Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERCOBAAN 9
I. TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH
II. Hari/ Tanggal
II. Tujuan: 1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung
asam
2. Menstandarlisasi larutan penitrasi
3. Menstandardisasi larutan naoh
4. Menggambarkan kurva titrasi
5. Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah
6. Menjelaskan pentingnya pengendalian ph terutama pada sistem fisiologi tubuh
7. Menguraikan cara mempertahankan ph dalam berbagai macam penggunaan
8. mengenal dengan baik beberapa larutan bufer dari sisntem tertentu dan bagaimana mereka
berfungsi
IV. Pertanyaan Prapraktek
1. Apa yang di maksud dengan (a) Asam ,(b) Basa, (c) Tittik Ekuivalen, dan (d) Indikator
(a) Asam
menjadi merah.
(b) Basa
3. Sebanyak 0,774 9 kalium hidrogen sitrat di masuk ke dalam erlenmeyer dan di larutkan
dengan air suling, kemudian di titrasi dengan larutan naoh. bila terpakai 33,60 ml, berapa
molaritas naoh tersebut?
Diketahui : KHC6 H6 o7 + NaOH
NaKC6H6O 2
5. Hitung massa kalium hidrogenftalat (khp) unttuk menetralisasi 25 ml naoh 0,1 m dan tulis
persamaan reaksinya.
V NaOH = 25 ml
M NaOH = 0,1M
KHC8H4D4 + NaOH
NaKC8H4D4 + H2O
0,0025 mol
0,0025
0.0025
v Hcl = 50 ml
V1 . m1 = v2. m2
v1 .1 = 50 . 10-1 = 5 ml
v1 = 5ml
v2 = 50 ml
v air = v2-v1= 45 ml
Cara membuat larutan 5ml HCl 1m + 45 ml air suling
Asam lemah:ion H+ nya lebih besar di bandingkan air sehingga menggeser kan
kesetimbangan air ke kiri akibatnya (H+) dan air makin kecil terhadap yang berasal dari asam
lemah.
Basa lemah: (OH-) dan air dapast di abaikan karena sangat kecil di bandingkan yang dari
basa
9 Jelaskan dengan persamaan reaksi bagaimana larutan natrium sionida(NaCN) denan
hidrogen sionida(HCN) berfungsi sebagai larutan bufer
HCN + NaOH = NaCN + H2O
HCN
H+ + CN-
NaCN
Na+ + CN-
Jika ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk HCN (kesetimbangan bergeser
kekiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap)
Jika ditambahkan Basa, ion OH- bereaksi dengan H+ membentuk H2O (kesetimbangan
bergeser kekanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan ion H+)
Ion H+ diikat oleh OH- ditutupi kembali dari penguraian ion sehingga jumlah ion H+ tetap
10. Sebutkan beberapa pasangan larutan bufer yang sifat fisiologisnya sama besar.
HC2H3O2 + NaOH
NaC2H3O2 + H2O
KH2PO4 + NaOH
K2HPO4 + H2O
V. Landasan Teori
Suatu penerapan penting dan stoikiometri di laboratorium adalah analisis unsur-unsur
untuk menentukan komposisinya. pengukuran yang di dasarkan pada massa di namakan
gravimetri, dan pengukuran berdasarkan volume larutan di namakan volumetri atau titrasi.
dalam percobaan ini teknik analisis volumetri di terapkan pada analisis contoh yang
mengandung asam.
Beberapa jenis reaksi yang dapat digunakan untuk titrasi yaitu raksi pengendapan,
reduksi dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung secara sempurna.
Pada percobaan ini akan digunakan reaksi asam basa untuk menstandardisasi larutan
basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam.
Singkatnya reaksi asam basa atau netralisasi disebabkan oleh pindahnya proton (ion H+) dari
asam ke basa. Contoh klasik dari tipe reaksi ini adalah reaksi ion hidrogen dengan ion hidrasil
H+ (aq) + OH-(aq)
H2O (l)
Pada percobaan ini sumber ion OH- adalah larutan NaOH encer dan sumber ion H+
adalah larutan asam. Mula-mula siapkan larutan NaOH 0,1 m kemudian larutan ini di
standardisasi dengan larutan asam yang di ketahui konsentrasinya. larutan naoh tidak tersedia
dalam keadaan murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya karena menyerap CO2
udara. OLEH sebab itu larutan naoh harus di standardisasi sebelum di gunakan untuk
menitrasi contoh.
Pada kebanyakan titrasi asam basa. perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas.
oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi di pakai indikator karena zat ini
memperlihatkan perubahan warna pada ph tertentu pada percobaan ini di gunakan
fenollftalein. senyawa ini tak berwarna dalam larutuan asam dan berwarna merah jambu
dalam larutan basa.
Kurva titrasi asam asetat dengan larutan NaOH 0,101 M
Gambar 9.1 kurva titrasi asam basa antara larutan asam asetat dengan larutan naoh 0,101 M.
Titik ekuivalen setelah penambahan 27,02 ml NaOH.
Titik ekuivalen tercapai setelah penambahan naoh 27,02 Ml. dari kurva titrasi di dapat
juga data untuk menghitung tetapan ionisasi asam asetat melalui persamaan hendersonhasselbalch.
pH = pKa + Log
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung harga pH dari larutan bufer. cara ini
dapat di gunakan untuk menghitung pH pada setiap titik dari kurva titrasi. Harga pH pada
kurva terlihat dari mulai harga pH sebelum penambahan naoh sampai pada lewat titik
ekuivalen. dengan menggunakan persamaan di atas kita bisa menghitung harga Ka. selama
titrasi, konsentrasi asam basa akan menurun karena asam lemah bereaksi dengnan NaOH
yang ditambahkan.
Kuantitas asam dan basa akan sama pada titik tertentu, keasaman juga akan terjadi
pada titik ekkuivalen pada titik pertengahan, jumlah NaOH yang diperlukan bereaksi
sempurna dengan jumlah asam lemah. Kuantitas NaOH pada titik pertengahan adalah
= 13,51 ml
Pada saat ini konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa sesuai dengan persamaan
berikut:
[Asam] = [ Basa]
Log = Log 1 = 0
Menurut persamaan Henderson-Hasselbalch
pH = pKa
Maka pKa dapat ditentukan
Sebagian besar proses fisiologis sangat peka terhadap perubahan pH. misalnya, pH
akan darah manusia pada dasarnya di pertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini darah
dapat mengangkut oksigen dan karbondioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2
(konsentrasi H+ lebih tinggi) maka hemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan
oksigen, dan bila pH meningkat (konsentrasihemoglobin dalam darah tidak akan terurai
menjadi karbondioksida dalam paru-paru).
Asam lemah, Basa lemah, dan Garamnya
Sistem larutan bufer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) bersama-sama
dengan garamnya. adapun asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya
mengion sedikit. asam asetat( HC2H3O2 ) adalah asam yang lemah, seperti di tunjukkan pada
persamaan berikut.
HC2H3O2 + H2O = H2O + C2H3O2
Larutan amonium hidroksida adalah contoh dari basa lemah, juga karena hanya
beberapa persen saja dari basa ini berada sebagai ion nh dan oh. asam dan basa di gololngkan
sebagai kuat atau lemah, tergantung pada derajat pengionannya (ionisasi). Beberapa asam
yang derajat ionisasinya tinggi(menddekatu 100 persen) dalam larutan encer dalam air adalah
Basa-basa ionik seperti NaOH, kOH, dan Ca (OH)2 berada sebagai ion dalam kondisi padat
dan juga terdisosiasi sempurna dalam air. sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya
HC2H3O2, HCN, H2CO3, dan H3PO4), asam organik (RCOOH ) dan beberapa basa organik
(R- NH2) hanya sedikit mengion dalam larutan air.
Garam dan asam lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama dengan ion
asamnya. garam antaralain dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah bereaksi
dengan basa yang sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. contohnya garam yang terdiri
dari ion C3H3O2- adalah garam dari asetat (HC2H3O2). Suatu garam yang khas, umpamanya
natrium asetat (NaC2H3O2) dapat di bentuk dari asam dan basa bersangkutan.
HC2H3O2 + NaOH
NaC2H3O2 + H2O
Sama halnya, natrium slanida(NaCN) dan kalsium sianida [Ca (CN)2 ] adalah garam dari
asam slanida. Kalium Monohidrogen fosfat (K2HPO4), adalah garam asam hidrogen fosfat
dan KH2PO4 sebagaimana di tunjukkan dalam persamaan berikut:
KH2PO4 + KOH
K2HPO4 + H2O
Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan basa. Contoh garamgaram dari amonium hidroksida, NH4OH (larutan amonium NH3), ialah amonium klorida,
NH4CL dan amonium sulfat, (NH4)2 SO4 (Epinur, 2012:61-64)
Sifat-sifat penting yang perlu di ingat dalam kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat.
pH awal lebih tinggi di bandingkan dalam kurva titrasi asam kuat dan basa kuat
Terdapat peningkatan ph yang cocok yang agak tajam pada suatu titrasi
Setelah titik sertara, kurva dititrasi pada asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva
asam basa kuat.
Tritrasi asam polipotik lemah bukti kuat bahwa asam polliprotik mengion dalam
penetralan asam fosfat hampir semua molekul H3PO4 mulai di ubah menjadi Na2PO4 dan
akhirnya Na2HPO4 diubah menjadi Na3PO4- yaitu:
Na3PO4- + OH-
H2PO4- + OH-
PO4-3 + H2O
HC2H3O2
pH nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya, jika ion hidrogen yang di tambahkan
untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang bersifat basa. Larutan buffer
standar dapat di buat dari asam lemah dan garam dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang
enak dipakai telah tersedia untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk
menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh larutan
dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah dapat di hitung
sebagai berikut:
Ka =
[H+] = Ka
-Log [H+] = -Log Ka- log
pH = pKa-log
pH = pKa + log
(keenan, 1991 : 235-237)
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat
a.
Erlenmeyer
b. Pipet tetes
c.
Neraca
d. Gelas ukur
e.
Tabung reaksi
f.
Indikator universal
g. Buret 50 ml
h. Botol 500 ml
i.
Corongn
j.
Tiang penyangga
k. Kaca arloji
l.
Batang pengaduk
Bahan
a.
Air suling
b. Indikator pp
c.
Larutan NaOH
d. Khp 0,1 gr
e.
Cuka dapur
f.
