Anda di halaman 1dari 6

Slide 2

Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) diatur dalam :

UU No 8 Tahun 1983, telah diubah dengan

UU No. 11 Tahun 1994, telah diubah dengan

UU No. 18 Tahun 2000, telah diubah terakhir dengan

UU No. 42 Tahun 2009. yang efektif berlaku sejak 1 April 2010

Slide 3
Subjek & objek PPN
Disini subjek PPN adalah
1. Pengusaha, adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak wujud dari luar Daerah
Pabeanm, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar Daerah Pabean.
Pengusaha terdiri dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), Pengusaha Kecil, PMPKP.
2. Kemudian Pemungut PPN, yaitu bendahara pemerintah, Badan Usaha Milik Negara,
kontraktor perjanjian kerjasama pengusaha pertambangan minyak dan gas, badan, atau
instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor,
daqn melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah,
badan, atau instansi pemerintah tersebut.
Lalu, objek PPN terdiri dari
1. Pasal 4 ayat (1) huruf a s/d huruf h UU PPN (hal 174)
2. Pasal 16C UU PPN
Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak
lain.
3. Pasal 16D UU PPN
Penyerahan BKP berupa aset yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh PKP (termasuk persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan).
4. Pasal 5 (PMK Nomor 85/PMK.03/2012)
PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh Badan Usaha Milik Negara dalam hal
a. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 10.000.000,00 termasuk jumlah
PPN atau PPn dan PPnBM yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah.

b. Pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang menurut ketentuan


perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas PPN tidak dipungut
atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
c. Pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak
oleh PT Pertamina (Persero).
d. Pembayaran atas rekening telepon.
e. Pemabayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan.
f. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang, dan/atau jasa yang menurut
ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai atau pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang sebagaimana dimaksud diatas
huruf a,b,c,d, dan e dipungut disetor, dan dilaporkan oleh rekanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Slide 4
Kriteria dan jenis barang dan tidak kena pajak ditentukan melalui Pasal 4A ayat (2) UU PPN
2009 beserta penjabaran serta penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya; meliputi
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, meliputi :
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsusmsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh jasa boga atau katering.
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
5. PPN atas hasil pertanian.

Pasal 42 UU PPN 2009 beserta penjelasannya merinci pengelompokan jasa yang tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, sebagai berikut :
1. Jasa pelayanan medis.
2. Jasa pelayanan sosial.
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko.
4. Jasa keuangan.
5. Jasa asuransi.
6. Jasa keagamaan.
7. Jasa pendidikan.
8. Jasa kesenian dan hiburan.
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan.
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang
menjadi bagisan yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
11. Jasa tenaga kerja.
12. Jasa perhotelan.

13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam ranglka menjalankan pemerintahan secara
umum.
14. Jasa penyediaan tempat parkir.
15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam.
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
17. Jasa boga atau katering.

Slide 5
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pajak Pertambahan Nilai
Definisi dan Pengertian
a. Dasar pengenaan pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang
terutang, berupa Jumalah harga Jual,Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau
Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
b. Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP),
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP),
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
d. Nilai Impor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
e. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
f. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Slide 6
1. Menggunakan Faktur Pajak
Sebagai konsekuensi penggunaan credit method untuk menghitung PPN yang terutang
maka setiap penyerahan BKP/JKP, Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan diwajibkan
untuk membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak. Berdasarkan Faktur Pajak
inilah akan dihitung jumlah pajak yang terutang dalam satu masa pajak, yang wajib di
bayar ke negara.
2. Menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat menggunakan
pedoman penghitungan pengkrditan Pajak Masukan apabila memenuhi syarat:
a. Mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku sebelumnya tidak
melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah) untuk setiap
1 (satu) tahun buku; atau
b. Wajib pajak yang baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Slide 7
Disini yang Menggunakan Faktur Pajak terdiri dari
a. Pajak Masukan
Pajak Masukan adalah Pajak pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar
oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
daerah Pabean dan/atau pemanfaatn Jasa Kena Pajak dari luar daerah
Pabeandan/atau impor Barang Kena Pajak.
b. Pajak Keluaran
Pajak Keluaran adalah Pajak pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut
oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Brang Kena Pajak,
penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekpor Brang
Kena Pajka Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
c. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak keluaran untuk
Masa Pajak yang sama.
PM < PK = Kurang Bayar a Setor
PM > PK = Lebih Bayar a Kompensasi/Restitusi
Restitusi terjadi apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali.
d. PM yang tidak dapat dikreditkan menurut cara sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat (2) UU PPN:

Slide 8
Menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat menggunakan pedoman
penghitungan pengkrditan Pajak Masukan apabila memenuhi syarat:
a. Mempunyai peredaran usaha dalam 2 (dua) tahun buku sebelumnya tidak
melebihi Rp 1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah) untuk setiap
1 (satu) tahun buku; atau
b. Penyerahan Kendaraan bermotor Bekas: Pajak Masukan = 90% x pajak keluaran
c. Penyerahan emas perhiasan secara eceran: pajak Masukan = 80% x Pajak
Keluaran

Slide 9
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha kena Pajak (PKP)
yang melakukakn penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak

(JKP), saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tatacara penyampaian, dan tata cara
pembetulan Faktur Pajak ditetapkan oleh Direktur Jenderal pajak (PER-24/PJ/2012, tgl 2211-2012).

Slide 10
Baca di ppt

Slide 11
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR PAJAK HARUS MEMUAT
SEKURANG KURANGNYA:
-

IDENTITAS YANG BERWENANG MENERBITKAN DOKUMEN;

NAMA & ALAMAT PENERIMA DOKUMEN;

NPWP DLM HAL PENERIMA DOKUMEN ADALAH WP DALAM NEGERI

JUMLAH SATUAN BARANG APABILA ADA;

DPP; & JUMLAH PPN TERUTANG, KECUALI DLM HAL EKSPOR

Slide 12
DOKUMEN DI BAWAH INI DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK
STANDAR SEPANJANG MEMENUHI PERSYARATAN
-

PIB YANG DILAMPIRI SSP / BUKTI PUNGUTAN PAJAK OLEH DJBC

PEB YG TLH DIFIAT MUAT OLEH DJBC YG DILAMPIRI INVOICE

SURAT PERINTAH PENYERAHAN BARANG (SPPB) YANG DIBUAT OLEH


BULOG / DOLOG UNTUK PENYALURAN TEPUNG TERIGU

PAKTUR NOTA BON PENYERAHAN (PNBP) YANG DIBUAT OLEH


PERTAMINA UNTUK PENYERAHAN BBM / NON BBM

TANDA PEMBAYARAN ATAU KUITANSI TELEPON

TICKET, TAGIHAN SURAT MUATAN UDARA (AIRWAY BILL) ATAU


DELIVERY BILL YANG DIBUAT/DIKELUARKAN UNTUK PENYERAHAN
JASA ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI

SSP UNTUK PEMBAYARAN PPN ATAS PEMANFAATAN BKP TDK


BERWUJUD DAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN

NOTA PENJUALAN JASA YANG DIBUAT/DIKELUARKAN UNTUK


PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN

Slide 13
1. Larangan Membuat Faktur Pajak
Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dilarang membuat Faktur Pajak.

Anda mungkin juga menyukai