Anda di halaman 1dari 6

Analisis dan Visualisasi Overall Thermal Transfer

Value (OTTV) pada Gedung L3 Perpustakaan pusat


UGM
Nukman Tsaqib 1, M. Kholid Ridwan 2, Solli Dwi Murtyas 3
1,2,3

Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika FT UGM


Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA
1

nukman.tsaqib.t@ugm.ac.id
2
kholid@ugm.ac.id
3solli.murtyas@ugm.ac.id

Intisari Saat ini bangunan menjadi salah satu konsumen energi terbesar di dunia. Suatu efisiensi perlu dilakukan untuk
mengurangi penggunaan energi di bangunan. Diperlukan suatu standar yang dapat mengatur penggunaan energi di bangunan
tersebut. Beberapa konsep standar pengaturan konsumsi energi bangunan telah dibuat. Konsep yang banyak digunakan di berbagai
negara adalah konsep Overal Thermal Transfer Value (OTTV). OTTV menunjukkan nilai rata-rata dari perpindahan panas yang
masuk ke dalam bangunan atau dengan kata lain merupakan nilai beban enrgi panas pada bangunan tersebut. Pemerintah Indonesia
telah menentapkan beberapa standar efisiensi konsumsi energi. Salah satu standar tersebut adalah SNI 6389:2011 mengenai
konservasi energi selubung bangunan.
COMSOL Multiphysics adalah perangkat lunak untuk permodelan dan simulasi dalam penyelesaian suatu fenomena fisis. COMSOL
Multiphysics digunakan untuk melakukan simulasi pemvisualisasian persebaran panas yang ada pada suatu bangunan. Dengan
melihat bagaimana persebaran panas pada bangunan dapat diketahui bagaimana pengaruh nilai OTTV terhadap beban energi
panas pada bangunan tersebut.Kata kunci Letakkan 5 6 kata kunci Anda di sini, kata kunci dipisahkan dengan koma.
Abstract This document gives formatting instructions for authors preparing papers for publication in the Teknofisika journal. The
authors must follow the instructions given in the document for the papers to be published. You can use this document as both an
instruction set and as a template into which you can type your own text.
Abstract should be no longer than 400 words. It gives a brief summary of the content of the paper and point out the main objective,
the methods employed, the results obtained and major conclusions.
Keywords Include 5 6 keywords or phrases, keywords are separated by a comma.

I. PENDAHULUAN
Bangunan adalah salah satu konsumen energi terbesar
di dunia dan penyebab seperempat hingga sepertiga
konsumsi penggunan energi [1]. Di Amerika Serikat,
bangunan bertanggung jawab atas sekitar 48% konsumsi
energi [2]. Di Eropa, bangunan bertanggung jawab sekitar
40% konsumsi energi [3]. Di Uni Emirat Arab, 70% dari
energi domestik primer dialokasikan untuk bangunan. Di
Indonesia sendiri, bangunan menggunakan 40,8% dari
keseluruhan konsumsi energi [4].
Melihat data-data yang ada tersebut, saat ini telah
dilakukan berbagai cara untuk pengendalian penggunaan
energi terutama dalam bangunan. Salah satu langkah
pengendalian yang dilakukan adalah dengan membuat
suatu standar penggunaan energi pada bangunan tersebut.
Hal ini digunakan agar pada saat bangunan digunakan
tidak dilakukan pemborosan energi. Standar ini digunakan
sebagai suatu kriteria dasar dalam pembuatan bangunan.
Beberapa konsep standar pengaturan konsumsi energi
bangunan telah dibuat. Konsep yang banyak digunakan di
berbagai negara adalah konsep OTTV yang diperkenalkan

