Disusun Oleh:
NISWAHROBIATUL MUAMAROH
115070201131002
MARYANTI
135070218113017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Status Asmatikus adalah penyakit asma yang berat
disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap
bermacam macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus
atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih lebihan dari kelenjar
kelenjar di mukosa bronchus.Hal tersebut dikarenakan adanya faktor yang
mempengaruhi, baik dari faktor ekstrinsik dan instrinsik.
Di dalam Faktor Ekstrinsik memperlihatkan Asma yang timbul karena
reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya IgE yang bereaksi
terhadap antigen yang terdapat di udara ( antigen inhalasi ), seperti
debu rumah, serbuk serbuk dan bulu binatang, sedangkan pada faktor
instrinsik nya memperlihatkan bahwa asma timbul akibat infeksi baik itu
virus, bakteri dan jamur, cuaca iritan, bahan kimia, emosional, dan
aktifitas yang berlebihan. Penyakit asma ini berlangsung dalam beberapa
jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim. Status asmatikus merupakan kedaruratan yang
dapat berakibat kematian.
Asma
diklasifikasikan
sebagai
penyakit,
intermiten
reversibel,
parasimpatis
sistem
saraf
menjadi
terangsang,
yang
dapat
mengetahui
tanda
dan
gejala
penyakit
asmatikus
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit asmatikus
e. Mahasiswa dapat mengetahui pathway penyakit asmatikus
f.
Mahasiswa
dapat
mengetahui
Penatalaksanaan
dan
asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
I.
Definisi Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan gejala episodik berupa batuk, sesak napas, mengi, dan rasa
berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari, yang
umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Somantri, 2007).
Asma merupakan
banyak
sel
dan
elemennya.
Inflamasi
kronik
penyebabnya,
asthma
bronkhial
dapat
asma
yang
paling
umum.
Asma
ini
mempunyai
II.
Etiologi Asma
otot
di
sekitar
bronkus
sehingga
terjadi
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
c. Stress
Stress/
serangan
gangguan
asma,
emosi
selain
itu
dapat
juga
menjadi
bisa
pencetus
memperberat
yang
diturunkan
adalah
bakat
alerginya,
dengan
foktor
pencetus.
Selain
itu
hipersentifisitas
Epidemiologi Asma
Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita
mempunyai gejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak
yang menderita asma gejala pertamanya muncul sebelum umur
4-5 tahun. Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang
hanya mendapat serangan ringan sampai sedang, yang relative
muda ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat yang
berlarut-larut, biasanya lebih banyak yang terus menerus dari
pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikan tidak
mampu dan mengganggu kehadiranya disekolah, aktivitas
bermain, dan fungsi dari hari ke hari (Sundaru, 2006).
Di Australia prevelensi asma usia 8-11 tahun pada 1982
sebesar 12,9% meningkat menjadi 29,7% pada tahun 1992.
Penelitian di Indonesia memberikan hasil yang bervariasi antara
3-8%, penelitian di Manado, Palembang, Ujung Pandang, dan
Yogyakarta memberikan angka berturut-turut 7,99%, 8,08%,
17% dan 4,8%. Penelitian epidemiologi asma juga dilakukan
pada SLTP di beberapa tempat di Indonesia, antara lain:
Palembang, dimana prevelensi asma sebesar 7,4%, Jakarta
prevalensi asma sebesar 6,7%. Belum dapat disimpulkan
kecenderungan
perubahan
prevalensi
berdasarkan
asma
sebanding
dengan
bertambahnya
usia
V.
Phatofisiologi Asma
VI.
Batuk
ii.
iii.
Wheezing (mengi)
iv.
v.
Ronkhi
vi.
vii.
Pernafasan
cuping
hidung
(menunjukkan
telah
yang
tidak
berespon
terhadap
terapi
Pemeriksaan Diagnostik
1. Spirometri
Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas
vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1). Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversibel, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis
asma
adalah
melihat
respon
pengobatan
dengan
penting
untuk
menegakkan
diagnosis
tetapi
juga
karena
penurunan
FEV1
lebih
besar
Gambar 1: Spirometer
dan
eosinopil
yang
terdapat
pada
sputum,
5. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.
Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi
pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan
rongga
intercostalis,
serta
diafragma
yang
menurun.
6. Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit skin prick test untuk menunjukkan adanya
antibody IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut menyokong
anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji allergen yang
positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan
darah IgE atopi dilakukan dengan cara radioallegensorbent
test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan.
VIII.
anak,
untuk
mempertahakan
potensi
sesuai
2. Pengobatan Farmakologi
Obat-obat pengontrol adalah obat-obat yang diberikan
tiap
hari
untuk
jangka
lama
untuk
mengontrol
asma
untuk
menghilangkan
konstriksi
bronkus
beserta
ekserbasi
(serangan
asma).
Eksaserbasi
di
dada
Pengobatan
atau
kombinasi
Eksaserbasi
pada
dari
gejalagejala
penderita
asma
ini.
dapat
a. Pengobatan di Rumah
i.
