University of Tasmania
ABSTRAK
Perbedaan peningkatan belajar siswa selalu ada dalam setiap kelas. Penelitian
ini bertujuan untuk menemukan strategi apa yang dapat digunakan untuk menanggapi
perbedaan peningkatan belajar siswa di dalam kelas. Bukti-bukti yang ada terdiri dari
dua wawancara yang terstruktur dan pengamatan-pengamatan. Pendekatan kualitatif
digunakan
untuk
menganalisis
data.
Penelitian
tercermin
melalui
praktek
INTRODUCTION
Pendidikan sekolah cenderung memberikan keseragaman masyarakat. Siswa
menggunakan seragam yang sama, buku teks yang sama, dan guru selalu mengajar
semua kelas dengan pendekatan yang sama. Padahal, setiap individu tidak pernah
sama. Ada sebuah susunan perbedaan belajar di dalam sekolah. Di dalam setiap kelas,
secara umum menunjukkan bahwa peningkatan belajar siswa tidak pernah berada
pada peringkat yang sama. Siswa dengan disability atau kesulitan belajar khususnya
membutuhkan bantuan lebih. Akan menjadi sangat sulit untuk guru memberikan
materi kepada semua orang dalam kelas ketika siswa tidak memiliki level
peningkatan belajar yang sama. Sekali lagi, setiap individu memiliki cara belajarnya
masing-masing. Akan sangat sulit juga untuk guru memenuhi setiap perbedaan siswa.
Website Gladstone (sebagaimana disebutkan dalam Inoue, 005, p.3) menggambarkan
perbedaan sepanjang dimensi ras, usia, kemampuan fisik, kepercayaan agama dan
politik, atau ideology lainnya. Sebagai individu yang merupakan kesatuan yang
unik, perbedaan siswa dalam kelas tentu tidak dapat terelakan. Dengan konsekuensi
tersebut, timbul sebuah permasalahan penting yang dihadapi oleh pendidik dan guru
diantaranya: bagaimana mengajar siswa dengan lingkungan belajar yang positif dan
mendukung dan upaya sederhana untuk merangkul dan merayakan kekayaan
dimensi perbedaan yang ada diantara tiap individu (Inoue, 2005, p.3).
Penelitian studi kasus ini pertama memberikan peneliti tujuan dan pertanyaan, dan
sebuah review literature pada perbedaan siswa di dalam kelas. Penelitian ini
kemudian menggunakan pengalaman-pengalaman untuk menemukan apa yang terjadi
berfokus pada perbedaan siswa dalam sebuah sekolah dasar dan utamanya pada kelas
tahun pertama. Akhirnya penelitian tercermin pada praktek yang menunjukkan
perbedaan peningkatan belajar siswa dan membuat rencana kegiatan untuk merubah
pengajaran di sekolah dasar.
LATAR BELAKANG
Penelitian ini dilakukan selama empat minggu pengalaman professional pada salah
satu sekolah dasar di Hobart, Australia. Sekolah tersebut merupakan sebuah sekolah
privat yang terdiri dari 35 siswa internasional dengan latar belakang ESL, beberapa
siswa dengan bakat bawaan dan juga berbakat, dan beberapa siswa dengan kesulitan
belajar semisal attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) (Secara prinsip).
Dalam sekolah ini, pusat belajar utama kelas dari taman kanak-kanak hingga tahun
kedua selalu menunjukkan tidak lebih dari 24 siswa laki-laki. Kelas tahun pertama
dengan porsi utama penelitian ini mengambil 21 laki-laki termasuk 3 siswa berlatar
belakang ESL, beberapa siswa gifted dan satu siswa dengan ADHD. Perbedaan latar
belakang siswa ini membuat peningkatan belajar mereka lebih berbeda.
LITERATURE REVIEW
Dalam literatur, ada berbagai studi mengatasi keragaman siswa. Tinjauan literatur di
sini jatuh ke dalam tiga kategori berikut: pendidikan inklusif, peran keanekaragaman,
dan strategi menghargai keanekaragaman.
Pendidikan inklusif
Setiap siswa memiliki hak untuk menerima pendidikan yang sama dengan yang
lainnya, tanpa memperhatikan disability, kesulitan belajar, atau etnik minoritas. Ini
merupakan gagasan utama dari pendidikan inklusif yang telah diperiksa oleh peneliti
ternama (Goslin, 1965; Knight, 1999; Ortiz&Phoads, 2000). Schwartz dan Green
(2001, p.2) menandai bahwa dalam sekolah inklusif atau lingkungan belajar inklusif,
tidak ada anak yang kehilangan kesempatan belajar. Untuk memberikan
pengalaman belajar bermakna bagi siswa dengan dan tanpa disability yang telah
disadari sebagai tujuan utama dari pendidikan inklusif oleh Tasmania Departement of
Education (2006). Forlin (2005) menguji dalam detail perbedaan pada individu di
sekolah dasar mana yang harus dilibatkan. The Salamanca Statement (Unesco, 1994)
juga secara kuat berfokus pada nilai semua siswa. Oleh karena itu, sekolah-sekolah di
Australia diharapkan memberi pengajaran pada siswa dengan praktek sekolah
inklusif, dan setiap siswa harus dinilai, dihargai, dan dirangkul sepenuhnya kedalam
lingkungan kelas.
Peran perbedaan
Dalam literature, ada banyak penelitian yang menelusuri peran perbedaan (Elimer,
2001; Garmon, 2004; Inman&Pascarella, 1998). Perbedaan pengalaman dapat
meningkatkan belaja siswa, dan secara positif berakibat pada pemikiran kritis yang
merupakan salah satu tujuan utama pendidikan. (McMillan, 1987). Hal ini didukung
oleh Pascarella, Palmer, Moye dan Pierson (Inoue, 2005) yang menyatakan bahwa
keterlibatan siswa dalam pengalaman yang berbeda selama sekolah memiliki statistic
yang signifikan memberi efek positif pada standarisasi pengukuran keterampilan
berpikir kritis. Juga merujuk pada penelitian Lynn (1998,p.123), salah satu sarana
terkaya untuk meningkatkan pembelajaran siswa di dalam kelas adalah perbedaan
siswa itu sendiri. Inoue (2005) mengindikasikan bahwa sensitifitas dan kesadaran
siswa pada diri sendiri dapat berkembang dengan adanya perbedaan pengalaman.
Terenzini, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001, p.528) menemukan
peningkatan dalam keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan kelompok
mereka. Maka dari itu mereka mengindikasikan bahwa perbedaan dalam kelas adalah
hal yang positif, memberi akibat mendidik pada pembelajaran siswa. Memberikan
perbedaan pada siswa dapat membuat sebuah kontribusi penting pada pembelajaran
yang efektif, keterampilan akademik kritis, dan pemikiran kritis, guru perlu
mengadopsi banyak strategi untuk menilai perbedaan demi meningkatkan
pembelajaran mereka.
Strategi dalam menilai perbedaan
METODOLOGI
Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif yang memungkinkan peneliti untuk
meperoleh pandangan dari dalam lapangan melalui asosiasi terdekat dengan kedua
partisipan dan aktivitas selama pengaturan (Burns, 1994). Data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui interview atau wawancara terstruktur dan juga pengamatan
pada pelaksanaan kelas dan siswa. Pengamatan mengambil tempat di sekolah, dengan
fokus khusus pada kelas tahun pertama. Peneliti mengambil catatan dari informasi
penting terkait perbedaan peningkatan belajar siswa dan bagaimana perbedaan ini
terlihar di sekolah pada kelas tahun pertama. Pengamatan pada pelaksanaan kelas
yang
menyertakan
prosedur
pola
identifikasi,
penlebelan,
dan
dan talented siswa. Selama waktu sekolah, ada masa khusus sekitar satu jam yang
dibagi untuk setiap siswa memilih program sekali dalam seminggu. Siswa bisa
memilih program dengan memilih berdasarkan saran dari guru kelas. Kelas remedial
umum bebas untuk siswa, meskipun ada biaya untuk satu-satu pelajaran.
Sekolah juga memberikan biaya pada siswa yang memerlukan kebutuhan khusus
semisal siswa ESL dan siswa dengan kesulitan belajar. Spesialis dalam wilayah ESL
dan psikolog diundang dari luar sekolah untuk datang dan membantu siswa satu per
satu, mereka juga akan masuk ke kelas, mengamati siswa dan berbicara dengan guru
kelas umum. Biaya ini diatur dua kali dalam seminggu dan secara umum berfokus
pada keterampilan menulis bahasa Inggris dan menemukan kebutuhan khusus siswa.
Mereka juga membayar untuk itu. Siswa secara semata membuat keputusan dengan
pilihan mereka sendiri apakah mereka mau atau tidak.
Strategi yang digunakan menangani perbedaan peningkatan belajar dalam
kelas tahun pertama
Untuk memberikan siswa pengajaran dengan lingkungan positif dan mendukung,
guru kelas terlibat dalam penelitian ini menggunakan banyak strategi untuk
menangani perbedaan peningkatan belajar siswa. Strategi ini termasuk diantaranya
menggunakan pilihan bebas, memberikan beberapa tugas dalam waktu yang sama,
mengundang bantuan orang tua dan guru. Merekomendasikan program dukungan dan
uang sekolah.
Penggunaan pilihan bebas
Strategi ini termasuk dengan pilihan bebas conditional dan unconditional. Conditional
free-choices mengarah pada siswa bisa melakukan apapun yang mereka sukai setelah
mereka menyelesaikan lima tugas dalam satu hari. Pilihan bebas ini bisa jadi apapun
semisal membaca buku bergambar, menggambar, atau bermain dengan toybricks.
Strategi ini berpandangan sebagai pemberian kepada siswa yang menyelesaikan
pekerjaan lebih cepat dari pada yang lain dan juga akan menstimulus siswa untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan guru secepat mungkin agar mereka dapat
bermain dengan bebas.
Siswa juga bisa membuat pilihan tak bersyarat untuk melakukan apapun yang mereka
suka selama waktu free-choices tanpa syarat apapun. Setiap sore selama waktu
sekolah, ada waktu sekitar seperempat jam yang disediakan guru untuk siswa bebas
melakukan apapun. Siswa dengan demikian dapat memilih tugas apapun yang
disukainya berdasarkan ketertarikan mereka sendiri pada saat itu. Sebagaimana Nieto
(2000, p.370) menandai, kegiatan mengajar, strategi dan pendeketan perlu
merangkul perhatian siswa sendiri dalam rangka menyiapkan mereka untuk produktif
dan berpartisipasi kritis pada sebuah masyarakat demokratis dan pluralistic. Strategi
ini tidak hanya memuaskan perbedaan ketertarikan siswa, tapi juga secara efektif
menangani perbedaan peningkatan belajar siswa.
Pemberian beberapa tugas dalam waktu bersamaan
Memberikan beberapa tugas untuk siswa kerjakan pada saat yang sama merupakan
strategi lain yang digunakan guru untuk menghadapi perbedaan peningkatan belajar
siswa. Strategi ini memungkinkan siswa yang menyelesaikan satu tugas untuk
memilih tugas lainnya untuk mereka sendiri tanpa menanyakan pada siswa lain apa
yang dilakukan selanjutnya. Tugas ini mungkin atau tidak mungkin perlu dikerjakan
dengan perintah. Tugas ini juga tidak harus diselesaikan selama kelas dimana tugas
diberikan.
Siswa
dapat
mengerjakannya
juga
selama
waktu
free-choices.
Strategi ini disediakan untuk kebutuhan siswa yang mengerjakan cepat hingga
mereka tidak membuang-buang waktu menunggu siswa lain untuk menyelesaikan
tugasnya dan kemudian mengerjakan tugas lainnya.
Mengundang bantuan orang tua-guru dan merekomendasikan dukungan
program sekolah dan bayaran sekolah
Peningkatan belajar siswa tidak pernah ada pada peringkat yang sama. Siswa dengan
latar belakang budaya yang berbeda atau disability atau kesulitan belajar secara
khusus memerlukan bantuan lebih. Bagaimanapun juga, tidak mungkin guru untuk
melihat semua siswa, memberikan bantuan lebih pada siswa yang tertinggal, dan pada
saat yang sama menantang siswa yang belajar dengan cepat. Guru kelas tahun
pertama ini, dengan cara lain, mengundang bantuan orang tua-guru untuk siswa yang
membutuhkan bantuan lebih. Hampir setiap pagi selama waktu sekolah, ada
orangtua-guru membantu menghabiskan sekitar satu jam dalam ruangan khusus di
sebelah kelas untuk membantu siswa secara individu. Dengan durasi waktu yang
sangat fleksibel yang bergantung pada waktu luang orangtua. Orangtua pembantu ini
secara sukarela datang untuk membantu siswa menerima undangan guru. Ini
melibatkan bantuan siswa pada matematika, penulisan jurnal dan mendengarkan
siswa membaca buku bergambar dengan keras. Mereka secara ekstrim membantu
siswa yang membutuhkan bantuan lebih agar bisa setara dengan kelas.
Kecuali mengundang bantuan parent-teacher, guru juga merekomendasikan siswa
mengikuti program sekolah dan melakukan pelajaran khusus berdasarkan kebutuhan
individu mereka. Dengan begitu guru ini secara efektif membantu siswa yang
memiliki kebutuhan khusus agar sesuai dengan kelas.
pendekatan siswa, berdasarkan pada pengalaman mereka sendiri. Oleh karena itu,
berdiskusi dengan teman guru dan teman sebaya akan membantu guru dalam
menyelesaikan masalah yang timbul dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Tindakan penelitian studi kasus ini menelusuri perbedaan siswa dalam kelas dengan
fokus khusus pada perbedaan peningkatan belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan
literature penelitian pada perbedaan siswa dalam rangka mencari dukungan teoritis
untuk membuat penelitian ini. Juga memeriksa kebijakan sekolah dan sitem yang
mendukung keberadaan perbedaan siswa di salah satu sekolah dasar di Hobart.
Penelitian ini secara khusus berfokus pada bagaimana guru kelas tahun pertama
menangani perbedaan peningkatan belajar siswa dalam kelasnya. Penelitian ini juga
mencerminkan pengalaman pribadi peneliti pada adanya perbedaan peningkatan
belajar siswa dan membuat sebuah tindakan rencana untuk memperbaiki pengajaran
di sekolah dasar di masa yang akan datang.
Pada
keseluruhan,
terdengar
sistem
mendukung
adanya
perbedaan
siswa
dikembangkan dalam sekolah ini, dan guru kelas di tahun pertama ini juga secara
efektif menangani perbedaan peningkatan belajar siswa dalam kelasnya dengan
menggunakan berbagai strategi. Melalui refleksi pada pelaksanaan dan proses
penelitian ini, sebuah rencana tindakan dibuat untuk memperbaiki pengajaran di
sekolah dasar kedepannya. Nilai potensial dari penelitian ini akan jadi informasi
tambahan yang bisa digunakan pada pemilihan strategi menghadapi perbedaan belajar
siswa di kelas, yang akan mengembangkan pengetahuan pada pengajaran perbedaan
siswa dalam sebuah lokasi multicultural dalam sistem pendidikan Australian.
LAMPIRAN 1
Pertanyaan yang diberikan kepada kepala sekolah
1. Bagaimana perbedaan siswa di sekolah ini? Misalnya berapa banyak siswa
ESL? Berapa banyak siswa dengan ADHD? Berapa banyak siswa gifted and
talented?
2. Bagaimana pandangan perbedaan dalam kebijakan sekolah dan kurikulum?
3. Program apa yang tersedia di sekolah ini dalam menanggapi perbedaan siswa?
Dan apakah ada program yang mendukung lainnya?
4. Bagaimana program remedial berkaitan dengan siswadi kelas umum?
LAMPIRAN 2
Pertanyaan Untuk Guru Kelas
1.
2.
3.
4.
belajar siswa?
5. Apakan siswa ESL membutuhkan dukungan lebih sebagaimana mereka tidak
memiliki latarbelakang non-English? Jika iya mereka butuh, strategi apa yang
selalu anda lakukan untuk mendukung mereka?
6. Strategi apa yang anda gunakan untuk mendukung siswa dengan ADHD?
7. Strategi apa yang anda gunakan untuk siswa gifted dan talented?