , 18
Mungkin
13
D21S11
14 , 14
13 , 14
13 , 15.2
Mungkin
PENUTUPAN
Kesimpulan
Pemeriksaan untuk menentukan anak laki-laki B adalah benar-benar anak kandung S
maka perlu di lakukan pemeriksaan medis yang meliputi pemeriksaan fisik dengan cara
melihat ciri-ciri fisik antara orang tua dan anak, pemeriksaan golongan darah dan
pemeriksaan DNA. Aspek hukum dalam kasus tersebut terkena pasal 284 KUHP tentang
perzinahan dan Pasal 3 UU no.1/1974 tentang perkawinan yaitu pada azasnya dalam suatu
17
perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang suami dan pangadilan dapat
memberikan izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki
oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Jadi, jika dari hasil pemeriksaan tersebut terbukti anak
kandung ataupun bukan anak kandung dari si S kita jelaskan sebenar-benarnya dan kita
serahkan semua keputusan akhir pada istri sah si S yang meminta untuk melakukan
pemeriksaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran. Jilid 2. Jakarta :
Pustaka Dwipar; 2007.
2. Mohlan H. Major diagnostik fisik. Edisi ke-9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.
3. Sediaoetama AD. Hukum mendel. Dalam: Pewarisan autosom. Edisi ke-10. Jakarta: Dian
rakyat; 2012.h.233.
4. Staf Pengajar Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu
Kedokteran Forensik. Cetakan ke-2. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
5. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Binarupa Aksara; 2009.
18