Anda di halaman 1dari 12

is-jenis Aspal

Posted: Januari 9, 2013 in Aspal, Jenis-jenis Aspal


Tag:Aspal memiliki 2 jenis yaitu aspal alam dan aspal minyak

Jenis-jenis Aspal
Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses
pembentukannya adalah sebagai berikut :
a.
Aspal
Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton,
dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam
terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau.
Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama
Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material
perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat
konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton
merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen
yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.
b. Aspal Minyak
Aspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi.
Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
mengandung banyak aspal, parafin base crude oil yang mengandung banyak
parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran aspal dengan
parafin. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan asphaltic base crude oil.
Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin, minyak tanah, dan solar yang
diperoleh pada temperatur berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan residunya.
Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada
temperatur ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal
dibedakan atas beberapa bagian, yaitu :
1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang
dan mencair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal
(asphalt cement). Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang berbntuk cair pada suhu ruang.
Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan pencair
membedakan aspal cair menjadi tiga bagian, yaitu Slow Curing dengan bahan

pencair solar, Medium Curing dengan bahan pencair minyak tanah, dan Rapid
Curing dengan bahan pencair bensin.
3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan air (35%-45%) dan
bahan pengemulsi 1% sampai 2% yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal
emulsi ini lebih cair daripada aspal emulsi. Dimana dalam aspal emulsi, butir-butir
aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik membentuk
butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik
Dimulai dengan studi kepustakaan meliputi hal-hal yang menyangkut
keadaan geologi secara regional dan keadaan tektoniknya. Kemudian
disusul dengan pemeriksaan lapangan guna diusahakan menemukan
adanya singkapan (out crop) atau rembesan aspal serta mengambil
beberapa sampel.

Gambar 1. Rembesan aspal di salah satu anak sungai di buton utara


(www.pusjatan.pu.go.id)
2. Pemetaaan Geologi
Setelah proses penyelidikan umum telah diuraikan untuk penyelidikan
yang lebih rinci, langkah berikutnya dalam proses pengumpulan data
eksplorasi biasanya berupa peta geologi yang sesuai. Hal ini didapatkan
dari kegiatan pemetaan geologi oleh ahli geologi (geologist). Sampel yang
berukuran kecil dapat dikumpulkan untuk studi mineralogi atau tekstur
lebih lanjut dengan teknik mikroskop dilaboratorium. Analisis kimia juga
menghasilkan informasi penting untuk mineral explorer.
Data yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu antara lain:

Peta akurat yang mendokumentasikan jenis batuan, perubahan


mineralogi, dan data struktural seperti sesar, lipatan, pola tegasan
dan dip dari lapisan batuan serta sebaran potensi aspal,

Perkiraan tentang kualitas,

Interpretasi tentang geometri dan struktur endapannya.

3. Eksplorasi Geofisika
Kegiatan eksplorasi geofisika yang digunakan untuk survey perkiraan
daerah yang berpotensi aspal dilakukan dengan dua cara, yaitu eksplorasi
seismik dan geoelektrisitas, yang selanjutnya akan disebut dengan
resistivitas.
Keunggulan metode resistivitas adalah mempunyai kemampuan
menampilkan variasi dari aspal alam secara vertikal maupun horizontal
dengan cukup baik di bawah permukaan bumi dan kemudahan dalam hal
akomodasi dan biaya survey. Metode resistivitas dilakukan untuk
menganalisis variasi dari nilai resistivitas batuan aspal dengan batuan di
sekitarnya. Resistivitas yang tercatat menunjukkan adanya kandungan
bitumen pada batuan. Asbuton yang berbitumen tinggi akan menunjukkan
nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi dari batuan sekitarnya.

Gambar 2. Penampang resistivitas yang memperlihatkan potensi asbuton


yang besar.
Pemodelan secara 2-D maupun 3-D berdasarkan nilai resistivitas akan
memperlihatkan persebaran asbuton pada daerah penelitian. Pemodelan
tersebut akan mampu memperhitungkan besar sumberdaya dari asbuton.
4. Pengeboran
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah
menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan
pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah
menentukan zona endapan dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran geometri endapan dari permukaan sebaik
mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah
dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan geomtetri endapan
bawah permukaan secara menyeluruh.
Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :

Identifikasi struktur geologi,

Sifat fisik dan mineralogi batuan samping dan endapan,

Geometri endapan,

Sampling,

Kualitas endapan, dll

Baca Juga:
- Jenis-Jenis Aspal
- Bahan Galian Aspal
http://www.tukangbatu.com/2016/03/eksplorasi-aspal-alam.html
Definisi Aspal
Material berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat, jika dianaskan sampai temperatur tentu dapat menjadi lunak /
cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan
campuran aspal beton atau sapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada
penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan macadam atau pelaburan. Jika
temperatur mulai turun. Aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada
tempatnya (sifat Termoplastis)

Hidrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umumnya disebut
bitumen. Sehingga aspal sering juga disebut bitumen,

Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan lentur . Aspal


merupakan komponen kecil . Umumnya 4 10 % dari berat campuran.
Tetapi merupakan komponen yang relatif mahal

Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi (Aspal
Minyak) dan bahan alami (aspal Alam),

Aspal minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada campuran


aspal beton dan memberikan lapisan kedap air. Serta tahan terhadap
pengaruh asam, Basa dan garam,

Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku
dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikal agregat akan
berkurang.

Jenis Aspal Berdasarkan cara mendapatkannya


Aspal Alam :- Aspal Gunung (Rock Asphalt)

ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton,
dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam
terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki
aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal
Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan
telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton
merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang
ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1) Produk asbuton
yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton
halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.2) Produk asbuton yang telah
dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau proses kimiawi
Aspal Buatan :Aspal Minyak
Merupakan hasil destilasio minyak bumi
Berdasarkan jenis bahan dasarnya

Asphaltic base crude oil

Bahan dasar dominan aspaltic

Parafin base crude oil

Bahan dasar dominan parafin

Mixed base crude oil

Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin

Berdasarkan bentuknya

Aspal keras/panas (Asphalt cemen)

aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk
padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya)
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 50

- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 79


- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume
lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu
lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.

Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)

aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk
cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya,
aspal cair dibedakan atas :
1. RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC
merupakan curback asphal yang paling cepat menguap.
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2. MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah (Kerosine). MC
merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3. SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut back
asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt digunakan sebagai:
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600 (makin
kental)
ex :
RC 30 60
MC 30 60
SC 30 60
RC 70 140
MC 70 140
SC 70 - 140

Aspal emulsi (emulsion asphalt)

aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin
dan cair
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi

*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-)
Annion
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan
listrik.

*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;


1. Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus
listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti
tidak

mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi
anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi
sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap, Digunakan
Sebagai Prime coat

Aspal Buton

Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton, Indonesia.
Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya
dalam bentuk bantuan.
Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi
dari rendah sampai tinggi.
Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas B10, B13, B20, B25,
dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata
10%)
Jalan Aspal Buton 6]
Pada sekitar tahun 1920an, Hetzel (seorang geolog Belanda) menemukan singkapansingkapan deposit aspal alam di Pulau Buton. Pada tahun 1936 Hetzel telah berhasil
memetakan lebih dari 20 lokasi singkapan deposit (data ini masih terus dipakai sampai
sekarang, karena belum ada lagi data yang lebih baru).
Pengusahaan pertambangan aspal Buton dilakukan oleh perusahaan Belanda yang
bernama N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton. Produksi dan pengapalan aspal
dari Buton dalam catatan HW Vonk dapat dilihat pada tabel berikut.
Data Produksi dan Pengapalan Aspal dari Buton. a) b)
Tahun

Jumlah Diangkut (ton)

1934

3.749

1935

7.905

1936 3)

4.900

1938

20.000

1939

12.000

1940

57.000

a) La Ode Rabani, Perkembangan Industri Dan Infrastruktur Kota Buton 1920an-1942, 2004.
b) MvO. H.W. Vonk, Nota Betreffende hetzel fbestuurend landschap Boeton, Celebes en Onderhoorigheden,
1937.
Dalam ANRI, Koleksi Microfilm Reel 31, Jakarta.
c) Data tahun 1936-1940 diambil dari Majalah Copra in East Indonesia in The Economic Review Vol I No. 4,
Departemen of Economic Affairs, Batavia-Java, tahun 1947, hlm. 122.

Deposit aspal alam di Pulau Buton termasuk tipe rock asphalt yang berasosiasi dengan
material setempat seperti kapur, tanah, humus, lempung, dan sebagainya. Kadar aspal
yang terkandung dalam asbuton ini sangat bervariasi, dengan yang tertingginya terdapat
di Kaboengka sumur A dan E serta di Lawele. Oleh karena infrastruktur jalan dan
pelabuhan ekspor di Lawele belum berkembang, maka penambangan hanya dilakukan di
daerah Kaboengka dan Winto yang dekat dengan pelabuhan ekspor di Pasarwajo.

Penambangan dilakukan dengan cara manual dan hanya


memilih deposit dengan kadar tinggi, karena yang memang langsung dipakai. Salah satu
metode pemanfaatannya dikenal dengan nama Boetonald, yakni aspal alam Buton kadar
tinggi yang diencerkan dengan aspal dari kilang. Penggunaan aspal Buton ini banyak
dilakukan di Batavia, Jawa bagian Timur, dan Netherland. Namun sampai sekarang
Penulis belum menemukan catatan tepatnya di ruas jalan mana aspal Buton ini
digunakan. Tentu saja dapat disimpulkan pembuatan jalan dengan hotmix di Indonesia
(Batavia atau Jawa Timur) sudah dilakukan jauh sebelum negeri ini diproklamasikan
tahun 1945.
Selama masa pendudukan Jepang terhadap Indonesia tidak tercatat adanya kegiatan
penambangan batuan aspal Buton. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan asbuton
dimasukkan dalam Bagian BUTAS (BUTon ASphalt) dari Jawatan Jalan-jalan dan
Jembatan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga yang dibentuk dengan Surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga tertanggal 31 Desember 1954 Nomor P
25/ 56/13 dan 19 Desember 1955 Nomor P 25/51/117]. Bagian BUTAS ini merupakan
hasil nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij
Buton yang mengelola asbuton selama masa penjajahan Belanda.

Selanjutnya Bagian BUTAS ini dipisahkan dan berdiri


menjadi PAN (Perusahaan Aspal Negara) berdasarkan Peraturan Pemerintah No 195
yang disyahkan pada tanggal 12 Mei 1961. Tanggal ini kemudian diusulkan sebagai hari

aspal nasional, namun tidak mendapat banyak respon seiring dengan memudarnya
pamor aspal Buton.
Hasil produksi penambangan yang tercatat selama masa PAN ini sebesar 31.215 ton
pada tahun 1969 dan meningkat hingga 115.000 ton pada tahun 1973. Pemerintah Orde
Baru (Presiden Soeharto) saat itu berencana untuk terus meningkatkan produksi
tambang asbuton seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan aspal bagi
pengembangan infrastruktur jalan. Bagian BUTAS dan PAN banyak meneruskan studi
eksplorasi tambang asbuton dan menuangkannya dalam peta-peta lokasi deposit serta
rencana kegiatan penambangannya.
Seiring dengan berbagai penataan perusahaan-perusahaan milik negara, pada tanggal
30 Januari 1984 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1984 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan Perseroan
(PERSERO)8]. Perusahaan Perseroan tersebut kini dikenal sebagai PT Sarana Karya
(Persero). Pada masa ini didapati perubahan orientasi cara pemanfaatan / penambangan
asbuton dari generasi sebelumnya. Perubahan ini, bisa jadi, dilatarbelakangi oleh
menipisnya jumlah deposit dengan kandungan aspal yang tinggi. Model penambangan
baru yang diaplikasikan oleh PT Sarana Karya (Persero) dengan cara blasting diduga
makin memperkuat dugaan bahwa deposit dengan kadar aspal tinggi sudah menipis /
habis. [deposit dengan kadar tinggi tidak dapat diledakkan].
Kadar aspal yang rendah menjadikan upaya pemanfaatan deposit aspal Buton tidak
dapat dilakukan dengan cara-cara yang standar. Berbagai metode pemanfaatan, seperi
Latasir, Latasbum, asbuton curah, asbuton micro, BMA (Buton mastic asphalt), banyak
menemui kendala di lapangan dan akhirnya mengalami kegagalan konstruksi. Hal ini
menjadikan penggunaan aspal Buton mulai ditinggalkan. Kontraktor lebih menyukai
menggunakan aspal kilang, karena metode produksi hotmixnya lebih mudah dan standar.
Mulai tahun 2004, seiring dengan kenaikan harga minyak bumi yang luar biasa (bahkan
saat tulisan ini disusun, 19 April 2008, telah mencapai kisaran USD 110 per barrel, rekor
sebelumnya hanya USD 40 pada tahun 1980) menjadikan harga aspal kilang juga naik
sangat tajam. Tahun 2005, bahkan harga aspal kilang naik 100% dalam waktu kurang
dari setahun. Hal ini menjadikan upaya untuk memanfaatkan aspal alam Buton dilirik
kembali. Namun karena belum tersedianya teknologi pengolahan dan pemanfaatan yang
handal, program penggunaan aspal Buton tahun 2007 (yang didukung oleh Peraturan
Menteri PU) untuk proyek-proyek jalan nasional di 14 propinsi mengalami kegagalan.
Aspal Kilang 9]

Dengan banyaknya penemuan dan pengembangan


sumber-sumber minyak bumi, sejak akhir tahun 1960an Indonesia masuk bergabung
dalam OPEC (Organization of Petroleum Exporting Country). Sebagian besar minyak
mentah Indonesia merupakan jenis light crude yang memiliki kandungan fraksi bahan
bakar tinggi, sehingga berharga sangat mahal. Minyak mentah ini oleh Pemerintah
Indonesia diekspor keluar negeri. Untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar di dalam
negeri, Pemerintah Indonesia melalui Pertamina mengimpor minyak mentah dari
kawasan Timur Tengah yang harganya lebih murah. Crude oil dari timur tengah ini lebih
banyak mengandung aspal dibandingkan crude oil Indonesia. Seluruh kilang yang ada di
Indonesia saat ini dioperasikan oleh Pertamina, oleh karena itu Pertamina merupakan

satu-satunya produsen aspal kilang di dalam negeri.


Sampai tahun 1990an, produksi aspal kilang dilakukan di 4 unit kilang Pertamina, seperti
tercantum dalam berikut ini.
Unit Kilang

Kapasitas

Catatan

ton / tahun

Pangkalan Brandan

Plaju

Wonokromo

Cilacap

10.000

8.500

Hanya unit
blowing

513.000

Berkaitan dengan jenis aspal yang diinginkan oleh PU (Binamarga), maka penggunaan
blown asphalt tidak lagi populer, sehingga unit blowing di Wonokromo ditutup. Begitu
pula, seiring dengan efisiensi operasi kilang, produksi aspal di kilang Pangkalan Brandan
dan Plaju dihentikan. Saat ini produksi aspal hanya dilakukan di unit kilang Cilacap
dengan kapasitas terpasang (setelah penambahan Unit Crude 2, dan beberapa kali
upgrading) sebesar 720.000 ton per tahun. Realisasi lifting aspal terbesar tercatat hanya
berkisar pada 560.000 ton per tahun.
Distribusi aspal dilakukan melalui distributor / agen dalam bentuk curah dan kemasan
drum yag dilakukan dari 2 supply point, yakni kilang Cilacap dan PAG (Pabrik Aspal
Gresik). Meski bernama pabrik, PAG sebenarnya hanyalah merupakan supply point
dengan aspal curahnya diangkut dari kilang Cilacap dengan kapal tanker. Penyaluran
aspal curah ke terminal storage distributor dilakukan dari 2 supply point tersebut dengan
menggunakan tanker. Penyaluran aspal curah melalui pipa khusus bawah tanah
dilakukan oleh Pertamina kepada Grup PT AMU (Asphalt Mitra Utama; salah satunya
adalah PT Bintang Jaya) karena lokasi terminalnya berada di sebelah kilang Cilacap.
Filling Plant, unit pengisian aspal ke dalam drum (termasuk pembuatan drumnya),
dilakukan juga di kilang Cilacap dan PAG, ditambah dengan satu distributor yang memiliki
licence untuk itu, yakni PT Muara Perdana (tergabung dalam grup AMU). Drum sheet
yang digunakan memiliki ketebalan 0,63 mm dengan berat isi bersih aspal sebesar 155
kg per drum.
Berkembangnya pembangunan wilayah maupun sentra-sentra ekonomi mendorong
konsumsi aspal untuk pembangunan jalan, sehingga supplainya tidak lagi dapat dicukupi
oleh kapasitas kilang Cilacap. Untuk mencukupi ini para importir mendatangkan aspal
dari berbagai kilang luar negeri (Singapore, Thailand, Iran, Saudi Arabia, Irak, dan
Malaysia) dalam bentuk curah maupun drum.
Referensi :

4] Wikipedia Indonesia, Herman Willem Daendels,


http : //id.wikipedia.org/wiki/Herman_Willem_Daendels
5] Pramoedya Ananta Toer, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, Lentera Dipantara, Jakarta,
2005.
6] La Ode Rabani, Perkembangan Industri Dan Infrastruktur Kota Buton 1920an -1942,
2004
7] Pusdata Dept. PU, Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga tertanggal
31 Desember 1954 Nomor P 25/ 56/13 dan 19 Desember 1955 Nomor P 25/51/11
8] Pusdata Dept. PU, Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1984 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)
9] Pertamina, Brosur, leaflet, dan berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai