Anda di halaman 1dari 16

MAKRO EKONOMI ISLAM

ISLAMIC DEVELOPMENT BANK (IDB)

DISUSUN OLEH :
AYU MARLINA (1536200189)
SYLVIA MEIRISA PUTRI (1536200283)

DOSEN : Dr. MAYA PANORAMA, SE, M.Si

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016-2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Ibu Dr. Maya
Panorama, SE, M.Si serta teman-teman sekalian yang telah membantu, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.Kami menyadari sekali,
didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu besar harapan kami
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalahmakalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan
apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang
lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
judul ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Palembang, September 2016


Penyusun

Kelompok 1
2

DAFTAR ISI
COVER ...1
KATA PENGANTAR.2
DAFTAR ISI....................................3
BAB 1 (PENDAHULUAN).
1.1 LATAR BELAKANG...................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
1.3 TUJUAN MASALAH...................................................................................4
BAB 2 (PEMBAHASAN)
2.1 Islamic Development Bank (IDB).............5
2.2 Kegiatan Pembiayaan IDB.............................................................................8
2.3 Organisasi dan Manajemen ...........................................................................10
2.4 Islamic Research and Training Institute.........................................................11
2.5 Jaringan Kerja Sama antarbank Syariah dengan Pola Akad Mudharabah dan Line
of Financing............................................................................................11
2.6 Prosedur Pemanfaatan Dana IDB12
2.7 Pembentukan Bank-Bank Syariah13
BAB 3 (PENUTUP)
KESIMPULAN ........15
DAFTAR PUSTAKA.....16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islamic Development Bank (IDB) adalah lembaga keuangan internasional yang
didirikan pada tanggal 20 Oktober 1975 (15 Syawal 1395 H) oleh negara-negara yang
tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kantor pusatnya terletk di Jeddah,
Arab Saudi. Sedangkan untuk kantor regionalnya telah dibuka di Rabat, Maroko (1994),
Kuala Lumpur, Malysia (1994), Almaty Kazakhstan (1997), dan Dakar, Senegal (2008).
IDB juga memiliki perwakilandi 12 negara yaitu Afghanistan, Azerbaijan, Bangladesh,
Guinea Conakry, Indonesia, Iran, Nigeria, Pakistan, Sierra Leone, Sudan, Uzbekistan,
dan Yaman. Bahasa resmi yang digunakan adalah Bahasa Arab, namun Bahasa Inggris
dan Perancis juga digunakandalam keseharian kerja. Tahun Hijriah digunakan dalam
Financial Year.
IDB yang merupakan lembaga keuangan Islam menjadi alternatif bagi pelaku bisnis
untuk memanfaatkannya sumber pendanaan yang berbeda dengan lembaga-lembaga
keuangan lain yang menerapkan sistem konvensional. Lembaga ini menerapkan sistem
syariah yaitu tidak mengenakan bunga dan denda, namun dengan pedoman mark-up,
yaitu ukuran untuk menentukan keuntungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam makalah ini adalah peran
Islamic Development Bank (IDB) dan segala aspek yang terdapa di dalamnya.
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dan penulis dapat
mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajari atau memahami kajian tentang peran
dari Islamic Development Bank dalam segala aspek yang menyangkut tentang ekonomi
saat ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Islamic Development Bank (IDB)


Islamic Development Bank (IDB) diprakarsai berdirinya dalam konferensi
Menteri Menteri Keuangan Pertama negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI)
di Jeddah tanggal 18 Desember 1973. Prakarsa ini kemudian dilanjutkan dengan
persetujuan dan pengesahan Article of Agreement dari IDB dalam konferensi Menteri
Menteri Keuangan Kedua negara anggota OKI di Jeddah tanggal 23 April 1975.
Pertemuan Pertama Dewan Gubbernur IDB sebagai intansi tertinggi diadakan pada
tanggal 26 Juli 1975 di Riyarh dan IDB telah memulai kegiatan operasionalnya pada
tanggal 20 Oktober 1975 serta berkantor pusat di Jeddah, Saudi Arabia.
Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi `Koferensi Islam di
Karachi, Pakistan, Desember 1970, Mesir mengajukan sebuah proposal untuk
mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut Studi tentang Pendirian Bank Islam
Internasional untuk Perdagangan dan Pembngunan (Internasional Islamic Bank for
Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of
Islamic Banks), dikaji para ahli dari delapan belas negara Islam.
Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan
berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi
hasil keuntungan maupun kerugian. Proposal tersebut diterima. Sidang menyetujui
rencana mendirikan Bank Islam Internasional dan Federasi Bank Islam.
Prosposal tersebut antara lain mengusulkan untuk:
1. Mengatur transaksi komersial antarnegara Islam
2. Mengatur institusi pembangunan dan investasi
3. Merumuskan masalah transfer, kliring, serta settlement antarbank sentral di
negara Islam sebagai langkah awal menuju terbentuknya sistem ekonomi Islam
yang terpadu.
4. Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral syariah di negara Islam.
5. Mendukung upaya-upaya bank sentral negara Islam dalam hal pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja Islam.
6. Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat
7. Mengatur kelebihan likuiditas bank sentral negara Islam
Sebagai rekomendasi tambahan, proposal tersebut mengusulkan pembentukan
perwakilan-perwakilan khusus, yaitu Asosiasi Bank-bank Islam (Association of Islamic

Banks) sebagai badan konsultatif untuk masalah masalah ekonomi dan perbankan
syariah. Tugas badan ini diantaranya menyediakan bantuan teknis bagi negara-negara
Islam yang ingin mendirikan bank syariah dan lembaga keuangan syariah.
Bentuk dukungan teknis tersebut dapat berupa pengiriman para ahli ke negara
tersebut, penyebaran atau sosialisasi sistem perbankan Islam, dan saling tukar menukar
informasi dan pengalaman antar negara Islam. Pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di
Benghazi, Libya, Maret 1973, usulan tersebut kembali di agendakan. Sidang kemudian
juga memutuskan agar OKI mempunyai bidang yang khusus menangani masalah
ekonomi dan keuangan. Bulan Juli 1973, komite ahli yang mewakili negara-negara
Islam penghasil minyak, bertemu di Jeddah untuk membicarakan pendirian bank Islam.
Rancangan pendirian bank tersebut, berupa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
di bahas pada pertemuan, Mei 1974.
Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah 1975, menyetujui rancangan pendirian
Bank Pembangunan Islam dengan modal awal 2 miliar dinar Islam. Pada tahun awalawal operasinya, IDB mengalami banyak hambatan karena masalah politik. Meskipun
demikian, jumlah anggotanya makin meningkat, dari 22 negara menjaid 43 negara. IDB
juga terbukti memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhankebutuhan negara-negara Islam untuk pembangunan. Bank ini memberikan pinjaman
bebas bunga untuk proyek infrastruktur dan pembiayaan kepada negara anggota
berdasarkan partipasi modal negara tersebut. Dana yang tidak dibutuhkan dengan segera
digunakan bagi perdagangan luar negeri jangka panjang dengan menggunakan sistem
murabahah dan ijarah.
Diusulkan pula pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi dan
Pembangunan Negara-Negara Islam. Badan tersebut akan berfunsi sebagai:
a. Mengatur investasi modal Islam
b. Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam
c. Memilih lahan atau sektor yang cocok untuk invvestasi dan mengatur
penelitiannya.
d. memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang dirancang untuk
investasi regional

Islamic Development Bank adalah terjemahan dari bahasa Arab Al-Bank alIslami litaniah yang artinya bank Islam untuk pembangunan atau bank pembangunan
secara Islam. Dengan demikian menjadi jelas bahwa yang dibangun IDB sebenarnnya
bukan hanya agama Islam tetapi juga seluruh prasarana ekonomi negara anggotanya.
IDB adalah suatu lembaga keuangan internasional yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam. Operasi yang sesuai dengan prinsip syariah inilah yang
menjadi ciri khas IDB sehingga berbeda dengan lembaga keuangan Internasional
lainnya.
IDB bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kehidupan sosial negara anggotanya serta masyarakat Muslim sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Anggota IDB sekarang ini berjumlah 55 negara. Negara yang terakhir
bergabung dengan IDB adalah Suriname dan Nigeria. Sesuai dengan Akta
Kesepakatannya IDB didirikan dengan tujuan membantu pembangunan ekonomi dan
kemajuan sosial negara anggota dan masyarakat Muslim, baik individu maupun
bersama sama dengan cara yang sesuai dengan syariah Islam. Yang dimaksud dengan
cara yang sesuai syariah Islam adalah dengan cara menerapkan etika dan moral Islam
serta menjauhkan diri dari larangan yang ada dalam ajaran agama Islam dalam setiap
akad pemanfaatan fasilitas IDB. Sesuai dengan akad tersebut, fasilitas yang akan
diterima bentuknya berupa barang dan jasa yang diperlukan, sedangkan dana tunai akan
diterima oleh pemasok atau kontraktor baik yang berada didalam negeri maupun di luar
negeri. Dengan cara ini kebohongan dan penyimpangan akan berkurang sama sekali.1
Konsekuensi dari diterapkannya prinsip syariah Islam yaitu utang baru dihitung
setelah terjadinya pencairan dana kepada pemasok atau kontraktor, sehingga tidak
dikenal apa yang biasa disebut Commitment Fee. Pada waktu pembayaran kembali
utang, tidak dikenal apa yang disebut denda atau penalty, dan debitur di dorong untuk
membayar utangnya tepat waktu dengan diberi intensif berupa Rebate atau Potongan
dari nilai angsuran yang harus dibayar. Konsekuensi dari hal tersebut diatas, secara
operasional IDB hanya dapat menyalurkan bantuannya dalam bentuk:

1. Al- Qardhul Hasan ( Pinjaman Lunak Tanpa Bunga) = Concessionairy


Loan dan Techical Assistance)
2. Al Mudhabarah/ Al Musyarakah (Penyertaan Modal = Equity
Participation/ Profit Sharing)
3. Pembiayaan perdagangan, seperti Al Murabaha (Jual-Beli dengan
pembayaran ditangguhkan seluruhnya pada Import Trade Financing
1 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori,Praktik, dan
Peranannya, Senayan Abadi, Jakarta , 2007,hlm. 249

Operation dan Export Financing Scheme), Al Baiu Bithaman Ajil (JualBeli dengan pembayaran dicicil sesuai jadwal = Instalment Sale), Ijarah
( Sewa guna usaha = Leasing), dan Al Istishna ( Jual-Beli pesanan
barang/jasa dengan pembayaran ditangguhkan. 2
2.2 Kegiatan Pembiayaan IDB
IDB telah berusaha sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan proyek
pembangunan negara anggotanya. Perluasan upaya yang dilakukan bertahun tahun
ditunjukkan dengan semakin besarnya bantuan yang diberikan IDB kepada negara
anggotanya selama delapan belas tahun terakhir.
Tidak seperti lembaga keuangan multilateral lainnya. IDB membiayai operasinya
melalui sejumlah model yang sesuai dengan prinsip Syariah. Model-model pembiayaan
ini, adalah:pinjaman bebas bunga (al-Qardhul Hasan), penyertaan modal ( al
Musyarakah), sewa guna usaha (al Ijarah), penjualan angsuran (al-baiu bithaman ajil),
dan pembagian hasil (al-Mudharabah= Bagi hasil).
1. Pinjaman Lunak (Loan= Al-Qardhul Hasan)
Pinjaman lunak disediakan IDB untuk penggunaan proyek pembangunan jangka
panjang, terutama di bidang prasarana pertanian,transportasi, fasilitas sosial, dan lainnya
pengembangan usaha kecil, penyediaan air perdesaan dll. Saat ini dana pinjaman
terbatas sampai jumlah maksimal ID 7 juta per proyek. Pinjaman ini bebas bunga tetapi
memikul biaya pelayanan maksimum 2,5% pertahun untuk menutupi biaya administratif
ketika IDB merumuska dan memproses suatu proyek. Pembayaran kembali dibuat sama
setengah tahun angsuran dan jangka waktunya beragam antara 15 sampai 25 tahun,
dengan kelonggaran waktu antara 3 tahun sampai 5 tahun, tergantung pada negara dan
proyeknya.
Pembiayaan IDB biasanya digunakan untuk menutup penuh atau sebagian unsur
biaya luara negeri tertentu. Dalam keadaan tertentu, terutama sekali negara-negara yang
kurang berkembang, mungkin juga untuk menutup sebagian biaya lokal. Penerima
bantuan diharapkan untuk turut serta dalam pembiayaan proyek. Pembiayaan bersama
dengan lembaga lain juga dmungkinkan, di bawah suatu kondisi (biasanya untuk
pembiayaan sejajar atau bila cara-caranya serupa dengan pembiayaan bersama IDB.
Dana pinjaman biasanya diberikan kepada pemerintah atau lembaga umum dengan
mendapatkan jaminan pemerintah. Dalam keadaan tertentu sektor swasta dapat
dimanfaatkan dana pinjaman. Pinjaman umumnya untuk negara-negara yang kurang
2 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori,Praktik, dan
Peranannya, Senayan Abadi, Jakarta , 2007,hlm. 251