oleh ASRHAE[5]. Konsep OTTV digunakan sebagai


acuan atau kriteria dasar untuk pembuatan selubung
bangunan. OTTV menunjukkan nilai rata-rata dari
perpindahan panas yang masuk ke dalam bangunan. Nilai
ini berpengaruh untuk mengurangi konsumsi energi yang
digunakan pada pendinginan bangunan[6].
Pemerintah Indonesia telah menentapkan beberapa
standar efisiensi konsumsi energi. Salah satu standar
tersebut adalah SNI 6389:2011 mengenai konservasi
energi selubung bangunan. Standar ini didasarkan pada
Overall Thermal Transfer Value (OTTV). Dalam standar
ini memuat bahwa nilai OTTV yang diizinkan di
Indonesia adalah sebesar 35W/m2 [7].
Dalam pemenuhan standar OTTV yang diterapkan oleh
pemerintah Indonesia diperlukan adanya suatu kajian
sebelum bangunan tersebut dibangun. Untuk itu perlu
adanya suatu penelitian yang dapat memberikan
gambaran mengenai cara untuk mendapatkan nilai OTTV
yang optimal.
Penelitian untuk tentang optimalisasi dan analisis
pengaruh parameter bangunan terhadap nilai OTTV sudah
dilakukan oleh Imam Paryudi dengan menggunakan

metode analisis parametrik. Ada 7 parameter yang dikaji,


yaitu: absorbtansi dinding, nilai U dinding, WWR wall-towindow ratio/rasio kaca-dinding (WWR), nilai U jendela,
SC, absorbtansi atap, dan nilai U atap. Setiap nilai
parameter ditingkatkan hingga sebesar 40% untuk dilihat
pengaruhnya terhadap nilai OTTV yang dikaji. Penelitian
menunjukkan bahwa WWR merupakan parameter yang
paling sensitif yang ada di persamaan OTTV. Perubahan
12% dari WWR menyebabkan perubahan 50% terhadap
nilai OTTV. Sedangkan parameter dengan dampak paling
kecil pada nilai OTTV adalah absorbtansi dinding.
Selain itu beberapa penelitian serupa tentang OTTV
juga pernah dilakukan oleh Ummi Khulsum yaitu tentang
pengaruh shading dan material bahan terhadap nilai
OTTV. Penelitian dilakukan dengan memberikan
tambahan shading dan penggunaan material bangunan
yang berbeda dengan cara melakukan simulasi pada
aplikasi software ecotect. Namun kebanyakan peneliatian
hanya yang sudah dilakukan, lebih terfokus untuk
pemenuhan nilai OTTV tanpa dilihat bagaimana pengaruh
nilai OTTV tersebut terhadap kondisi selubung dan
bangunan tersebut. Untuk itu diperlukan suatu penelitian
lebih lanjut agar dapat diketahui bagaimana pengaruh
niali OTTV tersebut pada bangunan.
Pada penelitian tentang analisis dan visualisasi OTTV
ini akan digunakan aplikasi software COMSOL
Multiphysics untuk melihat bagaimana persebaran panas
yang terjadi pada selubung dan bangunan tersebut.
Dengan mengetahui persebaran panas yang terjadi dapat
dilihat bagaimana pengaruh nilai OTTV terhadap beban
panas yang diterima bangunan. Aplikasi software
COMSOL Multiphysics akan mengolah parameter hasil
perhitungan yang didapatkan. Penelitian ini akan
diakukan kajian pada gedung L3 perpustakaan pusat
Universitas Gadjah Mada.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian analisis dan visualisasi ini dilakukan
dengan mengikuti mekanisme perpindahan panas dan
overall thermal transfer value (OTTV).

Panas konduksi melalui dinding tak tembus


cahaya
Panas konduksi yang melalui kaca jendela.
Panas radiasi sinar matahari yang melalui kaca.

Overal Thermal Transfer Value (OTTV)


OTTV (Overall Thermal Transfer Value) OTTV adalah
suatu alat ukur terhadap laju rata-rata perpindahan panas
dari lingkungan ke dalam bangunan melalui selubung
bangunan. Semakin tinggi nilai OTTV, semakin tinggi
perolehan panas pada bangunan[8]. Standar OTTV
digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan desain
selubung bangunan yang cukup terinsulasi mampu
mengurangi perolehan panas eksternal dan dengan
demikian akan mengurangi nilai konsumsi energi
terhadap nilai beban pendinginan yang ada pada
bangunan tersebut.
Perhitungan nilai OTTV pada orientasi tertentu
mengikuti persamaan:
OTTVi=[(U_w(1-WWR))]TD_Ek+
(SCWWRSF)+(U_fWWRT) (1)
dimana :

= absorbtansi radiasi matahari


Uw = transmitans termal dinding tak tembus cahaya
(W/m2.K)
WWR = perbandingan luas jendela dengan luas
seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan
TDEK
= beda temperatur ekuivalen (K)
SF = faktor radiasi matahari
SC = koefisien peneduh dari sistem fenetrasi
Uf = transmitans termal fenetrasi (W/m2.K)
Perhitungan ini merupakan penjabaran dari tiga
komponen laju aliran panas yang melewati selubung
yaitu:
Panas konduksi melalui dinding tak tembus cahaya
Qdinding= [(U_w(1-WWR))] TDEk
(2)

Perpindahan Panas
Panas konduksi yang melalui kaca jendela.
Mekanisme perpindahan panas terjadi karena adanya
perbedaan nilai suhu pada suatu keadaan tertentu. Panas
akan mengalir dari suhu yang lebih tinggi ke tempat yang
memiliki suhu yang lebih rendah. Ada tiga mekanisme
perpindahan panas yang terjadi yaitu secara konduksi,
konveksi ,dan radiasi. Mekanisme perpindahan panas
inilah yang menyebabkan bagaimana panas lingkungan
bisa masuk kedalam bangunan melalui selubung
bangunan tersebut.
Pada perpindahan panas yang terjadi pada bangunan,
radiasi matahari yang diterima oleh selubung nantinya
akan masuk kedalam bangunan melalui tiga mekanisme
utama yaitu :

Qjendela= Uf WWRT
(3)
Panas radiasi sinar matahari yang melalui kaca jendela.
Qradiasi=

SCWWRSF

(4)
Nilai hasil perhitungan ini kemudian digunakan sebagai
parameter untuk simulasi. Simulasi dilakukan untuk
memvisualisasikan bagaimana pengaruh nilai OTTV
terhadap persebaran panas pada bangunan. Dengan
mengetahui visualisasi persebaran panas pada bangunan

dapat dilihat beban panas yang ada pada bangunan untuk


mendapatkan kenyamanan termal. Simulasi dilakukan
dengan menggunakan software COMSOL Multiphysics
COMSOL Multiphysics
COMSOL Multiphysics adalah suatu lingkungan
interaktif untuk permodelan dan simulasi ilmiah dalam
penyelesaian suatu fenomena fisis dan problem
keteknikan. Pada COMSOL Multiphysics digunakan user
interface berbasis fisika, metode finite element analisis,
dan berbagai sistem yang menggunakan penyelesaian
persamaan differensial parsial (PDE). Ada berbagai
macam proses fisis yang dapat disimulasikan pada
COMSOL, antara lain : electrical, structural dan
acoustics, fluid and heat, dan chemical. Pada penelitian
ini COMSOL Multiphysics digunakan untuk melakukan
simulasi pemvisualisasian persebaran panas yang ada
pada suatu bangunan. Pada simulasi ini akan dilakukan
visualisasi obyek ruangan pada gedung L3 perpustakaan
pusat UGM. Simulasi dilakukan dengan memvariasikan
kondisi ruangan pada keadaan rata-rata harian, nilai beban
panas OTTV maksimal dan nilai beban panas OTTV
minimum.
Diagram alir penelitian yang dilakukan ditunjukkan
pada Gambar 1.

perpustakaan pusat UGM. Pengukuran dilakukan dengan


menggunakan alat termometer inframerah GM 700. Data
lainnya didapatkan dari berbagai macam literasi atau
pustaka yang berupa nilai tetapan untuk setiap parameter.
Data ini didapatkan dari internet yang berupa dokumen
ASHRAE dan dokumen SNI.
Data yang didapatkan digunakan untuk melakukan
perhitungan yang kemudian dilanjutkan dengan simulasi
dari gedung yang ingin dilakukan pengujian. Simulasi ini
dilakukan dengan
mengunakan perangkat lunak
AutoCAD 2013 dan COMSOL Multiphysics 4.4.
AutoCAD digunakan untuk membuka dan melihat data
GEOMETRI dari gedung L3 perpustakaan pusat UGM.
COMSOL 4.4 digunakan untuk melihat bagaimana
persebaran panas yang terjadi dan melihat nilai OTTV
dari bangunan yang diuji. Hasil pengukuran kemudian
dianalisis lebih lanjut dan digunakan sebagai acuan untuk
mendapatkan kondisi optimal atau terbaik yang bisa
diterapkan untuk bangunan tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan
Perhitungan nilai OTTV yang dilakukan pada simulasi
disesuaikan dengan arah orientasi datangnya perolehan
panas yang didapatkan pada masing-masing ruangan di
gedung L3 perpustakaan pusat UGM. Pada ruangan
mushola lantai 1 dan ruang fotocopy lantai 3 panas yang
masuk pada bangunan melalui selubung pada orientasi
utara dan barat. Pada ruang baca dan loby lantai 1, 2, dan
3 panas yang masuk pada bangunan melalui orientasi
utara, barat dan timur. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Perhitungan Nilai OTTV
Ruang
Mushola
Baca Lantai 1 + Lobby
Baca Lantai 2 dan Multimedia

Gambar 1. Diagram alir penelitian

Studi pustaka dilakuakna untuk mendapat informasi


yang mendukung teori dasar dan jalannya penelitian.
Studi pustaka dilakukan dengan mencari beberapa
penelitian dan bahasan yang memiliki tema yang serupa
yaitu mengenai konservasi energi pada bangunan.
Informasi didapatkan dari berbagai sumber antara lain:
buku-buku, jurnal ilmiah, tesis, artikel serta internet.
Langkah selanjutnya adalah pengambilan data. Data
yang pertama didapat adalah data geometri gedung L3
perpustakaan UGM. Data didapatkan dari insgreeb yang
bekerja sama dengan renbang UGM. Data selanjutnya
adalah data parameter kondisi di sekitar lingkungan dari
perpustakaan pusat UGM. Data yang didapatkan adalah
nilai dari suhu. Pengambilan data dilakukan dengan cara
observasi dan pengukuran langsung keadaan disekitar

+ Lobby
Baca Lantai 3 + Lobby
Ruang Fotocopy

Nilai OTTV (W/m2)


Utara
23,141
23,141

Barat
24,026
34,875

Timur
-

26,238

52,047

20,569

39,190
39,613

41,701
84,514

21,0252
35,495

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa


secara umum nilai OTTV pada ruangan gedung L3
perpustakaan pusat UGM sudah memenuhi standar SNI.
Namun
Untuk melihat bagaimana pengaruh nilai OTTV
terhadap beban panas ruangan dilakukan simulasi dengan
menggunakan COMSOL Multiphysics untuk melihat
bagaimana persebaran panas yang terjadi. Dengan
mengambil obyek pada ruang mushola dan ruang baca +
lobby lantai 3 didapatkan hasil sebagai berikut:
Ruang Mushola

Persebaran Panas Rata-rata Harian


Persebaran Panas Pada Beban Panas Maksimum
Pukul 15.00

Gambar 2 Isothermals Contours Persebaran Panas Pada Rata-Rata


Harian Ruang Mushola

Pada gambar 2 divisualisasikan bagaimana rata-rata


persebaran panas yang terjadi pada ruang mushola gedung
L3 perpustakaan pusat UGM. Persebaran. Panas mengalir
masuk ke dalam bangunan terjadi pada dua orientasi yaitu
utara dan barat. Panas kemudian menyebar ke semua sisi
yang memiliki suhu yang lebih rendah. Pada gambar
ditunjukkan bahwa panas rata-rata tertinggi yang terjadi
terdapat pada jendela pada orientasi barat sebesar 36,1C.
Panas yang masuk pada orientasi barat memiliki pengaruh
yang paling besar terhadap persebaran panas tersebut.
Pada orientasi selatan dan timur terlihat persebaaran panas
terlihat tidak berwarna atau transparan, hal ini disbabkan
bukan karena tidak ada panas yang mengalir, namun nilai
suhu yang dimiliki pada posisi tersebut memiliki nilai
yang cukup jauh dari nilai rata-rata ruangan. Untuk
melihat lebih detail bagaimana perseberan panas yang
terjadi dapat dilihat pada gambar 3

.
Gambar 4 Isothermals Contours Persebaran Panas Pada Mushola dengan
Beban Panas Maksimum Pukul 15.00

Persebaran panas yang terjadi ketika beban panas


maksmimun yang terjadi pada pukul 15.00 ditunjukkan
oleh gambar 4 Dari gambar dapat dilihat bahwa ruangan
memiliki suhu maksimal pada suhu 45 C yang terdapat
pada jendela sisi barat. Persebaran panas juga terlihat
terpusat jika dibandingkan ketika keadaan rata-rata beban
panas keseluruhan, beban panas yang terjadi pada pukul
15.00 terpusat disisi barat. Terjadinya fenomena ini
disebabkan oleh posisi matahari dan sudut penyinaran
matahari yang memberikan intensitas matahari tertinggi.
Untuk melihat lebih detail bagaimana perseberan panas
yang terjadi dapat dilihat pada gambar 5

Gambar 5. 3D Plot Potongan Persebaran Panas Pada Mushola Lantai


1 dengan Beban Panas Maksimum pukul 15.00
Gambar 3. 3D Plot Potongan Persebaran Panas Pada Mushola

Pada gambar 3 ditunjukkan bagaimana potongan


horizontal dari persebaran panas yang terjadi pada
ruangan mushola. Secara sumbu x dapat dilihat bahwa
semakin dekat jarak dan posisinya dari selubung
bangunan semakin besar suhunya. Pada gambar juga
ditunjukkan bahwa suhu pada permukaan memiliki nilai
yang paling tinggi. Pada posisi mendekati dinding dapt
dilihat terjadi pengurangan yang cukup signifikan pada
nilai suhunya. Hal ini disebabkan bahwa selubung
bangunan memiliki karakteristik selain sebagai pengirim
atau pentransfer panas namun juga sebagai penyerap dan
pemantul panas tersebut.

Pada gambar 5 potongan persebaran panas yang terjadi


terdapat perdeaan yang cukup signifikan antar potongan.
Potongan pertama yang paling dekat ke selubung dinding
bangunan pada sumbu x memiliki persebaran panas yang
merata dengan memiliki suhu yang tinggi dibandingkan
lainnya. Persebaran ini mengikuti bentuk dari selubung
bangunan yaitu jendela dan dinding. Beban panas yang
tinggi yang dimiliki jendela kemudian disebarkan ke
semua sisi. Potongan pertama memiliki dampak yang
cukup signifikan dari adanya beban panas tersebut. Ratarata suhu pada posisi 1m dari dinding sebesar 38. Namun
pada potingan selanjutnya yaitu pada posisi 3m terjadi
penurunan suhu secara eksponensial hingga suhu terendah
yang terdapat di ujung dengan jarak terjauh terhadap

orientasi barat. Pada waktu ini ruangan memimiliki beban


pendinginan yang sangat besar terutama pada daerah 12m dari selubung bangunan pada orientasi barat. Pada
keadaan ini disarankan pendinginan dilakukan secara
maksimal agar didapatkan kenyamanan termal pada
ruangan tersebut.

Persebaran Panas Pada Beban Panas Maksimum


Pukul 15.00

Gambar 6 Isothermals Contours Persebaran Panas Pada Mushola


Lantai 1 dengan Beban Panas Maksimum pukul 08.00

disarankan untuk dapat menghemat konsumsi energi


dengan tidak menyalakan suatu pendinginan.
ANALISIS PARAMETRIK
Dari hasil yang didapatkan, masih terdapat beberapa
ruangan dari Gedung L3 Perspustakaan Pusat yang
memiliki OTTV yang belum memenuhi standar SNI
6389:2011 sebesar 45 Watt/m2. Semakin rendah nilai
OTTV berarti semakin rendah beban pendingingan pada
gedung. Semakin rendah beban pendinginan maka
semakin kecil pula konsumsi energi yang terjadi pada
gedung. Untuk mengurangi nilai OTTV pada bangunan,
dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya
dengan analisis parametrik, yaitu dengan mengubah besar
parameter dalam perhitungan OTTV. Parameter yang
diubah untuk dapat mengurangi OTTV adalah paramter
yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada
nilai OTTV tanpa merubah konstruksi gedung secara
keseluruhan. Parameter-parameter dalam rumus OTTV
yang akan digunakan yaitu: , WWR, dan SC.

a.

Persebaran panas yang terjadi ketika beban panas


minimum yang terjadi pada pukul 08.00 ditunjukkan oleh
Tabel 5.6 Perbandingan Nilai Terhadap OTTV
gambar 6 Pada pukul 08.00 matahari masih berada pada
OTTV (W/m2)
pada orientasi timur sehingga tidak ada radiasi matahari
Utara
Barat
Total
yang langsung berhadapan dengan orientasi ruangan. Hal
23,608
34,875
29,242
ini sangat berbeda dibandingkan pada pukul 15.00 ketika 0,267
22,315
33,505
27,910
terjadi beban panas maksimal. Persebaran panas yang 0,187
terjadi pada ruangan juga terlihat lebih merata dan
nilainya memiliki rentang yang jauh. Untuk melihat lebih
Berdasarkan hasil di atas, meskipun penurunan OTTV
detail bagaimana persebaran panas yang terjadi dapat tidak signifikan namun perubahan warna lapisan
dilihat pada gambar 7.
permukaan dinding dapat menurunkan nilai OTTV
sebanyak 5-6% dengan perubahan sebesar 30%
.
b.
WWR
Tabel 5.7 Perbandingan Perubahan Nilai WWR
Terhadap Nilai OTTV
WWR

Gambar 7. 3D Plot Potongan Persebaran Panas Pada Mushola dengan


Beban Panas Minimum pukul 08.00

OTTV (W/m2)

Utara
Barat
Utara
Barat
Total
0,258 0,213
23,608
34,875
29,242
0,127 0,107
14,576
20,397
17,439
Tabel 5.7 Perbandingan Perubahan Nilai WWR
Terhadap Nilai OTTV

Berdasarkan hasil di atas, apabila nilai WWR


Pada gambar ditunjukkan bahwa aliran perpindahan
diturunkan
sebesar 50% dapat menurunkan nilai OTTV
panas yang masuk ke dalam bangunan tidak memberikan
sebesar
30-40%
efek yang signifikan terhadap keadaan di dalam ruangan
c.
SC
tersebut. Kenaikan suhu dan beban panas yang cukup
Tabel
5.8 Perbandingan Perubahan Nilai SC Terhadap
tinggi hanya terjadi pada permukaan dinding selubung
Nilai
OTTV
bangunan, sedangkan pada posisi dan jarak lainnya tidak
memiliki nilai suhu yang tinggi. Pada jam ini dihasilkan
OTTV (W/m2)
beban pendinginan yang cukup rendah sehingga SC

Utara

Barat

Utara

Barat

Total

0,5
0,391

0,5
0,396

23,608
19,955

34,875
29,488

29,242
24,721

Berdasarkan hasil di atas, perubahan OPF


sebesar 50 % akan mempengaruhi nilai SC 20-30% dan
akan menurunkan nilai OTTV sebesar 10-20%.
V.2

Optimalisasi

Optimalisasi pada ruangan gedung L3 perpustakaan


pusat UGM dapat dilakukan dengan menggabungkan nilai
dari parameter yang dapat diubah tersebut. Dengan
mengambil contoh obyek ruang mushola lantai 1 gedung
L3 perpustakaan pusat UGM hasil optimalisasi
ditunjukkan tabel
Tabel 5.9 Perbandingan Perubahan Nilai SC Terhadap
Nilai OTTV
OTTV (W/m2)
Utara

Barat

Total

Tanpa

23,608

34,875

29,242

Optimalisasi
Dengan

11,258

16,392

14,585

Optimalisasi
Berdasarkan hasil nilai OTTV di atas, optimalisasi
yang dilakukan bisa menurunkan nilai OTTV sebesar 4050%. Untuk melihat bagaimana persebaran panas yang
terjadi pada ruanan dapat dilihat pada gambar 8.

namun pada beberapa orientasi masih terdapat beberapa


ruangan yang belum memenuhi yaitu pada orientasi barat
ruang baca + lobi lantai 1 sebesar 52,044 W/m2 , dan
ruang baca + lobi lantai 3 sebsear 84,514 W/m2.
2.
Pengaruh nilai OTTV terhadap kondisi ruangan
dapat divisualisasi dengan simulasi COMSOL dengan
dilihat persebaran panas yang terjadi
3.
Optimalisasi yang dilakukan pada gedung L3
perpustakaan pusat UGM dapat mengurangi nilai OTTV
sebesar 40-50% dengan melakukan variasi pada nilai
parameter absobtansi, WWR, dan shading coeficient
Saran
1.
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk lebih
detail bagaimana pengaruh persebaran panas terhadap
beban panas pada bangunan.
2.
Pengukuran di lapangan dan simulasi yang
dilakukan
masih
menggunakan
asumsi-asumsi,
penggunaan asumsi ini perlu diminalisir.
3.
Pengaruh persebaran panas yang terjadi antar
ruangan dapat diikutsertakan sebagai parameter
pengukuran.
4.
Masalah bangunan perlu diberi perhatian khusus
sehingga dapat memberikan kenyamanan termal namun
tidak mengurangi keindahan dari bangunan tersebut
UCAPAN TERIMA KASIH
Bagian ini memberikan apresiasi kepada perorangan
maupun organisasi yang memberikan bantuan kepada
penulis. Ucapan terima kasih kepada pihak sponsor
maupun dukungan finansial juga dituliskan di bagian ini.
REFERENSI
[1]
[2]
[3]

[4]

Gambar 8. Isothermal Contours Persebaran Panas Rata-Rata Harian


Pada Mushola Setelah Dilakukan Optimalisasi

Setelah dilakukan optimalisasi suhu rata-rata pada


ruangan turun hingga mencapai 1C. Hal ini dapat
menurunkan beban panas yang diterima dari bangunan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Berdasarkan penelitian, pada gedung L3
perpustakaan pusat UGM sudah memenuhi standar OTTV

[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]

Hong, W., Chiang, M.S., Shapiro, R.A., Clifford, M.L., 2007.


Building Energy Efficiency. The Asia Business Council, 2007.
Wagner,S. M., Mellblom, P. C. N.2008. The Next Generation of
Energy Efficient Building Design: Where We Are and Should We
be Going?. Minneapolis, 2008
Mechanical Engineering, University of Strathclyde. Case Study 2
Low Energy Building Design Today. http://meserver.mecheng.strath.ac.uk/group2003/groupk/PDF/Case
%20studies2.pdf. Last accessed: December 4, 2011.
Kazim A. M.2007. Assessments of primary energy consumption
and its environmental consequences in the United Arab Emirates.
Renewable and Sustainable Energy Reviews 2007:11:426-446.
Badan Standarisasi Nasional, Konservasi energy selubung
bangunan pada bangunan gedung. SNI 6389:2011
archive/macros/latex/contrib/supported/IEEEtran/
FLEXChip Signal Processor (MC68175/D), Motorola, 1996.
PDCA12-70 data sheet, Opto Speed SA, Mezzovico,
Switzerland.
A. Karnik, Performance of TCP congestion control with rate
feedback: TCP/ABR and rate adaptive TCP/IP, M. Eng. thesis,
Indian Institute of Science, Bangalore, India, Jan. 1999.
J. Padhye, V. Firoiu, and D. Towsley, A stochastic model of TCP
Reno congestion avoidance and control, Univ. of Massachusetts,
Amherst, MA, CMPSCI Tech. Rep. 99-02, 1999.
Wireless LAN Medium Access Control (MAC) and Physical Layer
(PHY) Specification, IEEE Std. 802.11, 1997.

Anda mungkin juga menyukai