Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAHASA INDONESIA

JUDUL MAKALAH
Penanggulangan Efektif Tumpahan Minyak Lepas Pantai dengan Sorbent

Dosen :
Bapak Marzudi

Disusun oleh :
Dyah Ayu Puspitorini
Dewi Masitah
Ustazah Aulia
Anggi Aprillia Pangesti
Annisa Nurbaity

(4312100009)
(43121000
(43121000
(4312100
(4312100

Jurusan Teknik Kelautan


Fakultas Teknologi Kelautan
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas NikmatNya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul Penanggulangan Efektif Tumpahan Minyak Lepas Pantai dengan
Sorbent.
Dalam penyusunan makalah ini, berbagai kesulitan kami hadapi, namun kesulitan
tersebut dapat teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan.
Hal ini tidak terlepas dari kemampuan dan keterbatasan kami. Maka dari itu, kritik maupun
saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat kami butuhkan demi
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami mengharapkan agar ini dapat bermanfaat bagi
kita pembaca terutama bagi kami, penyusun.

Surabaya, 10 Oktober
2013

Penyusun

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Minyak mentah (crude oil) atau minyak bumi (petroleum, berasal
dari bahasa Yunani yaitu petros berarti batuan dan oleum berarti
minyak) terbentuk dari sisa tanaman atau hewan jutaan tahun lampau
sebagai akibat dari pemanasan internal Bumi. Minyak Bumi tersebut
merupakan senyawa kimia yang amat kompleks sebagai gabungan
dari senyawa hidrokarbon ( dari unsur karbon dan hidrogen ) dan non
hidrokarbon ( dari unsur oksigen, sulfur, nitrogen dan trace metal).
Minyak bumi sampai saat ini masih merupakan merupakan
sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada
industri, transportasi dan rumah tangga. Selain itu, pemanfaatan
berbagai produk akhir atau produk-produk turunan minyak bumi juga
semakin meningkat sehingga peningkatan akan permintaan minyak
bumi di seluruh dunia telah mengakibatkan pertumbuhan dan
ekspansi pada kegiatan eksplorasi dan pengolahan minyak mentah di
berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun demikian, kita selalu
dihadapkan

pada

pelestarian

sumberdaya

ditimbulkan

dari

dilema

antara
alam

proses

peningkatan

lingkungan

produksi

produksi

serta

tersebut.

dengan

dampak

Hal

ini

yang
berarti

perkembangan industri baik pengolahan minyak bumi maupun industri


yang menggunakan minyak bumi, ternyata merupakan salah satu
sumber pencemar lingkungan (Astri Nugroho, 2006).
Jutaan tahun lampau sebelum manusia memiliki kemampuan
memanfaatkan
sebetulnya

minyak

telah

bumi,

terjadi.

pencemaran

Material

minyak

mengandung

di

minyak

lautan
yang

memasuki lautan berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan


secara alami dan melalui presipitasi hidrokarbon dari atmosfer. Hanya
saja sebagian besar pencemar akan di biodegradasi (diuraikan) oleh

organisme secara alami (meskipun dalam jangka waktu lama)


sehingga dampak buruk terhadap lingkungan menjadi sangat kecil.
Kini, tumpahan minyak diakibatkan oleh kegiatan eksplorasi,
pengolahan, dan pengelolaan minyak mentah seperti pada kegiatan
penambangan lepas pantai, kebocoran dan kecelakaan kapal tanker,
kebocoran saluran pipa minyak, dan lainnya. Tumpahan minyak bumi
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Tumpahan minyak bumi
merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya,
konsentrasi maupun jumlahnya dapat menimbulkan kerusakan yang
hebat pada tingkat lokal baik bagi tumbuhan, hewan ataupun pada
manusia (secara tidak langsung).

1.2. Rumusan Masalah


1. Dampak apa yang terjadi dari tumpahan minyak bumi di laut?
2. Bagaimana cara menanggulangi tumpahan minyak bumi di laut?
3. Apa cara yang paling efektif untuk menanggulangi tumpahan
minyak bumi di laut?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak yang terjadi dari tumpahan minyak
bumi di laut
2. Untuk mengetahui cara penanggulangan tumpahan minyak di laut
3. Untuk mengetahui cara yang paling efektif dalam penanggulangan
tumpahan minyak bumi di laut.

1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dan
khususnya para pelaku dalam kegiatan eksplorasi, pengelolaan, dan
pengolahan minyak bumi mengetahui dan mengerti penyebab tumpahan
minyak bumi di laut dan dampak yang terjadi dari tumpahan tersebut.
Sehingga

bisa

dengan

cepat,

tepat,

dan

terkoordinasi

dalam

menanggulangi tumpahan minyak di laut untuk meminimalisasi kerugian


masyarakat dan kerusakan lingkungan. Dan selanjutnya diharapkan dapat
menciptakan teknologi baru yang lebih canggih dari teknologi yang sudah
ada dalam menanggulangi tumpahan minyak di laut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Minyak
Tumpahan minyak mengandung apa
Dampak tumpahan minyak
2.1. Karakteristik Permukaan Laut khususnya Indonesia
1. Suhu
2. Tekanan
3. Kecepatan angin
4. Densitas
5. Salinitas
6. Gravitasi
2.2. Proses Perluasan Tumpahan Minyak (kronologi)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Dampak Tumpahan Minyak di Laut


Dampak yang terjadi dari tumpahan minyak di laut adalah :

1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu


berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan,
pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam
proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal.
Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia
mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga
kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi
kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan
kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek
letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama
dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan
senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa
beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah
fitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga
akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia
karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
4. Adanya slick (lapisan minyak di permukaan air) akan menghalangi
difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang
terlarut di dalam air menjadi berkurang dan akan mengganggu
kehidupan hewan air. Adanya slick

juga akan menghalangi

masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh


tanaman air tidak dapat berlangsung. Akibatnya, oksigen yang
seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak
terjadi.
5. Akan terjadi penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak
dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu,
terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick
membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk
hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat
kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan

merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan


kedinginan yang pada akhirnya mati.

3.2. Cara Menanggulangi Tumpahan Minyak di Laut


Ada dua tahap dalam menangani tumpahan minyak yang terjadi di
laut, yaitu tahap pemantauan dan penanggulangan.

3.2.1. Pemantauan
Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan
melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan. Ada
2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu :
1. Pengamatan secara visual
Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat.
Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat
bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat dipercaya.
Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami
penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi
pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat
bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut,
sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.
2. Pengamatan penginderaan jauh
Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik,
seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu
dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan
lebih detail. Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal.
Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut
yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer, Infraredultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan
untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.

3.2.2. Penanggulangan
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya insitu burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan
sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil
1. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut,
sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan
laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang
terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk
mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api.
Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit
untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran
api sering tidak terkontrol.
2. Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir
tumpahan
pemindahan

dengan
minyak

menggunakan
ke

dalam

booms

wadah

dan

dengan

melakukan

menggunakan

peralatan mekanis yang disebut skimmer.


3. Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik.
Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya
pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi
dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat
penurunan polutan.
4. Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui
mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent)
dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini
berfungsi mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga
mudah

dikumpulkan

dan

disisihkan.

Sorbent

harus

memiliki

karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan


minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis
sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk
gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis
(busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).

5. Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak


menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan
terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan
kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut
surfaktan. (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents
atau zat aktif permukaan).
6. Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

3.3. Cara Paling Efektif untuk Menanggulangi Tumpahan Minyak


Bumi di Laut
Untuk

mengetahui

cara

paling

efektif

dalam

menanggulangi

tumpahan minyak di laut kami menggunakan metode tabel keputusan.


Dan untuk menentukan cara yang paling efektif, kami menggunakan
kendala-kendala yang akan mengeliminasi dari enam cara menanggulangi
tumpahan minyak di laut, yaitu In-situ burning, penyisihan minyak secara
mekanis,

bioremidiasi,

penggunaan

sorbent,

dispersan

kimia,

dan

Washing oil.
Menurut

Peraturan Presiden RI Nomor 109 Tahun 2006 Tentang

Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Bab I Pasal 1


Ayat 1, yaitu Penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di laut
adalah tindakan secara cepat, tepat, dan terkoordinasi untuk mencegah
dan

mengatasi

penyebaran

tumpahan

minyak

di

laut

serta

menanggulangi dampak lingkungan akibat tumpahan minyak di laut untuk


meminimalisasi kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut.
Dari Peraturan Presiden RI Nomor 109 Tahun 2006 Tentang
Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di Laut Bab I Pasal 1
Ayat 1 diatas, kami mengambil empat kendala, yaitu :
1.

Lokasi tumpahan minyak di laut

2.

Cepat dalam mengatasi penyebaran tumpahan minyak

3.

Ekologis (ramah lingkungan)

4.

Ekonomis dan Praktis

Tabel Keputusan

Kendala

Lokasi tumpahan di laut

Cepat

mengatasi

penyebaran

minyak
Ekologis (ramah lingkungan)
Ekonomis dan praktis

Keterangan tabel :
A

= In-situ burning

= Penyisihan mekanis

= Bioremediasi

= Penggunaan sorbent

= Dispersan kimiawi
F

= Washing oil

= memenuhi
X

tidak

memenuhi

Tereliminasi

Penjelasan tabel :
1.

Washing oil tidak memenuhi karena tidak bisa diterapkan di laut


2.

In-situ burning tidak memenuhi karena pembakaran minyak bumi dengan suhu
rendah akan menghasilkan senyawa konsentrasi tinggi yang sangat beracun. Sisi lain,

residu pembakaran yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi
ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.
3.

Bioremediasi tidak memenuhi karena menggunakan bakteri pemakan


minyak. Bakteri ini secara perlahan mengurai permadani minyak di laut dalam. Ini hal
yang positif, karena berarti minyak akan menghilang, tapi hasil penguraian bisa
mengandung racun. Ini tergantung dari komposisi minyak.
Minyak bumi misalnya mengandung senyawa aromatik yang sangat beracun dan sulit
untuk diurai. Jika bakteri memakan kandungan minyak bumi tersebut, sulit untuk menilai
tingkat keracunan produk yang terurai, karena campuran setelah proses penguraian
bakteri menjadi semakin kompleks. Jadi ada kemungkinan kadar racun bertambah.
Masalah utamanya adalah: Produk yang diurai bakteri, seperti asam lemak lebih
mudah larut dalam air dibandingkan senyawa sebelumnya. Sehingga organisme laut cebih
cepat memakannya. Lewat rantai makanan, racun bisa sampai ke piring makan manusia.

4.

Dispersan kimiawi tidak memenuhi karena cara ini digunakan untuk


mencegah tumpahan minyak menyebar ke pantai dengan cara dispersan
kimiawi beracun Corexit disemprotkan dalam jumlah banyak ke permadani minyak.
Memang minyak pada permukaan larut (lapisan minyak pecah menjadi tetesan
kecil), tapi ada masalah baru yang tercipta. Minyak dan Corexit larut ke dalam air dan
meracuni bakteri, larva ikan, dan mikroorganisme lainnya.

5.

Penyisihan minyak secara mekanis tidak memenuhi karena cara ini


terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk
mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan
pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang
mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.
Dari tabel keputusan diatas dapat diperoleh cara yang paling efektif

dalam

menanggulangi

menggunakan sorbent.

tumpahan

minyak

di

laut

adalah

dengan

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Tumpahan

minyak

diakibatkan

oleh

kegiatan

eksplorasi,

pengolahan, dan pengelolaan minyak mentah seperti pada kegiatan


penambangan lepas pantai, kebocoran dan kecelakaan kapal tanker,
kebocoran saluran pipa minyak, dan lainnya. Tumpahan minyak bumi

bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,


menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Tumpahan minyak bumi
merupakan

bahan

berbahaya

dan

beracun

(B3),

karena

sifatnya,

konsentrasi maupun jumlahnya dapat menimbulkan kerusakan yang hebat


pada tingkat lokal baik bagi tumbuhan, hewan ataupun pada manusia
(secara tidak langsung).
Menyadari akan besarnya bahaya tumpahan minyak di laut, maka timbulah upayaupaya untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya dari tumpahan minyak di laut tersebut
oleh negara-negara di dunia. Mengingat bahwa tumpahan minyak mentah membawa akibat
yang amat luas pada lingkungan laut maka diperlukan cara penanggulangan yang paling
efektif untuk meminimalisasi penyebaran tumpahan minyak serta menanggulangi
dampak lingkungan akibat tumpahan minyak di laut untuk meminimalisasi
kerugian masyarakat dan kerusakan lingkungan laut.
Penanganannya pun tidak bisa diserahkan hanya pada satu institusi pemerintah saja.
Perlu melibatkan kerja sama berbagai institusi seperti Departemen Lingkungan Hidup,
Departemen Pertambangan dan Energi, Kepolisian, Pemerintah Daerah, Kementrian Riset
dan Teknologi, Departeman Kelautan dan Perikanan, Departemen Perhubungan, termasuk
pula masyarakat.
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa penanggulangan tumpahan minyak
bukan hanya meliputi cara pemantauan yang menuntut teknologi yang canggih, cara
menghilangkan

minyak

yang

menuntut

penggunaan

teknologi

yang

bisa

dipertanggungjawabkan dan ramah lingkungan, namun meliputi pula penelitian dampak


tumpahan minyak tersebut dan upaya rehabilitasi lingkungan yang tercemar baik hewan,
tumbuhan, maupun estetika laut dan pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Oil Spilss, www.enviroliteracy.org (diakses pada 2 Oktober 2013)

Ramadhany, Dedy. 2009. Bioremediasi. Syakti, Agung Damar. 2008. Multi-Proses


Remediasi di Dalam Penanganan Tumpahan Minyak (Oil Spill) di Perairan Laut dan
Pesisir. http://pksplipb.or.id. [online]. (diakses pada 2 Oktober 2013)

Sumastri. Bioremediasi Lumpur Minyak Bumi Secara Pengomposan Menggunakan Kultur


Bakteri Hasil Seleksi. [online]. (diakses pada 2 Oktober 2013)

Anonim. Minyak Bumi. http://okochan.multiply.com (diakses pada 2 Oktober 2013)

Anonim.

Analisis

pencemaran

Laut

Akibat

Tumpahan

Minyak.

http://furkonable.wordpress.com (diakses pada 2 Oktober 2013)

Pencemaran Air Oleh Tumpahan Minyak. http://www.scribd.com (diakses pada 4 Oktober


2013)

Limbah Minyak, http://id.wikipedia.org (diakses pada 4 Oktober 2013)

Tumpahan Minyak di Perairan Gresik Diteliti, http://bappeda.jatimprov.go.id (diakses pada


4 Oktober 2013)

Sisa Minyak di Teluk Meksiko, http://www.dw.de (diakses pada 4 Oktober 2013)

Langkah

untuk

Indusrti

Minyak

yang

Bertanggung

http://sumberdaya.web.id (diakses pada 4 Oktober 2013)

Jawab,

Anda mungkin juga menyukai