BIOTEKNOLOGI
Dosen pembimbing:
Kholifah Holil
Oleh:
Denik Islamiyah
NIM 06520034
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANAN MALIK IBRAHIM MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan kultur jaringan berkembang dengan pesat sejalan dengan
semakin besarnya manfaat dari penggunaan kultur jaringan tersebut . Pada
mulanya kultur jaringan digunakan untuk perbanyakan tanaman yaitu untuk
mendapatkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif
singkat, serta mempunyai sifat morfologi dan fisiologi yang sama dengan
induknya. Perkembangan selanjutnya kultur jaringan digunakan untuk keperluan
program pemuliaan tanaman dalam upaya memperoleh keragaman genetik atau
karakter unggul secara efesien tanpa melalui proses persilangan yang
membutuhkan waktu yang relatif lama (Larkin, 1981).
Teknik perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro telah diterapkan
secara komersial pada tanaman, antara lain pada
menerapkan teknik induksi bud like body, multiplikasi dan pengakaran tunas
mikro secara in vitro (Priyono,2000).
Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam diperlukan
tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu peningkatan produksi bunga
pada tanaman anggrek hanya dapat dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman
yang efisien. Salah satunya adalah teknik kultur jaringan digunakan untuk
memperoleh variasi somaklonal dan induksi kalus embriogenik diperlukan untuk
memunculkan keragaman sel somatik di dalam kultur in vitro dan meregenerasikan sel
tersebut menjadi embrio somatik.
Pada praktikum ini dilakukan kultur jaringan dari tanaman anggrek, dengan
menggunakan media Vacin Went (VW). Kultur jaringan tanaman menjadi sesuatu
yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut lagi terutama dari segi praktek, serta
memiliki pospek kedepan yang bagus terutama di bidang wirausaha.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembuatan media
2)
Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
4)
Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5)
Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan
mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi
Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai
banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek.
Adapun keuntungan menggunakan metode kukltur jaringan ini adalah dapat di
sediakan bibit dengan jumlah banyak, seragam, dan sehat dalam waktu singkat
serta tidak membutuhkan lahan yang luas (Suryowinoto dalam Hendaryono 1994).
2.2 Media Kultur Jaringan Tanaman
Media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar basal/basic medium
dan media perlakuan. Komposisi media dasar mengandung hara essensial baik
makro maupun mikro, sumber energi dan vitamin yang jumlah dan macamnya
tergantung dari penemunya. Komposisi media perlakuan merupakan komposisi
media tambahan yang dapat berupa vitamin, senyawa organik komplek atau zat
pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh khususnya auksin dan sitokinin adalah
suatu zat organik utama yang mengendalikan proses morfogenesis didalam teknik
kultur jaringan. Kepekaan jaringan terhadap zat yang ditambahkan pada media
menjadi media dasar dan media perlakuan. Resep media dasar adalah resep
kombinasi zat yang mengandung hara essensial (makro dan mikro), sumber energi
dan vitamin .
keseimbangan zat pengatur tumbuh, dalam hal ini auksin dan sitokinin serta
kondisi fisiologi kalus (Raharjo, 1989).
BAB III
METODE PENELITIAN
Daun
BAB IV
Factor genotip
Ukuran eksplan
Umur ontogenetic
Metode pembiakan in vitro
Zat Pengatur Tumbuh
Factor lingkungan yang meliputi pH, cahaya, suhu, kelembapan
pengatur tumbuh yang diberikan ternyata akan berpengaruh terhadap warna kalus
sampai pada pertumbuhan lebih lanjut. Perubahan warna pada kalus ini tergantung
pada macam komposisi media dan ZPT yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
maupun mikro, sumber energi dan vitamin yang jumlah dan macamnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam teknik kultur jaringan
antara lain :1) Teknik sterilisasi/teknik aseptik , 2) Perlakuan dalam mendapatkan
eksplan, 3) Komposisi media.
5. Pada saat ini metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai
banyak digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan , L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor : Lab. Kultur
Jaringan PAU BIOTEK IPB
Hendayono, D.P.S. dan ari wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan Pengenalan
Dan Etunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern.
Yogyakarta : Kanisius
Katuuk, J.R.P. 1989. Teknik Kultur Jaringan Dalam Mikropropagasi Tanaman.
Jakarta : Depdikbud Dirjen DIKTI PPLPTK
Larkin P.J. and W.R. Scowcroft. 1981. Somaclonal Variation-A Novel Source Of
Variability From Cell Culture For Plant Improvement. Theor.Appl.gen. 60 :
197 -214