Pelestarian Lingkungan Dan Bangunan Kuno PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN KUNO

BERSEJARAH KAWASAN KAYUTANGAN KOTA MALANG


Tito Luthfi Novianto Rizaldi, Septiana Hariyani, Dian Kusuma Wardhani
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia, Telp (0341) 567886
email: detitto_rizaldy@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi sejarah dan karakteristik Kawasan Kayutangan,
mengidentifikasi perubahan dan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan, serta menentukan
pelestarian dalam melindungi lingkungan dan bangunan kuno bersejarah. Metode yang digunakan
adalah deskriptif dan evaluatif (analisis faktor, analisis before-after dan analisis makna kultural).
Faktor penyebab utama perubahan bangunan pada koridor Jalan Basuki Rahmat adalah status
kepemilikan, ekonomi, dan perangkat hukum, sedangkan faktor penyebab utama perubahan
bangunan pada perkampungan Kayutangan adalah sosial budaya, bahan bangunan tidak tahan
lama, dan selera pemilik. Arahan pelestarian lingkungan pada Kawasan Kayutangan lebih
menitikberatkan pada perlindungan dan pelestarian elemen citra kawasan (landmark, nodes, path,
district, dan edges). pelestarian bangunan kuno bersejarah pada Kawasan Kayutangan dibagi
menjadi tindakan preservasi (9 bangunan), konservasi (36 bangunan) dan rehabilitasi (45
bangunan).
Kata kunci: pelestarian, lingkungan, bangunan kuno bersejarah

ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the history and characteristics Kayutangan area, to identify
the change and the factors causing the changes, and to determine the direction of environmental
protection and conservation in historic ancient buildings. The method used in this study is
descriptive and evaluative (factor analysis, before-after analysis, and cultural sense analysis).
Primary factor caused building changed in the Basuki Rahmat corridor are the ownership status,
economic and legal instruments, while the primary factor caused building changed in the township
Kayutangan are social culture, building materials are not durable, and owners perception. The
direction of environmental conservation in Kayutangan focused on the protection and preservation
of area image elements (landmarks, nodes, paths, district, and edges). Conservation of historic
ancient buildings in Kayutangan area is divided into preservation (9 buildings), conservation (36
buildings) and rehabilitation (45 buildings).
Keywords: conservation, environmental, historical buildings

Pendahuluan
Kayutangan yang sekarang adalah Jalan Basuki Rahmat, merupakan salah satu
kawasan bersejarah di Kota Malang, kawasan ini pada masa kolonial merupakan
kawasan pusat perdagangan di Kota Malang selain kawasan Pecinan. Kawasan ini
menyimpan banyak sejarah, hal ini dapat dilihat dari tampilan visual bangunan-bangunan
yang ada di kawasan tersebut. Kawasan Kayutangan sendiri dalam studi ini, adalah
koridor Jalan Basuki Rahmat yang memiliki fungsi utama sebagai kawasan perdagangan
dan jasa. Koridor ini pada awalnya terdiri atas bangunan-bangunan kolonial kuno
bersejarah yang berderet sepanjang Jalan Basuki Rahmat. Selain itu, ada pula kawasan
perkampungan di gang-gang Kayutangan yang memiliki fungsi sebagai kawasan
permukiman. Kawasan perkampungan ini masih memiliki bangunan-bangunan rumah
tinggal dengan gaya arsitektur kolonial Belanda yang masih bertahan.

120

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Tuntutan ekonomi dan kurangnya perangkat hukum menyebabkan bangunanbangunan kuno bersejarah yang ada berganti dengan bangunan-bangunan baru bergaya
arsitektur modern. Terdapat perubahan dan pembongkaran bangunan-bangunan kuno
bersejarah yang ada di Kawasan Kayutangan meskipun telah diatur dalam Kebijakan
Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Malang Nomor SK/104/U/II80 yang kemudian
diperkuat menjadi Perda No. 5 Tahun 1987 dan kemudian dilakukan perubahan menjadi
Perda No. 10 tahun 1989 yang isinya mengatur tentang larangan merubah atau
membongkar bangunan yang memiliki nilai sejarah termasuk Kawasan Kayutangan,
sehingga menghilangkan ciri atau karakter visual lama Kayutangan yang menganut aliran
Nieuwe Bouwen (Handinoto 1996:23). Bangunan-bangunan permukiman kuno bercorak
kolonial yang berada di kawasan perkampungan kondisinya tidak terawat, selain itu
bangunan tersebut mengalami perubahan faade dari bangunan kolonial menjadi
bangunan modern, serta mengalami penghancuran sehingga tidak nampak lagi nilai-nilai
sejarah dan arsitekturnya.
Studi ini memiliki tujuan mengidentifikasi sejarah dan karakteristik Kawasan
Kayutangan, mengidentifikasi perubahan dan menentukan faktor-faktor penyebab
terjadinya perubahan pada Kawasan Kayutangan, serta menentukan tindakan pelestarian
lingkungan dan bangunan kuno bersejarah pada Kawasan Kayutangan. (Gambar 1)

