Gambar 4.17
Hasil Pembacaan SSR dalam bentuk Fixel dan Foto
4-1
elektromagnetik
dan
perbedaan
akan
menghasilkan
itulah
yang
dihitung
perbedaan
sebagai
phase
diantara
pergerakan
atau
perpindahan dari permukaan dinding atau lereng dari satu scan ke scan berikutnya.
a. Deformasi Area Pengamatan X
Berdasarkan analisa data dari hasil monitoring SSR didapatkan trend dan
grafik pegerakan lereng yang berada di area pit 3 tambang Asam asam
Arutmin.Tahap pre failure pada area x tipe kurva pergerakan terhadap waktu yaitu
transition, dimana pada tahap pre failure perilaku batuan menunjukkan proses
kombinasi antara regresi dan akselerasi. Pada durasi waktu selama 22 hari pada
waktu tertentu perilaku batuan menunjukkan peningkatan deformasi yang kemudian
dilanjutkan penurunan deformasi . hasil SSR mencatat adanya kenaikan kecepatan
pergerakan pada area pengamatan sekitar tanggal 4 Maret dari grafik SSR dan
terlihat pola percepatan meningkat dari tahap regresif menuju progresif artinya
terjadi kenaikan pergerakan terhadap fungsi waktu, hal ini berkaitan dengan nilai
velocity dari area pegamatan. Tipe prgerakan pada tahap progresif yaitu short
4-2
invers velocity mendekati nol yaitu 0.005. Suatu lereng yang mencoba
Gambar 4.18.
Trend Pergerakan dan velocity
4-3
1. Curah hujan
Data hasil monitoring Slope Stability Radar juga dapat membaca curah hujan
pada area pengamatan selama durasi waktu pengamatan.
Tabel 4.2.
Rain Accumulation
N
o
1
Area
Pengamatan
x
Rain Accumulation
11-Feb
4 Maret
9 Maret
21 Maret
11-Feb
5 Maret
13 Maret
11-Feb
13 Maret
14 Maret
21 Maret
11.168
264.042
304.11
0.29
11.168
281.66
375.142
11.168
375.142
393.985
0.29
Hujan Normal
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Sangat Ringan
Hujan Normal
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Normal
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Sangat Ringan
Berdasarkan data curah hujan pada bulan februari maret diketahui terjadi
kenaikan Curah hujan pada awal maret hingga pertengahan maret. Sementara nilai
deformasi pada area pengamatan x juga meningkat terhadap waktu meningkat
sekitar tanggal 4 maret. Terdapat hubungan korelasi kenaikan percepatan deformasi
dengan curah hujannya. Peningkatan curah hujan dari keadaan normal menjadi
hujan deras dimana nilai curah hujan pada tanggal 4 maret lebih besar dari 100 mm/
hari.
2. Geometri Lereng
Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini disebabkan
karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan tegangan (stress) yang
dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki lereng serta dengan makin
besarnya geometri, maka ketersingkapan struktur pun akan makin besar yang
menyebabkan terjadinya kelongsoran blok batuan.
Tegangan (stress) yang terkonsentrasi pada suatu area yang sempit akan
melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan pecah dan memprovokasi
4-4
kelongsoran. Tegangan yang hadir pada lereng ini disebabkkan karena adanya
perubahan beban (hilangnya beban) diatas dan disamping bidang lereng. Pada
beberapa daerah dimana tektonik stress hadir atau adanya stress residu horisontal,
maka pengaruh geometri ini akan makin besar.
3. naiknya muka air tanah
Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air
karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah
tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah, melapukan
sisi bidang lemah dan melarutkan mineral-mineral sulfida. Pada beberapa kasus, air
dapat menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama pada lereng tanah
4. Ketidakseimbangan Beban dipuncak dan dikaki Lereng dan Aktifitas
Penambangan.
Salah satu factor lain yang menyebabkan ketidakstabilan lereng yaitu adanya
pembebanan dipuncak lereng sementara dikaki lereng terjadi pengurangan beban.
Hal tersebut
berdampak
keamanan
pada lereng.
Gambar 4.19.
Jalur Lalu Lintas Penambangan
4-5
Gambar 4.20.
Trend Pergerakan dan velocity AP Y
4-6
Dari hasil pengolahan data Slope Stability Radar diketahui. Pada tahap pre
failure perilaku batuan menunjukkan adanya pergerakan tipe regretion, yaitu pada
awal pergerakan linier grafik menunjukkan adanya penurunan terhadap fungsi waktu
dengan deformation rate 2.573 mm selama 22 hari. Pada tanggal 5 terjadi
peningkatan kecepatan pergerakan lereng yang merupakan awal tahap progresif
atau kita sebut onset failure. Dimana pada tahap ini terjadi masa peralihan dari
tahap linier menuju progresif. Hingga peningkatan pergerakan maksimum tercatat
pada tanggal 13 Maret yaitu
4-7
longsor menunjukkan bahwa nilai dari kedua mekanisme longsor tidak pernah
menyentuh angka 0 pada aksis waktu.
Gambar :
Grafik Invers Velocity AP Z
Adapun deformation rate selama tahap progresif hingga Collapse Failure
(Longsor) yaitu 156.83 mm selama 2 hari yaitu dari tanggal 13 Maret 14 Maret.
Kenaikan deformasi dan Velocity yang signifikan menjadi pemicu terjadinya collapse
failure. Collapse failure terjadi sekitar tanggal 14 Maret dengan nilai deformasi
1739.765 mm. dengan velocity 314.389 mm/hari.
4-9