Bronkodilator
Sebagai alternatif :
Inhalasi antikolinergik ( Ipratropium Bromida ) ,
agonis beta 2 oral atau teofilin aksi singkat . Teofilin
jangan dipakai sebagai pelega , jika penderita
sudah memakai teofilin lepas lambat sebagai
pengontrol . Dosis agonis beta 2 aksi singkat dapat
ditingkatkan sampai 4 10 semprot .
ii.
Kortikosteroid :
Jika respon terhadap agonis beta 2 tidak segera
terlihat atau tidak bertahan ( umpamanya APE lebih
dari 80 % perkiraan / nilai terbaik pribadi ) setelah 1
jam, tambahkan kortikosteroid oral a.l prednisolon 0,5
1 mg/ kg BB. Dibutuhkan beberapa hari sampai
keluhan
menghilang
dan
fungsi
paru
kembali
Agonis beta-2:
Agonis beta-2 aksi singkat biasanya diberikan secara
nebulasi setiap 20 menit selama satu jam pertama
(salbutamol 5 mg atau fenoterol 2,5 mg, tarbutalin 10
mg).
Nebulasi
bisa dengan
oksigen
atau
udara.
bila
memberikan
pemberian
hasil.
secara
nebulasi
Pemberian
bisa
tidak
secara
Adrenalin (epinefrin )
Obat ini dapat diberikan secara intramuskuler atau
subkutan bila:
iii.
Bronkodilator tambahan:
Kombinasi
agonis
beta-2
dengan
antikolinergik
ini
aminofilin.
diberikan
sebelum
Mengenai
aminofilin
mempertimbangkan
dalam
mengatasi
Kortikosteroid:
Kortikosteroid
sistemik
dapat
mempercepat
gampang
dan
memberikan
lebih
efek
murah.
Kortikosteroid
minimal
setelah
baru
jam.
Inhalasi
agonis
beta-2
tidak
memperlihatkan
perbaikan atau:
Serangan
timbul
walaupun
penderita
telah
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat
golongan
simpatomimetik
tersedia
Santin (teofilin)
Nama obat :
Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik,
tetapi
cara
kerjanya
berbeda.
ini
digunakan
jika
penderita
karena
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan
obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah
untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti
asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
iv.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma
seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.
IX.
Pencegahan Asma
Menghindari allergen
steroid
dapat menimbulkan
eksaserbasiasma
(Syaifuddin, 2006)
X.
Komplikasi Asma
menyebabkan
kolaps
paru
yang
lebih
lanjut
lagi
dapat
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ruangan
: Paru laki
Pengkajian Diambil
I.
Jam
: 09.00
IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Tgl. MRS
Umur
: 43 Thn.
Diagnosa
: Status Asmatikus
Jenis kelamin
Suku/Bangsa
: Laki-laki
: Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: STM
Alamat
: Kandangan, Kediri.
Alasan dirawat: Sesak nafas sejak 1 hr yang lalu dan makin berat.
KELUHAN UTAMA: Sesak Nafas.
Terapi / operasi yang pernah dilakukan : Operasi polip + 2 thn yang lalu.
II.
Pasien menderita asma dan alergi terhadap debu serta udara yang
pengap.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami sesak nafas sejak tanggal 21-05-2002, sesak nafas
makin berat tgl. 22-05-2002, disertai batuk-batuk dengan dahak
warna putih kental yang sulit keluar, suara nafas ngik-ngik, dan perut
terasa mual-mual.
2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
III.
36,7 C
Nadi : 92x/mntTensi
:120/70mmHg
R R :32x/mnt.
axila
teratur
lengan kiri
normal
rectal
tidak
oral
kuat
teratur
lengan kanan
cyanosis
berbaring
cheynestoke
lemah
duduk
tidak
kusmaul
teratur
+.
Trachea
nyeri
respirator
cyanosis batuk
nafas dangkal
retraksi dada
sputum
tracheostomi
cheynestoke
Suara tambahan :
wheezing : lokasi + / +
ronchi
: lokasi - / -
rales
crackels
Bentuk dada
: lokasi - / : lokasi - / :
simetris
tidak simetris
dada
sakit kepala
clubbing finger
Suara jantung :
normal, S-1, S-2 Tunggal
ada kelainan, sebutkan
Edema :
palpebra extremitas atas ascites
anasarka ekstremitas bawah
tidak ada
lain-lain, sebutkan :
3.3PERSARAFAN (B-3 :BRAIN)
composmentis
apatis
samnolent
sopor
koma
gelisah
GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Kepala
wajah : dbn
Mata :
Sklera
putih
icterus
perdarahan
Conjungtiva : pucat
Pupil
merah
merah muda
: isokor
anisokor
miosis
midriasis
kiri
: dbn
kanan : dbn
Penciuman
Pengecapan :
dbn.
manis
: dbn
asin
pahit
Penglihatan :
kiri
: dbn
: dbn
: dbn
kanan : dbn
Perabaan
panas
dingin
: dbn
: dbn
tekan : dbn
menetes inkontinen.
nyeri
retensi
panas
poli uri
hematuri
sering
nocturia
cystotomi
makan baik.