Metode Penelitian
Pengumpulan data yang dilakukan dalam studi ini menggunakan dua sumber, yaitu
data primer berupa observasi, kuisioner, dan wawancara narasumber dan data sekunder
berupa studi kepustakaan, serta data instansi dan organisasi.
Jumlah sampel bangunan kuno, yaitu berjumlah 90 bangunan. Bangunan tersebut
telah memenuhi kriteria pemilihan sampel (purposive sampling), sebagai berikut:
- Merupakan bangunan dengan usia 50 tahun atau lebih (UU No. 5 tahun 1992 tentang
Cagar Budaya) atau dibangun pada periode tahun 1960 ke atas (terhitung dari tahun
2010)
- Memiliki karakter arsitektur kolonial, baik bangunan yang masih asli maupun
bangunan kolonial yang telah mengalami perubahan secara tidak total, seperti
mengalami penggantian atau penambahan beberapa bagian bangunan serta tertutup
oleh reklame dan billboard.
Sampel masyarakat terdiri dari masyarakat pemilik bangunan kuno bersejarah,
yakni 90 responden dan masyarakat non pemilik bangunan kuno bersejarah sebanyak 86
responden berdasarkan metode accidental sampling dan menggunakan rumus slovin
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan evaluatif. Analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik bangunan dan lingkungan kuno
bersejarah Kawasan Kayutangan Kayutangan, meliputi karakteristik elemen fisik
pembentuk kawasan, elemen pembentuk citra kawasan, karakteristik bangunan kuno
bersejarah, karakteristik perancangan kota, karakteristik berdasarkan pemetaan kognitif.
Analisis evaluatif meliputi perubahan lingkungan, perubahan bangunan kuno bersejarah,
faktor penyebab perubahan lingkungan dan bangunan, serta penentuan kriteria
pelestarian.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

121

Key Plan
Kota Malang

KABUPATEN MALANG

Jl.

Ba
tok

Jl. B

rom
o

KABUPATEN MALANG

KABUPATEN MALANG

KABUPATEN MALANG

Batas Wilayah Studi


Bro
mo

Bangunan

Jl. Bra

Keterangan :

wijaya

Jl. Jaksa Agu


ng Suprapto

Wilayah Studi

Jl. Semeru

Jl. Kahuripan

Jl.

Sungai

Jl. Bra

wijaya

Jalan

Jl. Arju

Jl. Jend. Basuki Rahmad

no

SMP Negeri 8
Malang

Do
ro
wa
ti

Skala: 1 : 5000
Jl. A
bdura
chman

50

150

Haki

Jl. Jend.

Basuki Ra
hmad

Jl. M

ojop
ahit

Jl.

Ar
jun
o

Jl.

Jl. M
erdeka

250 m

Utara

Gambar 1. Peta wilayah studi.

Hasil dan Pembahasan


A. Tinjauan historis kawasan
Sejarah Kawasan Kayutangan dibedakan menjadi beberapa periode berdasarkan
perkembangan kawasan. Pada periode pra-Indische (sebelum tahun 1800), Kawasan
Kayutangan merupakan kampung-kampung yang dihubungkan oleh jalan setapak
(Gambar 2 dan 3).

122

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Gambar 2. Klodjen Ledhok atau perkampungan Kayutangan yang telah ada sebelum tahun 1882.
(Sumber : djawatempodoeloe.multiply.com)

Gambar 3. Kajoetangan periode awal 1882.


(Sumber : djawatempodoeloe.multiply.com)

Kayutangan mulai berkembang setelah masuknya Belanda ke Indonesia, yakni


pada periode Indische yang dibedakan menjadi dua, yakni tahun 1800 1914 dan tahun
1914 1940. Pada periode ini, Kayutangan tumbuh menjadi kawasan perekonomian di
Kota Malang, selain itu permukiman pada sisi barat Jalan Basuki Rahmat, yakni
perkampungan Kayutangan tumbuh menjadi kawasan permukiman padat ditengah kota.
Kayutangan menjadi kawasan yang terus berkembang semenjak tahun 1914 hingga
tahun 1940 (Gambar 4).

