ABSTRAK
Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) merupakan ikan bernilai ekonomis tinggi
dan menjadi target tangkapan nelayan di Waduk Gajah Mungkur (WGM). Pengkajian
stok ikan patin diperlukan sebagai dasar pengelolaan sumber daya ikan patin di WGM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai MSY, fMSY, Y/R, dan laju eksploitasi (E)
ikan patin di WGM. Penelitan dilakukan dengan metode survei melalui observasi dan
wawancara pada bulan Juni-Juli 2014 dengan jumlah responden 25 nelayan. Data
produksi dan upaya tahun 2009-2013 diperoleh dari Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Wonogiri. Sampel ikan patin yang didapat selama penelitian
sebanyak 300 ekor, panjang ikan patin diukur dengan ketelitian 0,1 cm dan ditimbang
beratnya dengan ketelitian 1 gr. Data produksi dan upaya dianalisis dengan model
produksi surplus Schaefer dan Fox. Mortalitas total (Z) dianalisis dengan Beverton &
Holt, mortalitas alami (M) dan penangkapan (F) dianalisis dengan rumus empiris Pauly,
Y/R dianalisis dengan metode Beverton & Holt. Hasil penelitian ini menunjukkan
CPUE ikan patin yang masih berkembang sehingga nilai MSY belum dapat diketahui.
Nilai L= 91,77 cm, K= 0,89 per tahun, M = 0,85 per tahun, F= 0,81 per tahun, Z =
1,66 per tahun, E = 0,49 per tahun, Y/R= 0,1629 gr/rekrut dan t0 = 0,13 dengan
persamaan kurva pertumbuhan von Bertalanffy Lt = 91,77[1-exp-0,89(t-0,13)]. Berdasarkan
tren CPUE dan laju eksploitasi, perikanan ikan patin di Waduk Gajah Mungkur dalam
kategori mendekati eksploitasi maksimum.
Kata kunci : Pangasius hypophthalmus, surplus produksi, Y/R, laju eksploitasi (E),
Waduk Gajah Mungkur
ABSTRACT
Catfish (Pangasius hypophthalmus) has high economic value and it has being
targeted by fishermen in Gajah Mungkur Reservoir (WGR). Catfish stock assessment
was needed as a basic information for catfish resource management in WGR. This
research aims to determine MSY, fMSY, Y/R, and exploitation rate (E) of catfish in
WGR. The research was conducted with survey method by observation and interview in
June-July 2014 with total respondents 25 fishermen. Catch and effort data from 20092013 was obtained from Department of Animal husbandry, Fisheries and Marine,
Wonogiri regency. 300 samples of Pangasius hypophthalmus was collected during
observation, catfish length was measured to the nearest 0,1 cm and weighted to the
nearest 1 g. Catch and effort data were analyzed by Schaefer and Fox surplus
production model. The total mortality (Z) was analyzed by Beverton & Holt model,
natural mortality (M) and fishing mortality (F) were analyzed by Paulys empirical
formula, and Y/R was analyzed by Beverton & Holt method. The research showed that
CPUE of Pangasius hypophthalmus was still in growth phase, so that MSY value can
not be predicted. L= 91,77 cm, K= 0,89 by the year, M= 0,85 by the year, F=0,81 by
the year, Z= 1,66 by the year, E= 0,49 by the year, Y/R= 0,1629 g/rekrut and t0= 0,13
with von Bertalanffy growth curva equation Lt = 91,77[1-exp-0,89(t-0,13)]. Based on CPUE
trend and exploitation rate catfish fishery in GMR was categorize as maximum
exploited.
Keywords : Pangasius hypophthalmus, production surplus, Y/R, exploitation rate (E),
Gajah Mungukur Reservoir.
PENDAHULUAN
Total produksi perikanan perairan
umum Indonesia pada tahun 2013
mencapai 404,58 ribu ton dengan luas
perairan umum mencapai 54 juta ha.
Luasan tersebut terdiri dari 12 juta ha
perairan sungai dan paparan banjir, 39
juta ha perairan rawa dan 2 juta ha
merupakan perairan danau dan badan
air lainnya (Pregiwati, 2014). Salah satu
Waduk Jawa Tengah yang terkenal
memiliki potensi perikanan ekonomis
penting, yaitu Waduk Gajah Mungkur
yang terletak di Kabupaten Wonogiri,
Jawa Tengah. Waduk Gajah Mungkur
terletak di Selatan Kabupaten Wonogiri.
Dinas Pariwisata menyebutkan bahwa
Waduk ini termasuk perairan tawar yang
memiliki luas 8.800 ha dibangun
dengan membendung tujuh sungai,
yaitu Sungai Keduang, Sungai Wiroko,
Sungai Temon, Sungai Alang, Sungai
Bengawan
Solo
Hulu,
Sungai
Unggahan,
Sungai
Wuryantoro
(Koeshendrajana et.al.,2012).
Komoditas
perikanan
yang
menjadi target penangkapan nelayan
salah satunya, yaitu ikan patin
(Pangasius hypophthalmus). Tingkat
penangkapan yang tinggi pada ikan
patin
menjadikan
pemerintah
Kabupaten Wonogiri dan nelayan
disekitar waduk bergotong royong
melakukan penebaran benih ikan patin
guna mempertahankan keberadaan ikan
patin di waduk ini (Koran Jakarta,
2014).
Peningkatan
upaya
dan
penurunan produksi penangkapan ikan
patin ini perlu diwaspadai karena dapat
menjadi ancaman terhadap kelestarian
sumberdaya ikan patin.
Kelestarian dan keberlanjutan
sumberdaya ikan dapat dikaji secara
biologi. Pengkajian sumberdaya ikan
secara biologi ini perlu diperhatikan
agar tercipta pengelolaan perikanan
yang berkelanjutan sehingga banyak
asumsi yang harus dipertimbangkan
dalam pengelolaan sumberdaya ikan.
Dengan demikian, perlu adanya
pengkajian stok baik secara holistik dan
analitik. Kedua model ini dapat
digunakan untuk meramal pengaruh dari
langkah-langkah pengembangan dan
pengelolaan, seperti menambah atau
mengurangi armada
penangkapan,
perubahan-perubahan dalam ukuran
minimum mata jaring, penutupan
musim,
penutupan
daerah
dan
sebagainya.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai hasil tangkapan
maksimum lestari (MSY) ikan patin dan
upaya tangkapan optimum lestari
(fMSY) ikan patin, nilai Yield per
recruitment Y/R ikan patin, laju
eksploitasi (E) ikan patin di Waduk
Gajah Mungkur.
MANFAAT
Penelitian ini juga diharapkan
memberi manfaat sebagai sumber
informasi dan menambah wawasan
mengenai stock assessment bagi
kalangan akademik dan penulis serta
sebagai informasi penting dan menjadi
dasar bagi pemerintah dalam membuat
peraturan mengenai penangkapan ikan
patin di Perairan Waduk Gajah
Mungkur.
METODE
Metode dan Teknik Pengambilan
Sampel
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
survei
melalui
observasi
dan
wawancara. Pengambilan sampel ikan
patin
dilakukan
secara
acak.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
mendata hasil tangkapan ikan patin
yang didaratkan di TPI. Hasil tangkapan
ikan patin yang diambil sebanyak 10%
dari total hasil tangkapan ikan patin
yang didaratkan di TPI.
Pengambilan sampel pendukung
juga dilakukan saat pengumpulan data
melalui wawancara. Nelayan yang
dipilih menjadi responden adalah
nelayan yang hasil tangkapannya berupa
ikan patin. Jumlah responden yang
dipilih sebanyak 25 orang yang didapat
dari rumus pengambilan responden
menurut Nursalam (2003), yaitu
N
n=
. Penelitian ini
1+ N ( d )
dilakukan selama satu bulan pada bulan
Slope
b
x
( x)
n.
n. xy ( x ) .( y schaefer )
fMSY
Keterangan :
n = Kurun waktu (tahun)
x = Upaya
y Schaefer = Hasil tangkapan dalam
CPUE
Selain itu digunakan juga model
Fox untuk mengetahui hasil tangkapan
per unit upaya. Fox (1970) dalam
Sparre
and
Venema
(1999)
memperkenalkan model persamaan
yang menghasilkan garis lurus, yaitu:
Y(i) = f(i) . exp (c + d . f(i))
Dimana c merupakan intercept
dan d merupakan slope. Intercept c dan
slope d dalam model Fox dicapai
dengan rumus:
Intercept c
ln y Foxd x
n
Slope d
=
n. xy ( x ) .( yfox)
2
n . ( x ) ( x )
Keterangan :
n = Kurun waktu (tahun)
x = upaya
y Fox = Hasil tangkapan dalam ln
CPUE
Penetapan nilai intersep a dan c
serta slope b dan d dapat dicapai dengan
hubungan regresi linier antara f(i)
terhadap Y(i)/f(i) pada Model Schaefer
dan hubungan regresi linier antara f(i)
terhadap ln Y(i)/f(i) pada Model Fox
pada ms.excel.
Hasil tangkapan maksimum lestari
(MSY) dan upaya tangkapan optimum
lestari (fMSY) dalam Model Schaefer
a
b
MSY = -0,25 .
= -0,5 .
a
b
Sedangkan
hasil
tangkapan
maksimum lestari (MSY) dan upaya
tangkapan optimum lestari (fMSY) dalam
Model Fox (Sparre and Venema (1999))
dihitung dengan rumus berikut:
MSY = -
( 1d )
fMSY
1
d
=-
. exp . (c-1)
( YR ' )
3. U 3. U 2
U
+
M/K
Dimana :
U=
m=
Lc
L
1E
M/K
Keterangan :
E = Laju eksploitasi
M = Laju mortalitas alami (per tahun)
Lc = Ukuran terkecil dari ikan yang
tertangkap (cm)
L = Panjang asimptot ikan (cm)
K = Koefisien laju pertumbuhan
(pertahun)
Nilai laju eksploitasi (E) diketahui
dengan menggunakan rumus (Sparre
and Venema, 1999) :
E=
F
Z
Dimana :
Z=
K( L L)
(LL )
F = Z-M
M = 0,8*Exp( -0,0152 0,279) ln L +
0,6543*ln K + 0,463*ln T
Keterangan :
F = Mortalitas akibat penangkapan
Z = Mortalitas total
L = Panjang asimptot ikan (cm)
K = Koefisien pertumbuhan
T = Suhu rata-rata permukaan perairan
(C)
L = Panjang rata-rata ikan yang
tertangkap
L = Batas terkecil ikan yang tertangkap
HASIL DAN PEMBAHASAN
Poduksi dan Upaya
Jumlah produksi ikan patin di
Waduk Gajah Mungkur pada tahun
2009-2012 cenderung meningkat namun
pada tahun 2013 produksi ikan patin
menurun. Hasil tangkapan ikan patin
pada tahun 2009-2010 juga mengalami
penurunan menjadi 142,925 ton dan
pada tahun 2010-2011 hasil tangkapan
ikan patin meningkat kembali menjadi
396,6 ton. Hasil tangkapan ikan patin
selanjutnya terus meningkat hingga
tahun 2012 sebesar 930 ton. Penurunan
hasil tangkapan ikan patin pada tahun
2009 - 2010 diduga diakibatkan oleh
peningkatan hasil tangkapan yang
terjadi pada tahun sebelumnya.
Peningkatan hasil tangkapan pada
tahun 2010 2012 diakibatkan adanya
penangkapan ikan patin di sekitar
daerah karamba milik PT. Aquafarm di
Kecamatan Wonogiri. Ikan patin di
Waduk Gajah Mungkur memanfaatkan
sisa pakan dari ikan nila dimana ikan
patin banyak bergerombol disekitar
daerah
karamba.
Nelayan
yang
melakukan penangkapan ikan patin
disekitar
area
karamba
hasil
tangkapannya dapat mencapai 2
kwintal/hari dengan bobot ikan patin
berkisar
2,5-3,5
kg/ekor
(Koeshendrajana et. al.,2012).
Fluktuasi jumlah upaya pada
tahun 2009-2013 cenderung meningkat.
Jumlah upaya tertinggi, yaitu pada
tahun 2013 sebanyak 836 unit kapal,
namun pada tahun 2010 jumlah upaya
menurun
menjadi
453
unit.
Pengurangan armada kapal di Waduk
Gajah Mungkur diakibatkan karena
masih banyaknya
nelayan yang
menggunakan ukuran mata jaring
insang dibawah ukuran mata jaring
yang sudah ditetapkan (>4,5 inci).
Hasil Tangkapan Per Unit Upaya
(CPUE)
Perhitungan
CPUE
dalam
penelitian ini didasarkan pada data
produksi dan jumlah upaya pada tahun
2009-2013. Hasil perhitungan CPUE
ikan patin (Tabel 1) menunjukkan
tingkat produksi yang tidak stabil.
Perbandingan antara upaya dan tingkat
produksi
menunjukkan
bahwa
peningkatan
upaya
tidak
selalu
meningkatkan nilai produksi. Hasil dari
perhitungan CPUE ikan patin di Waduk
Gajah Mungkur dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. CPUE Ikan Patin Di Waduk
Gajah Mungkur, Wonogiri
TAHU
N
2009
2010
2011
2012
2013
Produks
i (C)
193,714
142,925
396,6
930
534,97
Upaya
(E)
429
415
450
597
836
CPUE
0,4515
0,3444
0,8813
1,5578
0,6399
Tabel 2. Frekuensi Panjang Hasil Tangkapan Ikan Patin di Waduk Gajah Mungkur
Kelas panjang
Frekuensi
Persentase ikan
Frekuensi
Titik tengah
(cm)
(ekor)
tertangkap (%)
kumulatif (%)
27,9 34,9
31,4
12
4
16
34,9 41,9
38,4
36
12
48
41,9 48,9
45,4
96
32
80,7
48,9 55,9
52,4
98
32,7
90,7
55,9 62,9
59,4
30
10
94
62,9 69,9
66,4
10
3,3
97
69,9 76,9
73,4
9
3
99,3
76,9 83,9
80,4
7
2,3
100
83,9 90,9
87,4
2
0,7
Ikan patin yang banyak tertangkap
32,7% diantaranya termasuk ikan patin
selama penelitian umumnya berukuran
dewasa yang siap memijah. SNI (2000),
< 55,9 cm. Hasil tangkapan sebanyak
menyebutkan bahwa ukuran ikan patin
90,7% didominasi oleh ikan patin yang
betina yang siap memijah memiliki
berukuran 27,9 cm 55,9 cm dimana
(Per tahun)
Mortalitas total (Z)
1,66
Mortalitas
alami
0,85
(M)
3
Mortalitas
0,81
penangkapan (F)
4
Eksploitasi (E)
0,49
Laju mortalitas alami pada
penelitian ini, yaitu 0,85 sedangkan
pada penelitian sebelumnya, yaitu 0,58.
Hasil tersebut memperlihatkan adanya
peningkatan laju mortalitas alami ikan
patin di Waduk Gajah Mungkur. Sparre
and Venema (1999) menjelaskan bahwa
mortalitas alami disebabkan oleh
berbagai faktor selain penangkapan,
seperti
pemangsaan
termasuk
kanibalisme, penyakit, stres pemijahan,
kelaparan dan usia. Peningkatan laju
mortalitas alami ini diduga diakibatkan
oleh adanya pemangsaan. Salah satu
ikan predator yang hidup di Waduk
Gajah Mungkur adalah ikan gabus
(Channa striata). Selain itu, Sparre and
Venema (1999) mengatakan ikan
dengan nilai K yang tinggi mempunyai
mortalitas alami (M) yang tinggi dan
ikan yang memiliki nilai K yang rendah
mempunyai mortalitas alami (M) yang
rendah.
Hasil analisis laju mortalitas
penangkapan pada penelitian ini lebih
kecil dibandingkan laju mortalitas
penangkapan
pada
penelitian
sebelumnya.
Laju
mortalitas
penangkapan sebelumnya 2,765 per
tahun dan laju mortalitas penangkapan
pada penelitian ini 0,81 per tahun.
Adanya
pembatasan
daerah
penangkapan memberikan dampak
positif bagi penangkapan ikan patin di
Waduk Gajah Mungkur. Hal ini
didukung dengan kebijakan Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Wonogiri dimana batas area
penangkapan, yaitu 15 m dari petakan
KJA terluar. Selain itu, penutupan area
tangkapan ikan patin juga mulai
diberlakukan pada 1 Mei 2014 dimana
1
2
(per tahun)
3,344
0,58
2,765
Aida dan
Utomo,
2011
0,83
nelayan dilarang menangkap ikan patin
di sekitar KJA PT.Aquafarm selama 1
tahun. Kebijakan tersebut dilakukan
agar ikan patin dapat memulihkan diri.
Laju eksploitasi (E) ikan patin di
Waduk
Gajah
Mungkur
selama
penelitian sebesar 0,49. Hal ini
menunjukkan bahwa laju eksploitasi (E)
ikan patin di Waduk Gajah Mungkur
masih dibawah nilai nilai laju
eksploitasi maksimum
(Emaks). Jika
dibandingkan dengan hasil penelitian
yang dilakukan Aida dan Utomo (2011)
bahwa saat itu laju eksploitasi (E) ikan
patin di Waduk Gajah Mungkur adalah
0,83. Hal tersebut menandakan bahwa
ada penurunan laju ekploitasi dimana
laju ekploitasi saat ini sebesar 0,49.
Hasil analisis laju mortalitas
penangkapan (F) dan laju mortalitas
alami (M) menunjukkan bahwa kondisi
saat ini sudah mendekati keseimbangan
dimana F = 0,81 dan M = 0,85. Gulland
(1971) dalam Amir et.al., (2013)
mengatakan bahwa kondisi optimum
tingkat eksploitasi suatu sumber daya,
yaitu saat F = M atau Eopt = 0,5.
Hasil Per Rekrut Relatif (Y/R)
Hasil analisis menunujukkan
bahwa nilai Y/R pada saat penelitian
sebesar 0,1629 gr/rekrut. Hal ini berarti
dalam setiap rekrut ikan patin yang
terjadi terdapat 0,1629 gr yang dapat
diambil sebagai hasil tangkapan. Nilai
E diperoleh saat ini sebesar 0,49 dengan
Y/R sebesar 0,1629 gr/rekrut, sedangkan
hasil analisis laju eksploitasi 50% (E50) sebesar 0,322 (tingkat eksploitasi
dimana stok akan berkurang menjadi
setengah dari total biomassa) dengan
nilai Emax sebesar 0,522 (tingkat