Bidang Garapan
Bidang Garapan
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
A.
Pendahuluan
Berfikir mengenai teknologi pendidikan dapat dilakukan dengan tiga persfektif. Yang
pertama dikenal sebagai konstruk teoritik, sebagai bidang garapan, dan sebagai
profesi. Maka secara umum kita dapat mendefenisikannya dengan menggunakan
ketiga persfektif yang berbeda beda tersebut. Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya teknologi pendidikan dipandang sebagai konstruk teoritik, dan sebagai
profesi, maka pada kesempatan ini akan kita dapat memandang teknologi
pendidikan sebagai bidang garapan.
Aplikasi berbagai ide dan prinsip teoritik untuk memecahkan masalah konkrit dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran. Bidang tersebut meliputi teknik-teknik yang
digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang digunakan dan
klien yang dilayani oleh para pelaksana dalam bidang tersebut.
Definisi teknologi pendidikan menurut AECT tahun 2004, menyatakan bahwa
teknologi pendidikan adalah teori dan praktek dalam merancang, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola dan mengevaluasi proses dan sumber belajar. Dalam
definisi tahun 1994 dirumuskan dengan berlandaskan lima bidang garapan bagi
teknologi pembelajaran, yaitu: Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan,
dan Penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan dari bidang teknologi pendidian.
Pembatasan suatu bidang garapan, dalam hal ini teknologi pendidikan, pertamatama haruslah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam mendefenisikan
teori. Selanjutnya ada tiga persyaratan atau karakteristik tambahan, yaitu: adanya
teknik intelektual, aplikasi praktis, dan keunikan bidang garapan tersebut.
Berhubung defenisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan
memadukan teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh defenisi
tersebut haruslah merupakan hal yang unik bagi bidang garapan tersebut.
B.
PEMBAHASAN
2.
Harus sesuai dengan fenomena riil yang menjadi ungkapan istilah tersebut,
dan
3.
Harus teruji secara konsisten dengan pandangan-pandangan teoritis dari
bidang.
Adanya struktur taksonomi yang mutakhir sangat penting bagi perkembangan masa
depan Teknologi Pembelajaran. Disamping itu, bidang ini memerlukan kesamaan
kerangka konseptual dan kesepakatan dalam peristilahan. Tanpa kerangka ini sukar
untuk membuat generalisasi, bahkan untuk berkomunikasi antar sub bidang.
Kesamaan pengertian merupakan sesuatu yang genting karena banyaknya
pekerjaan teknologi pembelajaran dilakukan dalam tim. Tim yang efektif perlu
mempunyai kesamaan pengertian dalam terminologi dan kerangka konseptual.
Pesatnya perubahan dan penyesuaian teknologis menuntut terjadinya alih
pengetahuan dari teknologi yang satu kepada yang lain. Tanpa kemungkinan dapat
ditrasfer ini landasan penelitian harus diciptakan kembali untuk teknologi yang
baru. Dengan mengidentifikasi lingkup taksonomi, kaum akademisi dan para
praktisi dapat memecahkan permasalahan penelitian, dan para praktisi dengan
para teorisi dapat mengidentifikasi kelemahan teori dlam menunjang dan
meramalkan aplikasi Teknologi Pembelajaran. Tanpa dirumuskan kategori dan fungsi
dengan jelas, kerjasama antara kaum akademisi dan para praktisi menjadi sukar
disebabkan oleh bervariasinya defenisi untuk suatu isttilah yang sama. Akibatnya,
validasi dari teori dan praktek dapat terhambat.
Fleishman dan Quaintance (1984) merangkum beberapa keuntungan potensial
dari pengembangan suatu taksonomi tentang kinerja manusia, antara lain:
1.
2.
3.
Memaparkan jurang pemisah dalam pengetahuan dengan mengutarakan
kategori dan sub kategori pengetahuan, mengungkapkan lubang-lubang dalam
penelitian, dan meningkatkan diskusi teoritikal atau penelitian
4.
Untuk membantu pengembangan teori dengan jalan mengevaluasi seberapa
jauh keberhasilan teori mengorganisasikan data obsevasi dengan hasil penelitian
dalam bidang Teknologi Pembelajaran.
Beberapa pendekatan taksonomi Teknologi Pembelajaran yang terdahulu
menggunakan pendekatan fungsional. Defenisi bidang Teknologi Pembelajaran
tahun 1977 (AECT, 1977) mengusulkan agar fungsi-fungsi pengelolaan
pembelajaran dan fungsi-fungsi pengembangan pembelajaran beroperasi sebagai
komponen-komponen dalam system pembelajaran. Ronald L. Jacobs (1988) juga
mengusulkan adanya suatu kawasan teknologi kinerja manusia yang mencakup
teori dan praktek, dan mengidentifikasi tugas-tugas para praktisi. Berdasarkan
kawasan yang diajukan oleh Jacobs terdapat tiga funsi yaitu: fungsi pengelolaan,
fungsi pengembangan system kinerja, dan komponen system kerja manusia yang
menentukan dasar konseptual untuk melakukan fungsi yang lain. Setiap fungsi
mempunyai tujuan dan komponen. Subkomponen pengelolaan meliputi administrasi
dan personalia. Subkomponen pengembangan adalah langkah-langkah dalam
proses pengembangan. Sedangkan subkomponen dari system perilaku manusia
adalah konsep-konsep mengenai organisasi, motivasi, perilaku, kinerja serta umpan
balik.
digunakan bersama oleh semua kawasan. Sebagai contoh dari teori yang digunakan
bersama ialah teori mengenai umpan balik yang dalam beberapa hal digunakan
oleh setiap kawasan. Umpan balik dapat masuk dalam strategi pembelajaran
maupun dalam disain pesan. Putaran umpan balik digunakan dalam sistim
pengelolaan, dan penilaian juga memberikan umpan balik.
Walaupun terlihat ada empat sub kategori utama pada setiap kawasan dalam
gambar 1, mungkin ada yang lain yang independen, tetapi tidak ditunjukkan.
Subkategori-subkategori ini tidak ditunjukkan karena kerangka teorinya tidak cukup
atau saat ini dianggap kurang penting. Salah satu contoh ialah sistim pendukung
kinerja elektronik yang mungkin akan menjadi semakin penting dalam defenisi dan
kawasan dimasa mendatang. Walaupun demikian, kebanyakan dari lingkup cakupan
bidangcocok dengan kategori yang diidentifikasikan. Beberapa hal bahkan cocok
untuk dimasukkan dalam lebih dari satu subkategori seperti halnya dengan
pemilihan media. Yang merupakan bagian dari pemanfaatan pembelajaran. Upaya
mendapatkan kejelasan defenisi dapat membawa ke upaya merinci tingkat-tingkat
taksonomi secara lebih lengkap dengan cara membagi setiap subkategori utama
jadi bagian-bagian yang lebih rinci. Ini akan menjadi tugas kita untuk masa
mendatang.
Selanjutnya bab ini dikhususkan untuk membahas setiap kawasan dan
hubungannya dengan kawasan-kawasan lain. Untuk setiap kawasan aka nada
penjelasan mengenai sumbernya, apa yang jadi cakupannya, subkategori apa yang
ada dalam kawasan tersebut, serta karakteristiknya yang berhubungan dengan
setiap kategori.
Kawasan Disain
Kawasan disain pembelajaran kadang-kadang dikaburkan dengan pengembangan,
atau bahkan dengan konsep yang lebih luas dari pembelajaran itu sendiri. Akan
tetapi, defenisi ini membatasi disain pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat
mikro maupun pada tingkat makro. Sebagai konsekuensinya, dasar pengetahuan
kawasan procedural, model-model konseptual dan teori. Walaupun demikian,
landasan pengetauan dari bidang apapun tidaklah bersifat statik. Teori disain jauh
lebih maju dibandingkan dengan bidang lain yang mempunyai hubungan erat
dengan tradisi praktek dalam membangun landasan pengetahuan. Namun dalam
hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori disain hamper selalu mengikuti
eksplorasi kaum praktisi mengenai kemuskilan dan kemaqmpuan perangkat keras
atau perangkat lunak yang baru. Terutama pada masa sekarang ini. Tantangan
untuk para akademisi dan para praktisi keduanya sama yaitu melanjutkan untuk
merumuskan dasar pengetahuan disamping menanggapi tekanan dari tempat kerja.
Kawasan disain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan
praktek. Cakupan ini dapat diidentifikasi karena masik dalam lingkup
pengembangan penelitian dan teori. Kawasan disain meliputi studi mengenai disain
Disain Pesan
Disain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasan bentuk fisik dari pesan. Hal
tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi anatar pengirim dan
penerima. Fleming and Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau
symbol yang memodifikasi perilaku kognigtif, afektif, dan psikomotor. Disain pesan
berusuran pada tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual,
urutan halaman, dan layar secara terpisah. Karakteristik lain dari disain pesan
adalah bahwa disain harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas
belajarnya.
3.
Strategi pembelajaran
Karakteristik pebelajar
Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses yang
bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat pada
perubahan dan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan alat bantu
pembelajaran yang lain mendahului film, namun pemunculan film merupakan
tonggak sejarah perkembangan dari gerakan audio visual ke era pembelajaran
modern sekarang ini.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks
antar teknologi dan teori yang mendorong baik disain pesan maupun strategi
pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan
adanya:
Teknologi Cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti
buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan
mekanis atau fotografis. Subkategori ini mencakup representasi dan reproduksi
teks, grafis dan fotografis. Secara khusus teknologi cetak/visual mempunyai
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
2.
Teknologi Audiovisual
Bersifat linier
Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh
disainer/pengembang
Cenderung merupan bentuk representasi fisik dari gagasan riil dan abstrak
4.
Teknologi Terpadu
Dapat digunakan secara acak atau tidak berurutan, disamping secara linier
Sifat bahan yang mengintegrasiakn kata-kata dan tamsil dari banyak sumber
media
5.
Pemanfaatan Media
Adalah penggunaan yang yang sistematis dari sumber untuk belajar. Proses
pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada
spesifikasi disain pembelajaran
2.
Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat yang
mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.
Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi.
4.
Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang Teknologi
Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknolog pembelajaran. Secara
perorangan tiap ahli dalam bidang ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
pengelolaan dalam berbagai latar. Kawasan pengeloalaan semula berasal dari
administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Secara singkat ada
empat kategori dalam kawasan pengelolaan:
1.
Pengelolaan Proyek
Pengelolaan Sumber
3.
4.
Pengelolaan Informasi
Kawasan Penilaian
Penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan
belajar. Penilaian mulai dengan analisis masalah. Ini merupakan langkah awal yang
penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan
hambatan dijelaskan pada langkah ini. Dalam kawasan penilaian dibedakan
penilaian antara penilaian program, penilaian objek, dan penilaian produk. Masingmasing merupakan produk penilaian penting untuk merancang pembelajaran
seperti halnya penilaian formatif dan penilaian submatif. Dalam kawasan penilaian
terdapat empat subkawasan yaitu:
1.
Analisis Masalah
Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan
menggunakan strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Telah
lama para evaluator yang piawai berargumentasi bahwa penilaian yang seksama
mulai saat program tersebut dirumuskan dan direncanakan.
2.
Penilaian kebutuhan dan jenis front-end analysis yang lain semula berorientasi
terutama pada perilaku dengan menitikberatkan pada data kinerja dan penjabaran
materi dan isi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Akan tetapi, penekanan pada
pengaruh konteks belajar yang sekarang memberi orientasi kognigtif kadangkadang orientasi konstruktivis pada proses penilaian kebutuhan. Penilaian
konfirmatif dari bahan belajar dan pebelajar melengkapi siklus pentahapan
penilaian untuk menjaga standar kinerja dari suatu system pembelajaran. Selang
beberapa waktu setelah penilaian formatif dan sumatif, suatu tim evaluator yang
tidak berpihak atau netral menggunakan alat seperti daftar isisn, wawancara, skala
penilaian dan tes untuk dapat menjawab dua buah pertanyaan fundamental, yaitu:
pertama, apakah bahan masih memenuhi tujuan semula; dan kedua apakah tingkat
kemampuan pebelajar masih tetap.
by masta junita di 07.49
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest