Anda di halaman 1dari 17

PEMANTAUAN LINGKUNGAN FISIK

PUSKESMAS
No. Dokumen

SOP

No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

113/UKP/28.VIII/S
K/KAPUSK/2016
00
04 Januari 2016
1/3

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

Puskesmas Tarusan

Puskesmas

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Tarusan

Pengertian

Pemantauan lingkungan fisik Puskesmas adalah yang dilakukan untuk memastikan


lingkungan fisik dalam kondisi pada ruangan, gedung dan halaman dalam keadaan

Tujuan

siap untuk digunakan, hygienis dan nyaman.


Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi petugas dalam melakukan

Kebijakan

pemantauan lingkungan fisik Puskesmas.


SK Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas Tarusan No.28.VIII/SK/KAPUSK/2016
tentang Pemeliharaan dan Pemantauan Lingkungan Fisik UPTD Kesehatan

Referensi

Puskesmas Tarusan.
Peraturan Menteri Kesehatan Lingkungan Republik Indonesia Nomor 13 tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

Alat dan Bahan


Prosedur/
Langkah-langkah

Memantau lingkungan kerja


Sanitarian
1. Memantau semua ruangan, gedung dan halaman untuk dapat
membuat jadwal pemeliharaan lingkungan kerja;
2. Membuat jadwal pemantauan sesuai identifikasi lingkungan kerja;
Yaitu
- jadwal pemeliharaan ruangan
- gedung dan halaman
3. Mengkoordinasikan dengan bagian ruangan;
4. Menginformasikan jadwal ke perugas terkait.
Melaksanakan Pemeliharaan sesuai jadwal
Petugas kebersihan/pelaksanaan kebersihan
1. Menerima informasi jadwal pemantauan lingkungan
fisik/kebersihan ruangan/halaman setiap bulan dari Sanitarian.
2. Melaksanakan kebersihan sesuai jadwal
Sanitarian dan Koordinator Unit
1. Menerima informasi telah dilaksanakan pemeliharaan lingkugan;
2. Memantau atau melakukan pengawasan pelaksanakan pemantauan
lingkungan fisik tempat kerja;
3. Jika pemantauan lingkungan fisik sudah sesuai maka menanda
tangani cheklist pemantauan lingkungan kerja;
4. Jika pemantauan lingkungan fisik tidak sesuai,maka meminta
untuk dilaksanakan ulang.

Diagram Alir

Mulai

Sanitarian memantau semua ruangan,gedung dan halaman

Sanitarian membat
jadwal pemantauan
lingkungan kerja.

Dokumen jadwal
pemantauan
lingkungan
kerja.

Sanitarian mengkoordinasikan dengan bagian


ruangan.
Sanitarian menginformasikan jadwal kepetugas
kebersihan.
Petugas kebersihan menerima informasi jadwal
pemantauan lingkungan fisik/kebersihan
ruangan/halaman dari Sanitarian.
Petugas kebersihan melaksanakan kebersihan sesuai
jadwal.
Petugas kebersihan menginformasikan telah
melaksanakan kebersihan ke sanitarian.

Sanitarian memantau pelaksanan


pemantauan lingkungan fisik tempat kerja

Pemantauan fisik yg
sesuai

Sanitarian
menandatangani check
list pementauan
lingkungan kerja
selesai

Sanitarian
memberitahu
petugas kebersihan
untuk dibersihkan
Dokumen check
list pemantauan
lingkungan kerja

Unit terkait
Dokumen terkait
Rekaman Histori

NO

Halaman

Yang diubah

Isi perubahan

PEMELIHARAAN DAN
PEMANTAUAN INSTALASI

Diberlakukan tanggal

LISTRIK,AIR,VENTILASI DAN GAS


No. Dokumen

SOP

No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

114/UKP/01.1/S
K/KAPUSK/201
6
00
04 Januari
2016
1/3

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

PuskesmasTarusan

Puskesmas

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Tarusan

Pengertian

Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air
bersih, telefon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan
industri;
Perawatan instalasi listrik terdiri dari perawatan rutin dan perbaikan/ rehab.
Perawatan rutin dilakukan secara rutin dan berkala, sedangkan perbaikan/
rehab dilakukan hanya terhadap instalasi listrik yang rusak.
Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kwalitas nya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan
kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba diruang
kerja memenuhi persyaratan kesehatan.
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan seara efektif.
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan.

Tujuan

Sebagai pedoman perawatan instalasi listrik, air, ventilasi, gas dan sistem lain bagi

Kebijakan

seluruh pengelola unit kerja dilingkungan Puskesmas.


SK Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas Tarusan No.01.1/SK/KAPUSK/2016

Prosedur/
Langkah-langkah

tentang Standar Pelayanan UPTD Kesehatan Puskesmas Tarusan.


Tatacara pelaksanaan listrik
1. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode
2.

warna dan label;


Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran baik antara
jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan

3.

yang berlaku;
Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat

4.

ditentukan;
Kontruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standar disein yang

5.
6.
7.
8.
9.

berlaku;
Perawatan rutin;
Perbaikan atau rehab;
Persetujuan pelaksanaan;
Proses pengadaan jasa pemborongan;
Pelaksanaan perbaikan atau rehab dilaksanakan dengan swakelola;

10. Pelaksanaan perbaikan atau rehab dilaksanakan dengan kontraktor;


11. Pelaporan.
Tatacara pelaksanaan air
1. Air bersih intuk keperluan perkantoran dapat diperolah dari
perusahaan air minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah
2.

diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan;


Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan

3.

persyaratan kesehatan;
Distribusi air bersih untuk puskesmas harus menggunakan sistem

4.

perpipaan;
Sumber air bersih dan saran distribusinya harus bebas dari

5.

pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis;


Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak
penampungan

dan

pada

kran

terjauh

untuk

diperiksakan

dilaboratorium menimal dua kali setahun, yaitu musim kemarau dan


musim hujan.
Tatacara pelaksanaan udara
1. Suhu dan kelembaban agar ruang kerja puskesmas memenuhi
2.
3.

persyaratan;
Tinggi langit-langit dari lantai menimal 2,5m;
Bila suhu udara >28 0 C perlu menggunakan alat penata udara

4.
5.

seperti air Conditioner(AC), kipas angin,dll;


Bila suhu udara < 18 0 C perlu menggunakan pemanas ruang;
Bila kelembaban udara ruang kerja < 40% perlu menggunakan

humidifier(misalnya:mesin pembentuk aerosol);


Tatacara pelaksanaan pencahayaan
1. Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
tindakan
2.

kesilauan

dan

memiliki

intensitas

sesuai

dengar

peruntukannya;
Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang

optimum dan bola lampu sering dibersihkan;


3. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti
Tatacara pelaksanaan kebisingan
Agar kebisingan tidak menganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan sebagai berikut:
1. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar
2.

dari kebisingan;
Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain
meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon,

peninggian tembok ,membuat bukit buatan, dll;


3. Rekayasa peralatan(Engineering control).
Gas pencemar
Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja puskesmas tidak
melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
1. Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik;
2. Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur;
3. Dilarang merokok didalam ruang kerja.
Unit terkait
Dokumen terkait

Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang menyengat


Penanggung jawab program
Sk tentang pemantauan
Jadwal pemantauan lingkungan fisik

Bukti pelaksanaan

JIKA TERJADI KEBAKARAN DAN


PENGGUNAAN APAR
No. Dokumen

SOP
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

115/UKP/01.1/S
K/KAPUSK/201
6
00
04 Januari
2016
1/2

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

Puskesmas Tarusan

Puskesmas

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Tarusan

Pengertian

Adalah langkah-langkah yang harus ditempuh bila terjadi kebakaran


dipuskesmas;
Pengunaan APAR adalah metode menggunakan alat pemadam api modren

Tujuan

Kebijakan

bila terjadi kebakaran dan prosedur penanganan kebakaran.


1. Menyelamatkan jika pasien dan petugas kesehatan serta menyelamatkan
sarana dan prasarana yang ada dipuskesmas;
2. Memikirkan tindak lanjut pelayanan pasien IGD;
3. Agar setiap kariawan mengetahui cara penggunaan APAR.
No.01.1/SK/KAPUSK/2016 tentang Standar Pelayanan UPTD

Kesehatan

Prosedur/
Langkah-langkah

Puskesmas Tarusan.
Prosedur apabila terjadi kebakaran
1. Petugas jaga menyelamatkan pasien dan ditempatkan pada tempat
2.
3.

yang aman;
Menyelamatkan sarana dan prasarana yang bisa diselamatkan;
Salah satu petugas jaga lapor kepada pengawas perawatan yang saat
itu

bertugas

jaga,untuk

selanjutnya

pengawas

perawatan

menghubungi unit terkait lainnya ( karu IGD, Ka IGD, Kepala


4.

Puskesmas, Kepoliasian )
Dokter jaga IGD bertugas

5.

mengkoordinir semua kegiatan penanggulangan bencana;


Listrik dipadamkan serta dilakukan pemadaman dengan alat yang

6.

tersedia;
Jika dirasa perlu agar menghubungi dinas pemadam kebakaran

7.

setempat untuk mendapat pertolongan;


Setelah kebakaran bisa diaatasi, dibawah koordinasi pihak

sebagai

triage

officer

untuk

Puskesmas, pasien diseluruh peralatan yang ada dipindahkan


8.

ketempat penampungan sementara;


Mendata semua kerugian Puskesmas;

9.

Jika hanya IGD yang terbakar, maka dibawah koordinasi pihak


Puskesmas dan kepala IGD mencarikan tempat penampungan
sementara untuk pasien dan sarana dilingkungan Puskesmas atau
langsung mengambil alat pemadaman api dan dibawa (dipanggul)

kelokasi kebakaran;
10. Beri jarak penyemprotan antara alat dengan lokasi kebakaran kurang
lebih 3 m;
11. Gunakan APAR sebagai berikut:
Tarik pin pengaman;
Suatu tangan mengangkat tabung operating level dan satu

tangan pada nosle;


Lepaskan selang dan arahkan kesumber api;
Tekan operating level (pengatup) dengan tembakan satu titik

Lakukan penyapuan dan penggiringan kemudian lakukan penyemprotan langsung


kesumber api.
Unit terkait

Paramedic dan satpam.

PEMANTAUAN, PEMELIHARAAN,
PERBAIKAN, SARANA DAN
PERALATAN
No. Dokumen

SOP
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

116/UKP/29.VIII
/SK/KAPUSK/20
16
00
04 Januari
2016
1

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

Puskesmas Tarusan

Puskesmas

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Tarusan

Pengertian

Pemantauan, pemeliharaan, perbaikan sarana dan peralatan adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan dalam upaya tersedia sarana kerja dan peralatan dengan
kondisi yang sesuai dengan persyaratan kesehatan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.

Tujuan

Tersedianya sarana kerja yang nyaman dan peralatan yang berada dalam kondisi

Kebijakan

baik serta aman.


No.29.VIII/SK/KAPUSK/2016 tentang Pemantauan, Pemeliharaan, Perbaikan,

Prosedur/
Langkah-langkah

Saranan dan Peralatan UPTD Kesehatan Puskesmas Tarusan.


1. Memeriksa secara berkala sarana dan peralatan yang digunakan;
2. Menerima pengaduan dari pasien maupun petugas kesehatan mengenai
kerusakan dari sarana maupun peralatan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan;
3. Menginvertalisir saran dan peralatan yang harus berkerjasama dengan
sanitarian;
4. Mengusulkan perbaikan sarana dan peralatan ke Kepala Puskesmas.

Unit terkait
Dokumen terkait

Sanitarian
Cheklist pemantauan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan peralatan

INVENTARISASI PENGELOLAAN
PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN
BAHAN BERBAHAYA
No. Dokumen

SOP

No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

117/UKP/30.VIII
/SK/KAPUSK/20
16
00
04 Januari
2016
1/2

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

PuskesmasTarusan

Puskesmas

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Tarusan

Pengertian

Suatu rangkaian kegiatan yang mencangkup pencatatan atau pendaftaran,


penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan/penggunaan, pengolahan bahan yang
karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan
pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan lingkungan.

Tujuan

Untuk menerangkan mekanisme inventarisasi, pengelolaan, penyimpanan dan

Kebijakan

penggunaan bahan berbahaya.


No.30.VIII/SK/KAPUSK/2016 tentang Inventarisasi, Pengelolaan dan Penggunaan
Bahan Berbahaya UPTD Kesehatan Puskesmas Tarusan.

Referensi
Prosedur/
Langkah-langkah

1.Sanitarian
1.1 Mengidentifikasi semua bahan berbahaya untuk penanganan dan
1.2
1.3

penyimpanan sesuai ketentuan;


Menerima informasi telah dilaksanakan pengelolaan bahan berbahaya;
Memonitor atau melakukan pengawasan pelaksanaan pengelolaan

bahan berbahaya;
1.4 Melakukan verifikasi di checklist monitoring.
2.Pengelola barang
2.1 Menginventarisir semua bahan berbahaya sesuai ketentuan yang

berlaku.
3.Petugas laboratorium
3.1 Membuat jadwal monitoring penggunaan bahan berbahaya
3.2 Mengkoordinasikan dengan petugas terkait;
3.2.1 Menginformasikan hasil monitoring ke petugas terkait.

Unit terkait

Petugas Sanitarian;
Pengelola Barang;
Petugas Laboratorium.

Dokumen terkait

Buku Inventarisir Bahan Berbahaya;

Rekaman Histori

Form Monitoring Bahan Berbahaya.


NO
Halaman
Yang diubah

Isi perubahan

Diberlakukan tanggal

INVENTARISASI PENGELOLAAN
PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN
LIMBAH BERBAHAYA
No. Dokumen

SOP
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

118/UKP/30.VIII
/SK/KAPUSK/20
16
00
04 Januari
2016
1/3

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

Puskesmas Tarusan

Puskesmas

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Tarusan

Pengertian

Limbah bahan beracun dan berbahaya adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang
mengadung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan
merusak lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup , kesehatan,

Tujuan

kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.


1. Untuk mencegah dan mengulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
2.

Kebijakan
Prosedur/
Langkah-langkah

hidup yang diakibatkan oleh limbah bahan beracun dan berbahaya;


Agar dapat dilakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar

sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.


No.01.1/SK/KAPUSK/2016 tentang Standar Pelayanan

UPTD

Kesehatan

Puskesmas Tarusan.
1. Pemilahan Limbah
Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan
dan dengan kandungan logam berat yang tinggi. Kategori limbah beracun
dan berbahaya berdasarkan criteria sebagai berikut :
Mudah meledak
Mudah terbakar
Bersifat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif

2.

Pengumpulan Limbah Medis


Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah

menggunakan troli khusus yang tertutup;


Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama
48 jam.

3.

Persyaratan Pewadahan Limbah Medis


Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang halus pada setiap bagian

dalamnya, misalnya fiberglass;


Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat

pewadahan yang terpisah dengan limbah non-medis;


Kantong plastic diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3

bagian telah terisi limbah;


Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus

(safety box) seperti botol atau karton yang aman;


Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan
untuk kantong plastic yang dipakai dan kontak langsung dengan

limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi;


Tempat limbah memiliki minimal 2 macam tempat limbah, satu
untuk limbah medis (warna kuning atau merah) dan satunya lagi

untuk non medis (warna hitam);


Semua limbah dari ruang perawatan dan unit gawat darurat (UGD)

dianggap sebagai limbah medis;


Semua limbah dari kantor biasanya berupa alat-alat tulis dianggap

sebagai limbah non medis;


Terbuat dari bahan yang kuat, cukup Tempat pewadahan limbah non
medis sebagai berikut:
a. ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan
yang halus pada bagian dalamnya misalnya fiberglass;
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan
c. Terdapat minimal 1 buah untuk setiap ruangan atau sesuai

dengan kebutuhan.
Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3x24 jam
atau apibila 2/3 bagian kantong sudah terisi limbah maka harus
diangkat supaya tidak menjadi perindukan vector penyakut dan

4.

binatang pengganggu.
Tempat penampungan sementara
Jika terdapat insenerator

maka limbah harus dibakar selambat-

lambatnya 24 jam;
Jika tidak mempunyai insenerator, limbah medis harus dimusnahkan
melalui kerjasama dengan Puskesmas atau pihak lain yang memiliki
insenerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam

apabila disimpan pada suhu ruangan.

5.

Transportasi
Pengangkutan limbah ke luar Puskesmas menggunakan kendaraan

khusus;
Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam container yang kuat dan

tertutup;
Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun

binatang;
Petugas yang

menangani

limbah

harus

menggunakan

alat

pelingdung diri yang terdiri dari topi/helm,masker,pelindung


mata,pakaian panjang,apron untuk industry,pelindung kaki/sepatu
boot dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty
6.

gloves).
Pengolahan
6.1 Lokasi pengolahan
Pengolahan limbah bahan beracun dan berbahaya dapat dilakukan di
dalam lokasi penghasil limbah atau di luar penghasil limbah. Syarat
lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus :
Daerah bebas banjir
Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter
Jarak dengan daerah beraktifitas penduduk dan aktivitas umum

minimum 300 meter


Jarak dengan wilayah terlindungi seperti cagar alam,hutan

lindung minimum 300 meter.


6.2 Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan system operasi meliput :
System keamanan fasilitas
System pencegahan terhadap kebakaran
System penanggulangan keadaan darurat
System pengujian peralatan
Pelatihan karyawan
6.3 Pengolahan
Proses insenerasi dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insenerator dengan efisiensi pembakaran
harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya jika suatu materi limbah
bahan beracun dan berbahaya ingin dibakar dengan berat 100 kg maka
abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01kg atau 10 kg.

PEMANTAUAN PELAKSANAN
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA


No. Dokumen

SOP
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

119/UKP/30.VIII
/SK/KAPUSK/20
16
00
04 Januari
2016
1/2

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

Puskesmas Tarusan

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Puskesmas
Tarusan

Pengertian

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan penanganan bahan dan limbah berbahaya
dalam lingkup UPT Puskesmas Tarusan.

Tujuan

Untuk memastikan pelaksanaan penanganan bahan dan limbah berbahaya tidak


menimbulkan pencemaran dan membahayakan lingkungan sekitar sehingga jika

Kebijakan

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat ditelusuri penyebabnya.


No.01.1/SK/KAPUSK/2016 tentang Standar Pelayanan UPTD

Referensi

Puskesmas Tarusan.
PP RI No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.

Prosedur/
Langkah-langkah

Kesehatan

A. Identifikasi Limbah Berbahaya


Sanitarian dan Petugas Terkait
a. Masing-masing unit penghasil limbah berbahaya mengidentifikasi
jenis, jumlah limbah berbahaya yang secara periodik dihasilkan;
b. Identifikasi ditulis dalam buku inventaris limbah berbahaya.
B. Pengumpulan Limbah Berbahaya
Petugas Laboratorium
a. Mengidentifikasi jenis, jumlah limbah berbahaya yang secara
periodik dihasilkan oleh unit tersebut;
b. Melaporkan kepada sanitarian mengenai hasil identifikasi tersebut;
c. Mengangkut limbah berbahaya dari unitnya ke tempat sampah
khusus pembuangan sementara limbah berbahaya;
d. Petugas laboratorium dan sanitarian memverifikasi

limbah

berbahaya yang sudah ditampung dan memberikan simbol/label


(dengan check list inventaris limbah berbahaya);
e. Masa simpan sementara adalah maksimal 90 hari sesuai persyaratan
atau bila limbah berbahaya sudah mencapai 50kg/hari.
C. Pengelolaan Limbah Berbahaya Oleh Pihak Ketiga
a. Pihak ketiga sebagai pengumpulan/pengelola limbah berbahaya
harus memiliki izin dari Kementrian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia;
b. Pihak transportasi harus mempunyai izin dari Dirjen Perhubungan
Darat Kementrian Perhubungan Rakyat Indonesia dan mendapat
rekomendasi

dari

Kementrian

Lingkungan

Hidup

Republik

Indonesia. Izin sesuai dengan jalur transportasi yang dilalui limbah


berbahaya.
c. Adanya surat bentuk kerjasama antara puskesmas dengan pihak
ketiga perihal pembuangan limbah berbahaya.

d. Berita acara serah terima limbah berbahaya harus selalu dilampirkan


setiap pihak ketiga mengambil limbah berbahaya dari tempat
penyimpanan sementara di Puskesmas.
Unit terkait

1.
2.
3.
4.

Dokumen terkait

1.
2.
3.
4.

Rekaman Histori

NO

Petugas sanitarian;
Unit laboratorium;
Unit-unit pelayanan kesehatan di Puskesmas;
Pihak ketiga pengumpulan limbah berbahaya.
Buku inventaris bahan/limbah berbahaya;
Check list identifikasi limbah berbahaya;
Surat kerjasama Puskesmas dengan pihak ketiga;
berita .
Halaman
Yang diubah Isi perubahan
Diberlakukan tanggal

PEMANTAUAN PELAKSANAAN
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
PENANGANAN LIMBAH
BERBAHAYA
No. Dokumen

SOP

No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman

120/UKP/30.VIII
/SK/KAPUSK/20
16
00
04 Januari
2016
1/2

UPTD

Tanda Tangan Kepala UPTD Kesehatan

Kesehatan

Puskesmas Tarusan

Puskesmas
Tarusan

Yessy Rivai
NIP.19740102002122002

Pengertian

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan penanganan limbah oleh semua personil.

Tujuan

Untuk memastikan pelaksanaan dan penanganan limbah berbahaya tidak


menimbulkan pencemaran dan membahayakan lingkungan sehingga jika terjadi

Kebijakan

sesuatu yang tidak diinginkan akan dapat ditelusuri penyebabnya.


No.01.1/SK/KAPUSK/2016 tentang Standar Pelayanan UPTD

Prosedur/

Puskesmas Tarusan.
Mengidentifikasi Limbah Berbayaha

Langkah-langkah

1.

Kesehatan

Sanitarian dan Petugas terkait


a. Masing-masing penghasil Limbah berbahaya mengidentifikasi jenis
dan jumlah limbah berbahaya yang secara periodik dihasilkan oleh
unit tersebut;
b. Identifikasi tersebut ditulis dalam buku inventaris oleh masingmasing unit penanggung jawab.

Pengumpulan Limbah Berbahaya


2.

Petugas Laboratorium
a. Masing-masing penghasil limbah berbahaya mengidentifikasi jenis
dan jumlah limbah berbahaya yang secara periodik dihasilkan oleh
unit tersebut;
b. Masing-masing unit melaporkan hasil limbah berbahaya kepada
sanitarian tentang jenis dan jumlah limbah yang akan diserahkan
dengan mengisi laporan bulanan limbah berbahaya;
c. Penghasil limbah berbahaya mengangkut limbah berbahaya ke
gudang penyimpanan sementara limbah berbahaya;
d. Limbah dari masing-masing unit ditempat sampah dan jaringan yang
dihasilkan;

e. Limbah berbahaya lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan


sementara limbah berbahaya,dipisahkan menurut sifat/karakteristik
limbah berbahaya ( mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan
reaktif, beracun );
f. Petugas sanitarian bersama petugas terkait memberikan simbol dan
label;
g. Masa simpan dalam gudang TPS limbah berbahaya maksimal 90
hari sesuai persyaratan yang ditetapkan atau apabila limbah
berbahaya lebih dari 50 kg/hari;
h. Petugas terkait mengisi inventori limbah berbahaya yang ada
ditempat

penampungan/penyimpanan

serta

penimbunan

menggunakan ceklist inventory limbah berbahaya;


i. Petugas terkait mengisi neraca limbah berdasarkan inventarisasi
3.

Gudang limbah berbahaya sementara.


Pengelolaan limbah berbahaya oleh Pihak Ketiga
Setelah limbah mencukupi ditempat penampungan mencukupi,limbah
berbahaya tersebut selanjutnya diserahkan kepada pihak ketiga:
a. Pihak ketiga sebagai pengumpul/pengelola limbah berbahaya harus
mempunyai ijin dari kementrian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia;

b. Pihak transportasi harus mempunyai ijin dari Dirjen Perhubungan


Darat Kementrian Perhubungan RI dan mendapat rekomendasi dari
Kementrian LHRI. Ijin sesuai dengan jalur transportasi yang akan
dilalui limbah berbahaya;
c. Sanitarian mengusulkan surat penunjukan pengelola limbah
berbahaya kepada Kepala Puskesmas;
d. Pihak ketiga yang ditunjuk (pengumpul/ pengelola/ transportasi)
mengisi berita acara pemerikasaan Limbah Berbahaya bersama
petugas terkait. Berita acara serah terima limbah berbahaya diisi
oleh pihak ke 3 yang ditunjuk dan kepala Puskesmas.
Unit terkait
Dokumen terkait

1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petugas sanitarian;
Petugas Laboratorium;
Koordinator Unit.
Cheklist Identifikasi limbah berbahaya;
Formulir Serah Terima Bulanan;
Formulir neraca bulanan;
Buku inventaris limbah;
Formulir berita acara pemeriksaan limbah berbahaya;
Formulir berita acara serah terima limbah berbahaya;
Formulir dokumen limbah;
Cheklist verifikasi perijinan pihak ketiga.

Anda mungkin juga menyukai