Larutan hcl
NH4OH
VII. Prosedur Kerja
A. Penyerapan Larutan NaoH 0.1 M
1.6 gr NaoH
Ditimbang
Dipindahkan ke botol
Di kocok
Hasil pengamatan
B. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M
Buret 50 ml
Dicuci dan dibilas dengan air suling
Dialirkan larutan
2 erlenmeyer 250 ml
Dicuci dan dibilas
Dilakukan 2 kali
3 buah erlenmeyer
Dicuci
3 erlenmeyer 250
ml
Dicuci dan dibilas
10 ml air suling
ditambahkan
3 tetes indikator pp
Ditambahkan dan dititrasi dengan larutan standar sampai terbentuk warna merah
5,1 gr KHP
Ditimbang
Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda +
80 ml pipet cairan
Dimasukkan kedalam gelas piala
Dicatat pH
pH larutan dicatat
B. Larutan buffer
1. Penentuan Ph larutan buffer
2 tabung reaksi
Tabung 1 diisi dengan 2 ml larutan buffer
0,4 gr, kemudian KHP dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan ditambahkan 25 ml air.
setelah larut kami menambahkan 3 tetes indikator pp, kemudian kami menitrasi KHP dengan
NaOH dan hasil yang kami dapatkan yaitu:
Massa KHP
= 0,35 gr
Volume NaOH awal
= 50 ml
Volume NaOH akhir
= 24 ml
Volume NaOH terpakai
= 26 ml
Dari data ini, kami dapat menentukan konsentrasi NaOH yaitu:
mol KHP - = - = 1,96 x 10-3
C. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka
Untuk melakukan percobaan ini, kami menggunakan alat yang sama dengan
percobaan standarisasi dengan KHP. Bedanya hanya pada bahan yang dipakai. 1 tetes asam
cuka dan ditambah 10 ml air suling setelah itu ditambah kan 3 tetes indikator pp, kemudian
titrasi dengan larutan NaOH.
Hasil pengamatan yang kami lakukan, didapat hasil sebagai berikut:
Volume cuka
= 2 ml
Volume NaOH awal
= 50 ml
Rapatan cuka
= 1,008 g/mr
Volume NaOH akhir
= 39,5
Volume NaOH terpakai
= 10,5
Konsentrasi NaOH
Dari data yang kami dapatkan, dapat dicari persentase asam asetat yaitu:
massa cuka = . v
= 1,008 gr/mr . 2 ml
= 2,016 gr
(Ulanngan 1)
v. m
= mol asam asetat
10,5 . 0,1
= mol asam asetat
1,05 . 10-3
= mol asam asetat
-3
60 . 1,05 . 10 = bobot asam asetat
63 . 10-3
= bobot asam asetat
Masa asam asetat
= mol . mr
= 10,5 x 10-3 . 60
= 63 . 10-3
% asam asetat (ulangan 1) = x 100%
= x 100%
= 13, 22%
(Ulangan 2)
v .m = mol asam asetat
N .0,1 = mol asam asetat
m . 10-3 mol asam asetat
Massa asam asetat
= mol . mr
= 1,1 x 10-3 .60
= 6,6 x 10-3
% asam asetat = = x 100%
= x 100%
= 13, 22%
(Ulangan 3)
v .m
10,1 . 0,1
1,01 . 10-3
massa asam asetat
10 ml = 5
20 ml = 6
30 ml = 9
35 ml = 11
40 ml = 12
45 ml = 12
46 ml = 12
47 ml = 12
48 ml = 12
49 ml = 12
Pengendalian buffer
Pada percobaan ini kami melakukan pengamatan untuk menentukan pH larutan bukan
bufer dan pH bufer.
Kami menyiapkan 3 tabung: tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling, tabung 2 diisi dengan 1 ml
larutan HCL 0,00001 M dan tabung ke 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,00001 M. kedua
larutannya di tambah asam, yaitu masing-masing tabung di tambah 1 tetes HCL 1 M kemudian
hasil yang kami dapat yaitu:
Tabung 1 = pH awal 5 setelah ditambah asam klorida pH =1
Tabung 2 = pH awal 6 setelah ditambah asam klorida pH = 1
Tabung 3 = pH awal 4 setelah ditambah asam klorida pH = 1
Pada percobaan larutan buffer, pertama 2 tabung yaitu tabung 1 diisi 5 ml asam asetat
HC2H2O2 1 M dengan 5 ml natrium asetat NaC2H2O 1 M. tabung 2 diisi 5 ml NH4OH dengan 5
ml NH4CL 1 M. kemudian kami menambahkan 2 ml larutan buffer dan 1 tetes HCL 1 M pada
tabung 1. dan pada tabung 2 kami menambahkan 2 ml larutan buffer, 1 tets NaOH 1 M. dari
perlakuan ini, kami mendapatkan data sebagai berikut:
X. Diskusi
Pada percobaan ini, kami menitrasi dan menentukan pH. larutan yang kami titrasi yaitu
HCL dengan NaOH, KHP dengan NaOH dan juga menentukan persentase asam asetat dalam
cuka. pada saat penentuan pH dengan pembacaan buret, larutan bukan bufer dan buffer pada
percobaan yang kami lakukan ini terjadi kesalahan pada penentuan persentase asam asetat.
karena menurut teori masa persentase dari 3 contoh tidak boleh lebih dari 0,05 % sedangkan
yang kami dapatkan adalah lebih dari 0,05 %
% asam asetat = 12.6% = 13,2% : 12,1%
= 0,07% > 0,05%
Hal ini di karenakan kami kurang teliti saat melakukan percobaan dan kurangnya alat
yang digunakan
Pada pembacaan buret, kami tidak menghitung pH saat penambahan NaOH ke 50, 51, 52,
55 dan 60. seharusnya dicari namun tidak kami cari. ini di sebabkan oleh kurangnya pH meter
sehingga kami tidak bisa menentukan pHnya.
XI Pertanyaan Pascapraktek
1) Apakah hasil standarisasi larutan naoh menggunakan larutan hcl dan khp memberikan hasil yang
sama? bila tidak, berikan komentar anda
Jawab: Tidak, karena Hcl adalah asam kuat sedangkan Khp adalah asam lemah, sehingga
hasilnya pun berbeda.
2) Komentari hasil analisis asam asetat yang dalam contoh buka yang anda kerjakan
jawab: Dari data yang kami dapatkan, dari 3 percobaan yaitu: 12.6%, 13,2%, dan 12,1% dengan
perbandingan 0,07% tidak sesuai dengan teori dan seharusnya di lakukan pengulangan tapi tidak
kami lakukan.
3) Agar fitrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan cepat, tindakan apa yang dapat di lakukan?
jawab: Dengan memperkirakan dari contoh pertama pada volume berapa NaOH di gunakan
terjadi perubahan warna larutan.
4) Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen, bagaimana caranya dan bagaimana pula
pengamatannya untuk titrasi ini?
jawab: Dengan cara melakukan pengamatan yang lebih teliti ketika kita menitrasinya dengan
naoh dan warnanya tidak terlalu pekat. Pengamatan sebaiknya di lakukan di atas kertas putih
sehingga perubahan warna lebih mudah di amati.
5) Dari semua prosedur, mengapa indikator begitu penting dalam titrasi? berikan penjelasan secara
singkat.
jawab: Karena dengan adanya indikator, lebih dapat melakukan titrasi lebih cepat dan juga untuk
mempermudah dalam titrasi karena kita tahu warna yang terjadi ketika kita melakukan titrasi.
6) jika ftalat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan naoh, apakah kekeliruan dalam bobot
KHC8H404 pada bagian B atau asam asetat pada cuka menghasilkan hasil yang positif atau
negatif. jelaskan
Jawab: Hasil yang positif karena bobot asam asetat pada cuka akan bertambah banyak sehingga
persentase asam aseetat dalam cuka akan menjadi seedikit
7) Selesaikan persamaan reaksi berikut
KHC8H404 + NAOH = KHC8H404 + H20
KESIMPULAN
a) Dalam menentukan titrasi, kita harus melakukan pengamatan yang sangat teliti karena titik titrasi
yang tepat adalah titik yang mendekati tititik ekuivalen yaitu ketika warna dalam zat yang di
titrasi dapat berubah warna. Perubahan warnanya jangan terlalu cepat.
b) Kita dapat menentukan persentase asam asetat dalam cuka dengan titrasi asam asetat dalam
contoh.
c) Pada saat menitrasi, indikator sangat di butuhkan karena dengan indikator kita dapat melakukan
titrasi dengan cepat, dan kita bisa tahu warna yang terjadi ketika kita melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Epinur dan wiwik ernawati. 2012. penuntun pratikum kimia dasar. Jambi: Universitas Jambi
Keenan. 1990. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Lehninger. 1993. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno. 1994. kimia dasar. Bandung:Ganessa
Pettsuci, ralp. 1987. kimia dasar. Jakarta: Erlangga
Percobaan 10
I.
KINEMATIKA KIMIA
II.
III.
1.
2.
3.
IV.
1.
a.
Hari / Tanggal
:
Tujuan :
Mengukur perubahan konsentrasi peraksi menurut waktu
Mengamati pengaruh konsentrasi suhu dan katalis pada laju reaksi
Menentukan hukum laju suatu reaksi dalam larutan berair.
Pertanyaan Prapraktek
Apa defenisi ringkas dari :
Hukum laju : persamaan yang mengkaitkan laju reaksi dengan konsentrasi molar atau tekanan
3. Belerang dioksida mereduksi HIO3 (aq) dalam larutan asam dengan reaksi 3SO2 (g) + 3H2O +
HIO3 (aq) 3H2SO4 (aq) + HI (aq)
Pada akhir reaksi, jika terdapat H103 berlebih. Zat ini dapat diambil dengan larutan kanji
senyawa HI dan H103 segera bereaksi membentuk I2 yang diserap oleh kanji dan menimbulkan
warna tiro.
[SO2]
[H1O3]
t
[M]
(M)
(detik)
14,6 x 10-4
3,60 x 10-3
25,8
7,31 x 10-3
3,60 x 10-3
52,8
-4
-3
14,6 x 10
7,21 x 10
12,6
Tentukan orde reaksi untuk setiap pereaksi dan orde keseluruahannya !
0,5 = 0,5 n
n=1
Orde total m + n = 1 + 1 = 2
V. Landasan Teori
Pengukuran laju reaksi merupakan bidang kimia yang menajubkan dari kajian kinetika,
mekanisme rekasi dapat dideduksi. Informasi tentang rekasi katalis mapun penghambatnya
hanya dapat diperoleh melalui kajian kinetika. Laju rekasi kimia dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor : konsentrasi pereaksi (dan kadang-kadag produk), suhu dan katalis. Pengukuran
laju biasanya dilakukan dibawah kondisi percobaan yang tetap, dengan satu faktor tetap
ditentukan, faktor ini dapat dibuat tetap dan faktor lain diragamkan pengkajian secara sistematik
mengenai ketergantungan laju pada perubahan laju reaksi dilanjutkan sampai perilaku kinetika
dan reaksi yang bersangkutan menjadi lengkap.
Cara mengukur laju reaksi salah satu segi penting dari pengkajian kinetika ialah
merancing teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksi menurut waktu. Analisis kimia
dengan cara volumetri atau gravimetri relatif lambat, sehingga cara seperti ini tidak digunakan
kecuali bila reaksinya lambat, atau dapat dihentikan dengan perbandingan tiba-tiba, atau dengan
penambahan perekasi yag menghentikan reaksi.
Beberapa cara yang umum digunakan ialah dengan menggunakan sifat warna dan
hantaran listrik. Laju reaksi yang melibatkan gas ditetapkan dengan mengukur volume gas per
satuan waktu. Dalam percobaan ini digunakan perubahan warna.
Untuk suatu reaksi hipotesis
2A + 3B C + 5D
Hukum lajunya dapat berupa
Laju =
Dengan K adalah tetapan lahu : n adalah orde reakasi untuk A dan m adalah orde rekasi
untuk B. orde reaksi keseluruhan adalah m = n. orde reaksi hanya dapatd itetukan lewat
percobaan, karena angka-angka ini tidak terlalu sama dengan koefisien reaksi (stoikiometri)
(Epinur, 2012 : 71 72).
Laju reaksi selalu berkurang karena konsentrasinya pereaksi makin mengecil laju rekasi
bergantung pada konsentrasi pereaksi pada saat itu. Bila reaksi :
Ax
Maka : r =
r = k [A]m
m disebut orde yang nilainya bisa. 0,1,2,3, atau pecahan. K sebagai konstanta laju reaksi.
Nilai k bergantung pada jenis reaksi dan suhu, artinya bila suhu berubah maka nilai k juga
berubah jika reaksi :
A + B + c Produk
Maka persamaan laju reaksinya :
r=
mno adalah orde masing-masing pereaksi A,B,C sedangkan jumlahnya disebut jumlah disebut
orde reaksi.
Dari persamaan laju rekasi dapat dihitung pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi
terhadap laju rekasi. Ini dapat diterapkan untuk mengontrol laju rekasi dengan mengatur
konsentrasi (Syukri, 199 : 272 273).
Pada
tahun
1889
Artherius
mengusulkan
sebuah
persamaan
empirik
yang
Jika molekul beraksi, mula-mula molekul ini bertumbuhkan lebih dahulu. Jadi, kecepatan
reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan molekul. Tidak semua tumbukan molekul
menghasilkan molekul baru untuk dapa berakasi, molekul harus punya tenaga tertentu. Jika A =
tenaga rata-rata pereaksi, molekul harus punya rata-rata hasil rekasi. Maka agar A dapat menjadi
C molekul harus melewati tenaga penghalang AE. Untuk reaksi tekanan dan AE2 untuk rekasi
kekiri disebut energi aktivasi. Sehingga E1 dan E2 merupakan selisih tenaga dalam atau panas
rekasi pada volume tetap.
= Ec EA
Umumnya, reaksi menjadi lebih cepat bila dipanaskan, jadi harga K semakin besar.
Menurut hukum Arrhenius, pengaruh temperatur K dapat dinyatakan :
E = energi aktivasi
(sukardjo, 1997 : 342-344)
Laju reaksi kimia menjelaskan berapa cepat suatu reaksi berkurang atau berapa cepat
hasil reaksi bertambah dengan meningkatkan waktu, laju rekasi awal ditentukan dengan
membagi perubahan konsentrasi suatu pereaksi pada permulaan reaksi dengan interval waktu
pendek yang melibatkan perubahan tersebut.
Salah satu tujuan penelitian kinematika adalah untuk menyatakan laju reaksi melalui
hukum yang mempunyai bentuk
Laju rekasi : K [A]m [B] n
Orde rekasi dikaitkan dengan pangkat dalam hukum kecepatan. Reaksi yang berlangsung
konstan tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut rekasi orde nol laju rekasi = K =
tetap.
Reaksi orde 1 lebih sering menampkkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju dan
konsentrasi tersebut berpangkat satu.
Laju reaksi = - laju hilanganya A = k [A]
Ln =
Waktu paruh (+ 1/2) yaitu waktu yang diperlukan agar konsentrasi prediksi berkurang
menjadi setengah dari nilai semula. Waktu paruh diperoleh dengan mensubstitusikan [A] =
[Ao] dan t=1/2 kedalam persamaan.
tLn [Ao] Ln [A] = kt
t=
Ln2 = kt 1/2
Peningkatan suhu campuran reaksi dapat meningkatkan fraksi molekul yang mempunyai
energi melebihi energi aktivasi, sehingga reaksi dipercepat cara lain untuk mempercepat rekasi
adalah dengan menggunakan katalis.
(Pettrucci, 1987 : 177-178)
VI. Alat dan bahan
Alat
Erlemeyer
Stopwatch
Tabung reaksi
Gelas Piala
Pembakar spritus
Termometer
Pipet tetes
Gelas ukur
Kaki 3+ kawat besi
Bahan
Larutan Na2S2O3 (mol) = 25,10,20,15,5
0,03
Larutan H2O (m) = 5,10,15,20
Larutan Hq (m) = 4
Pita Mg
Larutan Ha (M) = 06;0,8;1,1,2;1,4;1,6;1,8;2
Asam oksalat 8 ml 0,1 N
Asam Sulfat 2 m 6 N
KMnO4 0,1 M
2 ml H2SO4 1 M
1 ml H2SO4 1 M
4 ml H2O
Dibuat
Dicampurkan larutan tiosulfat dengan air
Diputar erlemeyer
Komposisi campuran seperti tabel 10.2
Dilakukan 2 ulangan
Dilakukan percobaan
Volume tiosulfat dibuat tetap
Dibuat grafik [S2O32-] terhadap t dan [S2O32-] terhadap 1/t
Hasil percobaan
c.
Gelas Piala II
Dididihkan
dipanaskan hingga 50 oC
Gelas Piala III
Tidak dipanaskan
Dimasukan 2 tabung gelas piala
Hasil pengamatan
Setelah 10 menit ditambhkan 3 tetes KMnO4 0,1 N diperhatikan perubahan wrna dan dicatat
waktu
d. Penagruh katalis terhadap laju reaksi
6 ml larutan asam oksalat
Dimasukan kedalam 6 tabung reaksi
Tabung 1 dan 2
Tabung 3 dan 4
Ditambahkan 2 mlm H2SO4 1 M
Ditambah 1 ml H2
Tabung 5 dan 6
SO4 1 M
Ditambah 4 ml H2O
Ditetesi 3 tetes dalam tabung
Hasil pengamatan
Diperhatikan perubahan warna dan dicatat waktu reaksi
Percobaan 10
VIII.
Hasil Pengamatan
A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam Hidroksida pengamatan terhadap
pengaruh konsentrasi Na-tiosulfat
Na2S2O3
(Ml)
25
20
15
10
5
(Na2s2O3)
(M)
0,15
0,12
0,09
0,06
0,03
H2O
(Ml)
5
10
15
20
HCl
(Ml)
4
4
4
4
4
T
(detik)
14
15
30
35
51
(detik -1)
Grafik
Orde reaksi
Pengamatan terhadap pengaruh konsentrasi asam hidroksida
Na2S2O3
(Ml)
25
25
25
(Na2s2O3)
(M)
2
4
H2O
(Ml)
5
3
1
HCl
(Ml)
3,0
1,8
0,6
T
(detik)
63
72
30
(detik -1)
0,015
0,03
0,033
Grafik
Orde reaksi adalah
Orde reaksi keseluruhan
B. Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida pengamatan terhadap pengaruh
konsentrasi asam hidroklorida.
[HCl]
HCl
[HCl]2
Log
Log
(M)
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
1,8
2,0
(M)
100
100
100
100
100
100
100
100
(detik)
47
20
8
12
40
12,41
6,5
6,7
(detik -1)
2
[0,6]
[0,8]2
[ 1 ]2
[1,2]2
[1,4]2
[1,6]2
[1,8]2
[ 2 ]2
[Ha]
0,22
0,04
0
0,08
0,0146
0,2
0,25
0,3
1,67
1,3
0,4
1,08
1,6
1,08
0,813
0,826
Suhu Reaksi
1000C
1 Sekon
500C
3 Sekon
250C
1 Menit 27 detik
1 Sekon
3 Sekon
1 Menit 39 detik
Rata-Rata
1 Sekon
3 Sekon
H2SO4
1 Ml
2 Menit 41 detik
2 Menit 39 detik
2 Menit 40 detik
0 Ml
32 Menit 34 detik
30 Menit 35 detik
31 Menit 44 detik
Terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu saat ditambahkan KMn04 yang lamakelamaankembali jadi bening dalam waktu tertentu H2SO4 berperan sebagai katalis.
IX.
Pembahasan
Pada percobaan kinetika kimia ini, kami melakukan 2 macam percobaan yaitu orde reaksi
dalam reaksi Natrium tiosulfat dengan asam Hidroklorida dan orde reaksi dalam reaksi dengan
asam Hidroklorida.
A.
[Na2S2O3]
0,15
H2O
-
HCl
4
t
14
20
0,12
15
15
0,09
10
30
10
0,06
15
35
5
0,03
20
4
51
Dari data tersebut maka ditentukan orde reaksi pada Na-tiosulfat dan asam Hidroklorida :
Laju = Berdasarkan grafik, laju reaksi terhadap [Na2S2O3] merupakan grafik orde pertama reaksi orde
pertama adalah reaksi yang lainnya bergantung pada konsentrasi reaksi di pangkatan dengan
satu. Untuk reaksi zat reaksi Na2S2O3 dengan HCl menghasilkan produk.
Untuk orde reaksi zat = 1.berarti penambahan konsentrasi akan
H2O (Ml)
HCl (Ml)
[HCl[ (Ml
t (detik)
(detik)
63
0,015
72
0,013
30
0,033
25
)
3,0
25
1,8
25
4
1
0,6
Dan data tersebut dapat ditentukan orde reaksinya yaitu :
C.
D.
1 Ml= 2 Menit 41
detik
2 Ml= 2 Menit 2
Dan hasil percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa katalis dapat mempercepat laju reaksi.
X.
a.
Diskusi
Orde reaksi dalam reaksi Natrium tiosulfat dengan asam Hidroklorida.
Orde reaksi Bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya
konsentrasi.
Orde reaksi Na2SO3 dengan HCl adalah
Na2S2O3 ( ) + 2 HCl ( ) + SO2 ( ) + S ( ) H2O ( )
K2C2O4 + 2MnO4 + H2
Bisa, karena sifat katalis yang bekerja efektif pada suhu optimum maka katalis pada
percobaan itu tidak begitu mempengaruhi.
2. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan dan jelaskan mekanisme kerja H2SO4 sebagai katalis
dalam reaksi ini !
Jawab :
H2C2O4 + 2KMnO4
K2C2O4 + 2MnO4 + H2
Katalis mempengaruhi terbukti dengan zat yang diberi katalis dengan diberi katalis, yang
lebih cepat laju reaksinya adalah yang diberi katalis H 2SO4 tidak mempengaruhi laju reaksi hasil
tapi hanya mempercepat laju reaksinya,
XII. Kesimpulan
a. Semakin besar konsentrasi pereaksi makawaktu yang dibutuhkan akan semakin kecil. Laju
konsentrasi berbanding lurus dengan konsentrasi.
r < [A]
b. Konsentrasi
jika diperbesar berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan
sehingga akan mempercepat reaksi.
c. Suhu
Jika suhu di naikan, laju reaksi ini semakin cepat kecuali pada saat-saat tertentu. Misalnya pada
enzim.
d. Katalis
Semakin banyak
DAFTAR PUSTAKA
Epinur dan wiwik ernawati. 2012. penuntun pratikum kimia dasar. Jambi: Universitas Jambi
Keenan. 1990. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Lehninger. 1993. kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.
Sutrisno. 1994. kimia dasar. Bandung:Ganessa
Pettsuci, ralp. 1987. kimia dasar. Jakarta: Erlangga
PERCOBAAN 12
I.
II.
III.
IV.
Judul
: Identifikasi Gugus Fungsi
Hari/tanggal : Rabu/
Tujuan
: Mengenal sifat fisik dan kimia alkohol, aldehida, keton, asam
karboksilat, halida, senyawa nitrat dan eter. Melakukan Uji yang khas untuk gugus fungsi.
Pertanyaan pra praktek
1. Bagaimana membedakan alkohol dengan hidrokarbon yaitu :
Alkohol
-. Mudah larut dalam Air
-. Titik didih Relatif lebih Tinggi
-. Bereaksi dengan logam Na
-. Bereaksi dengan KCl3
Hidrokarbon
-. Terdiri dari atom C dan H
-. Tidak mudah Larut dalam air
C2H6O
V.
CH3COOH
Landasan teori
Dalam senyawa organik selalu dimulai dari senyawa hidrokarbon. Senyawa tersebut terbagi
atas :
a. Hidrokarbon alifatik
Adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti benzena, baik dalam senyawa yang
berantai lurus dan bercabang maupun .
b. Hidrokarbon aromatik
Mengandung inti benzena, yaitu enam rantai kanan yang melingkar tapi stabil (Syukri, Kimia
Dasar : 686:687)
Gugus fungsi senyawa karbon merupakan gugus atom/sekelompok atom yang menentukan
sifat khas senyawa karbon tersebut. Gugus fungsi senyawa karbon merupakan bagian yang aktif,
sebab bila senyawa karbon tersebut bereaksi maka yang mengalami perubahan adalah gugus
fungsinya. Senyawa karbon dikelompokkan menjadi alkohol, eter, aldehid, keton, asam
karboksilat dan ester (Sudarmo, Unggul : 2006: 196).
Banyaknya ragam dalam senyawa organik adalah hasil dari keterubahan unsur
ion/pengelompokkan atom-atom (gugus fungsi) dalam struktur hidrokarbon.
Alkana dibuat dari
IV.
1. Alkohol
Identifikasi alkohol
Alat
: Tabung reaksi 100 ml, Pipet tetes, bunsen.
Bahan : 0.3 ml alkohol, air, 5 ml NaOH 10%, I2/KI 10%.
Oksidasi alkohol
Alat : Tabung reaksi 150 ml, pengaduk.
Bahan : 2 ml K2Cr2O4 0.1 M, 1 ml H2SO4 pekat
2. Aldehid dan keton
Alat : Tabung reaksi 150 mm, Pipet tetes
Bahan : 1 ml aldehid, 3 ml Na H SO 40%, alkohol, air.
3. Asam dan Basa
Keasaman
Alat : Tabung reaksi 75 mm, kertas lakmus, pipet tetes
Bahan : Asam organik dan Basa Organik, air suling, alkohol
Dekarboksilasi
Alat : Tabung reaksi, pipet tetes
Bahan : 0,1 gr kristal asam sulfat, 0,2 ml larutan asam, 2 ml NaHCO3 10%
Oksidasi
Alat : Tabung reaksi 150 mm, pengaduk
Bahan : 2 ml 0.1 M KMnO4, 1 ml etanol
4. Senyawa nitro
Alat : Tabung reaksi 150 mm, tabung
Bahan : 10 mg nitrobenzena, 1,5 ml fe (NH4) = (SO4) = 15%, 1 ml KOH 15%
5. Ester
Alat : Tabung Reaksi, pipet tetes
Bahan : H6C6H4COOH, H2SO4, Air, CH3OH
VI.
Prosedur kerja
1. Alkohol
Identifikasi Alkohol
--. Digoyang (tambah NaOH 10%)
--. Diisi dengan akuades
--. Dibiarkan 10 menit
--. Tambahkan I2/KI, selama 2 menit
--. Didinginkan
--. Teteskan I2/KI 10% (warna cokelat)
--. Dipanaskan pada 600 C
--. dimasukkan
0.5 ml alkohol
5 ml Air
Tabung Reaksi
Pipet tetes
Bunsen
Tabung Reaksi
CHI3
Oksidasi Alkohol
--. Ditambah 2 ml alkohol
--. Diaduk agar larut
--. Ditambah 1 ml H2SO4 Pekat
2 ml K2cr2O3 0.1 M
Tabung Reaksi
Pengaduk
Perhatikan
3. Asam Basa
Keasaman
--. diuji
--. ditambahkan
Asam Organik dan Basa
0.1 g/1,2 ml air
Kertas Lakmus
Dekarboksilasi
Oksidasi
--. Ditambahkan 1 ml etanol
--. dimasukkan
2 ml 0.1 M KMnO4
Tabung reaksi
Perhatikan
4. Senyawa nitro
--. Dilampirkan 1.5 ml fe (NH4)2
--. Ditambahkan 1 ml KI H 15%
--. Dimasukkan
10 mg nitro benzena
Tabung Reaksi
--. Amati setelah 1 menit
5. Ester
Pembuatan minyak gandapura
--. Diambil 5 tetes H2SO4
--. 3 tetes air
--. tetes CH3OH
--. Diletakkan tabung reaksi
--. Dimasukkan
HO C6H4 COOH
Tabung Reaksi
Pipet tetes
Penangas air suhu 600C
Nama
O
1
Alkohol
Metanol
Etanol
3
4
I-Propanol
T-Butanol
Nama
Pengamatan
Hasil
Golongan
Alkohol
Tidak berwarna
Iodoform
Tidak timbul
Alkohol
Coklat
Tidak berwarna
kristal
Tidak timbul
Alkohol
Coklat
Tidak Berwarna
kristal
Tidak timbul
alkohol
Cokelat
Tidak Berwana
kristal
Tidak timbul
Cokelat
kristal
Kesimpulan Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan
masih gagal. Artinya percobaan yang dilakukan tidak berhasil.
Oksidasi alkohol
N
Nama
O
1
Metanol
Golongan
Alkohol
Pengamatan
Terbentuk 3 lapisan
Hasil
HCOH
Etanol
I-propanol
Alkohol
Alkohol
menyengat
Hijau toska
Terbentuk 3 lapisan
CH3COH
CH3COCH3
T-butanol
Alkohol
muda)
Terbentuk 3 Lapisan
CH3CH2CH2CO
Nama senyawa
Aldehid
Pengamatan
Struktur kimia
Terbentuk 2 lapisan.
produk
CH3CH2COH
Nama senyawa
Asam/Basa
O
1
2
Asam salisilat
Asam benzoat
Asam pH = 2
Asam pH = 1
Struktur kimia
Nama Senyawa
Pengamatan
O
1
Asam salisilat
Timbulnya busa
HOC6H4COOH +
setelah dicampur
NaHCO3
larutan Na H CO3
adanya
gelembung
didinding tabung
reaksi
Oksidasi
--. Reaksi
--. Pengamatan
dan berbau alkohol.
--. Kesimpulan
VIII.
Pembahasan
Gugus Fungsi adalah atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa. Gugus fungsi
merupakan ciri khas dari suatu homolog.
1. Alkohol
Iodoform
Pada percobaan ini kami memasukkan 0.5 ml alkohol kedalam 5 ml air kedalam tabung reaksi
150 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml NaOH 10% kedalam campuran tersebut sambil digoyang
dan ditetesi dengan I2/KI sampai terlihat warna cokelat. Setelah semuanya tercampur baru
kemudian dipanaskan sampai suhu 600C. Tahap selanjutnya adalah menambahkan KI kembali
sehingga warna cokelat tua semakin terlihat jelas (pekat), tabung reaksi didinginkan kemudian
ditambahkan beberapa tetes NaOH 10% sambil tabung tersebut digoyang. Tujuan dari
penambahan NaOH adalah untuk mengeluarkan I2 yang berlebihan.
Kemudian isi tabung reaksi dengan akuades dan biarkan 10 metil kristal CHI3 akan timbul
apabila jumlah alkohol sangat sedikit namun kami tidak mendapatkan kristal CHI3 pada
percobaan ini.
Oksidasi alkohol
Pada percobaan ini didapat aldehid dan keton.
- Asam basa
a. Keasaman
Pada percobaan ini menggunakan asam salisilat dan asam kedalam tabung 75 mm kemudian uji
dengan lakmus didapat asam salisilat pHnya = 2 sedangkan asam benzoat pH nya = 1
b. Uji Natrium bikarbonat
Pada percobaan ini digunakan asam salisilat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
ditambahkan NaOH 10% pengamatan yang terjadi terdapat CO2
OH C6 H4 COOH + Na HCO3
OH-C6H4 COO Na + H2O + CO2
c.
Oksidasi
Satu (1) ml KMnO4 dimasukkan ketabung reaksi lalu ditambahkan etanol (C2H5OH) Persamaan
reaksinya
KMnO4 + CH3-CH2-OH --- KOH + CH3 CH2 + MnO4
Pengamatan
: warna ungu semakin Pekat dan semakin lama berubah menjadi warna merah dan
berbau alkohol.
2. Senyawa Nitro
10 mg nitro benzena dimasukkan kedalam tabung reaksi 150 mm kemudian dicampur dengan 1.5
ml Fe (NH4)2 (SO4)2 15% ditambahkan 1 ml KOH 15% dalam suasana alkohol. Aduk kuat pada
saat dicampur dengan Fe (NH4)2 (SO4)2 nitrobenzena tidak menyatu dengan Fe (NH4)2 (SO4)2
dan nitrobenzena membentuk gelembung-gelembung.
3. Ester
Ester dapat terbentuk dari reaksi asam anorganik/asam organik dengan alkohol, ester biasanya
mudah menguap dan mempunyai bau yang tidak enak. Bau alami bunga-bungaan dan aroma
buah-buahan merupakan salah satu beberapa ester.
Pengamatan minyak gandapura
Pengamatan : Larutan Membeku
Kesimpulan : Terjadi reaksi asam salisilat sehingga timbul bau mint.
Diskusi
Alkohol
IX.
X.
Anggur
: H2NC6H4COOCH3
Jeruk
: CH3COOC2H5
metil butanol
etil etanoat
3. Asam asetat dapat dibuat dengan mengoksidasi etanol dengan ion permanganat. Dalam suasana
asam. Tulis reaksi yang terjadi
MnO4
b.
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
-
(KMnO4)
Ester dapat terbentuk dari reaksi asam organik dan asam anorganik dengan alkohol.
Metil salisilat yang terkandung dengan minyak gandapura dibuat dengan mereaksikan metanol
dengan asam salisilat.
DAFTAR PUSTAKA
Epinur, dkk. 2010 penuntun praktikum kimia dasar II. Jambi : Universitas Jambi
Petrucci, Ralph. 1987 Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Respati. 1986 Pengantar kimia organik Jakarta : Erlangga
Sudarmo. Unggul.2006. Kimia Jakarta : Erlangga
Suhardi. 2008. Kimia Dasar. Bandung : Yrama widya
Tim olimpiade kimia 2010 kimia 3 Jakarta : PT. Graha Cipta Karya