berkembang, tetapi juga dapat diberikan kepada negara anggota yang lain, khususnya
digabung dengan model pembiayaan yang lain seperti sewa guna usaha atau penjualan
cicilan apabila dimungkinkan.
2. Sewa Guna Usaha (Leasing= Al Ijarah)
Sewa guna usaha Ijarah adalah model pembiayaan berjangka panjang yang sesuai
dengan syariah. Secara umum dipahami sebagai suatu penjualan ambilalih Manfa.
Secara konsepnya menunjuk ke perjanjian sewa menyewa jangka panjang untuk
membiayai peralatan modal dan harta tetap lainnya dimana si penyewa mungkin berupa
lembaga keuangan atau agen khusus penyewaan yang menyediakan harta yang
dibutuhkan untuk disewakan selama periode waktu tertentu dengan pembayaran sewa
yang tetap. Sebagaimana yang diperkenalkan dan dipraktekkan oleh IDB, Sewa Guna
Usaha adalah sumber pembiayaan berjangka menengah untuk memenuhi kebutuhan
proyek yang menghasilkan pendapatan dalm industri dan sektor penting lainnya dimana
pembayaran sewa dan periode sewa sudah ditentukan sejalan dengan keuntungan yang
diproyeksikan dan aliran uang dari proyek.
Dibawah pembiayaan Sewa Guna Usaha IDB, bermacam barang seperti,
pabrik,mesin dan peralatan industri, industri perta infrastruktur, transportasi dan proyek
lainnya, normalnya dari suatu yang bersifat menghasilkan pendapatan disektor publik
dan swasta. Pembiayaan sewa guna usaha juga disediakan untuk kapal, tangker minya,
kapal penangkap ikan dan kapal kargo khusus lainnya baik baru dibangun maupun
bekas hingga yang berumur lima tahun. IDB normalnya membiayai seluruh biaya mesin
dan peralatan yang terdiri dari harga C.I.F, transportasi darat,pemasangan dna instalasi.
3. Penyertaan Modal Tetap (al-Musyarakah)
IDB melalui model penyertaan modal menyediakan dana penyertaan modal dasar
yang paling dibutuhkan untuk memperkuat struktur modal perusahaan atau melalui
peran katalisnya membantu mendatangkan pemodal dari sumber lain dengan cara
membangkitkan kepercayaan investor lainnya terhadap usulan proyek yang sedang
dipertimbangkan. Dana dari pembiayaan modelpenyertaan dapat dipergunakan untuk
semua tipe perusahaan baik disektor publik maupun sektor swasta. Dana IDB seperti itu
tersedia untuk membiayai usulan baru maupun untuk perluasan dan modernisasi usaha
yang sedang berjalan.
IDB hanya akan menempatkan diri sebagai pemegang saham biasa, tidak akan
menjadi pemegang saham mayoritas atau menguasai kepentingan para pemegang saham
suatu perusahaan dan penyertaannya dalam suatu perusahaan dibatasi sampai
maksimum seperti dari modal saham. IDB normalnya mempunyai hak untuk

mencalonkan seorang atau lebih Direktur yang menjadi badan pemegang pengendali
suatu perusahaan.
2.3 Organisasi dan Manajemen
Unsur administratif IDB terdiri dari Dewan Gubernur, Dewan Direktur Eksekutif
dan Presiden.
1. Dewan Gubernur
Setiap negara anggota diwakili oleh seorang Gubernur atau Gubernur Pengganti
(terlampir III). Dewan Gubernur mengadakan pertemuan setahun sekali untuk meninjau
kegiatan-kegiatan IDB dalam waktu sebelumnya dan memutuskan kebijakan
selanjutnya. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh Rapat Dewan Gubernur yang dipimpin
oleh seorang Ketua dan seorang atau lebih Wakil Ketua. Pada sidang tahunan di
Gambia tahun 1414 H, Menteri Keuangan R.I., Bapak Marie Muhammad telah dipilih
sebagai ketua Dewan Gubernur untuk periode s/d sidang tahunan berikutnya di Jakarta
pada bulan November 1995.
3

2. Dewan Direktur Eksekutif


Dewan Direktur Eksekutif terdiri dari sebelas anggota, lima diantaranya ditunjuk
dan enam nya terpilih. Setiap lima negara dengan pembayar iuran terbesar modal saham
IDB menetapkan satu Direktur Eksekutif. Enam sisanya yang lain, dipilih oleh semua
Gubernur yang tidak mewakili lima negara anggota. Dewan Direktur memgang jabatan
untuk suatu masa bakti tiga tahun dan mungkin terpilih kembali. Dewan Direktur
Eksekutif bertanggung jawab atas arah kegiatan umum IDB dan menyetujui kegiatan
pembiayaan. Kecuali lima negara pemberi iuran keanggotaan terbesar, negara-negara
IDB lainnya dibagi menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok diwakili oleh
seorang Dewan Direktur Eksekutif. Penunjukkan seorang Direktur Eksekutif diserahkan
sepenuhnya kepada keputusan kelompok yang bersangkutan.

3. Presiden dan Wakil Presiden


Presiden dipilih oleh Dewan Gubernur untuk masa bakti lima tahunan apabila
dianggap perlu disidang Dewan Gubernur IDB dapat memperpanjang masa jabatan
3 Karnaen A. Perwaatmadja, Peluang Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah Swasta,
Pustaka Firdaus, Jakarta, 1997. Hlm. 4

10

tersebut. Dia adalah Kepala Eksekutif IDB dan pimpinan dari Dewan Direktur
Eksekutif. Presiden memimpin bisnis yang ada sekarang dibawah arahan Dewan
Direktur Eksekutif. Presiden dibantu oleh tiga wakil Presiden, dan seorang penasehat
IDB. Wakil Presiden dipilih oleh Sidang Dewan Direktur Eksekutif IDB atas usul
Presiden IDB untuk jangka waktu tiga tahun. Jumlah wakil presiden saat ini 3 orang
yang melaksanakan wewenangnya dan menyelesaikan fungsinya dalam administratif
IDB, sebagaimana yang mungkin diputuskan oleh Dewan Direktur Eksekutif.4
4. Manajemen
Manajemen adalah pelaksana harian IDB yang dipimpin oleh Presiden dan para
Wakil Presiden. Dibawah Presiden adalah para Direktur dan staff professional.
2.4 Islamic Research and Training Institute
IDB juga membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai negara. Untuk
pengembangan sistem ekonomi syariah, institusi ini membangun sebuah institusi riset
dan pelatihan untuk pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam
bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini disingkat IRTI
( Islamic Resarch and Training Institute)
2.5 Jaringan Kerjasama Antarbank Syariah dengan Pola Akad Mudharabah dan
Line of Financing
Pola penyertaan modal atau penempatan modal IDB dengan akad mudharabah pada
bank-bank umum syariah telah diterapkan pada Bank Muamalat Indonesia. modal yang
ditempatkan IDB semula hanya sebesar US$. 4 juta kemudian sekarang meningkat
menjadi US$ 10 juta. Dana ini oleh Bank Muamalat Indonesia dapat disalurkan dalam
bentuk berbagai model pembiayaan kepada usaha-usaha besar, menengah, dan kecil.
Model penempatan modal pada lembaga keuangan juga dipraktikkan oleh Bank
Muamalat Indonesia pada beberapa bank perkreditan rakyat syariah yang sehat. Bank
perkreditan rakyat syariah menyalurkan dana tersebut dalam berbagai bentuk
pembiayaan kepada usaha kecil dan menengah.5
Pola line of financing juga dilakukan IDB dalam bentuk Line of ITFO pada Bank
Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI sebesar maisng-maisng US$ 10 juta untuk
membiayai impor bahan baku industri dari unit usaha kecil dan menengah. Bank
4 Karnaen A. Perwaatmadja, Peluang Peningkatan Usaha Kecil dan Menengah Swasta,
Pustaka Firdaus, Jakarta, 1997. Hlm. 5
5 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori,Praktik, dan
Peranannya, Senayan Abadi, Jakarta , 2007,hlm. 274

11

Danamon kemungkinan menjadi bank swasta pertama yang mengikat perjanjian Line of
ITFO dengan IDB. Bentuk line of financing lainnya yang sedang dipertimbangkan IDB
adalah Line of EFS dengan BRI. Pola line of financing IDB sebenarnya juga bisa
dilakukan bank-bank umum syariah dengn bank-bank perkreditan syariah. Demikian
pula, bank-bank perkreditan rakyat dapat mengikat perjanjian line of financing dengan
Baitul mal wattamwil (BMT). BMT inlah yang kemudian menyalurkan pembiayaan
kepada usaha-usaha kecil dana mikro.
Dalam rangka mengundang investor dari Timur Tengah untuk melakukan investasi
di Indonesia, baik Bank Syariah maupun Unit Bisnis Syariah yang ada di Bank
Konvesional dapat melakukan kerja sama dengan ICD-IDB dalam bentuk akad
mudharabah muqayyadah of balance sheet. Dalam akad ini bank syariah di Indonesia
baik di pusat maupun di daerah menyediakan proyek yang feasible dengan menyediakan
pembiayaan maksimal 20%, kemudian bank ini mengajukan pembiayaan 80%-nya
kepada ICD-IDB.
2.6 Prosedur Pemanfaatan Dana IDB
Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan dana IDB terutama oleh sektor swasta,
Menteri Muda Keuangan pada tahun 1989 telah membentuk Tim Pemanfaatan Dana
IDB. Tim ini telah berhasil meningkatkan pemanfaatan dana IDB oleh sektor swasta
untuk membiayai impor bahan baku dan spare parts, membiayai pembangunan rumah
sakit, kampus perguruan tinggi, dan penggantian mesin pintal GKBI. Berakhirnya masa
kerja Kabinet Pembangunan V pada tahun 1993 telah mengakhiri kegiatan tim ini.
Komite Tetap Pemanfaatan dana IDB Departemen Keuangan telah dibentuk kembali
oleh Menteri Keuangan Kabinet Persatuan Nasional pada TAHUN 2001 dengan SK
Menteri Keuangan 255/KMK.01/2001 tanggal 1 Mei 2001. Masa tuga Komtap IDB
tersebut kemudian diperpanjang beberapa kali oleh Menteri Keuangan Kabinet Gotong
Royong terakhir dengan SK Menteri Keuangan Nomor 258/KMK.01/2004 tanggal 26
Mei 2004.6
Tujuan dari pembentukan Komtap ini adalah :
1. Memberikan pelayanan satu atap kepada instansi pemerintah dan badan
usaha yang memerlukan bantuan keuangan dari IDB.
2. Mengamankan negara dari penyalahgunaan fasilitas IDB.
3. Menyediakan proyek atau perdagangan yang layak dibiayai dengan bantuan
IDB.