Gambar 4. Kajoetangan tahun 1914-1940.


(Sumber: Stadsgemeente Malang 1914 1939)

Kayutangan berkembang pesat hingga tahun 1980-an sebelum akhirnya mengalami


masa stagnant karena dibangunnya kompleks pertokoan modern pada kawasan Alunalun Kota Malang pada tahun 1986, sehingga terdapat beberapa perubahan bangunan
baik dari fisik maupun fungsi bangunan.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

123

B. Karakteristik elemen fisik pembentuk kawasan


Guna lahan studi didominasi oleh permukiman pada perkampungan Kayutangan
serta perdagangan dan jasa pada koridor Jalan Basuki Rahmat (Gambar 5).
K e y P la n
K o ta M a la n g

K AB UP ATEN M AL ANG

J l.

Ba

to k

Jl. Br

omo

KAB U PATEN M A LAN G

KAB U PATE N M A LAN G

K AB UP ATEN M ALA NG

B a ta s W ila y a h S tu d i
mo

Bangunan

Jl. Bra

K e te ra n g a n :

wijaya

Jl. Jend. Basuk


i Rahmat

W ila y a h S tu d i

J l. S e m e ru

Bro

J l. K a h u rip
an

Jl.

wijaya

Ja la n

Jl. Ar

Jl. Jend. Basuki Rahmad

juno

Jl. Bra

Sun gai
P e ru m a h a n
P e rd a g a n g a n
Ja sa
P e rk a n to ra n
J l.

or

ow

a ti

J l.

Arj

un

P e rib a d a ta n
P e n d id ik a n

50

150

J l. A
rif R
a ch

m an

H a kim

Jl. Jend.

S k a la : 1 : 5 0 0 0

Basuki Rahm
ad

Jl. Mo

jopah

it

RTH

250 m

J l. M
erd

ek a

U ta ra

Gambar 5. Peta penggunaan lahan.

Bentuk dan tampilan bangunan pada koridor Jalan Basuki Rahmat didominasi oleh
bangunan deret dengan bentuk persegi beratap datar, sedangkan pada perkampungan
Kayutangan didominasi bangunan rumah dengan bentuk persegi beratap perisai, pelana,
gevel, dan perpaduan atap perisai dan pelana (Gambar 6). Koridor Jalan Basuki Rahmat
memilik faade bangunan bergaya kolonial, akan tetapi terdapat beberapa bangunan
modern yang kontras dengan bangunan sekitar. Memiliki intensitas bangunan, yakni KDB
berkisar antara 30 100% dan KLB berkisar antara 1 6.

Gambar 6. Bentuk dan tampilan bangunan.

Kesan serasi dan selaras tampak pada beberapa titik bangunan deret yang bergaya
kolonial, akan tetapi terdapat kesan kontras dan tidak harmonis terjadi pada beberapa titik
yang terdapat bangunan perkantoan modern (Gambar 7).

124

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Pada koridor Jalan Basuki Rahmat, sky line terbentuk dari ketinggian bangunan
antara 6 sampai dengan 30 meter, sky line juga dibentuk karena tipologi bangunan
kolonial modern di koridor Jalan Basuki Rahmat yang memiliki ornament berupa menara
di setiap bangunan sudut (Gambar 8).

Gambar 7. Faade koridor Jalan Basuki Rahmat.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

125

Gambar 8. Skyline pada koridor Jalan Basuki Rahmat.

Jalan Basuki Rahmat memiliki sirkulasi dua lajur yang dilewati oleh kendaraan
bermotor baik pribadi dan angkutan umum serta sirkulasi pejalan kaki pada pedestrian di

126

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

sisi kanan dan kiri jalan. Sirkulasi pada perkampungan Kayutangan dilalui oleh kendaraan
roda dua dan pejalan kaki. Sistem parkir pada wilayah studi terdiri atas parkir on street di
sepanjang Jalan Basuki Rahmat dan parkir off street pada bangunan perkantoran.
Jalur pejalan kaki berupa trotoar di sepanjang Jalan Basuki Rahmat, fasilitas
penyeberangan pejalan kaki berupa zebra cross dan jembatan penyeberangan. Terdapat
elemen vegetasi di sepanjang Jalan Basuki Rahmat berupa pohon-pohon peneduh yang
menjadi elemen penunjang fasilitas pejalan kaki (Gambar 9).

Gambar 9. Vegetasi pada pedestrian way Jalan Basuki Rahmat.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

127

Public signage terdiri atas rambu lalu lintas dan papan nama jalan. Ramburambu
lalu lintas yang ada berupa traffic light, tanda larangan berhenti, tanda larangan parkir,
dan lainlain. Papan nama jalan telah tersedia, baik jalan utama maupun jalan lingkungan
(gang). Private signage yang terdapat di koridor Jalan Basuki Rahmat berfungsi sebagai
sarana advertising dan sarana identificatian, Lokasi pemasangannya berada pada tiap
bangunan yang ada atau di bahu jalan yang berupa spanduk, papan billboard, umbulumbul, dan baliho (Gambar 10).

Gambar 10. Penandaan pada facade bangunan.

C. Karakteristik elemen citra kawasan


Berdasarkan karakteristik elemen citra kawasan, pathways adalah Jalan Basuki
Rahmat dan jalan-jalan sempit berupa gang pada perkampungan Kayutangan. District
yang terdapat di Kawasan Kayutangan yaitu permukiman perkampungan Kayutangan
yakni permukiman yang berada di gang Basuki Rahmat, Arif Rahman Hakim, dan Semeru
serta kawasan perdagangan pada koridor Jalan Basuki Rahmat. Edges berupa sungai
dan jalan yang menjadi batas Kawasan Kayutangan dengan daerah lain. Landmark pada
wilayah antara lain gereja Hati Kudus, toko Oen, Bangunan kembar (Commonwealth bank
dan Pit Stop Caf), kantor PLN, dan toko Avia. Nodes antara lain pertigaan Jalan Basuki
Rahmat dengan Jalan Brigjen S. Riyadi dan Jalan Jaksa Agung Suprapto, perempatan
Jalan Basuki Rahmat dengan Jalan Semeru dan Jalan Kahuripan, pertigaan Jalan Basuki
Rahmat dengan Jalan Majapahit, serta Pasar Talun yang berada di perkampungan
Kayutangan (Gambar 11).

Path

District

Edges

Nodes

128

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Landmark

Gambar 11. Elemen pembentuk citra kawasan.

D.

Karakteristik kawasan berdasarkan pemetaan kognitif


Berdasarkan persepsi masyarakat, gereja Hati Kudus Yesus, toko Oen, bangunan
kembar (Commonwealth Bank & Pit Stop Caf), Toko Avia, dan kantor PLN merupakan
penanda utama kawasan yang terekam di memori mereka. Keberadaan dan
kebertahanan fungsi elemen-elemen tersebut merupakan informasi yang membentuk
familiar pattern pada memori mereka dalam mengidentifikasikan kawasan (Gambar 12).

Gambar 12. Pemetaan kognitif kolektif masyarakat.

E.

Karakteristik bangunan kuno bersejarah


Bangunan kuno bersejarah didominasi oleh bangunan dengan usia 71 80 tahun
yakni sebanyak 45 bangunan (50%), sedangkan paling sedikit berusia 91 100 tahun
yakni 4 bangunan (4,44%). Fungsi bangunan didominasi oleh fungsi perumahan pada
perkampungan Kayutangan yakni 49 bangunan atau 54,44 % dan perdagangan pada
koridor Jalan Basuki Rahmat sebanyak 29 bangunan atau 32,23%. Bangunan pada
koridor Jalan Basuki Rahmat didominasi oleh status kepemilikan hak guna bangunan
(HGB), sedangkan bangunan pada perkampungan Kayutangan didominasi oleh status
hak milik pribadi. Tipologi bangunan pada koridor Jalan Basuki Rahmat didominasi
bangunan kolonial bergaya niuewe bouwen, de stijl, art deco, dan neogothic. Tipologi
bangunan pada perkampungan Kayutangan antara lain Voor 1900, NA 1900, tahun 1915an, tahun 1930-an, dan bangunan pasca 1940 (Gambar 13).

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

129

Art Decco

Niuewe Bouwen

NA 1900

Tahun 1915-an

Neogothic

Tahun 1930-an

De Stijl

Pasca 1940

Gambar 13. Tipologi bangunan pada Kawasan Kayutangan

F.

Perubahan Kawasan Kayutangan


Penggunaan lahan mengalami perubahan dari periode keperiode (Gambar 14).
Perubahan yang terjadi pada elemen citra kawasan yakni penambahan jumlah, jenis dan
kondisi bentuk elemen citra kawasan dari periode ke periode, oleh karena itu perlu
adanya arahan dan tindakan pelestarian terhadap elemen lingkungan, guna menjaga
kualitas lingkungan pada Kawasan Kayutangan Kota Malang (Gambar 15).
Pada wilayah studi, bangunan kuno yang tidak mengalami perubahan sebanyak 36
bangunan (40,00%), bangunan kuno dengan tingkat perubahan kecil sebanyak 42
(46,67%), bangunan kuno dengan tingkat perubahan sedang sebanyak 12 bangunan
(13,33%) (Gambar 16).

Keterangan :
Batas Wilayah Studi
Bangunan
Jalan
Sungai
Perumahan

Jl. Jaksa Agung

Kajoetangan
Straat

Kajoetangan
Straat

Perkantoran

Suprapto

Perdagangan
Jasa

Peribadatan
Semeroe Straat

Semeroe Straat

Pendidikan

Jl. Semeru

Riebeck Straat

Jl. Kahuripan

Riebeck Straat

RTH
Jl. Jend. Basuki Rahmad

Jl. Abd
urachma
n Hakim

Jl. Abd
urachma
n Hakim

Jl. Jend.

Taloen
Straat

Basuki Rahm
ad

Jl. Mo
jopahi
t

250 m

Kajoetanga
n Straat

150

Kajoetangan
Straat

50

Kajoetangan Straat

Kajoetangan Straat

Fasilitas Umum

Jl. Merdek
a Utara

Periode pra Indische


(sebelum tahun 1800)

Periode Indische
tahun 1800-1914

Periode Indische
tahun 1914-1940

Periode Kemerdekaan
(tahun1940-2010)

Gambar 14. Perubahan penggunaan lahan.

130

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Keterangan :
Batas Wilayah Studi
Bangunan
Jalan
Sungai
Landmark
Path
District

Semeroe Straat

Jl. Semeru

Semeroe Straat

Kajoetangan Straat

Kajoetangan Straat

jopahi
t

250 m

Periode Kemerdekaan
(tahun1940-2010)

Periode Indische
tahun 1800-1914

Periode Indische
tahun 1914-1940

Jl. Mo

Basuki Rahma
d

Jl. Arif

Jl. Merd
eka Utara

Rachma
n Hak
im

Jl. Jend.

Jl. Abd
urachma
n Hak
im

Kajoetangan
Straat

Taloen
Straat

Kajoet angan

Straat

Jl. Mo

jopahi
t

150

Jl. Kahuripan

Jl. Jend. Basuki Rahmad

Jl. Kahuripan

Riebeck Straat

50

Jl. Jend. Basuki

Straat
Kajoetangan

Kajoetangan

Straat

Edges

Rahmat

Nodes

Jl. Merd
eka Utara

Periode Kemerdekaan
(tahun1940-2010)

Gambar 15. Perubahan elemen citra kawasan.

Tidak terjadi perubahan baik model,


pintu, jendela maupun ornament

Bentuk pintu dan


jendela yang asli

Pintu dan jendela


mengalami perubahan

Seluruh bagian
bagian bangunan
tidak mengalami
perubahan

Perubahan terjadi
pada pintu, jendela,dan
lantai lantai

Perubahan terjadi pada


pintu, jendela, lantai, atap,
dan tampilan bangunan
Bentuk bangunan
sebelum perubahan

Penambahan billboard,
perubahan pada pintu, jendela

Gambar 16. Perubahan bangunan pada Kawasan Kayutangan.

G.

Faktor penyebab perubahan pada Kawasan Kayutangan


Penyebab perubahan lingkungan didapatkan berdasarkan analisis before-after
terhadap kelima elemen citra kawasan. Penyebab perubahan lingkungan pada Kawasan
Kayutangan yakni faktor ekonomi, dan politik. Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan
pesatnya pembangunan pada Kawasan Kayutangan, sehingga terdapat perubahan pada

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

131

elemen citra kawasan, sedangkan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah juga sangat
mempengaruhi perubahan elemen pembentuk citra kawasan pada Kawasan Kayutangan
(Tabel 1).
Tabel 1. Penyebab Perubahan Lingkungan
Citra Kawasan
Landmark
Nodes
District

Edges

Path

Penyebab Perubahan
Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan pesatnya pembangunan pada Kawasan
Kayutangan, sehingga landmark pada Kawasan Kayutangan mengalami perubahan.
Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan pesatnya pembangunan pada Kawasan
Kayutangan, sehingga Nodes pada Kawasan Kayutangan mengalami perubahan.
Berkembangnya district perdagangan dan jasa pada Jalan Kayutangan mengakibatkan
district perkampungan menjadi kawasan permukiman padat di tengah kota.
Berdirinya pusat perbelanjaan lain (Kawasan Alun-alun) yang lebih ramai dan menarik,
sehingga pengunjung semakin berkurang dan beberapa pedagang mengalihkan
usahanya meninggalkan Kayutangan.
Tidak terdapat perubahan edges pada Kawasan Kayutangan.
Perubahan nama jalan terjadi dikarenakan kondisi politik terkait kebijakan penggantian
nama guna meminimalisir pengaruh kolonial.
Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan pesatnya pembangunan pada Kawasan
Kayutangan Adanya kepentingan perluasan jalan dan kebutuhan ruang parkir, sehingga
jalur pedestrian yang ada lebarnya berkurang.
Kebutuhan akan tempat parkir juga mengakibatkan beberapa pohon ditebang
Dibuat median jalan sebagai pemisah lajur kendaraan untuk mengatur tingginya arus
lintas di pusat kota.
Perubahan nama jalan terjadi dikarenakan kondisi politik terkait kebijakan penggantian
nama guna meminimalisir pengaruh kolonial

Faktor penyebab perubahan bangunan didapatkan dengan menggunakan analisis


faktor berdasarkan kuisioner yang diberikan kepada masyarakat pemilik bangunan kuno
bersejarah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan bangunan pada koridor Jalan
Basuki Rahmat antara lain status kepemilikan, ekonomi, dan perangkat hukum (faktor I)
serta ketidakselarasan desain dan sosial budaya (faktor II). Faktor yang mempenguhi
perubahan bangunan pada perkampungan Kayutangan yaitu sosial budaya, bahan
bangunan tidak tahan lama, dan selera pemilik (faktor I), serta usia bangunan,
ketidakselarasan desain, dan perangkat hukum (faktor II) (Tabel 2 dan Tabel 3).
Tabel 2. Faktor Penyebab Perubahan Bangunan pada Koridor
Faktor
I

II

Variabel

Skor faktor

Status kepemilikan

0,765

Ekonomi
Perangkat hukum

0,753
0,619

Ketidakselarasan desain

0,766

Sosial budaya

0,738

Tabel 3. Faktor Penyebab Perubahan Bangunan pada Perkampungan


Faktor
I

II

132

Variabel
Sosial budaya
Bahan bangunan tidak tahan lama
Selera pemilik
Usia bangunan
Ketidakselarasan desain
Perangkat hukum

Skor faktor
0,873
0,816
0,759
0,723
0,715
0,710

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

H.

Pelestarian lingkungan
Lingkungan pada Kawasan Kayutangan termasuk kategori potensial untuk
dilestarikan. Pelestarian lingkungan terdiri dari penggunaan lahan dan pelestarian citra
kawasan. Penggunaan lahan pada Jalan Basuki Rahmat, mempertahankan guna lahan
pada kondisi eksisitng, yakni perdagangan dan jasa skala retail, serta memfungsikan
kembali bangunan-bangunan yang kosong dengan fungsi semula, yakni perdagangan
dan jasa, sedangkan pada perkampungan Kayutangan, penggunaan lahan
mempertahankan guna lahan perumahan dan perdagangan jasa skala lingkungan.
Pelestarian citra kawasan didapatkan berdasarkan pemetaan kognitif masyarakat dan
analisis perubahan lingkungan. Pelestarian terhadap citra kawasan, yakni
mempertahankan keberadaan kelima elemen pembentuk citra kawasan (landmark,
nodes, path, district, edges) sehingga keberadaan elemen tersebut dapat memperkuat
pembentukan identitas pada Kawasan Kayutangan (Gambar 17).
I.

Pelestarian bangunan
Pelestarian bangunan kuno di Kawasan Kayutangan ditetapkan berdasarkan
penilaian makna kultural bangunan. Perhitungan makna kultural bangunan kuno
menggunakan tujuh kriteria, yaitu estetika, kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah,
keluarbiasaan, dan memperkuat citra kawasan (Pontoh, 1992).
Berdasarkan perhitungan makna kultural, maka dapat diketahui jumlah bangunan
kuno pada tiap-tiap klasifikasi bangunan yang potensial untuk dilestarikan, kemudian
ditentukan klasifikasi bangunan kuno potensial, maka dapat ditentukan tindakan
pelestarian bagi masing-masing bangunan kuno bersejarah yang ada pada Kawasan
Kayutangan (Gambar 18).
K e y P la n
K o t a M a la n g

K ABU P ATEN M ALAN G

J l.

Ba

P a d a d is tr ic t p e r k a m p u n g a n , m e m p e rta h a n k a n k e b e ra d a a n b a n g u n a n k u n o
d e n g a n ta ta n a n m a s s a b a n g u n a n y a n g
a d a . P a d a d is tric t p e r d a g a n g a n ,
m e m p e rta h a n k a n k e b e ra d a a n
b a n g u n a n -b a n g u n a n k u n o b e rs e ja ra h d a n m e m fu n g s ik a n k e m b a li
b a n g u n a n -b a n g u n a n y a n g k o s o n g

to k

Jl. Br
omo

K AB UP ATEN M ALANG

KAB U PAT EN M A LAN G

KAB U PAT EN M A LAN G

Jl. Jend. Basuk


i Rahmat

W ila y a h S t u d i

K e te r a n g a n :
B a ta s W ila y a h S tu d i

P e n in g k a tk a n p e m e lih a ra a n te rh a d a p e le m e n
te rs e b u t s e rta tid a k
m e la k u k a n p e ru b a h a n
m e n g in g a t fu n g s in y a
s e b a g a i id e n tita s b a g i
k a w a sa n

J a la n
Sungai
A r a h a n t e r h a d a p p a th
A r a h a n te rh a d a p n o d e s
A r a h a n te rh a d a p e d g e s
A r a h a n te rh a d a p d is tric t

J l. K a h u r
ip a

m e m p e rk u a t e d g e s se b a g a i te p ia n a ta u p e m b a ta s k a w a sa n d e n g a n
m e la k u k a n p e m e lih a ra a n d a n p e ra w a ta n ,
s e h in g g a k a w a sa n
K a y u ta n g a n m e m ilik i
b a ta s a n y a n g k u a t

S k a la : 1 : 5 0 0 0

J l. A
rif

5 cm

50

150

250 m

p e m e lih a r a a n ru tin se rta m e m p e rb a ik i s a ra n a p e n u n ja n g y a k n i


ja lu r p e ja la n k a k i, p e r lu d ila k u k a n p e m e lih a ra a n d a n p e le s ta ria n te rh a d a p p e p o h o n a n y a n g
b e ra d a p a d a ja la n B a su k i R a h m a t

Rac

hma

n Ha
k

im

Jl. Jend
. Basuki

Rahmad

Jl. M

ojop

ahit

A r a h a n te r h a d a p la n d m a rk

M e n g a tu r fa s ilita s p e n u n ja n g
s e p e r ti p e rp a rk ir a n
d a n sa ra n a p e ja la n
k a k i, d a n m e n in g k a tk a n p e m e lih a ra a n
te r h a d a p e le m e n
te r se b u t

J l. S e m e ru

Jl. Jend. Basuki Rahmad

Bangunan

J l. M
erde

ka U
ta ra

Gambar 17. Peta pelestarian lingkungan.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

133

K e y P la n
K o t a M a la n g

K ABUPATEN M ALANG

J l.

Ba

to k

Jl. Br
omo

K A BU PA TE N M A LA NG

K A BU PA TE N M A LA NG

K A B U PA TE N M A LA NG

B a t a s W ila y a h S tu d i
mo

Bangunan

Jl. Bra

K e te r a n g a n :

wijaya

Jl. Jaksa Agung


Suprap

to

W ila y a h S t u d i

J l. S e m e ru

B ro

J l. K a h u r ip
a

J l.

wijaya

J a la n

Jl. Arj

Jl. Jend. Basuki Rahmad

uno

Jl. Bra

Sungai
P o te n s ia l R e n d a h
P o te n s ia l S e d a n g
P o te n s ia l T in g g i

o ro

a ti

50

150

J l. A
bd

250 m

u ra c

hm a

n Ha
k im

Jl. Jend.

S k a la : 1 : 5 0 0 0

Basuki Rahm

ad

Jl. Mo

jopah

it

J l.

Arj

un

J l.

J l. M
e rd e

ka U
ta ra

Gambar 18. Peta klasifikasi tindakan pelestarian bangunan.

Bangunan pada koridor Jalan Basuki Rahmat yang terdiri dari bangunan yang
memiliki fungsi perdagangan, jasa, dan perkantoran didominasi bangunan klasifikasi
potensial rendah dengan tindakan pelestarian berupa rehabilitasi (26 bangunan).
Bangunan pada perkampungan Kayutangan yang terdiri dari bangunan dengan fungsi
perumahan didominasi bangunan klasifikasi sedang dengan tindakan pelestarian berupa
konservasi (24 bangunan).
Pelestarian dari total bangunan kuno bersejarah pada Kawasan Kayutangan Kota
Malang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu preservasi sebanyak 9 bangunan, konservasi
sebanyak 36 bangunan, dan rehabilitasi sebanyak 45 bangunan (Gambar 19, 20 dan 21).

Gambar 19. Bangunan dengan tindakan preservasi (9 bangunan).

134

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Gambar 20. Bangunan dengan tindakan konservasi (36 bangunan)

Gambar 21. Bangunan dengan tindakan rehabilitasi (45 bangunan).

Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada elemen citra kawasan, yakni penambahan jumlah,
jenis dan kondisi bentuk elemen citra kawasan dari periode ke periode. Pada wilayah
studi, bangunan kuno yang tidak mengalami perubahan sebanyak 36 bangunan (40,00%),
bangunan kuno dengan tingkat perubahan kecil sebanyak 42 (46,67%), bangunan kuno
dengan tingkat perubahan sedang sebanyak 12 bangunan (13,33%). Faktor yang
mempengaruhi lingkungan adalah faktor ekonomi dan politik. Faktor yang mempengaruhi
perubahan bangunan pada koridor Jalan Basuki Rahmat antara lain status kepemilikan,
ekonomi, dan perangkat hukum (faktor I) serta ketidakselarasan desain dan sosial budaya
(faktor II). Faktor yang mempengaruhi perubahan bangunan pada perkampungan
Kayutangan, yaitu sosial budaya, bahan bangunan tidak tahan lama, dan selera pemilik
(faktor I), serta usia bangunan, ketidakselarasan desain, dan perangkat hukum (faktor II).
Lingkungan pada Kawasan Kayutangan termasuk kategori potensial untuk
dilestarikan. Penggunaan lahan pada Jalan Basuki Rahmat adalah mempertahankan
guna lahan pada kondisi eksisitng, yakni perdagangan dan jasa skala retail, serta
memfungsikan kembali bangunan-bangunan yang kosong dengan fungsi semula yakni
perdagangan dan jasa, sedangkan pada perkampungan Kayutangan, penggunaan lahan
mempertahankan guna lahan perumahan dan perdagangan jasa skala lingkungan.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

135

Pelestarian terhadap citra kawasan, yakni mempertahankan keberadaan kelima elemen


pembentuk citra kawasan (landmark, nodes, path, district, edges) sehingga keberadaan
elemen tersebut dapat memperkuat pembentukan identitas pada Kawasan Kayutangan.
Pelestarian bangunan kuno bersejarah Kawasan Kayutangan Kota Malang terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu preservasi sebanyak 9 bangunan, konservasi sebanyak 36
bangunan, dan rehabilitasi sebanyak 45 bangunan.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk pihak akademisi, pemerintah, investor,
dan masyarakat terkait dengan hasil studi, yakni perlu dilakukan studi lebih lanjut
mengenai keterlibatan masyarakat dan aspek pendanaan dalam melakukan pelestarian
lingkungan dan bangunan kuno bersejarah. Mengatur panduan rancang (guidelines)
kawasan sehingga dapat mengendalikan perubahan yang terjadi pada kawasan.
Penataan signage pada kawasan yang mengatur masalah pemasangan reklame pada
faade bangunan yang mengakibatkan berkurangnya estetika bangunan. Bagi
Pemerintah Kota diharapkan dapat melibatkan masyarakat dan menjalin kerjasama
dengan pihak swasta dalam melindungi dan melestarikan kawasan bersejarah. Saran
bagi investor hendaknya dapat memperhatikan pelestarian lingkungan dan bangunan
dalam melakukan perubahan pada kawasan. Saran bagi masyarakat khususnya pemilik
bangunan kuno hendaknya dapat mengaplikasikan tindakan pelestarian, sehingga
lingkungan dan bangunan kuno yang masih bertahan dapat terlindungi.

Daftar Pustaka
Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Direktorat
Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Undangundang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Cagar Budaya. Jakarta:
Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pontoh, N. K. 1992. Preservasi dan Konservasi: Suatu Tinjauan Teori Perancangan Kota,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota ():34-39
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Staadsgemeente Malang 1914-1939
djawatempodoeloe.multiplay.com.

Copyright 2010 by Antariksa

136

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 2, Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai