Anda di halaman 1dari 90

Perpustakaan Unika

PERILAKU SEKS BEBAS KOMUNITAS PUNK


DITINJAU DARI PENGETAHUAN TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
DAN KONTROL DIRI

SKRIPSI

Disusun oleh :
UJI LESTARI
03.40.0020

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGITJAPRANATA
SEMARANG
2008

-i-

Perpustakaan Unika

PERILAKU SEKS BEBAS KOMUNITAS PUNK


DITINJAU DARI PENGETAHUAN TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
DAN KONTROL DIRI

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Disusun oleh :
UJI LESTARI
03.40.0020

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGITJAPRANATA
SEMARANG
2008

- ii -

Perpustakaan Unika

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna
Memperolah Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal
21 Februari 2008

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan

( Th. Dewi Setyorini, S.Psi, M.Si )

Dewan Penguji
1. Drs. George Hardjanto, M.Si

(.)

2. L. Trisni Widianingtanti, S.Psi., M.Si

(.)

3. Christine Wibowo, S.Psi., M.Si

(.)

- iii -

Perpustakaan Unika

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan pada :


G Ayah dan ibu tercinta yang telah membesarkanku dan telah
memberiku kasih sayang yang tak ternilai.
G Kakak dan adik yang sangat ku sayangi.
G Nenek yang selalu mendukungku.
G Panca kekasihku yang selalu membantu dan menemaniku.

- iv -

Perpustakaan Unika

MOTO

* Di Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.


* Jagalah kesehatanmu sebelum engkau sakit.

-v-

Perpustakaan Unika

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa atas rahmatnya yang telah dilimpahkan kepada penulis, Sehingga
penulis dapat menyusun Skripsi ini.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh derajat sarjana psikologi tahun ajaran 2007 / 2008. Adapun
judul dari skripsi ini adalah Perilaku Seks Bebas Komunitas Punk
ditinjau dari Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual dan
Kontrol Diri .
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak maka
skripsi ini dapat tersusun. Pada kesempatan ini pula penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Th. Dewi S. S.Psi, Msi. Selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
telah memberi saya kesempatan untuk menyelesaikan skripsi
sampai selesai.
2. Christine Wibhowo, S.Psi. M.Si. Selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah membimbing saya sampai terselesainya skripsi
ini serta memberikan masukan atau ide-ide dan ispirasi bagi saya.

- vi -

Perpustakaan Unika

3. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmuilmu yang sangat bermanfaat.
4. Staf Tata Usaha dan Non Edukatif Fakultas Psikologi yang telah
membantu dan melayani sehingga mempermudah administrasi.
5. Ayah, ibu, kakak dan adik tercinta yang selalu menyayangi saya
dan selalu membantu saat saya sedang kesulitan.
6. Panca kekasihku yang mau meluangkan waktunya untuk
membantu mencari subjek penelitian dan selalu memberi saya
semangat.
7. teman teman terbaikku Anis, Dimo, Risti dan anak anak
Psikologi angkatan 2003 yang selalu memberi saya semangat saat
saya hampir putus asa.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga amal baik dan segala bantuan serta perhatian yang
diberikan kepada penulis akan bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca yang budiman.

Semarang ,

2008

Penulis

- vii -

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .ii


HALAMAN PENGESAHAN .......iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
MOTO ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI .viii
DAFTAR TABEL ..xi
BAB I

PENDAHULUAN ..1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Tujuan Penelitian ......7
C. Manfaat Penelitian ....7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 9
A. Perilaku Seks Bebas Komunitas Punk .9
1. Pengertian Perilaku Seks Bebas Komunitas Punk ..9
2. Aspek aspek Perilaku Seks Bebas 11
3. Tahap tahap Perilaku Seksual ..13
4. Faktor faktor Perilaku Seks Bebas pada Komunitas
Punk 15
B. Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual .19
1. Pengertian Pengetahuan Tentang Penyakit Menular

- viii -

Perpustakaan Unika

Seksual.19
2. Jenis jenis Penyakit Menular Seksual ......22
3. Aspek aspek Pengetahuan Tentang Penyakit
Menular Seksual ..24
C. Kontrol Diri ..26
1. Pengertian Kontrol Diri ..26
2. Aspek aspek Kontrol Diri 27
D. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Menular
Seksual Dengan Perilaku Seks Bebas Komunitas Punk
..29
E. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks
Bebas Komunitas Punk ...32
F. Hipotesis ..34
BAB III METODE PENELITIAN ..35
A. Identifikasi Variabel variabel Penelitian 35
B. Definisi Operasional Variabel variabel Penelitian .35
C. Populasi dan Pengambilan Sampel ...37
D. Metode Pengumpulan Data ...37
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .41
1. Validitas Alat Ukur .41
2. Reliabilitas Alat Ukur .43
G. Teknik Analisis Data .44

- ix -

Perpustakaan Unika

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN ..45


A. Orientasi Kancah Penelitian ..45
B. Persiapan Penelitian ..46
C. Pelaksanaan Penelitian ..49
D. Uji Validitas dan Reliabilitas 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .53
A. Uji Asumsi 53
B. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ...54
C. Pembahasan ...54
BAB VI PENUTUP .60
A. Kesimpulan ...60
B. Saran .60
DAFTAR PUSTAKA 62
DAFTAR GAMBAR .65
DAFTAR LAMPIRAN ..68

-x-

Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Rancangan Skala Perilaku Seks Bebas 39


TABEL 2 Rancangan Skala Kontrol Diri 40
TABEL 3 Rancangan Tes Pengetahuan Tentang Penyakit Menular
Seksual 41
TABEL 4 Sebaran Item Skala Perilaku Seks Bebas 47
TABEL 5 Sebaran Item Tes Pengetahuan Tentang Penyakit
Menular Seksual ..48
TABEL 6 Sebaran Item Skala Kontrol Diri .49
TABEL 7 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Seks
Bebas ...51
TABEL 8 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kontrol Diri .52

- xi -

1
Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di beberapa tempat sering dijumpai sekelompok orang yang
berpenampilan berbeda dengan orang orang pada umumnya, seperti
memakai uniform atau pakaian yang khas, aneh dan menyolok (misal :
memakai gelang, kalung rantai, anting, baju dan celana yang ketat).
Selain itu mereka memiliki gaya rambut berdiri di tengah dan rambut
samping kanan dan kiri dibros (mohawk) dan rambut dicat dengan
warna warna yang mencolok, punya tingkah laku khas, mendengarkan
jenis musik tertentu dan suka minum mabuk mabukan serta berkelahi.
Mereka menyebut dirinya sebagai komunitas Punker karena
mereka adalah sekelompok orang yang beraliran Punk. Kebanyakan
mereka sering dijumpai di pinggir pinggir jalan misalnya di kota
Semarang, Jogya, Magelang, Cilacap, Blitar.
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris.
Punk adalah jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an.
Punk juga berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan
politik. Di Indonesia Punk lebih terkenal dari pakaian yang dikenakan
dan tingkah laku yang mereka perlihatkan seperti yang telah disinggung
sebelumnya. Sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang
berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker
(Setiawan, 2007, h.1, id.wikipedia.org / wiki / punk 27 oktober 2007).

2
Perpustakaan Unika

Penulis mengamati dan mencoba masuk ke dalam komunitas


Punk yang berada di Magelang. Dengan pendekatan ini penulis bisa
mengetahui kegiatan mereka dan awal mula mereka bergabung ke
dalam komunitas Punk. Berdasarkan observasi awal di lapangan pada
tanggal 13 November 2006, jam 20.00 WIB, di Water Tower yang
letaknya di alun-alun kota Magelang, remaja yang biasa berkumpul di
Water Tower merupakan anggota komunitas Punk. Ciri khasnya adalah
berpakaian hitam, memakai celana ketat, sepatu boots / warior, dengan
gaya rambut mohawk dan memakai asesoris tertentu yang terbuat dari
logam berbentuk seperti rantai. Mereka menganggap penampilan
mereka juga trend yang fasionable bagi mereka sendiri, berbeda dari
trend remaja lainnya. Menurut mereka dengan penampilan yang aneh
dan kumuh justru menambah percaya diri mereka. Dari wawancara
tanggal 13 November 2006 pada beberapa orang dalam komunitas
Punk, diketahui bahwa sebagian besar dari mereka pertama kali masuk
dan bergabung dalam komunitas punk karena broken home, tidak cocok
dengan teman teman di lingkungan tempat tinggal mereka. Faktor
utama mereka menjadi komunitas Punk adalah juga sebagai suatu
bentuk protes terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan kaum
bawah (kaum miskin) dan masih kurangnya keadilan hukum yang
berlaku, serta semakin sulitnya mencari lapangan pekerjaan sehingga
membuat mereka terjun kejalanan dan mencoba untuk berkumpul
bersatu dalam suatu komunitas yang disebut komunitas Punk.
Kegiatan dari para komunitas Punk sendiri adalah pada setiap
malam minggu semua punkers berkumpul di Water Tower untuk

3
Perpustakaan Unika

bertukar pikiran, tukar informasi, mengobrol asyik, dan bercanda dan


mungkin mencari pacar sambil mendengarkan atau bermain band. Selain
itu mereka juga sering pergi kebeberapa tempat untuk mencari teman
yang sealiran dan setiap ada acara band khususnya yang beraliran musik
Punk mereka pasti datang untuk berpartisipasi yaitu baik di Jawa
Tengah, Jawa Timur maupun Jawa Barat.
Dalam komunitas Punk ini anggotanya kebanyakan adalah
para remaja dan mereka tidak mempermasalahkan jenis kelamin, yang
penting memiliki paham yang sama. Menurut Hurlock (1993,h.79) batas
usia remaja secara umum adalah 12 tahun dan berakhir pada usia 22
tahun. Kebanyakan dari komunitas Punk ini laki-laki. Wanita yang
masuk dan bergabung dalam komunitas Punk adalah para korban broken
home. Anggota dalam komunitas ini sekitar 20 orang dan rata-rata
mereka berumur 18 - 25 tahun.
Sebagian besar anggota dalam komunitas Punk merasa
nyaman dan senang di dalam komunitasnya, dan mereka merasa
diterima dan dianggap ada dalam komunitas tersebut. Di dalam
komunitas Punk semua anggota dianggap sama seperti saudara tidak ada
senior maupun junior. Dalam komunitas tersebut sesama anggota jarang
sekali atau bahkan tidak pernah mempunyai selisih sesama anak sealiran
Punk, karena mereka semua terbuka satu sama lain, terbuka dalam
kebersamaan dan terbuka dalam segala hal. Mereka juga mempunyai
prinsip bahwa Semua untuk satu dan satu untuk semua.
Menurut Kriting (salah satu anggota Punk), dalam kehidupan
komunitas Punk ini memang bebas dari segala hal (misalnya hidup,

4
Perpustakaan Unika

aktivitas dan pergaulan mereka). Bahkan para anggota Punk sudah


menganggap perilaku seks bebas adalah hal biasa. Mereka melakukan
free sex atas dasar suka sama suka. Dari wawancara di lapangan hampir
semua anggota komunitas Punk sudah pernah melakukan seks bebas
padahal mereka belum menikah. Bahkan sebagian wanita pernah
melakukan abortus dengan meminum obat-obatan yang tersedia di
apotek atau jamu tradisional. Prinsip mereka adalah semua yang mereka
miliki adalah milik bersama bukan milik pribadi, dan mereka hidup
dalam pergaulan bebas tanpa adanya ikatan dari masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui perilaku
komunitas Punk terhadap seks bebas adalah hal biasa yang mereka
lakukan. Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu
yang satu dengan yang lainnya dan bersifat nyata (Sarwono,2000,h.16).
Hal tersebut senada dengan pendapat Mc Leich (1986,h.9) yang
menyatakan bahwa perilaku adalah sesuatu yang konkrit yang dapat
diamati.
Notoatmojo (dikutip Saraswati,2000,h.6) menyatakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus atau perangsang
dengan respon. Hasil dari tindakan atau perbuatan suatu organisme
tersebut dapat diamati bahkan dapat dipelajari seperti halnya perilaku
seksual. Ditambahkan oleh Ajzen ( dikutip Widyastuti,2005,hal.9 ) bila
seseorang ingin melakukan suatu perilaku maka orang tersebut memberi
penilaian positif pada tingkah laku tersebut dan mempunyai arti penting
baginya serta menghendaki untuk melakukan tingkah laku itu.