6 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah Teori,Praktik, dan


Peranannya, Senayan Abadi, Jakarta , 2007,hlm. 278

12

Permohonan pemanfaatan dana IDB untuk pembiayaan proyek dan perdagangan


disektor pemerintah ( yang sudah ada dalam blue book Bappenas) dapat diajukan oleh :
1. Departemen terkait langsung kepada Menteri Keuangan selaku Gubernur
IDB untuk Indonesia.
2. Pemerintah daerah yang bersangkutan langsung kepada Menteri
Keuangan selaku Gubernur IDB untuk Indonesia, melalui skema
Perjanjian Penerusan Pinjaman.
3. BUMN dan BUMD langsung kepada Menteri Keuangan selaku
Gubernur untuk Indonesia, melalui skema Perjanjian Penerusan
Pinjaman.
2.7 Pembentukan Bank-Bank Syariah
Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan Lembaga
keuangan Syariah. Untuk itu, komite ahli IDB pun bekerja keras untuk meyiapkan
panduan tetntang pendirian, peraturan, dan pengawasan bank syariah. Kerja keras
mereka membuahkan hasil. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an,
bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran,
Malaysia, Bangladesh, serta Turki.
Secara garis besar, lembaga-lembaga tersebut dapat dimasukkan ke dalam dua
kategori. Pertama, bank Islam komersial dan yang kedua lembaga investasi dalam
bentuk International Holding Companies.
Bank-bank yang termasuk kategori utamanya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Faisal Islamic Bank (Mesir dan Sudan)


Kuwait Finance House
Dubai Islamic Bank
Jordan Islamic Bank for Finance and Investment
Bahrain Islamic Bank
Islamic International Bank for Investment and Development (Mesir)

Adapun yang termasuk dalam kategori kedua:


1. Dasar al-Maal al-Islami (Jenewa),
2. Islamic Invesment Company of the Gulf,
3. Islamic Invesment Company (Bahama),

4. Islamic Invesment Company (Sudan),


5. Bahrain Islamic Invesment Bank (Manama),

13

6. Islamic Invesment House (Amman)7

7 Muhammad Syafii Antoni, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001,
hlm.22

14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Peran Islamic Development Bank (IDB) merupakan lembaga keuangan
internasional yang berbasis syariah yang operasionalnya berdasarkan pinsip syariah
dengan tujuan mendorong pembaangunan ekonomi dan kemajuan sosial negara-negara
anggota mayarakat muslim baiksecara perorangan maupun bersama-sama sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yaitu, Hukum Islam. Melalui programny IDB telah banyak
berperan penting dalam berbagai aspek sebagai lembaga pembiayaan pembangunan
yang membiayai berbagai proyek dalam bidang pertanian, industry, agro-industri, dan
sektor infrastruktur.
Fungsi IDB dalah membeikan pinjaman untuk proyek-proyek produktif dalam
pembangunan ekonomi dan sosial. Selain itu, IDB juga mendirikan dan mengoperasikan
dana khusus untuk tujuan tertentu seperti dana bantuan untuk masyarakat Muslim di
negara0negara non-anggota IDB dan berwenang untuk menerima dana dan
memobilisasi dana tersebut berdasarkan sumber daya keuangan syariah yang
kompatibel.

15

DAFTAR PUSTAKA
Perwataatmadja, Karnaen A. dan Hendri Tanjung, (2007). Bank Syariah Teori,Praktik,
dan Peranannya, Senayan Abadi: Jakarta
Antoni, Muhammad Syafii, (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani:
Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai