Anda di halaman 1dari 21

37

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sabun adalah garam logam alkali ( biasanya garam natrium ) dari asam
lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung
beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sabun dihasilkan oleh proses
safinifikasi. Yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi
basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOh dan KOH.
Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian
dinamakan sabun. Namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat
dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat
menggunakan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai
nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang dibuat dengan alkali lemah
(NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat
zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hdrofilik dan larut dalam air. Karena
adanyan rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah
membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul air yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnnya yang menghadap ke
air. (Ralph J. Fessenden, 1992)

37

38

I.2 Tujuan
1. Memahami proses dan prinsip pembuatan sabun padat atau natural.
2. Mengetahui reaksi pembuatan sabun padat atau natural.
3. Mengetahui bahan bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun padat
atau natural.

39

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sejarah Sabun
Pliny (23 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat
rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai masyarakat di Gaul,
Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras.Ia juga menyebut
pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu
sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti
kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II.Tahun 700-an di Italia membuat sabun
mulai dianggap sebagai seni. Seabad kemudian muncul bangsa Spanyol sebagai
pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun
1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat
perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda
mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan,
larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun pun makin mudah dibuat,
alhasil ia terjangkau bagi semua orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun
1800-an. "Pengusaha-"nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak
dalam panci besi besar.Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu.Setelah
mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijualdari rumah ke rumah.Begitupun, baru
abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi barang mewah (Baysinger,
2004).
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan
gliserol.Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan
rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada
lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah
menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol (Baysinger, 2004).
Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
darikomponen asam asam lemak yang digunakan.Komposisi asam asam lemak

39

40

yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan.
Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai
yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit
menimbulkan busa.Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh
menghasilkan sabun yang mudahteroksidasi bila terkena udara. Alasan alasan di
atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat
dibuat menjadi sabun terbatas.
Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam
alkali.Hasilpenyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa
alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali.
Campuran tersebut berupa masa yang kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari
sabun dengan cara penggaraman, bila sabunnya adalah sabun natrium, proses
pengggaraman dapat dilakukan dengan menambahkan larutan garam NaCl jenuh.
Setelah penggaraman larutan sabun naik ke permukaan larutan garam NaCl,
sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan cara menyaring
dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci dengan air dingin untuk
menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl yang masih tercampur.
Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun tangan atau kepingan dan kepingan.
Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl dengan jalan destilasi
vakum.Garam NaCl dapat diperoleh kembali dengan jalan pengkistralan dan dapat
digunakan lagi (Ralph J. Fessenden, 1992).

41

Penetapan Sabun terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
a. Penetapan Kualitatif

Penetapan secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sabun


mengandung alkali bebas atau asam lemak bebas. Cara penetapan :
Contoh sabun diparut/ dipotong halus
Timbang sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam
tabung rekasi yang bersih dan kering
Larutkan sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan
diatas penangas air)
Kemudian dibubuhi 1-2 tetes indicator PP

b. Penetapan Kuantitatif
Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari
uji kualitatif Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak
berwarna merah berarti sabun mengandung asam lemak bebas atau
netral
Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali
bebas
Analisis sabun secara kuantitatif meliputi pemeriksaan :
1.

Alkali bebas

2.

Asam lemak bebas

3.

Alkali total

4.

Alkali terikat

5.

Asam lemak total

6.

Asam lemak terikat

7.

Lemak netral yang tidak tersabunkan

8.

Zat pemberat/ pengisi

9.

Logam minyak/ Minyak Pelikan

10. Kadar air

42

Molekul sabun berbentuk rantai panjang panjang dan satu gugus ionik yang
besifat sangat polar. Pada seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama dengan
molekul minyak sehingga memiliki keakraban dengan molekul minyak (bersifat
hidrofilik). Sementara pada bagian kepala, ada sepasang atom yang bermuatan
listrik yang hanya senang bergabung dengan molekul air (bersifat hidrofobik).
Kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri
dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam
pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk
sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium
karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna
Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan
minyak atau lemak. Melalui reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak / Lemak
menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan
sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi
dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut
dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam

43

reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda


kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH)
sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud
sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras
daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Adapun keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun
padat memiliki kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah
kulit eksim. Tapi sabun padat memiliki kadar pH yang lebih tinggi. Karena itu,
sabun padat lebih mudah membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan
penyembuhan lambat ketika kulit terluka. Meski begitu, belakangan ini ada sabun
padat pun mulai diproduksi yang mengandung pH netral sehingga tak
mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat pencemaran yang
lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang berada di
selokan. Sebenarnya air-air di selokan ini sebagian besar akan mengalr ke satu
tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk dijernihkan kemudian digunakan
untuk dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang menyebabkan
pdam mengalami kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada akhirnya banyak
air di banyak kota sekarang menjadi tidak layak untuk diminum. Berdasarkan
tulisan karya Neo Alfiannoer tentang proses pembuatan sabun padat sebagai berikut
Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak (nabati) atau asam lemak (fatty
acid) yang direaksikan dengan basa anorganik yang bersifat water soluble. Biasanya
digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium hidroksida) juga
alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan.
Sabun hasil reaksi dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih keras
dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida (KOH). Sabun adalah
bahan pembersih yang berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan untuk mandi,
mencuci

pakaian,

atau

membersihkan

peralatan

rumah

tangga.

Sabun

merupakan garam alkali dari asam-asam lemak. Sabun yang ditemukan pertama
kali oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya merupakan suatu
bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah
reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah ( misalnya NaOH ). Hasil
lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C18 sabun juga disusun

44

oleh gugus asam karboksilat. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak
hewani, minyak nabati, lilin ataupun minyak ikan laut.
Semua lemak atau minyak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat
sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan
campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat,
asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan
asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari
gliserol asam oleat.
Pada dasarnya, pembuatan sabun dapat dilakukan dua pilihan metode, yakni
:
1. Metode Batch
2. Metode kontinu
Pada saat ini,telah digunakan proses saponifikasi trigliserida sistem kontinu sebagai
ganti proses saponifikasi trigliserida sistem batch. Reaksi yang terjadi pada proses
ini adalah :

Pada pembuatan sabun, menggunakan 2 bahan yaitu bahan baku dan bahan
pendukung. Bahan baku utama pembuatan sabun adalah lemak atau minyak dan
senyawa alkali. Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun
adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak
dengan rantai karbon panjang antara C12 pada lemak jenuh dan begitu juga pada
lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses
saponifikasi dengan larutan NaOH membebaskan gliserol . Sifat sifat sabun yang
dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam-asam
lemak yang digunakan. Komposisi

asam-asam lemak yang sesuai dalam

45

pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya
panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena
dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18
atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa.
Terlalu besar bagian asamasam lemak tak jenuh menghasilkansabun yang mudah
teroksidasi bila terkena udara. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap
sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang memiliki
ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lembek dan mudah
meleleh pada temperatur tinggi.
Sedangkan bahan pendukung yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun adalah
untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pengendapan
sabun dan pengambilan gliserin ) sampai sabun menjadi produk yang siap
dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl, natrium karbonat, natrium fosfat,
parfum, pewarna.
Sabun memiliki karakteristik yang khas, diantaranya :
a) Sabun adalah garam alkali

dari

asam lemak suku tinggi sehingga akan

dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O CH3(CH2)16COOH + OHb) Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c) Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun ( garam natrium dari asam lemak ) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus
polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16
yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik dan larut dalam zat organik,
sedangkan COONa sebagai kepala yang bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur

46

273,15 K (0 C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat
tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipoldipol) antara molekul-molekul air.
Bahan baku pembuatan sabun, antara lain:
a. Minyak kelapa sawit
Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.
b. Minyak Zaitun
Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.
c. Minyak Kelapa
Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau
sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan
struktur kimia tertentu.
a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).
b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).
c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).
d. Sterol-sterol dan steroida.
e. Karotenoida.
f. Kelompok lipida lain.

47

Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan


hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya
tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa
kilogram.
Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan
dan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh
manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida
seluruhnya.
Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya
dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan
tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.
Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut
dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian
terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi
satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

O
CH2 OH

O
3RO CH

CH OH
CH2 OH

ASAM LEMAK

GLISEROL

CH2 O C R1
O
CH O C R2
O

+ 3H20

CH2 O C R3
TRIGLISERIDA
(cpo)

Gambar 2.4 Reaksi kimia asam lemak dengan gliserol

AIR

48

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang
dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas
untuk membedakan minyak dan lemak.
Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:
1. Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi
kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada
prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air,
panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan
kerusakan lemak dan minyak yaitu hydrolytic rancidity yaitu terjadi
flavor dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena
terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
O
CH2 O C R1
O
CH O C R2
O

CH2 OH
+ 3H20

CH OH

O
3RO CH

CH2 OH
CH2 O C R3
TRIGLISERIDA
(cpo)

AIR

GLISEROL

ASAM LEMAK

Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisa pada trigliserida

3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

49

4. Enzimatis
Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan
minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut Enzimatic
rancidity Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam
lemak serta menyebabkan minyak berwarna gelap. Enzim peroksida
membantu proses oksidasi minyak sehingga menghasilkan keton.

Gambar 2.6 Reaksi Enzimatis

5. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak Oxidative
rancidity.
6. Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari
karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi
selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan.
Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada
derajat kejenuhan.

50

Sifat fisika lemak dan minyak :


1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari
lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur
kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan
untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil),
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon
disulfide dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang
rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena
asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak
8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak atau lemak
9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama
dari minyak/lemak.
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat
dipelajari secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan
senyawa makro nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:
1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan
karbohidrat atau protein.

51

2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.


Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam
tiga kelompok tujuan berikut:
1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam
bahan makanan atau pertanian.
2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan
dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian
lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan
sebagainya.
3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat
minyak tertentu.
Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam
suatu bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak
larut air tatapi dalam pelarut organik.
Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida,
sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya
disebut lemak kasar (crude fat).
Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan
1. Bahan Kering
Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau
berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet.
Sedangkan secara berkesinambungan dengan alat goldfish.
2. Bahan Cair
Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock
atau dengan Mojoinner.
Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifatsifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan
angka penyabunan dan penentuan angka asam.
Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka

52

penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak


secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti
mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang
besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka
penyabunan relatif kecil.
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram
minyak atau lemak.
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal
dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin
tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.

53

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat
1. Beaker glass 1000 ml sebagai wadah bagi bahan baku sabun.
2. Beaker glass 250 ml sebagai wadah bagi bahan baku sabun.
3. Batang Pengaduk sebagai alat untuk mengaduk larutan atau campuran
bahan baku.
4. Gelas ukur 100/50 ml sebagai alat untuk mengukur volume larutan dan
aquades.
5. Cetakkan sabun sebagai alat untuk membentuk sabun atau mencetak
sabun.
6. Thermometer sebagai alat untuk mengukur suhu sampel atau campuran
bahan.
7. Kasa asbes sebagai alas untuk proses pemanasan.
8. Tungku kaki tiga sebagai alat penyangga untuk proses pemanasan.
9. Lampu spritus sebagai sumber api atau sumber panas.
10. Pipet tetes sebagai alat untuk mengambil larutan atau sampel.
III.2 Bahan
1. Aquades sebagai pelarut bagi sampel lainya.
2. NaCl sebagai sampel yang memberi wujud padat pada sabun.
3. Gliserin sebagai sampel pelembut.
4. Na2CO3 sebagai sampel utama pembuatan sabun.
5. Pewarna sebagai pemberi warna pada produk sabun.
6. Pewangi sebagai pemberi bau pada sabun.
7. Sukrosa sebagai pembentuk fasa pada sabun.
8. Asam stearate pember suasana asam pada sabun.

53

54

III.3 Prosedur Kerja

1. Ditimbang minyak 340 ml kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit


4 gram asam stearate kedalam reactor sambil diaduk aduk pada suhu
70o C.
2. Ditambahkan 180 ml NaOH 30% yang telah dipanaskan pada suhu 60
o

C . sambil diaduk dengan mixer hingga homogen kedalam campuran

minyak dan asam stearate.


3. Ditambahkan 10 gr NaCl dan gliserin 8 ml, sukrosa 24 ml dan
Na2CO3 56 ml kedalam mixer dan diaduk hingga homogen.
4. Ditambahkan pewangi dan pewarna kedalam mixer sambil diaduk
merata.
5. Dituangkan adonan kedalam cetakkan sabun disimpan selama 2 hari
baru kemudian dikeluarkan dari cetakkan setelah 3 minggu maka
sabun siap di uji kualitasnya dan digunakan.
III.4 Skema Kerja

Minyak kelapa + asam


stearat
T = 70 C

Dicetak

+ NaCl , Gliserin ,
Larutan Sukrosa
Na2CO3 dan di Mix

didiamkan

+ Minyak Sereh +
Pewarna + Pewangi
kemudia di Mix

Finishing

55

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

V.I Hasil
No

Produk
Sabun
Natural

Warna

Tekstur

Orange

Keras

Bau
Minyak
Sereh

Foaming

Efek Samping

Banyak

Aman

V.2 Pembahasan
Sabun adalah satu senyawa kimia tertua yang pernah di kenal .Sabun di buat
dari campuran senyawa alkali (NaOH, KOH) dan minyak( Trigliserida).
Trigliserida terdiri dari tiga gugus asam lemak yang terikat pada gugus
gliserol. Asam lemak terdiri dari rantai karbon panjang yang berakhir dengan gugus
asam karboksilat pada ujungnya. Gugus asam karboksilat terdiri dari sebuah atom
karbon yang berikatan dengan dua buah atom oksigen. Satu ikatannya terdiri dari
ikatan rangkap dua dan satunya merupakan ikatan tunggal. Setiap atom karbon
memiliki gugus asam karboksilat yang melekat, maka dinamakan tri-gliserida.
Apabila trigliserida direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida atau
kalium hidroksida), maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan
atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut saponifikasi. Atom
oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari
rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah
yang kemudian disebut sabun.

55

56

Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul


gliserol, apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi
dinyatakan selesai. Reaksi tersebut sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari
asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi
dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut
dalam bentuk ion.
Pembuatan sabun dimulai dengan mencampurkan dua bahan baku di atas
yaitu minyak kelapa dengan NaOH kemudian di aduk-aduk hingga campuran
bercampur rata dan wujudnya seperti susu kental yang tidak ada minyak di atasnya.
Suhu dijaga tetap 60 70oC agar wujud adonan tetap kental jika suhu dibawah 60 ,
adonan sabun akan cepat mengeras. Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu lemak
akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.

Proses

pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan
yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian
ditambahkan garam NaCl.. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara
produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat
yang memisah dari gliserol. Dalam percobaan, NaCl yang ditambahkan hanya
sedikit yaitu 10 gram agar kandungan NaCl pada produk akhir jumlahnya sedikit.
Karena jika kandungan NaCl dalam sabun terlalu tinggi, maka produk sabun yang
dihasilkan akan terlalu keras.Selanjutnya yaitu penambahan amylum yang
berfungsi untuk mengurangi kelembaban sabun. Kemudian gliserol yang sudah
terpisah tersebut di pisahkan dari sabun. Jadi, pada hasil akhir, produk yang
terbentuk hanya berupa sabun tanpa hasil samping berupa gliserol. Sabun yang
dihasilkan dan di diamkan beberapa menit mulai mengeras dan seperti sabun biasa
yang di jumpai sehari-hari.

57

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Sabun adalah satu senyawa kimia tertua yang pernah di kenal .Sabun di buat
dari campuran senyawa alkali (NaOH, KOH) dan minyak( Trigliserida).
2. Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh
basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara
minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental,
yang disebut dengan trace.
3. Reaksi Saponifikasi antara lain :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
4. Bahan yang digunakan antara lain : Na2CO3 , NaCL , NaOH , Gliserin , dan
Larutan Sukrosa dan bahan tambahan lainya seperti : Pewangi

dan

Pewarna.
V.I Saran
Diharapkan untuk praktikan lebih teliti dalam menimbang bahan karena
kesalahan dalam pengambilan bahan baku akan mempengaruhi produk sabun yang
akan dihasilkan dan kemungkinan besar tidak sesuai dengan spesifikasi sabun yang
diinginkan kelebihan NaOH juga mampu membuat iritasi pada kulit.

57

Anda mungkin juga menyukai