5
Perpustakaan Unika

Menurut Bourne & Ekstrand (1979,h.267) perilaku seksual


adalah suatu bentuk perilaku yang muncul karena hasrat seksual atau
dorongan seksual dan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
kenikmatan seksual. Sarwono (1997,h.55) mengungkapkan bahwa
perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Seks
bebas menurut Sarwono (1989,h.137) didefinisikan sebagai perilaku
hubungan suami istri tanpa ikatan perkawinan, sedangkan menurut
Simkins (dalam Sarwono,1989,h.138) seks bebas merupakan hubungan
seksual secara bebas yang dilakukan atas dasar suka sama suka.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seks
bebas antara lain adanya waktu luang yang tidak bermanfaat, kurangnya
pelaksanaan dalam menjalankan ajaran agama secara konsekuen,
kurangnya pengawasan dan pemahaman moral dalam pergaulan remaja
bahkan di masyarakat, pengaruh norma budaya dari luar (Gunarsa,
1995,h.420), pengalaman seksual, faktor kepribadian seperti harga diri,
kontrol diri, tanggung jawab, dan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi (Primasari,2004,h.16) serta adanya penyebaran informasi dan
rangsangan seksual melalui media massa (Sarwono, 2002,h.160).
Orang yang mempunyai harga diri positif, mampu mengelola
dorongan dan kebutuhannya secara memadai, mempunyai penghargaan
yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu mempertimbangkan
resiko perilaku sebelum mengambil keputusan, mampu mengikatkan
diri pada teman sebaya secara sehat dan proposional, cenderung dapat
mencari penyaluran dorongan seksual (Primasari,2004,h.16). Menurut

6
Perpustakaan Unika

Brouwer (1992,h.216) kontrol diri adalah kemandirian perilaku utama


unsur kognitif dan afektif yang timbul dari dalam individu bukan karena
pengaruh orang lain, tinggi rendahnya kontrol diri akan mempengaruhi
bentuk dan arah perilaku seksual remaja.
Kurangnya

informasi

akan

menyebabkan

keterbatasan

pengetahuan tentang baik dan buruknya perilaku seksual. Pengetahuan


yang terbatas akhirnya membangkitkan rasa ingin tahu dan coba coba
pada diri individu yang bersangkutan kemudian membentuk perilaku
untuk memanivestasikan dorongan seksual yang dirasakan. Rasa ingin
tahu yang berhubungan dengan seksualitas akan mendorong individu itu
sendiri untuk bereksperimen dan eksplorasi guna menemukan jawaban
atas hal hal yang ingin diketahuinya (Sarwono, 1981,h.2).
Menurut Fishbein dan Ajzen (dikutip Saraswati,2000,h.6)
bahwa perilaku terbentuk melalui adanya pengetahuan. Adanya
pengetahuan akan menyebabkan individu memiliki sikap positif dan
negatif yang akan menunjukkan arah perilakunya yang kemudian
individu kecenderungan untuk menjauhi perilaku seks bebas. Minimnya
pengetahuan tentang penyakit menular seksual yang dimiliki remaja
memunculkan perilaku seksual yang tidak sehat dan bertanggung jawab.
Terjadinya kehamilan, penularan penyakit menular seksual termasuk
HIV, aborsi banyak berawal dari ketidaktahuan remaja tentang
seksualitas.
Penulis belum pernah menemukan penelitian tentang perilaku
komunitas Punk terhadap seks bebas ditinjau dari pengetahuan tentang

7
Perpustakaan Unika

penyakit menular seksual dan kontrol diri. Memang ada beberapa


penelitian yang hampir serupa, yaitu :
Perilaku Seksual Berisiko pada Sopir Truk Luar Kota ditinjau dari
Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual. (Wijanarko, 2000).;
Perilaku Seksual pada Mahasiswa ditinjau dari Pengetahuan Tentang
Penyakit Menular Seksual. (Widyastuti, 2005). Namun demikian
penelitian pada komunitas Punk belum pernah dilakukan dan dari
penelitian di atas hanya mengungkap aspek tahu belum sampai ke aspek
evaluasi dalam tes pengetahuan.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap
penyakit menular seksual dengan kecenderungan perilaku seks bebas
pada komunitas punk dan hubungan antara kontrol diri komunitas Punk
terhadap perilaku seks bebas.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris
hubungan pengetahuan terhadap penyakit menular seksual dan kontrol
diri dengan kecenderungan perilaku seks bebas pada komunitas Punk.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi
psikologi sosial dan psikologi kesehatan tentang pengetahuan
penyakit menular seksual yang diakibatkan dari perilaku seks bebas
terutama dalam pendidikan seksualitas.

8
Perpustakaan Unika

2. Manfaat praktis
Secara praktis dapat memberikan sumbangan referensi kepada :
Orang tua, pekerja sosial, LSM dan komunitas Punk tentang
hubungan antara pengetahuan terhadap penyakit menular seksual dan
perilaku seks bebas, serta cara melakukan kontrol diri yang baik
sehingga dapat dilakukan hal-hal yang perlu.

9
Perpustakaan Unika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU SEKS BEBAS KOMUNITAS PUNK


1. Pengertian Perilaku Seks Bebas Komunitas Punk
Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu
yang

satu

dengan

yang

lainnya

dan

bersifat

nyata

(Sarwono,2000,h.16).
Menurut Sears, dkk. (1994,h.138), perilaku merupakan
kesiapan individu untuk bereaksi atau kecenderungan untuk
bertindak terhadap objek. Perilaku terbentuk karena adanya sikap
dalam diri seseorang terhadap suatu objek. Perilaku pada hakekatnya
merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsang (Watson,
dalam Sarwono,2002,h.11).
Notoatmojo (dikutip Saraswati,2000,h.6) menyatakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus atau perangsang
dengan respon. Hasil dari tindakan atau perbuatan suatu organisme
tersebut dapat diamati bahkan dapat dipelajari seperti halnya
perilaku seksual.
Ditambahkan oleh Bourne dan Ekstrand (1979,h.267)
perilaku seksual merupakan suatu bentuk perilaku yang muncul
karena meningkatnya hasrat seksual atau dorongan seksual dan
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
Sedangkan Masland (1997,h.77) mengungkapkan bahwa perilaku
seksual adalah tindakan fisik atau mental yang menstimulasi,

10
Perpustakaan Unika

merangsang atau memuaskan secara jasmaniah dimana tindakan


tersebut dilakukan untuk mengekspresikan daya tarik dan perasaan
kepada lawan jenis.
Sarwono (1989,h.137) mengatakan seks bebas adalah
hubungan yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesama jenis. Lebih lanjut dikatakan bahwa
seks bebas adalah cara bersenggama yang dilakukan pada
pasangannya tanpa ikatan perkawinan.Seks bebas juga diartikan
bagaimana cara berpacaran, pengetahuan tentang alat kelamin dan
cara memikat hati pria dan wanita, sedangkan menurut Simkins
(dalam Sarwono,1989,h.138) seks bebas merupakan hubungan
seksual secara bebas yang dilakukan atas dasar suka sama suka.
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris.
Punk adalah jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970an. Punk juga berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial
dan politik. Di Indonesia Punk lebih terkenal dari fashion yang
dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti
potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala
feathercut dan diwarnai dengan warna warna yang terang, sepatu
boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans yang ketat dan baju
yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal
dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang
mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak
untuk

disebut

sebagai

id.wikipedia.org/wiki/punk).

punker

(Setiawan,

2007,

h.1

11
Perpustakaan Unika

Punk adalah jalan hidup yang artinya luas, universal dan


tidak bisa dijabarkan. Karena Punk adalah jalan hidup, cara berpikir,
berbuat dan bertingkah laku yang dijalani oleh seseorang dan musik
adalah salah satu bentuk pengekspresian dari kaum punk. Punk juga
dapat diartikan cara pola berpikir yang dikombinasikan dengan
bermusik (Iman & Ega , UGLY@Yahoo.com edisi 3, Oktober
2001).
Berdasarkan definisi di atas perilaku seks bebas komunitas
punk adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh komunitas yang
memiliki ideologi hidup tertentu dan berpenampilan khas seperti
dalam sub budaya yang lahir di London pada pasangannya tanpa
ikatan perkawinan dan dilakukan atas dasar suka sama suka .
2. Aspek-aspek Perilaku Seks Bebas
Tukan (1990,h.71) menyatakan aspek-aspek dalam perilaku
seksual secara umum antara lain :
a. Aspek biologis. Hasrat dan dorongan untuk meneruskan
keturunan (prokreatif) serta melanjutkan jenis manusia.
b. Aspek fisiologis. Hasrat untuk meredakan tekanan dan
memuaskan nafsu seksual. Saat dorongan dan hasrat seksual
muncul pada diri remaja, mereka ingin menyalurkannya
dengan berperilaku seksual dengan pasangannya ataupun
dilakukan sendiri.
c. Aspek psikologis. Kebutuhan akan teman hidup, keinginan
akan persatuan dan kesempurnaan serta persahabatan timbal

12
Perpustakaan Unika

balik.

Remaja

membutuhkan

seseorang

yang

mampu

menemani dan mengerti tentang dirinya.


d. Aspek personal. Pasangan laki-laki dan perempuan saling
memperhatikan, tukar menukar masalah pribadi dalam
komunikasi, saling menolong, bergembira bersama dan saling
melengkapi.
e. Aspek cinta.Persatuan seksual adalah salah satu ekspresi cinta
yang sangat mendalam. Dalam berpacaran biasanya remaja
menuntut bukti rasa cinta dari pasangannya dengan cara
berperilaku seksual.
f. Aspek sosial. Dalam membina suatu hubungan bukan hanya
urusan pasangan itu sendiri, mereka membutuhkan pengakuan
sosial dari orang lain.
Thornburg (1982,h.59) menyatakan bahwa dalam berperilaku
seksual terdapat empat aspek, yaitu:
a. Aspek biologis,yaitu respon individu terhadap dorongan
seksual, perubahan, perkembangan, dan pertumbuhan organorgan seksual.
b. Aspek psikologis, yaitu proses belajar individu untuk
mengungkap dorongan seksual dalam perasaan, pikiran, dan
tingkah laku individu.
c. Aspek sosial, yaitu dorongan seksual yang diungkapkan
melalui atau dengan cara menjalin hubungan dengan orang
lain yang bersifat mendalam.

13
Perpustakaan Unika

d. Aspek moral, yaitu dorongan seksual yang diekspresikan


berdasarkan

norma-norma

sosial

yang

berlaku

dalam

masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas aspek-aspek perilaku seks bebas
yang akan dipakai dalam penelitian adalah aspek biologis, aspek
psikologis, aspek sosial dan aspek moral.
3. Tahap-tahap Perilaku Seksual
Sarwono (1997,h.52) mengemukakan bahwa perilaku seksual
pada masa remaja dapat terlihat dalam beberapa tahap :
a. Berpacaran yang meliputi kegiatan berjalan bersama,
berkencan
b. Berciuman
c. Eksplorasi daerah genetal pasangan
d. Bersenggama
Dalam (Mutadin,2005h.2-3, www.e-psikologi.com), tahapan
perilaku seksual pada umumnya yaitu :
a. Bersentuhan (touching).
Bersentuhan merupakan perilaku dalam bentuk rabaan pada
bagian-bagian

yang

sensitif

yang

bisa

menimbulkan

rangsangan seksual.
b. Ciuman (kissing).
Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsang
seksual, terutama dilakukan pada bagian-bagian yang sensitif
seperti bibir.
c. Bercumbu dengan bergesekan (petting).

14
Perpustakaan Unika

Perilaku dengan menggesek-gesekan bagian tubuh yang


sensitif, seperti payudara, organ kelamin, dan sebagainya.
d. Berhubungan kelamin (coitus).
Masuknya penis ke dalam vagina untuk mendapatkan
kepuasan seksual.
Tahapan-tahapan

perilaku

seksual

menurut

Hurlock

(1993,h.256) adalah berciuman, kemudian bercumbu ringan,


bercumbu berat dan berakhir dengan hubungan seksual atau
senggama.
Ditambahkan oleh Thornburg (1982,h.404) bahwa perilaku
seksual tercermin dalam tahap-tahap sebagai berikut :
a. Berpegangan tangan
b. Berpelukan
c. Berciuman
d. Bercumbu
e. Bersenggama
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
tahapan-tahapan perilaku seksual antara lain berpegangan tangan,
berpelukan, bersentuhan,

berciuman, bercumbu (petting) dan

bersenggama.
Berdasarkan kesimpulan di atas tahapan-tahapan perilaku
yang akan dipakai dalam penelitian adalah berciuman, bercumbu dan
bersenggama.

15
Perpustakaan Unika

4. Faktor-faktor Perilaku Seks Bebas pada Komunitas Punk


Sarwono (2002,h.151-163) menyatakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual adalah :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja.
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat
seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual
ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja,
yaitu:
a) Penundaan usia perkawinan, baik secara umum maupun
norma sosial yang menuntut persyaratan yang makin
tinggi

untuk

perkawinan

(pendidikan,

pekerjaan,

persiapan mental, dll)


b) Norma agama yang berlaku melarang perilaku seksual
yang bisa mendorong remaja melakukan senggama,
seperti berpegangan tangan,berciuman, sendirian dengan
pasangan di tempat yang sepi, dan sebagainya
c) Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual
melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi yang
canggih seperti vidio cassette, foto copy, satelit, VCD,
telepon genggam,internet, dll. Remaja yang sedang dalam
periode rasa ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru
apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa,
khususnya karena remaja pada umumnya belum pernah

16
Perpustakaan Unika

mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang


tua.
d) Orang tua. Adanya ketidaktahuan orang tua maupun sikap
yang masih menabukan pembicaraan seks dengan anak,
bahkan membuat jarak dengan anak tentang masalah ini.
Akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat
kurang atau sering kali tidak akurat.
e) Adanya kecenderungan pergaulan yang semakin bebas
antara laki-laki dan perempuan.
Gunarsa (1995,h.420) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku seks bebas adalah:
a. Waktu
Adanya waktu luang yang tidak bermanfaat lebih mudah
menimbulkan adanya pergaukan bebas, dalam arti remaja
mementingkan hidup senang-senang, bermalas-malasan, suka
berkumpul sampai larut malam yang akan membawa remaja
kearah pergaulan bebas.
b. Kurangnya pelaksanaan dalam menjalankan ajaran agama
secara konsekuen
Remaja menginginkan adanya kebebasan tanpa adanya suatu
ajaran yang mengikat, renaja menganggapbahwa ajaran
agama terlalu banyak aturannya sehingga terlalu mengikat
setiap tindakan yang ingin dilakukan.
c. Kurangnya pengawasan dan pemahaman moral dalam
pergaulan remaja bahkan di masyarakat

17
Perpustakaan Unika

d. Pengaruh norma budaya dari luar


Norma budaya dari luar misalnya : mode pakaian, mode
rambut, cara bergaul, asesoris, warna musik bahkan selera
film dan buku. Para remaja menelan begitu saja apa yang
dilihatnya serta didapatnya dari budaya barat tersebut,
sedangkan

dalam

pergaulan

terdapat

nilai-nilai

atau

ketentuan-ketentuan yang berubah-ubah tergantung tempat


tinggal atau lingkungan sosialnya, waktu dan kematangan
sosialnya serta kedewasaan dari pelaku-pelakunya.
Faturochman (1992,h.13) mengungkapkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seks bebas dapat
dibedakan antara faktor-faktor di luar individu dan di dalam
individu,

Dalam

Paguyuban

Keluarga

Besar

Indonesia

(Primasari,2004,h.16) menyebutkan beberapa faktor dalam perilaku


seksual adalah :
a. Pengalaman seksual
Makin banyak pengalaman mendengar, melihat dan mengalami
hubungan seksual, makin kuat stimulasi yang dapat mendorong
munculnya perilaku seksual.
b. Faktor kepribadian, Seperti harga diri, kontrol diri, tanggung
jawab, kemampuan membuat keputusan, dan nilai-nilai yang
dimiliki.
Orang yang mempunyai harga diri positif, mampu mengelola
dorongan dan kebutuhannya secara memadai, mempunyai
penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu

18
Perpustakaan Unika

mempertimbangkan

resiko

perilaku

sebelum

mengambil

keputusan, mampu mengikatkan diri pada teman sebaya secara


sehat dan proposional, cenderung dapat mencari penyaluran
dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.
c. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan.
Orang yang memiliki penghayatan yang kuat tentang nilai-nilai
keagamaan, integrasi yang baik juga cenderung mampu
menampilkan perilaku seksual yang selaras dengan nilai yang
diyakini serta mencari kepuasan dari perilaku yang produktif.
d. berfungsi

keluarga

dalam

menjalankan

fungsi

kontrol,

penanaman moral dan keterbukaan komunikasi.


Keluarga yang mampu berfungsi secara optimal membantu
remaja untuk menyalurkan dorongan seksualnya dengan cara
yang selaras dengan norma dan nilai yang berlaku serta
menyalurkan energi psikis secara produktif.
e. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proposional
tentang kesehatan reproduksi termasuk didalamnya pengetahuan
tentang penyakit menular seksual cenderung memahami resiko
perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk
menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung
jawab.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor perilaku seks bebas adalah penundaan usia perkawinan,
pergaulan yang semakin bebas, ketaatan beragama,pengalaman

19
Perpustakaan Unika

seksual, faktor kepribadian (seperti harga diri, kontrol diri, tanggung


jawab), pengetahuan tentang reproduksi, adanya waktu luang yang
tidak bermanfaat, pengaruh norma budaya dari luar, orang tua,
adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
massa.
Penulis mencoba melakukan penelitian untuk menganalisis
mengenai perilaku seks bebas dengan menekankan pada faktor
pengetahuan tentang reproduksi yaitu mengenai pengetahuan
tentang penyakit menular seksual dan faktor kepribadian yaitu
tentang kontrol diri. Penulis lebih menekankan pada faktor
pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan kontrol diri
karena sekarang ini banyak kasus yang muncul dalam media massa
mengenai kenakalan remaja terutama pada perilaku seksual dan
belum ada penelitian mengenai perilaku seks bebas yang dikaitkan
dengan pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan kontrol
diri pada komunitas punk. Berikut ini penjelasan lebih rinci
mengenai pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan kontrol
diri.
B. PENGETAHUAN

TENTANG

PENYAKIT

MENULAR

SEKSUAL
1. Pengertian Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual
Menurut Notoatmojo (1993,h.5) pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

20
Perpustakaan Unika

melalui panca indera manusia dan sebagian besar pengetahuan


manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Ditambah oleh Bernadib (1984,h.12) pengetahuan merupakan
materi atau perbendaharaan milik manusia sebagai hasil dari
usahanya untuk mengetahui, dan lebih lanjut dikatakan bahwa
pengetahuan adalah kumpulan kesan-kesan dan penerapan yang
terhimpun dari pengetahuan yang diperoleh individu. Menurut
Fishbein dan Ajzen (dikutip Saraswati,2000,h.3) perilaku terbentuk
melalui

adanya

pengetahuan.

Adanya

pengetahuan

akan

menyebabkan individu memiliki sikap positif dan negatif.


Menurut Aristoteles (dikutip Verhoak,1991,h.8) ada dua
bentuk dasar pengetahuan pada diri manusia :
a. Mengetahui demi mengetahui saja dengan arti hanya untuk
memuaskan kebutuhan hati manusia.
b. Pengetahuan untuk digunakan dan diterapkan misalnya untuk
melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal,
mempermudah pekerjaannya, memperlancar hubungan satu
dengan yang lainnya, dll.
Sebagai sarana eksistensi manusia pengetahuan digunakan
untuk bertahan hidup dan untuk mengatasi masalah seperti
melindungi diri dari bahaya dan meningkatkan kesehatan. Pada masa
ini sangat penting mengetahui secara benar tentang penyakit menular
seksual yag merupakan salah satu resiko akibat hubungan seksual
yang tidak aman. Menurut Hafids (1996,h.29) bahwa meluasnya
penyebaran penyakit menular seksual disebabkan oleh tidak adanya

21
Perpustakaan Unika

pengetahuan yang akurat yang dimiliki masyarakat tentang pola


penularan penyakit, pencegahan dan cara pengobatannya.
Menurut Mundiharno (1999,h.6) penyakit menular seksual
adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan kelamin baik
secara heteroseksual maupun homoseksual. Menurut Pamayun
(1992,h.53-67) Hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara
genito-genital tetapi dapat juga secara orogenital sehingga kelainan
yang timbul akibat penyakit kelamin tidak terbatas pada daerah
genital tetapi dapat juga pada daerah extra genital. Penyakit menular
seksual dapat juga ditularkan melalui ibu kepada anaknya sewaktu
masih dalam kandungan.Sipilis dan herpes genitalis merupakan salah
satu penyakit menular seksual yang dapat diturunkan kepada
anaknya. Jika ibu yang terinfeksi penyakit ini dalam keadaan hamil
maka akan terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat cacat
lahir, dan apabila terjadi penularan pada saat proses kelahiran maka
bayi mengalami kontak langsung sehingga tertular virus dan akan
mengalami infeksi pasca lahir yang sangat berat. Komplikasi umum
yang berbahaya adalah penyebaran virus sehingga terjadi infeksi
selaput otak atau meningitis dan jaringan otak atau ensefalis
(Hartadi, 1992,h.29).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan tentang penyakit menular seksual adalah hasil tahu
setelah seseorang melakukan penginderaan mengenai penyakit
menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti

22
Perpustakaan Unika

jenis

PMS,

bagaimana

penularannya,

gejala

maupun

cara

pencegahannya.
2. Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual
Beberapa jenis penyakit menular seksual menurut Saraswati
(2000,h.8-10) adalah sebagai berikut :
a. Infeksi genital non spesifik
Merupakan penyakit kelamin yang disebabkan oleh penyebab
non spesifik dan yang tersering karena bakteri Chlamydia
Trachomatis.
b. Sifilis
Sering disebut raja singa yaitu infeksi yang disebabkan oleh
treponema pallidum.Sifilis dapat menular melalui kontak seksual,
alat makan atau yang digunakan bersama dengan penderita dan
melalui jarum suntik atau transfusi darah. Sifilis dapat menyerang
seluruh organ tubuh termasuk selaput lendir anus, kemaluan dan
mulut.
c. Gonore
Sering disebut kencing nanah yaitu penyakit kelamin yang
disebabkan bakteri Neisseria Gonorrhoeae.
d. Kondilomata Akuminata
Sering disebut juga kutil kelamin atau penyakit jengger ayam
yaitu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus
Papilloma Humanus.
e. Kandidosis Vulvovaginal

23
Perpustakaan Unika

penyakit menular seksual yang disebabkan virus Candida


albicans. Sumber penularannya adalah melalui hubungan seksual
dengan penderita dan seorang ibu hamil yang menderita penyakit
ini akan menularkan pada bayinya.
f. Ulcus Mole
Sering disebut Chancroid yaitu penyakit infeksi alat kelamin akut
yang disebabkan oleh bakteri haemophilus ducreyi.
g. Herpes Genitalis
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Herpes
Simplex. Selain ditularkan melalui hubungan seksual penyakit ini
dapat ditularkan pada janin dalam kandungan ibu yang terinfeksi.
Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya abortus, keluarnya
janin prematur, bayi mengalami kelainan pada organ tubuhnya
dan bayi tidak tumbuh secara normal.
h. Trikomoniasis
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis.
i. Limfogranuloma Venereum
Penyakir menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Chlamydia Trachomatis. Selain melalui hubungan seksual
Limfogranuloma Venereum dapat juga ditularkan melalui handuk
atau pakaian yang terkontaminasi.
j. Vaginosis
Merupakan sindroma klinik akibat pergantian bakteri flora
normal vagina yaitu Lactobacillus spp dengan bakteri anaerob

24
Perpustakaan Unika

dalam

konsentrasi

tinggi

seperti

Gardnerela

Vaginalis,

Mycoplasma hominis dan kuman anaerob. Gejala yang khas yaitu


bau vagina seperti bau ikan terutama saat berhubungan seksual.
3. Aspek-aspek Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual.
Menurut Van Peursen (1985,h.1-4) pengetahuan mencakup
proses mengamati, menyangka dan menalar, sedangkan Salam
(1995,h.7-10) mengatakan bahwa pengetahuan mengandung 2 aspek
yaitu:
a. pengertian, adalah suatu hal yang diketahui oleh individu dan
hal tersebut tidak selalu mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dari objek yang bersangkutan.
b. Pemahaman, adalah suatu hal yang diketahui oleh individu dan
hal itu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari objek
yang bersangkutan.
Tahapan tahapan Pengetahuan (Azwar, 2000, h.64) :
a. Knowledge (pengetahuan); diartikan sebagai mengingat materi
yang dipelajari sebelumnya. Tahu dalam hal ini adalah dengan
cara mengenali, mendiskripsikan, menyebut, memasangkan,
memilih, mendefinisikan.
b. Comprehension

(pemahaman);

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara bebas tentang objek yang


diketahui. Orang yang telah paham terhadap suatu objek harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, mengklasifikasikan,
meramalkan, membedakan.

25
Perpustakaan Unika

c. Application (menerapkan); menerapkan materi apa yang telah


diterima

dengan

menyelesaikan,

cara

mendemonstrasikan,

menyesuaikan,

menghitung,

mengoperasikan,

menghubungkan, menyusun.
d. Analysis;

contoh

kata

kerja:

menemukan

perbedaan,

memisahkan, membuat diagram, membuat estimasi, mengambil


kesimpulan, menyusun urutan.
e. Synthesis; contoh kata kerja: menggabungkan, menciptakan,
merumuskan,

merancang,

membuat

komposisi,

menyusun

kembali, merevisi.
f. Evaluation (evaluasi); berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri. Contoh
kata kerja: memberi alasan, membandingkan dan menyimpulkan.
Dari tahapan tahapan di atas penulis memakai tahapan
evaluasi yang terdiri dari memberi alasan, membandingkan dan
menyimpulkan.
Aspek-aspek pengetahuan penyakit menular seksual menurut
Wulandari (2000, h.33) yaitu :
a. Penularan, adalah mengetahui tentang cara-cara penyakit seksual
tersebut menular.
b. Pencegahan, adalah pengetahuan agar tidak tertular penyakit
menular seksual.
c. Infeksi, adalah pengetahuan tanda-tanda timbulnya penyakit
menular seksual.

26
Perpustakaan Unika

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


aspek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah tahapan
pengetahuan

yaitu

evaluasi

(terdiri

dari

memberi

alasan,

membandingkan dan menyimpulkan) yang dihubungkan dengan


aspek penyakit menular seksual yang tediri dari aspek penularan,
aspek pencegahan dan aspek infeksi.

C. KONTROL DIRI
1. Pengertian Kontrol Diri
Brouwer (dalam Ismailiana,2004,h.6) menyatakan bahwa
kontrol diri adalah kemandirian perilaku utama unsur kognitif dan
afektif yang timbul dari dalam diri individu, bukan karena pengaruh
orang lain. Tinggi rendahnya kontrol diri akan mempengaruhi
bentuk dan arah perilaku seksual remaja.
Chaplin (2000,h.450) kontrol diri adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive. Skinner
(dalam Ismailiana,2004,h.13) kontrol diri adalah kepercayaan
individu tentang seberapa banyak kontrol yang dimiliki. Hurlock
(1990,h.246) kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu
mengendalikan emosi keseluruhan ekspresi yang bermanfaat dan
dapat diterima secara sosial.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol
diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri,

27
Perpustakaan Unika

kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau


tingkah laku impulsive.
2. Aspek-aspek Kontrol Diri
Menurut Averil (dalam Elfida,1995,h.15) aspek-aspek kontrol
diri adalah
a. Kemampuan mengontrol perilaku atau pelaksanaan
Adalah

kemampuan

untuk

menentukan

siapa

yang

mengendalikan situasi. Bila individu mempunyai kontrol diri


yang baik, maka individu akan mampu mengatur perilaku dengan
kemampuan internalnya dan bila tidak mampu mengatur
perilakunya maka individu akan menggunakan sumber eksternal.
b. Kemampuan mengontrol stimulus
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali stimulus-stimulus
yang kita terima setiap hari, maka diharapkan individu mampu
untuk memilih mana stimulus yang harus diterima dan mana
stimulus yang harus dibuang atau ditolak.
c. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Individu harus mampu mengatasi dan mengantisipasi semua
peristiwa atau masalah yang terjadi dalam kehidupannya agar
tidak menjadi semakin besar dan rumit.
d. Kemampuan menafsirkan peristiwa
Adalah mengartikan semua peristiwa agar individu dapat
menjalani hidup dengan mudah dan dapat memikirkan langkahlangkah yang harus diambil dalam menjalani hidup.
e. Kemampuan mengambil keputusan

28
Perpustakaan Unika

Individu harus dapat memilih yang terbaik oleh karena itu


diharapkan individu mampu mengambil keputusan yang terbaik
dalam hidupnya dimana keputusan itu berguna untuk dirinya dan
orang lain.
Menurut Brown, Lau dan Serafino (dalam Smet 1994,h.187)
jenis-jenis kontrol diri adalah :
a. Kontrol perilaku
Dalam kontrol perilaku yang termasuk di dalamnya adalah
kemampuan melakukan tindakan nyata untuk mengurangi
dampak tekanan. Tekanan ini mungkin mengurangi intensitas
peristiwa yang penuh dengan tekanan atau memperpendek
jangka waktu.
b. Kontrol kognitif
Adalah kemampuan menggunakan proses akal atau strategi yang
sudah dipikirkan untuk mengubah dampak dari tekanan. Yang
termasuk strategi ini adalah melihat suatu kejadian secara
berbeda atau memusatkan pada pemikiran yang menyenangkan
atau netral.
c. Kontrol keputusan
Adalah kesempatan untuk memilih antara prosedur alternatif atau
rangkaian tindakan.
d. Kontrol informasi
Kesempatan untuk mendapat pengetahuan tentang kejadian yang
penuh tekanan. Apa yang terjadi, mengapa dan apa konsekuensi
yang akan terjadi kontrol informasi dapat membantu mengurangi

29
Perpustakaan Unika

tekanan dengan meningkatkan kemampuan individu untuk


memperkirakan dan menyiapkan hal-hal apa yang akan terjadi
serta dengan menurunkan ketakutan individu akan hal-hal yang
tidak diketahui.
e. Kontrol retrospeksi
Adalah menyangkut kepercayaan mengenai hal-hal atau siapa
penyebab kejadian yang penuh tekanan meskipun hal tersebut
telah terjadi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek
dari

kontrol

diri

adalah

kemampuan

mengontrol

perilaku,

kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi


peristiwa,

kemampuan

menafsirkan

peristiwa,

kemampuan

mengambil keputusan.

D. HUBUNGAN

ANTARA

PENGETAHUAN

TENTANG

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN PERILAKU


SEKS BEBAS KOMUNITAS PUNK
Seksualitas adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan
merupakan sebuah ciri alamiah yang memungkinkan prokreasi.
Seksualitas bagi orang dewasa merupakan bagian penting dalam
hidupnya. Tidak berbeda dengan kebutuhan biologis lainnya seperti
makan minum. Kebutuhan seksualitas juga merupakan aktivitas
yang perlu pemenuhan dan penyaluran.
Kehidupan komunitas Punk di jalanan yang bebas tanpa
aturan dan norma-norma yang mengikat mereka menjadi suatu

30
Perpustakaan Unika

kesempatan bagi mereka untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya


dengan semau mereka sendiri. Bagi mereka melakukan hubungan
seksual tidak dengan pasangannya yang syah adalah salah satu
kelaziman.Dapat diartikan bahwa perilaku seks bebas komunitas
punk adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh komunitas yang
memiliki ideolodi hidup dan berpenampilan khas yang sama dengan
sub budaya yang lahir di London pada pasangannya tanpa ikatan
perkawinan dan dilakukan atas dasar suka sama suka. Salah satu
masalah sosial yang saat ini menjadi perhatian adalah masalah
perilaku seks bebas pada remaja khususnya komunitas Punk yang
karena

sikap

dan

perilakunya

secara

tidak

langsung

ikut

menyebarkan penyakit menular seksual. Perilaku tersebut tampak


pada sering berganti-ganti pasangan, hal ini sangat rentan terkena
penyakit menular seksual.
Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil dari segala
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang
terwujud dalam pengetahuan. Pada masa kini sangat penting
mengetahui secara benar tentang penularan seksual yang merupakan
salah satu resiko akibat hubungan seksual yang tidak aman karena
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku
seseorang. Dalam hal ini diketahui bahwa pengetahuan tentang
penyakit menular seksual adalah hasil tahu setelah seseorang
melakukan penginderaan mengenai penyakit menular seksual yang
ditularkan melalui hubungan seksual seperti jenis PMS, bagaimana
penularannya, gejala maupun cara pencegahannya.

31
Perpustakaan Unika

Menurut Fishbein dan Ajzen (dikutip Saraswati,2000h.3)


perilaku

terbentuk

melalui

adanya

pengetahuan.

Adanya

pengetahuan akan menyebabkan individu memiliki sikap positif dan


negatif. Dalam hal ini pengetahuan meliputi tahu, memahami, dan
evaluasi. Tahu yang berarti seseorang dapat menyebut, menguraikan
dan mendefinisikan suatu objek sedangkan orang yang telah paham
terhadap suatu objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh
mengenai objek tersebut begitu juga dengan mengevaluasi seseorang
dapat melakukan penilaian terhadap suatu objek berdasarkan kriteria
yang ditentukan sendiri. Secara teoritis bila pengetahuan terhadap
penyakit menular seksual tinggi maka kecenderungan perilaku seks
bebas pada komunitas punk rendah dan sebaliknya. Dari sikap yang
terbentuk tersebut akan menimbulkan niat baik positif maupun
negatif untuk merealisasikan perilaku. Hasil penelitian Muninjaya
(dikutip

Wijanarko,2000,h.32)

menunjukkan sikap responden

setelah mendapat informasi tentang penyakit menular seksual pada


umumnya (82,8%) menjauhi perilaku risiko tinggi sebagian merasa
cemas (12%) lainnya acuh (0,8%) dan sebagian (4,4%) tidak
menjawab. Pengetahuan penyakit menular seksual yang dimiliki
individu akan menyebabkan individu memiliki sikap positif dan
negatif yang akan menunjukkan arah perilakunya yang kemudian
pada perilakunya individu mempunyai kecenderungan untuk
menjauhi perilaku seksual berisiko dengan berperilaku seks yang
aman.

32
Perpustakaan Unika

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan dengan adanya


pengetahuan (yang meliputi tahu, memahami, dan evaluasi) terhadap
manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang mempunyai
perilaku positif, perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih baik
daripada perilaku yang tidak dilandasi oleh pengetahuan. Dengan
pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit menular seksual
seseorang akan tahu risiko yang akan menimpanya maupun
pasangan tetapnya jika seseorang tertular penyakit menular seksual
sehingga akan mewujudkan penerimaan yang rendah terhadap
perilaku seks bebas sebaliknya minimnya pengetahuan tentang
penyakit menular seksual akan mewujudkan penerimaan perilaku
yang tinggi terhadap perilaku seks bebas.

E. HUBUNGAN

ANTARA

KONTROL

DIRI

DENGAN

PERILAKU SEKS BEBAS KOMUNITAS PUNK


Saat dewasa dorongan seksual remaja sangat kuat apalagi
pada saat mereka menginjak pubertas. Dorongan seksual yang
meningkat membutuhkan suatu media untuk menyalurkan hasratnya.
Dalam kehidupan komunitas Punk di jalanan tidak terikat
oleh atauran maupun norma-norma yang ada. Sehingga stimulusstimulus yang mereka terima baik itu stimulus positif maupun
stimulus negatif dapat mempengaruhi mereka dalam perilaku
seksualnya. Kebanyakan para remaja lebih cenderung memilih
stimulus yang menyenangkan bagi mereka tanpa mempertimbangkan
resiko yang akan menimpanya, sehingga banyak remaja yang jatuh

33
Perpustakaan Unika

dalam pergaulan bebas dan menjadikan seks bebas sebagai sarana


penyaluran hasrat mereka. Dapat diartikan bahwa perilaku seks
bebas komunitas Punk adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh
komunitas yang memiliki ideolodi hidup dan berpenampilan khas
yang sama dengan sub budaya yang lahir di London pada
pasangannya tanpa ikatan perkawinan dan dilakukan atas dasar suka
sama suka. Maka untuk mengorganosir dorongan seksualnya mereka
harus memiliki kontrol diri yang baik. Dengan adanya kontrol diri
yang baik mereka dapat menyalurkan dorongan seksualnya pada
perilaku yang positif.
Kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah
laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impulsimpuls atau tingkah laku impulsive.
Dengan adanya kontrol diri yang baik mereka bisa memilih
stimulus stimulus yang tepat bagi mereka sehingga mereka tidak
terjerumus ke dalam seks bebas dan mereka dapat mengambil
keputusan yang tepat untuk menyalurkan hasrat seksualnya dengan
berperilaku

seks

Ismailiana,2004,h.6)

yang

aman.

tinggi

Menurut

rendahnya

Brouwer

kontrol

diri

(dalam
akan

mempengaruhi bentuk dan arah perilaku seksual, jadi secara teoritis


bila kontrol diri komunitas punk tinggi maka perilaku seks bebas
para anggota komunitas Punk rendah dan sebaliknya jika kontrol diri
komunitas Punk rendah maka kecenderungan berperilaku seks bebas
tinggi.

34
Perpustakaan Unika

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan dengan adanya


kontrol diri yang baik seseorang mampu mengontrol stimulusstimulus yang masuk dan dapat memilih stimulus yang harus
diterima dan stimulus yang harus dibuang sehingga dia dapat
mengontrol tingkah lakunya sendiri serta dapat mengambil
keputusan yang tepat. Begitu juga dengan perilaku seksual seseorang
dengan kontrol diri yang baik dia tidak akan mudah terjerumus ke
dalam perilaku seks bebas tetapi akan memilih perilaku seksual yang
aman dalam menyalurkan dorongan seksualnya. Dengan demikian
bila kontrol diri seseorang tinggi maka kecenderungan berperilaku
seks bebas rendah dan sebaliknya jika kontrol diri seseorang rendah
maka kecenderungan berperilaku seks bebas tinggi.

F. HIPOTESIS
1. Adanya hubungan negatif antara pengetahuan tentang
penyakit menular seksual dengan perilaku seks bebas pada
komunitas Punk. Semakin tinggi pengetahuan tentang
penyakit menular seksual semakin rendah perilaku seks bebas
sebaliknya semakin rendah pengetahuan tentang penyakit
menular seksual maka semakin tinggi perilaku seks bebas.
2. Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan perilaku seks
bebas pada komunitas Punk. Semakin tinggi kontrol diri
semakin rendah perilaku seks bebas sebaliknya semakin
rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku seks bebas.

35
Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian


Sebelum metode pengumpulan data ditentukan, identifikasi
variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian harus
ditentukan lebih dahulu, untuk membantu menentukan alat
pengumpulan data yang tepat. Variabel-variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Tergantung : Perilaku seks bebas


2. Variabel Bebas :a.Pengetahuan tentang penyakit menular
seksual
b.Kontrol diri
B. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian perlu ditentukan
untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan
dikumpulkan serta menghindari kesesatan-kesesatan menentukan
pengumpulan data. Definisi operasional variabel-variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perilaku Seks Bebas
Perilaku seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan
oleh seseorang pada pasangannya tanpa ikatan perkawinan dan
dilakukan atas dasar suka sama suka . Perilaku seks bebas ini
diukur dengan skala yang meliputi aspek-aspek yaitu berupa aspek

36
Perpustakaan Unika

biologis, aspek psikologis, aspek sosial dan aspek moral. Tinggi


rendahnya skor skala yang diperoleh menunjukkan sering tidaknya
perilaku seks bebas dilakukan.
2. Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual
Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual adalah hasil
tahu setelah seseorang melakukan penginderaan mengenai penyakit
menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti
jenis

PMS,

bagaimana

penularannya,

gejala

maupun

cara

pencegahannya. Pengetahuan tentang penyakit menular seksual


dapat diukur berdasarkan tahapan pengetahuan yaitu evaluasi (terdiri
dari memberi alasan, membandingkan, dan menyimpulkan) yang
dihubungkan dengan aspek penyakit menular seksual yang meliputi
penularan, pencegahan, dan infeksi. Tinggi rendahnya skor tes
menunjukkan tinggi rendahnya pengetahuan tentang penyakit
menular seksual.
3. Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah
laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impulsimpuls atau tingkah laku impulsive. Kontrol diri dapat diukur
berdasarkan aspek-aspek yaitu kemampuan mengontrol perilaku,
kemampuan mengontrol stimulus, kemampuan mengantisipasi
peristiwa, kemampuan menafsirkan peristiwa, keputusan mengambil
keputusan.

Tinggi

rendahnya

skor

skala

yang

diperoleh

menunjukkan tinggi rendahnya kontrol diri yang mereka miliki.

37
Perpustakaan Unika

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
suatu penelitian (Wasito, 1995,h.32). Sedangkan menurut Hadi
(1987,h.220) populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya
memiliki satu ciri atau sifat yang sama, kemudian dari populasi
diambil contoh/sampel yang diharapkan mampu mewakili populasi.
Dalam penelitian ini menggunakan studi populasi. Adapun
karakteristik populasi penelitian adalah remaja yang terlibat dalam
komunitas Punk, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di
Water Tower Magelang.

D. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Skala
Skala adalah sehimpunan lambang atau simbol atau angka
yang disusun dengan cara tertentu sehingga simbol atau angka itu
dengan aturan tertentu dapat diberikan kepada individu atau perilaku
individu yang terhadapnya skala itu dikenakan, sedangkan
pemberian simbol atau angka tadi mengikuti petunjuk tentang
pemilikan individu terhadap apapun yang hendak diukur oleh skala
tertentu (Kerlinger dalam Wijanarko,2000,h.37). Butir skala adalah
sehimpunan butir verbal yang untuk setiap butirnya seseorang
individu

memberikan

jawaban

dengan

menyatakan

tingkat

38
Perpustakaan Unika

kesetujuan atau ketidaksetujuannya, atau menjawab dengan cara lain


(Kerlinger dalam Wijanarko,2000,h.38).

2. Metode Tes
Menurut Anastasi (Azwar,2000,h.3) tes pada dasarnya adalah
merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap
sampel perilaku. Ditambah Azwar (2000,h.3) tes adalah prosedur
yang sistematik, maksudnya tes disusun menurut cara dan aturan
tertentu, prosedur administrasi tes dan pemberian skoring terhadap
hasilnya harus jelas dan dispesifikasi secara terperinci dan setiap
orang yang mengambil tes itu harus mendapat item-item yang sama
dalam kondisi yang sebanding.
Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan
data, yaitu metode skala (meliputi skala perilaku seks bebas dan
skala kontrol diri), dan metode tes pengetahuan tentang penyakit
menular seksual.
1 a.

Skala Perilaku Seks Bebas


Skala ini digunakan untuk mengungkap perilaku seks bebas

pada komunitas punk dengan aspek-aspek sebagai berikut :


a. Aspek Biologis
b. Aspek Psikologis
c. Aspek Sosial
d. Aspek Moral
Skala ini disajikan dalam bentuk pilihan jawaban dan
mempunyai 2 kelompok item yaitu item-item yang berbentuk

39
Perpustakaan Unika

favourable dan item-item yang berbentuk unfavourable. Untuk setiap


item memiliki empat kemungkinan jawaban, yaitu Sangat Sering
(SS), Sering (S), Jarang (j), Tidak Pernah (TP).
Adapun skor untuk setiap jawaban akan bergerak dari 4
sampai 1untuk item yang berbentuk pernyataan favourable dan
bergerak dari 1 sampai 4 untuk item yang berbentuk pernyataan
unfavourable. Adapun disain skala dari perilaku seks bebas dapat
dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Rancangan Skala Perilaku Seks Bebas
Aspek
Biologis
Psikologis
Sosial
Moral
Jumlah

1 b.

Favourable
3
3
3
3
12

Unfavourable
3
3
3
3
12

Jumlah
6
6
6
6
24

Skala Kontrol Diri


Skala ini digunakan untuk mengungkap seberapa kuat kontrol
diri yang dimiliki oleh komunitas punk dengan aspek-aspek sebagai
berikut :
a)

kemampuan mengontrol perilaku,

b)

kemampuan mengontrol stimulus,

c)

kemampuan mengantisipasi peristiwa,

d)

kemampuan menafsirkan peristiwa,

e)

kemampuan mengambil keputusan.

Skala ini disajikan dalam bentuk pilihan jawaban dan


mempunyai 2 kelompok item-item yang berbentuk favourable dan

40
Perpustakaan Unika

item-item yang berbentuk unfavourable. Untuk setiap item memiliki


empat kemungkinan jawaban, yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS),
Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS).
Adapun skor untuk setiap jawaban akan bergerak dari 4
sampai 1untuk item yang berbentuk pernyataan favourable dan
bergerak dari 1 sampai 4 untuk item yang berbentuk pernyataan
unfavourable. Adapun disain skala dari kontrol diri dapat dilihat
pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 2
Rancangan Skala Kontrol Diri
Aspek
Kemampuan
mengontrol
perilaku
Kemampuan
mengontrol
stimulus
Kemampuan
mengantisipasi
peristiwa
Kemampuan
menafsirkan
peristiwa
Kemampuan
mengambil
keputusan
jumlah

Favourable Unfavourable Jumlah


2

10

10

20

2. Tes Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual


Butir-butir tes pengetahuan tentang penyakit menular seksual
berdasarkan tahapan pengetahuan yaitu tahap evaluasi (terdiri dari
memberi alasan, membandingkan, dan menyimpulkan) yang
dihubungkan dengan aspek penyakit menular seksual yaitu
penularan, pencegahan, dan infeksi. Tes ini menggunakan sistem

41
Perpustakaan Unika

karangan berupa pertanyaan atau perintah yang menghendaki


jawaban terurai dari subjek berupa karangan yang bahan jawabannya
diramu dari banyak materi dari berbagai sumber. Penilaian tes ini di
bagi empat skoring ( skoring tidak tahu/salah/tidak dijawab =
mendapat nilai 0, skoring tahu = mendapat nilai 1, skoring paham =
mendapat nilai 2 dan skoring evaluasi = mendapat nilai 3 ). Adapun
disain tes pengetahuan tentang penyakit menular seksual dapat
dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 3
Rancangan Tes Pengetahuan Tentang Penyakit Menular
Seksual
Evaluasi
Memberi alasan
Membandingkan
Menyimpulkan
Jumlah

Penyakit Menular Seksual


Penularan Pencegahan Infeksi
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3

Jumlah
3
3
3
9

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


1. Validitas Alat Ukur
Menurut Azwar (1997,h.5-6) mendefinisikan validitas sebagai
ukuran seberapa cermat alat ukur melakukan fungsi ukurnya, jadi
untuk dapat dikatakan valid tes harus mengukur sesuatu dan
melakukan dengan cermat sedangkan Suryabrata (1993,h.86)
menyatakan bahwa suatu alat ukur dinyatakan valid bila mampu

42
Perpustakaan Unika

mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas terhadap alat ukur
perilaku seks bebas dan kontrol diri menggunakan validitas konstrak
yang artinya validitas yang menunjukkan sejauh mana tes
mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak
diukurnya (Azwar, 1997,hal.48). Cara yang paling banyak
dipergunakan untuk mengetahui validitas suatu alat ukur adalah
dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh setiap item dengan
skor totalnya. Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
haruslah signifikan dan untuk memperoleh koefisien korelasi antara
skor item-item skor totalnya dipergunakan teknik Korelasi Product
Moment (Ancok,1987,h.13) yaitu :

N( XY) ( X )(Y)

rxy =

{(NX ) (X) }{(NY ) (Y) }

r xy :

Koefisien korelasi antara skor tiap item dengan skor total

XY
X
Y
N

: Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total


: jumlah skor masing-masing item
: jumlah skor total
: jumlah subjek

Angka korelasi yang diperoleh perlu dikoreksi karena angka


korelasi terjadi karena skor item yang dikorelasikan dengan skor
total ikut pula sebagai komponen skor total, yang menyebabkan
angka korelasi menjadi besar. Untuk mengkorelasi angka kelebihan
bobot digunakan teknik korelasi Part Whole dengan rumus :

rpq =

(SD

(r )(SD ) (SD )
xy

2
y

+ SD x2 2(rxy ).(SD x ).(SD y )

43
Perpustakaan Unika

rxy

: koefisien korelasi x dan y sebelum dikorelasi

SD y : standart deviasi skor total

SDx : standart deviasi skor item

pq

: koefisien korelasi x dan y setelah dikorelasi

Sedangkan uji validitas terhadap alat ukur pengetahuan


tentang penyakit menular seksual menggunakan content validity
(validitas isi). Validitas isi yaitu validitas yang diestimasi lewat
pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat
professional judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam
validitas ini adalah sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut
yang hendak diukur. Validitas isi tergantung pada penilaian
subjektif individual, dikarenakan estimasi validitas ini tidak
melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya analisis
rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama
sependapat mengenai sejauhmana validitas isi suatu tes telah tercapai
(Azwar,1997,hal.45-46).

2. Reliabilitas Alat Ukur


Suatu alat ukur pada proporsinya dikatakan reliabel apabila
mampu menunjukkan sejauh alat ukur tersebut dapat memberikan
hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali
terhadap subjek yang sama (Azwar,1997,h.4).
Pengujian terhadap reliabilitas item-item yang valid dari alat
ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

44
Perpustakaan Unika

menggunakan teknik uji reliabilitas Alpha yang dikembangkan


Cronbach dengan rumus sebagai berikut

k r
1+ (k 1)r

: koefisien alpha
K : jumlah butir
r : rerata korelasi antar butir
l : bilangan konstan

Digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach ini dikarenakan


koefien Alpha Cronbach akan memberikan harga yang lebih kecil
atau sama besar dengan harga reliabilitas yang sebenarnya. Jadi akan
selalu ada kemungkinan bahwa tes yang sebenarnya adalah lebih
tinggi dari pada koefisien Alpha Cronbach (Azwar,1997,h.75).
F.

Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat
digunakan langsung, perlu diolah terlebih dahulu agar data tersebut
dapat dipahami jelas dan teliti. Metode Analisis data yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.
Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis
menggunakan teknik korelasi Product Moment, yaitu dengan
mengkorelasikan

variabel

bebas

dengan

variabel

tergantung

(Azwar,1997,h.18). Yang nantinya akan dianalisis dengan program


Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Windows Release
11.3.

45
Perpustakaan Unika

BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A.

Orientasi Kancah Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara pengetahuan terhadap penyakit menular seksual dan
kontrol diri dengan kecenderungan perilaku seks bebas pada
komunitas Punk. Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum
penelitian dilaksanakan adalah perlunya peneliti memahami tempat
dimana penelitian akan diadakan dan mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan kelancaran jalannya suatu penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Magelang tepatnya di
sekitar Water Tower dengan berdasar pertimbangan-pertimbangan
sebagi berikut :
a. Peneliti sudah mengenal dan mengetahui lokasi sehingga
memudahkan dalam mengadakan penelitian.
b. Jumlah subjek memenuhi dengan karakteristik populasi, sehingga
memenuhi syarat sebagai subjek penelitian.
c. Lokasi Penelitian mudah dijangkau.
Para anggota komunitas Punk sebagian besar bahkan semua
anggota komunitas Punk hidup di jalanan, mereka tinggal terpisah
dari induk semang. Hal ini menyebabkan perilaku para anggota
komunitas Punk rentan terhadap perilaku seksual tentunya dilakukan
tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. Adapun yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah remaja yang terlibat dalam komunitas

46
Perpustakaan Unika

Punk berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang berusia


rata rata 18 - 25 tahun dan belum menikah.

B. Persiapan Penelitian
Dalam mempersiapkan penelitian ini, peneliti melakukan
penyusunan alat ukur. Di dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan
adalah skala perilaku seks bebas , skala kontrol diri dan tes pengetahuan
tentang penyakit menular seksual. Skala dan tes diberikan secara
sekaligus kepada subjek dan pernyataan dari setiap item dibuat dengan
bahasa yang sederhana agar mudah dipahami dan dimengerti.
a. Skala perilaku seks bebas disusun berdasarkan empat aspek
perilaku seks yaitu aspek biologis, aspek psikologis, aspek sosial
dan aspek moral. Skala perilaku seks bebas terdiri dari 24 butir
pernyataan dan disediakan empat pilihan jawaban dalam setiap
pernyataan dan subjek diminta untuk memilih salah satu dari
tempat pilihan jawaban. Penilaian skala berdasarkan dua
kelompok item - item yang berbentuk favourable dan
unfavourable dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sering
(SS), Sering (S), Jarang (J), Tidak Pernah (TP).
Adapun skor untuk setiap jawaban akan bergerak dari 4
sampai 1untuk item yang berbentuk pernyataan favourable dan
bergerak dari 1 sampai 4 untuk item yang berbentuk pernyataan
unfavourable. Sebaran butir pernyataan dari perilaku seks bebas
dapat dilihat pada tabel empat berikut ini :

47
Perpustakaan Unika

Tabel 4
Sebaran Item Skala Perilaku Seks Bebas
Aspek
Biologis
Psikologis
Sosial
Moral
Jumlah

Favourable Unfavourable Jumlah


1,9,21
6,14,18
3,11,23
8,16,20
12

5,13,17
2,10,22
7,15,19
4,12,24
12

6
6
6
6
24

b. Tes pengetahuan tentang penyakit menular seksual disusun


berdasarkan tahapan pengetahuan yaitu tahap evaluasi (terdiri dari
memberi alasan, membandingkan dan menyimpulkan) yang
dihubungkan dengan aspek penyakit menular seksual yaitu
penularan, pencegahan, dan infeksi.Tes pengetahuan tentang
penyakit menular seksual terdiri dari 9 butir pertanyaan. Tes ini
menggunakan sistem karangan berupa pertanyaan atau perintah yang
menghendaki jawaban terurai dari subjek berupa karangan yang
bahan jawabannya diramu dari banyak materi dari berbagai sumber.
Penilaian tes ini di bagi empat skoring ( skoring tidak
tahu/salah/tidak dijawab = mendapat nilai 0, skoring tahu =
mendapat nilai 1, skoring paham = mendapat nilai 2 dan skoring
evaluasi = mendapat nilai 3 ). Adapun sebaran butir pertanyaan
untuk tes pengetahuan tentang penyakit menular seksual dapat
dilihat pada tabel lima.

48
Perpustakaan Unika

Tabel 5
Sebaran Item Tes Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual
Pengetahuan
Memberi alasan
Membandingkan
Menyimpulkan
Jumlah

Penyakit Menular Seksual


Penularan Pencegahan Infeksi
1
2
3
4
5
6
1
2
3
3
3
3

Jumlah
3
3
3
9

c. Skala kontrol diri disusun berdasarkan lima aspek yaitu


kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol
stimulus, kemampuan mengantisipasi peristiwa, kemampuan
menafsirkan peristiwa, kemampuan mengambil keputusan. Skala
kontrol diri terdiri dari 20 butir pernyataan dan disediakan empat
pilihan jawaban dalam setiap pernyataan dan subjek diminta
untuk memilih salah satu dari empat pilihan jawaban. Penilaian
skala berdasarkan dua kelompok item item yang berbentuk
favourable dan unfavourable dengan empat pilihan jawaban yaitu
Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S),
Sangat Sesuai (SS). Adapun skor untuk setiap jawaban akan
bergerak dari 4 sampai 1untuk item yang berbentuk pernyataan
favourable dan bergerak dari 1 sampai 4 untuk item yang
berbentuk pernyataan unfavourable. Sebaran butir pernyataan
kontrol diri dapat dilihat dari tabel enam.

49
Perpustakaan Unika

Tabel 6
Sebaran Item Skala Kontrol Diri
Aspek
Kemampuan
mengontrol
perilaku
Kemampuan
mengontrol
stimulus
Kemampuan
mengantisipasi
peristiwa
Kemampuan
menafsirkan
peristiwa
Kemampuan
mengambil
keputusan
jumlah

Favourable Unfavourable Jumlah


1,11

6,16

7,17

2,12

3,13

8,18

9,19

4,14

5,15

10,20

10

10

20

C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 18 - 19 Agustus 2007.
Pelaksanaan penelitian dilakukan terhadap 20 orang yang tergabung
dalam komunitas Punk dengan tempat di sekitar Water Tower karena
disana merupakan tempat berkumpulnya Punkers.
Peneliti dibantu oleh seorang teman yang sebelumnya sudah
dijelaskan tentang petunjuk cara pengisian skala, membagikan skala
yang harus diisi kepada subjek satu per satu. Peneliti atau asisten akan
memberi petunjuk dan menerangkan cara pengisian skala dan
memastikan bahwa subjek telah mengerti apa yang diinginkan oleh
peneliti. Pertama, peneliti meminta kesediaan subjek untuk mengisi
skala. Apa bila subjek bersedia maka peneliti selanjutnya menanyakan

50
Perpustakaan Unika

status perkawinan subjek. Bagi subjek yang memenuhi kriteria kriteria


tersebut maka subjek berhak mengisi skala.

D. Uji Validitas dan Reliabilitas


Pengujian Validitas dan reliabilitas alat ukur dilakukan
dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program Statistical
Package

for Social Sciences (SPSS) Windows Release 11.3.

Penghitungan validitas item untuk skala perilaku seks bebas dan kontrol
diri menggunakan teknik korelasi product moment, sedangkan untuk tes
pengetahuan tentang penyakit menular seksual uji validitasnya dengan
menggunakan validitas isi ( content validity ) yang kemudian hasilnya
dikorelasikan

dengan

teknik

part

whole.

Pada

penelitian

ini

penghitungan reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan teknik


alpha cronbach.
1. Skala Perilaku Seks Bebas
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas untuk skala
perilaku seks bebas terdapat 9 item yang valid dari 24 item dengan
koefisien korelasi berkisar antara 0.405 0.643 dan untuk reliabilitas
diperoleh koefisien korelasi reliabilitas 0.814. Data item yang gugur
dapat dilihat pada tabel tujuh.

51
Perpustakaan Unika

Tabel 7
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Seks Bebas
Aspek
Favourable Unfavourable Jumlah
Biologis
1,9*,21
5,13*,17
6
Psikologis
6,14*,18
2*,10*,22*
6
Sosial
3*,11*,23*
7*,15,19*
6
Moral
8*,16*,20
4*,12,24*
6
Jumlah
12
12
24
Keterangan :
Tanda ..* = Nomor item gugur.
2. Tes pengetahuan tentang penyakit menular seksual menggunakan
validitas isi (content validity).
Validitas isi yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini
adalah sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak
diukur. Validitas isi tergantung pada penilaian subjektif individual,
dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan
statistik apapun melainkan hanya analisis rasional maka tidaklah
diharapkan

setiap

orang

akan

sama

sependapat

mengenai

sejauhmana validitas isi suatu tes telah tercapai.


3. Skala kontrol diri
Pada skala kontrol diri terdapat 8 item yang valid dari 20 item
dengan koefisien korelasi berkisar 0.437 0.744 dan untuk
reliabelitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.854. Data item
gugur dapat dilihat pada tabel delapan.

52
Perpustakaan Unika

Tabel 8
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kontrol Diri
Aspek
Kemampuan
mengontrol
perilaku
Kemampuan
mengontrol
stimulus
Kemampuan
mengantisipasi
peristiwa
Kemampuan
menafsirkan
peristiwa
Kemampuan
mengambil
keputusan
jumlah

Favourable Unfavourable Jumlah


1,11

6,16

7*,17*

2*,12

3*,13*

8*,18*

9*,19

4*,14*

5*,15

10,20*

10

10

20

Keterangan :
Tanda ..* = Nomor item gugur.

53
Perpustakaan Unika

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi. Uji asumsi merupakan syarat yang harus dipenuhi
sebelum melakukan pengujian hipotesis yang terdiri dari uji normalitas
dan uji linieritas.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan program
kolomogorov sminornov Z dari SPSS. Hasil uji normalitas dari
variabel perilaku seks bebas adalah K-S-Z = 0.496 dengan p > 0.05;
pengetahuan tentang penyakit menular seksual adalah K-S-Z = 0.593
dengan p > 0.05; sedangkan kontrol diri adalah K-S-Z = 0.491
dengan p > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel
perilaku seks bebas, variabel pengetahuan tentang penyakit menular
seksual dan variabel kontrol diri mempunyai distribusi yang normal.
2. Hasil Uji Linieritas
Hasil uji linieritas hubungan antara data variabel perilaku seks bebas
ditinjau dengan data variabel pengetahuan tentang penyakit menular
seksual, diperoleh nilai Flin = 2.312 p > 0,05. Hasil uji linieritas
hubungan antara data variabel perilaku seks bebas ditinjau dengan
data variabel kontrol diri, diperoleh nilai Flin = 0,530 p > 0,05. Hasil
uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas
(pengetahuan tentang penyakit menular seks sual dan kontrol diri)

54
Perpustakaan Unika

dan variabel tergantung (perilaku seks bebas) yang terdapat dalam


penelitian ini mempunyai hubungan tidak linier. Salah satu penyebab
hubungan tersebut tidak linier kemungkinan besar karena jumlah
item yang sedikit mengakibatkan garis linier pendek sehingga tidak
bisa diamati kelinieritasannya.
B. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Setelah diketahui data yang diperoleh memenuhi syarat uji
asumsi, maka dilakukan uji hipotesis. Penguji hipotesis penelitian
dilakukan dengan bantuan perhitungan dari SPSS dengan teknik
korelasi product moment. Hasil analisis data antara perilaku seks
bebas dengan pengetahuan tentang penyakit menular seksual dengan
menggunakan korelasi product moment adalah rxy = 0,337 p > 0,05
dengan demikian hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual dengan
perilaku seks bebas pada komunitas Punk sehingga hipotesis yang
diajukan ditolak. Hasil analisis data antara perilaku seks bebas
dengan kontrol diri dengan menggunakan korelasi product moment
adalah rxy = - 0,169 p > 0,05 dengan demikian hasil penelitian
menunjukkan tidak ada hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
seks bebas pada komunitas Punk sehingga hipotesis yang diajukan
ditolak.

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian antara variabel perilaku seks
bebas dengan pengetahuan tentang penyakit menular di peroleh nilai

55
Perpustakaan Unika

rxy = 0,337 dengan p > 0,05 yang berarti hipotesis yang diajukan
ditolak dan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan tentang penyakit menular seksual dengan perilaku seks
bebas pada komunitas Punk.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Menurut Fishbein dan Ajzen (dikutip Saraswati,2000,h.3)
perilaku

terbentuk

melalui

adanya

pengetahuan.

Adanya

pengetahuan akan menyebabkan individu memiliki sikap positif dan


negatif. Dari sikap yang terbentuk tersebut akan menimbulkan niat
baik positif maupun negatif untuk merealisasikan perilaku. Secara
teoritis bila pengetahuan terhadap penyakit menular seksual tinggi
maka kecenderungan perilaku seks bebas pada komunitas punk
rendah dan sebaliknya.
Tetapi perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan.
Perilaku juga di pengaruhi oleh pengaruh sosial, hal ini diterangkan
pada theory of reasoned action (TRA) yang dikembangkan oleh
Fiesbein dan Ajzen yaitu mengenai keyakinan (keyakinan akan
perilaku dan keyakinan normatif) mempengaruhi sikap, sikap (sikap
terhadap perilaku dan norma) mempengaruhi intensi, dan intensi
mempengaruhi perilaku (Sarafino,1990).
Walaupun misalnya komunitas Punk mempunyai pengetahuan
tentang penyakit menular seksual tinggi tetapi bisa saja perilaku
mereka akan seks bebas cenderung tinggi. Hal ini juga dipengaruhi
oleh intensi (niat) mereka untuk mengontrol perilaku mereka akan
seks bebas selain itu dalam kehidupan para komunitas Punk di

56
Perpustakaan Unika

jalanan yang bebas tanpa aturan dan norma norma yang mengikat
mereka menjadikan kesempatan bagi mereka untuk berbuat semau
mereka sendiri. Selain itu mereka juga memiliki norma sendiri
bahwa melakukan hubungan seksual tidak dengan pesangannya yang
syah adalah suatu kelaziman bagi mereka.
Dengan

adanya

norma

yang

mereka

miliki

tersebut

menjadikan pengetahuan yang mereka miliki tentang penyakit


menular seksual

diabaikan, mereka

lebih cenderung

untuk

memegang prinsip mereka sehingga mereka lebih memiliki


keyakinan untuk mengikuti teman temannya dari pada dia
dikeluarkan dari komunitasnya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
komunitas Punk norma yang mereka miliki sangat berpengaruh pada
perilaku mereka selama ini. Terutama dalam hal perilaku seks bebas
walaupun pengetahuan mereka tentang penyakit menular seksual
tinggi tetapi karena mereka memiliki prinsip mengenai kelaziman
terhadap perilaku seks bebas sehingga pengetahuan yang mereka
miliki diabaikan.
Berdasarkan hasil penelitian antara variabel kontrol diri
dengan perilaku seks bebas pada komunitas Punk di peroleh nilai rxy
= -0,169 dengan p > 0,05 yang berarti hipotesis yang diajukan
ditolak dan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kontrol
diri dengan perilaku seks bebas pada komunitas Punk.
Hal in dapat dijelas sebagai berikut :

57
Perpustakaan Unika

Dalam kehidupan komunitas Punk di jalanan tidak terikat


oleh atauran maupun norma-norma yang ada. Sehingga stimulusstimulus yang mereka terima baik itu stimulus positif maupun
stimulus negatif dapat mempengaruhi mereka dalam perilaku
seksualnya. Kebanyakan para remaja lebih cenderung memilih
stimulus yang menyenangkan bagi mereka tanpa mempertimbangkan
resiko yang akan menimpanya, sehingga banyak remaja yang jatuh
dalam pergaulan bebas dan menjadikan seks bebas sebagai sarana
penyaluran hasrat mereka. Maka untuk mengorganosir dorongan
seksualnya mereka harus memiliki kontrol diri yang baik. Dengan
adanya kontrol diri yang baik mereka dapat menyalurkan dorongan
seksualnya pada perilaku yang positif.
Kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah
laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impulsimpuls atau tingkah laku impulsive. Menurut Brouwer (1992,h.216)
tinggi rendahnya kontrol diri akan mempengaruhi bentuk dan arah
perilaku seksual, jadi secara teoritis bila kontrol diri tinggi maka
perilaku seks bebas rendah dan sebaliknya jika kontrol diri rendah
maka kecenderungan berperilaku seks bebas tinggi.
Berdasarkan

hasil penelitian tidak ada hubungan antara

kontrol diri dengan perilaku seks bebas, kemungkinan besar karena


kontrol diri dalam penelitian ini menerangkan kemampuan seseorang
untuk mengontrol stimulus atas dirinya untuk mencapai suatu hasil
(langsung ke hasil akhir tanpa memberikan masukan mengenai
tahapan tahapan / cara cara untuk mencapai hasil akhir yang

58
Perpustakaan Unika

ingin dicapai). Hal ini berbeda dengan self efficacy yang artinya
keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil dalam melakukan sesuatu
atau kemampuan yang dirasakan seseorang untuk membentuk
perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus (Pervin, dalam
Smet,1994). Dengan self efficacy untuk mencapai suatu tujuan ada
tahapan tahapannya sehingga seseorang dapat berhasil dalam
melakukan sesuatu.
Ada kemungkinan para komunitas Punk belum bisa
merealisasikan kontrol dirinya pada suatu kenyataan dan kurang bisa
menggunakan self efficacynya untuk menghadapi masalahnya. Hal
ini juga salah satu penyebab aspek kemampuan mengantisipasi
peristiwa gugur selain itu sebagian besar komunitas Punk adalah
berlatar belakang dari korban broken home dan tidak dapat
beradaptasi di lingkungan tempat tinggal akan norma norma sosial
sehingga mereka melarikan diri dari masalah mereka dan turun ke
jalanan selain itu mereka memiliki prinsip hari ini ya hari ini besok
ya besok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa para komunitas
Punk belum bisa untuk merealisasikan kontrol dirinya, dapat
diketahui dari kemampuan mereka dalam mengantisipasi peristiwa
kurang baik kemungkinan besar mereka tidak tahu cara cara
mereka menyelesaikan masalahnya (self efficacy rendah) dan
mereka cenderung melarikan diri dari masalah yang mereka hadapi.
Kemungkinan besar jumlah item yang sedikit dan subjek
sedikit

mengakibatkan

tabel

tinggi

serta

peneliti

tidak

59
Perpustakaan Unika

menggunakan try out sebelum penelitian sebenarnya dilakukan


menyebabkan validitas kurang memuaskan selain itu faktor faktor
penundaan usia perkawinan, pergaulan yang semakin bebas, ketaatan
beragama, pengalaman seksual, faktor kepribadian (seperti harga
diri, dan tanggung jawab), adanya waktu luang yang tidak
bermanfaat, pengaruh norma budaya dari luar, orang tua, adanya
penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa
kemungkinan besar lebih mempengaruhi perilaku seks bebas
komunitas Punk. Hasil dari skala tersebut langsung diminta oleh
peneliti.

60
Perpustakaan Unika

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat
disimpulkan bahwa :
1.) Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular
seksual dengan perilaku seks bebas pada komunitas punk. Hipotesis 1
ditolak.
2.) Tidak ada hubungan antara kontrol diri dengan perilaku seks bebas pada
komunitas punk. Hipotesis 2 ditolak.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan maka
dapat dituliskan beberapa saran :
1. Diharapkan orang tua dan LSM mengajarkan dan memberi contoh cara
mentaati norma norma sosial yang ada di lingkungan sekitar secara
benar serta mengawasi anak anaknya dalam pergaulannya terutama
pada komunitas Punk.
2. Diharapkan para orang tua mendampingi dan mengajarkan anak anaknya terutama pada komunitas Punk untuk menyelesaikan masalah
tidak secara langsung pada hasil akhirnya tetapi juga mengajarkan cara
cara / tahapan tahapan untuk mencapai hasil akhir yang baik.
3. Saran bagi para peneliti lain yang tertarik dengan tema yang sama,
disarankan untuk mengungkap perilaku seksual ditinjau dari faktor lain

61
Perpustakaan Unika

misalnya : norma norma sosial, self efficacy, dan peran orang tua;
selain itu jumlah item yang lebih banyak serta jumlah subjek yang lebih
banyak.

62
Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta : Pusat


Penelitian Kependidikan UGM.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
offset.
_______. 2000. Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bernadip, I. 1984. Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode. Yogyakarta :
Yayasan Penerbit FIF. IKIP.
Chaplin, J.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Elfida, D. 1995. Hubungan Kemampuan Mengontrol Diri dan
Kecenderungan Berperilaku Delikuen pada Remaja. Skripsi ( tidak
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Futurochman, A. 1992. Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di Bali. Journal
Psikologi no. 1. 12-17.
Gunarsa, S.D. 1995. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga.
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. 1987. Statistik II. Yogyakarta : Andi Offset.
Hafids, W. 1996. Seksualitas, HIV AIDS, dan Agama dalam HIV AIDS dari
Perspektif Perempuan, edisi 2. Jakarta : YLKI dan The Fond
Foumdation.
Hartadi. 1992. Prospek Penyakit Menular Seksual di Indonesia dalam
Kaitannya dengan Era Globalisasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Semarang. Fakultas Kedogteran UNDIP.
Hurlock, E.B. 1990. Perkembangan Anak (edisi 6) jilid 2 : Alih Bahasa
Tjandrasa. M. Jakarta Erlangga.

63
Perpustakaan Unika

___________. 1993. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa : Isti Widayanti dan
Soedjarwo. Jakarta :Erlangga.
Iman dan Ega, UGLY@Yahoo.com edisi 3. Oktober 2001.
Ismailiana, AD, 2004. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku
Seksual Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata.
Masland, R.P. dan Estridge, D. 1997. Apa yang Ingin diketahui Remaja
Tentang Seks. Alih Bahasa: Mira, T.W. Jakarta: Bumi Aksara.
Mundiharno, 1999. Perilaku Seksual Berisiko Tertular Penyakit Menular
Seksual dan HIV AIDS. Kasus Sopir Truk Antar Propinsi. Yogyakarta :
Pusat Penelitian Kedudukan UGM.
Mutadin, 2005 h.2-3, www.e-psikologi com.
Pamayun, T.P. 1992. STD dalam Kumpulan Materi Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Primasari, I.A. 2004. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku
seksual Remaja. Semarang Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata. Skripsi (tidak diterbitkan).
Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology Biopsicososial International. New
York : John Willey and Sons.
Saraswati. 2000. Hubungan antara Pengetahuan Penyakit Menular Seksual
dengan Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.
FENOMENA. Journal Psikologi UNTAG. Vol. V no 5. hal 4-13.
Sarwono. S.W. 1981. Pergeseran Norma Perilaku Kaum Remaja. Sebuah
Penelitian terhadap Remaja. Jakarta: CV.Rajawali.
___________. 1989. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Seks. Jakarta:
CV. Rajawali.
__________. 1997. Psikologi Remaja . Jakarta: CV. Rajawali.
_________. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo.

64
Perpustakaan Unika

Sears, D.O; Freedman, J.L; dan Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial. Alih
Bahasa : Michael Adyanto. Yogyakarta: Erlangga.
Setiawan. 2007. PUNK . http: id.wikipedia.org/wiki/Punk. 27 Oktober
2007.
Setyorini, Dewi dan Wibhowo, Cristine. 2006. Psikologi Eksperimen.
Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Suryabrata, S. 1993. Pembimbing ke Psikodiagnostik II. Yogyakarta:
Rakesarasin Press.
Thornburg, H.D.
Wadsworth.

1982.

Development

In

Adolescence.

California:

Tukan, J.S. 1990. Etika Seksual dan Perkawinan. Jakarta: Intermedia.


Van Feursen, C.A. 1985. Susunan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gramedia.
Verhaak C, Haryono K. 1991. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum.
Wasito. 1995. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: APTIK dan Penerbit
PT Gramedia Pustaka Umum.
Wijanarko, S.R. 2000. Perilaku Seksual Berisiko pada Sopir Truk Luar
Kota ditinjau dari Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual.
Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata.

56
Perpustakaan Unika

LAMPIRAN

; SKALA PERILAKU SEKS BEBAS


; SKALA KONTROL DIRI
; TES PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL
; KUNCI JAWABAN TES PENGETAHUAN TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
; OLAH DATA
; BUKTI PENELITIAN

57
Perpustakaan Unika

No.

Tangal

Jenis kelamin

Di tengah-tengah kesibukan Anda saat ini, perkenankanlah saya memohon


kesediaannya untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi skala berikut ini.
PETUNJUK
Sebelum Anda mengisi pertanyaan dan pernyataan, mohon melengkapi data-data
yang tersedia di atas.
Di halaman berikut ada beberapa pertanyaan dan pernyataan yang akan Anda jawab.
Sebelum Anda menjawab, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, yaitu :
1. Bacalah masing-masing pertanyaan dan pernyataan dengan teliti dan jawablah
dengan sejujurnya.
2. Setelah selesai mengerjakan periksalah kembali apakah ada pertanyaan dan
pernyataan yang terlewati.

SELAMAT MENGERJAKAN
&

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda.

58
Perpustakaan Unika

PETUNJUK SKALA I

Skala ini bukan suatu tes, Anda diharapkan tidak ragu-ragu dalam
menjawab dan tidak terpengaruh oleh orang lain, sebab hal ini tidak ada
jawaban yang salah. Semua jawaban Anda adalah BAIK dan BENAR sejauh
hal itu sesuai dengan kondisi Anda yang sesungguhnya. Jawaban Anda tidak
akan mempengaruhi nama baik Anda dan dijamin kerahasiaannya.

Untuk Skala Pertama, Anda dapat memilih salah satu dari empat
pilihan jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang ( X ) pada
pilihan Anda, yaitu :
SS : jika hal tersebut Sangat Sering Anda lakukan.
S : jika hal tersebut Sering Anda lakukan.
J : jika hal tersebut Jarang Anda lakukan.
TP : jika hal tersebut Tidak Pernah Anda lakukan.

Bila Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan ( = ) pada
jawaban yang salah, kemudian berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang
benar.
Misal :

SS

TP

59
Perpustakaan Unika

SKALA I

No
1

Pernyataan
Saya menikmati rabaan halus pada bagian tubuh saya, yang
dilakukan oleh pacar.

Saya mencari kesibukan dengan berolah raga untuk


menghilangkan pikiran yang dapat membangkitkan napsu
seks / libido.

Saya melakukan hubungan seks dengan pacar sebagai tanda


kasih sayang

Ada perasaan bersalah muncul setelah berhubungan seks

Saya merasa risih jika pacar saya meraba alat kelamin saya

Saya selalu merayu pacar saya untuk melakukan hubungan


seks

Saya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah

Ada perasaan bangga karena pernah melakukan seks


sebelum menikah

Pada saat pacar saya memegang alat kelamin saya , saya


tidak merasa risih

10

Dengan merokok saya dapat menekan napsu seks saya

11

Saya menerima ajakan pacar untuk melakukan hubungan


seks agar pacar tidak marah

12

Saya merasa takut dan malu karena tidak virgin / perjaka


lagi

13

Saya tidak tergoda melakukan hubungan seks dengan pacar

14

Saya selalu membayangkan nikmatnya meraba-raba bagian


tubuh pacar

15

Jika saya diajak berhubungan seks dengan pacar, saya akan


menolaknya dengan halus tanpa melukai perasaannya

SS

TP

60
Perpustakaan Unika

16

Setelah melakukan hubungan seks tidak ada rasa bersalah


yang menyelimuti diri

17

Saya tidak nyaman jika pacar saya mulai meraba-raba tubuh


saya

18

Saya merasa puas melakukan hubungan seks dengan pacar

19

Saya melakukan hubungan seks hanya dengan orang yang


saya cintai dan mencintai saya pada hubungan yang sah

20

Saya mengabaikan istilah virginitas untuk memuaskan


napsu seks

21

Pada saat-saat tertentu saya akan melakukan hubungan


seksual

22

Saya merasa takut mengajak pacar untuk melakukan


hubungan seks

23

Agar saya diterima kelompok saya rela melakukan


hubungan seks walaupun tidak saling mencintai

24

Saya merasa dikucilkan oleh orang-orang kampung karena


saya telah melakukan hubungan seks sebelum menikah

61
Perpustakaan Unika

PETUNJUK SKALA II

Skala ini bukan suatu tes, Anda diharapkan tidak ragu-ragu dalam
menjawab dan tidak terpengaruh oleh orang lain, sebab hal ini tidak ada
jawaban yang salah. Semua jawaban Anda adalah BAIK dan BENAR sejauh
hal itu sesuai dengan kondisi Anda yang sesungguhnya. Jawaban Anda tidak
akan mempengaruhi nama baik Anda dan dijamin kerahasiaannya.

Untuk Skala Kedua, Anda dapat memilih salah satu dari empat
pilihan jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang ( X ) pada
pilihan Anda, yaitu :
SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan Anda.
S

: jika pernyataan tersebut Sesuai dengan Anda.

TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan Anda.


STS : jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan Anda.

Bila Anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan ( = ) pada
jawaban yang salah, kemudian berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang
benar.
Misal :

SS

TS

STS

62
Perpustakaan Unika

SKALA II

No.
1

Pernyataan

SS

Dapat tidaknya saya menjadi pemimpin, sebagian besar


tergantung pada kecakapan saya.

Bila terjadi perkelahian antar gang saya ikut-ikutan


berkelahi walaupun tidak tahu apa penyebab perkelahian
itu terjadi.

Saya pasti mampu melindungi kepentingan pribadi saya.


(contoh : waktu untuk sendiri, waktu untuk bersama
keluarga, dll )

Saya merasa apa yang terjadi dalam hidup saya kelak


sebagian besar ditentukan oleh orang lain yang memiliki
kekuasaan.

Jika saya sudah menetapkan suatu keputusan, saya tidak


mudah terpengaruh oleh bujukan orang lain untuk
merubah keputusan saya.

Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan , hal ini


biasanya terjadi oleh karena saya beruntung.

Bila

terjadi

perkelahian

antar

gang

saya

dapat

melerainya.
8

Orang seperti saya, mempunyai kemungkinan yang


sangat kecil untuk melindungi kepentingan pribadi, bila
kepentingan

pribadi

saya

bertentangan

dengan

golongan-golongan yang sangat berpengaruh.

Pada umumnya saya dapat menentukan apa yang akan


terjadi dalam hidup saya.

10

Saya mudah sekali terpengaruh bujukan orang lain.

TS

STS

63
Perpustakaan Unika

11

Dapat tidaknya saya mengalami kecelakaan mobil,


sebagian

besar

tergantung

pada

kemahiran

saya

mengemudi.
12

Bila pendapat saya ditolak, saya pasti marah.

13

Saya pasti dapat menyelesaikan masalah perselisihan


dalam gang secara damai.

14

Supaya rencana saya dapat terlaksana, saya pastikan


terlebih dahulu bahwa rencana ini sesuai dengan
keinginan dari orang-orang yang mempunyai kekuasaan.

15

Dalam menghadapi masalah yang rumit dan genting


dengan cepat saya dapat mengambil keputusan.

16

Dapat tidaknya saya mengalami kecelakaan mobil,


sebagian besar tergantung pada pengemudi lain.

17

Bila ada perdebatan pendapat dalam gang, saya dapat


menenangkan mereka dan mengambil jalan tengahnya
yang terbaik.

18

Saya tidak yakin untuk menyelesaikan sendiri masalah


perselisihan dalam gang.

19

Jika saya memperoleh apa yang saya inginkan, hal itu


biasanya terjadi karena saya bekerja keras untuk
memperolehnya.

20

Saya tidak mampu mengambil keputusan dalam waktu


yang singkat.

64
Perpustakaan Unika

TES

JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN


SINGKAT DAN JELAS.
1. Mengapa seorang pria yang suka berhubungan seksual dengan PSK ( Pekerja
Seks Komersial ) akan berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual ?
Jawab:

2. Apakah dengan meminum antibiotik sesudah atau sebelum berhubungan seksual


dapat terhindar dari penyakit menular seksual ? Berikan alasannya !
Jawab:

3. Mengapa seorang ibu yang terinfeksi penyakit menular seksual dapat


membahayakan janin yang dia kandung ?
Jawab:

4. Bandingkan cara-cara penularan penyakit sifilis ( raja singa ) dengan penyakit


kelamin jengger ayam ( kutil kelamin ) !
Jawab:

...............

65
Perpustakaan Unika

5. Antara kondom dengan obat antibiotik mana diantara keduanya yang lebih efektif
dalam pencegahan penyakit menular seksual ( PMS ) ? Jelaskan !
Jawab:

6. Mengapa seorang wanita yang sedang mengandung ( hamil ) lebih memiliki risiko
tinggi jika terinfeksi penyakit menular seksual ( PMS ) dibandingkan dengan
seorang pria ?
Jawab:

Kasus
Aan dan Rina adalah dua remaja yang terlibat hubungan seksual pranikah,
mereka melakukan hungungan seksual atas dasar suka sama suka. Selang dua minggu
setelah mereka melakukan hubungan seksual Rina mengeluh bahwa ada luka yang
tidak nyeri pada sekitar alat kelamin, anus dan mulut; Setelah enam minggu
kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening disusul badan tidak enak dan
bercak kemerahan pada kulit. Suatu ketika Ani ( adik Rina ) yang berumur 7 tahun
menggunakan alat makan yang baru saja dipakai oleh Rina dan dalam jangka waktu
beberapa minggu Ani mengalami gejala-gejala yang sama seperti yang dialami oleh
Rina. Setelah diperiksakan ke dokter ternyata Ani mengidap penyakit menular
seksual yaitu sifilis (raja singa).
1. Dari kasus di atas apakah Rina mengidap penyakit sifilis ? Bagaimana cara-cara
penularan penyakit sifilis itu terjadi ?
Jawab:

66
Perpustakaan Unika

2. Berdasarkan kasus di atas, bagaimana cara terbaik untuk mencegah agar penyakit
sifilis tidak tertular kepada orang lain ?
Jawab:

3. Dari kasus tersebut, sebutkan ciri-ciri orang yang terinfeksi penyakit sifilis !
Jawab:

67
Perpustakaan Unika

KUNCI JAWABAN
TES
PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Penilaian tes ini di bagi menjadi empat skoring


skoring tidak tahu/salah/tidak dijawab = mendapat nilai 0,
skoring tahu = mendapat nilai 1,
skoring paham = mendapat nilai 2, dan
skoring evaluasi = mendapat nilai 3

Nomor soal

nilai

jawaban

Karena seorang PSK melakukan hubungan seks dengan


lebih dari satu orang (berganti-ganti pasangan) yang
memungkinkan salah satu diantara mereka ada yang
menderita

penyakit

menular

seks

sehingga

PSK

mempunyai faktor resiko yang tinggi menularkan


penyakit menular seksual.
2

PSK sering berganti-ganti pasangan seks, tidak dijamin


kebersihannya.

Melakukan seks tidak pakai pengaman (kondom).

Tidak tahu, tidak di isi, salah.

Tidak, karena antibiotik berfungsi untuk mengurangi


gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut
dan memperlambat masa inkubasi kuman / virus, tidak
bisa membunuh kuman / virus penyakit menular seksual.

68
Perpustakaan Unika

Tidak, kondom dapat melindungi alat kelamin.

Tidak diisi, antibiotik tidak dapat membunuh penyakit.


Tidak diisi, pakai kondom dapat melindungi alat kelamin

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Karena bayi akan tertular secara langsung penyakit yang


diderita oleh ibunya akan terjadi gangguan pertumbuhan
janin yang berakibat cacat lahir dan akan mengalami
infeksi pasca lahir yang sangat berat.

Janin akan tertular secara langsung penyakit yang


diderita ibunya

Bayi / janin masih di dalam kandungan

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Sifilis penularannya melalui hubungan seksual, alat


makan atau minum yang digunakan bersama dengan
penderita dan melalui jarum suntik / transfusi darah,
sedangkan jengger ayam ( kutil kelamin ) melalui
hubungan kelamin.

Sifilis : melalui hubungan seksual, jengger ayam :


melalui hubungan kelamin.

Sifilis: tidak diisi / salah, jengger ayam: hubungan


kelamin
Sifilis: melalui hubungan seksual, jengger ayam: tidak
diisi / salah

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Kondom , karena kondom dapat melindungi alat kelamin

69
Perpustakaan Unika

serta menampung cairan yang dihasilkan oleh alat


kelamin agar tidak mengenai / masuk ke alat kelamin
pasangannya.

Kondom membungkus alat kelamin.

Kondom, tidak diisi / salah.

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Karena keadaan wanita yang sedang hamil kondisi


tubuhnya menurun sehingga lemah dan cepat capek
sehingga mudah / rentan terkena penyakit sehingga pada
seorang wanita hamil akan menularkan secara langsung
penyakitnya pada bayinya yang mengakibatkan bayi
mengalami cacat lahir.

Karena wanita hamil kondisinya lemah dan rentan


terhadap penyakit dan dapat menularkan penyakitnya
kebayinya.

Wanita hamil kondisinya lemah

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Ya, karena Ani telah menggunakan alat makan yang


digunakan oleh Rina; hubungan seksual, alat makan.
Ya; hubungan seksual, alat makan.

Salah / tidak diisi.; hubungan seksual, alat makan.

Ya; tidak diisi / salah.

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Tidak melakukan hubungan seks dengan penderita, tidak


menggunakan alat makan atau minum yang digunakan

70
Perpustakaan Unika

bersama dengan penderita.

Tidak melakukan hubungan seks dengan penderita.

Tidak melakukan seks bebas.

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Ada luka tidak nyeri pada sekitar alat kelamin, anus dan
mulut, setelah 6 minggu timbul pembesaran getah
bening disusul badan tidak enak dan bercak kemerahan
pada kulit.

Betul 2 dari jawaban di atas.

Betul 1 dari jawaban di atas.

Tidak tahu, tidak di isi, salah

Anda mungkin juga menyukai