Rectum
BAB
: 1 X/hr.
Konsistensi : Lunak
diare
konstipasi
feses berdarah
melena
colostomi wasir
Obat pencahar :
ya
tidak
Lavemen
ya
tidak
Parese
bebas
tidak
ya
tidak
Hemiparese ya
tidak
Paralise
terbatas
peradangan
perlukaan
Lokasi :
Bawah
peradangan
patah tulang
perlukaan
Lokasi :
Tulang belakang
: dbn.
Kulit :
Warna kulit :
Akral
ictererik
hangat
cyanotik
panas
pigmentasi
dingin kering
kemerahan
dingin basah
pucat
Turgor
baik
cukup
jelek/menurun
: Tak ada
Exopthalmus
goiter
Kelemahan
Hipoglikemia
kemerahan
tidak kenal
Dukungan keluarga
aktif
kurang
tidak ada
bermusuhan
mudah tersinggung
kontak mata
nilai
lain-lain, sebutkan
3.9SPIRITUAL
Konsep tentang penguasaan kehidupan
Tuhan
Allah
Dewa
lain-lain, sebutkan
Allah
Dewa
lain-lain, sebutkan
Makanan Tindakan
obat-obatan
lain-lain, sebutkan
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Thorax Foto : Broncho vat patern meningkat pada 2 lobus paru
dan terjadi penebalan hilus dextra.
2. Laboratorium : BTA ( - ), Analisa gas darah : pH: 7,268 (7,35
7,45 ), pCO2 57,6 (35-45), pO2 77,5 (80-104), HCO3 25,7 (2125), BE 1,2
( -2,5-12,3), O2 Saturasi 93,5%, Hb 16,4gr%, Lekosit 20,800,
trombosit 313.000, PCU 0,46, GDA 91mg/dl.
TERAPI
1. Infus RD 5 % 21 tetes/menit.
2. Inj. Nariet 4 x 0,25 mg SC.
3. Dexametason 3 x 1 ampul.
4. Cefotaxin 3 x 1 gram.
5. Aminophilin tab 3 x 1 tab.
6. Nebulizer Pulmicort tiap 8 jam.
KETERANGAN LAIN :
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang pennyakitnya, faktor
yang menyebabkan kekambuhan, dan pantangan terhadap dietnya
serta cara pencegahan.
ANALISA
NO
1
DATA
DATA
Ds. Klien mengeluh
ETIOLOGI
Peningkatan produksi
MASALAH
Ketidakefektifan
mukus bronkospasme
bersihan jalan
napas
x/mnt, Wheezing + /
+, Sputum kental
warnaputih,
Batuk-batuk, dan
hipersekresi mukus,
Tensi 120/79mmHg,
Nadi 92 x/mnt.
2
Kurangnya
Resiko terjadinya
pengetahuan ttg.
kekambuhan
kambuh, dan
Penyebab penyakitnya
bertanya apa
penyakitnya bisa
sembuh dan tak
mengetahui
penyebab
kekambuhan
rumah
Resiko terjadinya
kekambuhan
Kurangnya
pengetahuan ttg.
Kurangnya
pengetahuan ttg.
Kondisi dan perawatan
Kondisi dan
perawatan diri
diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak-efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi mukus bronkospasme.
2. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit, dan pencegahannya
3. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan keterbatasan
informasi yang diterima.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERAWATAN
NO
01
DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
mengencerknnya.
kental.
Tujuan :
Kriteria hasil :
1. Menentukan
posisi
yang
mendemonstrasikan
efektif
dan
latihan
pernafasan.
3. Menurunkan
ada.
kekentalan
sekret.
4. Suara
nafas
tambahan
tak
tindakan.
02
perawatan penyakitnya
berhubungan dengan
status asmatikus.
Tujuan :
hangat.
Kriteria hasil :
yang efektif.
1. Memberikan penjelasan
kekambuhan berhubungan
tentang pencegahan
dengan keterbatasan
penyakitnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan gejala episodik
berupa batuk, sesak napas, mengi, dan rasa berat di dada terutama pada malam
hari atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan.Penyakit pernapasan obstruktif ditandai dengan inflamasi saluran
napas dan spasme akut otot polos bronkiolus yang menyebabkan produksi mukus
berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi
alveolus. Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan
oleh
komplikasi)
yang
mungkin
timbul
seperti
pneumothoraks,
DAFTAR PUSTAKA
Muchid, dkk. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Direktorat Bina
Farmasi
Komunitas
Dan
Klinik
Depkes
RI
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung, Dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. USU digital library:
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Sylvia, A. Dan L. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkhial. Majalah
Kedokteran Indonesia, Vol: 58 No: 11
Brunner & Suddart 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : AGC.