Anda di halaman 1dari 10

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

PENGARUH FAKTOR RESIKO AKNE VULGARIS TERHADAP MAHASISWA


Nur Farah Hanini
Medical Faculty of Hasanuddin University
ABSTRAK
Latar Belakang: Akne Vulgaris merupakan suatu reaksi peradangan kronik pada unit polisebasea yaitu folikel rambut dan kelenjar
sebasea ditandai oleh pembentukan komedo terbuka dan tertutup, papul, pustul, modul dan atau kista yang sering
mempengaruhi kehidupan remaja. Hampir setiap orang pernah mengalami akne vulgaris selama hidup mereka dan biasanya
banyak ditemui pada masa pubertas seseorang. Meskipun akne vulgaris tidak menyebabkan morbiditas berat atau cacat fisik
namun dalam hal ini tetap dipertimbangkan pada konsikuensinya dari segi psikologis dan juga sosial. Metode: Penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dari Oktober 2016 hingga November 2016 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ke atas 93 orang responden
mahasiswa pre klinik. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan
program SPSS dan diuji dengan uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73 orang (78.5%) menderita
akne vulgaris dan 20 orang (21.5%) tidak menderita akne vulgaris. Berdasarkan hasil analisa didapatkan sebanyak 75 orang
(80.6%) responden dengan riwayat keluarga, 85 orang (91.4%) responden menyentuh jerawat langsung dengan tangan, 14
responden (15.1%) membersihkan wajah dengan sabun lebih tiga kali sehari, 91 orang (97.8%) responden riwayat makan
gorengan, 79 responden (84.9%) riwayat makan kacangan, 88 responden (94.6%) riwayat makan keju, 90 responden (96.8%)
riwayat makan coklat, 69 responden (74.2%) responden riwayat minum minuman soda, 81 responden (87.1%) mempunyai
riwayat perubahan hormon seminggu sebelum menstruasi, 78 responden (83.9%) dengan riwayat saat menstruasi, 73 responden
(78.5%) dengan riwayat memencet jerawat,78 responden (83.9%) menggosok kulit wajah, dan 60 responden (64.5%) dengan
riwayat mengalami stres. Dari hasil uji chi square mendapatkan ada hubungan bermakna antara riwayat keluarga (ibu dan saudara
kandung pvalue = 0,000), riwayat kebersihan diri (menyentuh jerawat langsung dengan tangan pvalue = 0,028 dan frekuensi
membersihkan wajah dengan sabun pvalue = 0,016), riwayat perubahan hormon (seminggu sebelum menstruasi pvalue = 0,041
dan saat menstruasi pvalue = 0,015), riwayat trauma (memencet jerawat pvalue = 0,034 dan menggosok kulit wajah pvalue =
0,045), riwayat stres dengan nilai pvalue = 0,040 terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin tahun 2016.
Kata kunci : Akne vulgaris, Riwayat Keluarga, Riwayat Kebersihan Diri, Riwayat Diet, Riwayat Perubahan Hormon, Riwayat
Trauma, Riwayat Stres
ABSTRACT
Backgroud: Acne vulgaris is a chronic inflammatory reaction and a result of obstruction of pilosebaceous units (hair follicles and
their accompanying sebaceous gland) association with the formation of comedones (open and closed), papules, pustules, nodules,
and/or cysts and often affects teenagers life. Almost everyone has experienced acne vulgaris during their lifetime and it is usually
common during their puberty. Although acne vulgaris does not cause severe morbidity or physical disabilities, but in this case
remains to be considered on their consequences in terms of psychological and social. Methods: This study is an analytic study with
a cross sectional study design and the data collected by using simple random sampling technique. This research was conducted
on October 2016 up to November 2016 at University Hasanuddin Faculty of Medicine involving 93 student of pre-clinic students
as samples. Data collected by filling in the questionnaire which has been tested for validity. The collected data were analysed by
using SPSS and has been tested with chi-square test.Results: The results showed that 73 students (78.5%) suffered from acne
vulgaris and 20 students (21.5%) do not suffer from acne vulgaris. Based on the analysis results obtained , 75 respondents (80.6%)
with a family history, 85 respondents (91.4%) touch acne by hand, 14 respondents (15.1%) cleansing with soap more than three
times a day, 91 respondents (97.8% ) with history of eating fried foods, 79 respondents (84.9%) with history of eating beans, 88
respondents (94.6%) with history of eating cheese, 90 respondents (96.8%) with history of eating chocolate, 69 respondents
(74.2%) with history of drinking soda , 81 respondents (87.1%) had a history of hormonal changes a week before menstruation,
78 respondents (83.9%) with a history of during menstrual period, 73 respondents (78.5%) with a history of squeeze acne, 78
people (83.9%) of respondents rubbing the skin, and 60 respondents (64.5%) with stress. From the results of the chi square test
there is significant relationship between family history (mother and siblings pvalue = 0.000), history of personal hygiene (touching
acne by hand pvalue = 0.028 and the frequency of cleansing with soap pvalue = 0.016), history of hormone changes (week before
menstruation pvalue = 0.041 and during menstrual pvalue = 0.015), trauma (squeeze acne pvalue = 0.034 and rub the skin pvalue
= 0.045), history of stress with a value pvalue = 0,040 on the incidence of acne vulgaris in student preclinical Medical Faculty of
Hasanuddin University 2016.
Keywords: Acne vulgaris, Family History, Self Hygiene History, Diet History, Hormonal Changes History, Trauma History, History
of Stress

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

PENDAHULUAN
Menurut Bhate K dan Williams HC
(2013), Akne Vulgaris adalah penyakit
peradangan kronis dari unit polisebasea
merangkumi folikel rambut dan kelenjar sebasea
yang ditandai dengan lesi non inflamasi yaitu
komedo terbuka dan komedo tertutup atau lesi
inflamasi yaitu papula dan pustul. Dalam
penelitian tersebut dikatakan derajat akne
vugaris mempengaruhi dewasa muda sekitar
20% sedangkan pada derajat parah ianya
berhubungan dengan masa pubertas individu
tersebut.
Pada catatan studi menurut Dermatologi
Kosmetika Indonesia pula telah menunjukkan
bahwa pada tahun 2006 terdapat 60% penderita
akne vulgaris diikuti pada 2007 sebanyak 80%
penderita dan 90% penderita pada tahun 2009
(Tjekyan, 2008). Data rekam medis yang
didapatkan dari RSUP Wahidin Sudirohusodo
Makassar pula menunjukkan angka kunjungan
penderita akne vulgaris pada tahun 2008 sebesar
7,8% dari seluruh kunjungan di Poliklinik Kulit
dan Kelamin. Manakala data rekam medis di
beberapa rumah sakit di Indonesia pada tahun
2008, didapatkan kunjungan penderita akne
vulgaris berat yang cukup tinggi antara di
beberapa rumah sakit di Indonesia antara lain di
RSUP Wahidin Sudirohusodo terdapat 21% dari
seluruh kunjungan penderita akne vulgaris, di
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang terdapat 6%
dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris
dan di RS Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat 9%
dari seluruh kunjungan penderita akne vulgaris
(Anis, 2013). Pelbagai faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan akne vulgaris
seperti faktor genetik, faktor endokrin
(androgen, pituitary sebotropic), faktor
makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea, faktor
psikis, faktor musim, faktor stres, infeksi bakteri
(Propionibacterium acnes), kosmetika, dan
bahan kimia lain (Zaenglein, 2008).
Meskipun
Akne
vulgaris
tidak
menyebabkan morbiditas berat atau cacat fisik
namun
tetap
dipertimbangkan
pada
konsikuensinya dari segi psikologis dan juga

sosial. Selain faktor kosmetika, stres psikologis


merupakan salah satu faktor yang dapat memicu
terjadinya pertumbuhan akne vulgaris bahkan
memberikan masalah psikologis yang dapat
mempengaruhi kehidupan pasien. Akne vulgaris
derajat berat dapat menyebabkan jaringan parut
dan
sedikit
kecacatan
selain
dapat
memperparah kondisi yang ada (Darwish, 2013).
Oleh kerana itu, adanya kehadiran faktor resiko
dalam mempengaruhi akne vulgaris dan
tingginya angka kejadian penyakit akne vulgaris
di kalangan remaja atau dewasa muda harus
menjadi perkara yang serius, maka diperlukan
penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh
faktor resiko terhadap kejadian akne vulgaris
pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin pada tahun 2016.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan metode pengumpulan data
secara cross sectional.Metode pengumpulan
data ini menggunakan kuesioner bagi menilai
pengaruh faktor resiko yang dialami oleh
mahasiswa dan pengaruhnya terhadap akne
vulgaris. Sampel yang diambil di Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin adalah
sebanyak 93 orang mahasiswa Pre Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin yang hadir
pada waktu penelitian dengan menggunakan
metode slovin.
HASIL
Berdasarkan hasil yang diperoleh
sebanyak 20 orang (21.5%) daripada 93 orang
responden tidak mengalami keluhan akne
vulgaris, dan selebihnya sebanyak 73 orang
(78.5%) sedang mengalami keluhan akne
vulgaris.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
responden
yang
mengalami akne vulgaris sebagian besar (53.8%)
dalam kategori usia produktif yaitu 21-25 tahun
dan responden yang berada dalam kategori
umur 19-20 tahun adalah sebanyak 46.2%.
Menurut Depkes RI (2009), semua responden
tergolong dalam kategori masa remaja akhir
yaitu antara umur 17 hingga 25 tahun.

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan


keluhan akne vulgaris.

Umur
Remaja (19-20 tahun)
Dewasa awal (21-25
tahun)
Total

Keluhan Akne Vulgaris pada mahasiswa


Pre-klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
80

73

46.2
53.8

93

100

Tabel 3. Hubungan riwayat keluarga terhadap


kejadian akne vulgaris.

60

Jumlah

43
50

Riwayat
Keluarga
dengan
akne
vulgaris
Tidak
ada
Ada
Total

40
20
20
0
Ada

Tidak

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan


angkatan dan umur.
Karakteristik
Angkatan
2013
2014
2015
2016

24
23
23
23

25.8
24.7
24.7
24.7

Total

93

100

Akne (-)

Akne (+)

12

66.7

33.3

8
20

10.7
21.5

67
73

89.3
78.5

P
(0.05)

0.000

Pada tabel 3, responden tanpa keluhan


akne vulgaris tetapi mempunyai riwayat
keluarga sebanyak 8 orang (10.7%) dan tidak ada
riwayat keluarga sebanyak 12 orang (66.7%).
Sedangkan mahasiswa yang mengalami keluhan
akne vulgaris dengan dengan riwayat keluarga
sebanyak 67 orang (89.3%) dan tidak ada riwayat
keluarga sebanyak 6 orang (33.3%).

Tabel 4. Hubungan riwayat kebersihan diri terhadap kejadian akne vulgaris.


Riwayat
kebersihan diri

Membersihkan
wajah secara
teratur dengan
sabun
Mencuci wajah
sebelum tidur
setiap malam
Menyentuh
jerawat secara
langsung dengan
tangan

Tidak
pernah
N
(%)

Sering

N
(%)

Akne (-)
Kadangkadang
N
(%)

15
(24.6%)

5
(17.2%)

12
(26.1%)

10
(27.8%)

Sering

Tidak
pernah
N
(%)

P
(0.05)

N
(%)

Akne (+)
Kadangkadang
N
(%)

0
(0.0%)

46
(75.4%)

24
(82.8%)

3
(100 %)

0.478

8
(19.0%)

0
(0.0%)

34
(81.0%)

34
(81.0%)

5
(100%)

6
(12.2%)

4
(50.0%)

26
(72.2%)

43
(87.8%)

4
(50.0%)

0.351

0.028

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

Tabel 5. Hubungan kekerapan membersihkan wajah dengan sabun terhadap akne vulgaris.
Riwayat
kebersihan diri

Kekerapan
membersihkan
wajah dengan
sabun

<3kali/
hari
N
(%)
4
(8.9%)

Akne (-)
3kali/
hari
N
(%)
11
(32.4%)

>3kali/
hari
N
(%)

<3kali/
hari
N
(%)

Akne (+)
3kali/
hari
N
(%)

5
(35.7%)

41
(91.1%)

23
(67.6%)

Pada Tabel 4, responden yang


mengalami keluhan akne vulgaris sering
membersihkan wajah secara teratur dengan
menggunakan sabun sebanyak 46 orang (75.4%).
Rata-rata responden yang mengalami keluhan
akne vulgaris sering mencuci wajah sebelum

>3kali/
hari
N
(%)

P
(0.05)

9
(64.3%)

0.016

tidur setiap malam sebanyak 34 orang (81.0%).


Pada tabel 5, didapatkan responden yang
mengalami keluhan akne vulgaris dan
membersihkan wajah lebih dari tiga kali perhari
hanya 9 orang (64.3%).

Tabel 6. Hubungan riwayat diet terhadap kejadian akne vulgaris.


Sering
Riwayat diet

Gorengan
Kacangkacangan
Keju
Coklat
Minuman Soda

N
(%)
8
(21.6%)
6
(33.3%)
3
(11.1%)
8 (21.1%)
0
(00.0%)

Akne (-)
Kadangkadang
N
(%)
12
(22.2%)
12
(19.7%)

Tidak
pernah
N
(%)
0
(0.0%)
2
(14.3%)

17
(27.9%)
10
(19.2%)
16
(26.2%)

0
(00.0%)
2
(66.7%)
4
(16.7%)

Berdasarkan tabel 6, didapatkan


mayoritas responden yang mengalami keluhan
akne vulgaris mengonsumsi gorengan sebanyak
71 orang (76.3%), makanan kacang-kacangan

N
(%)
29
(78.4%)
12
(66.7%)

Akne (+)
Kadangkadang
N
(%)
42
(77.8%)
49
(80.3%)

Tidak
pernah
N
(%)
2
(100%)
12
(85.7%)

24
(88.9%)
30
(78.9%)
8
(100%)

44
(72.1%)
42
(80.8%)
45
(73.8%)

5
(100%)
1
(33.3%)
20
(83.3%)

Sering

P
(0.05)

0.754
0.360
0.102
0.150
0.189

sebanyak 61 orang (65.6%), makanan keju


sebanyak 68 orang (73.1 %), makanan coklat
sebanyak 72 orang (77.4%) dan minuman soda
sebanyak 53 orang (57.0%).

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

Tabel 7. Hubungan riwayat siklus menstruasi yang teratur terhadap akne vulgaris
47

50
40
30
20

10

9
2

Ya

Tidak
Berjerawat

Tidak Pasti

Tidak Berjerawat

Pada tabel 7, mayoritas responden


perempuan yang mempunyai keluhan akne
vulgaris mempunyai siklus menstruasi yang
regular dan teratur setiap bulan menstruasi
sebanyak 47 orang (83.9%) lebih banyak
daripada responden yang tidak mempunyai

siklus menstruasi yang regular sebanyak 9 orang


(81.8%). Sedangkan responden perempuan yang
tidak mempunyai keluhan akne vulgaris
mempunyai siklus menstruasi yang regular dan
teratur setiap bulan menstruasi sebanyak 9
orang (16.1%)

Tabel 8. Hubungan riwayat perubahan hormon terhadap kejadian akne vulgaris.


Riwayat
perubahan
hormon
Seminggu
sebelum
menstruasi
Saat
menstruasi
Selepas
menstruasi

N
(%)
5
(10.9%)

Akne (-)
Kadangkadang
N
(%)
3
(25.0%)

Tidak
pernah
N
(%)
5
(0.0%)

3
(7.5%)

4
(26.7%)

1
(7.1%)

9
(20.0%)

Sering

N
(%)
41
(89.1%)

Akne (+)
Kadangkadang
N
(%)
9
(75.0%)

Tidak
pernah
N
(%)
7
(58.3%)

6
(40.0%)

37
(92.5%)

11
(73.3%)

9
(60.0%)

0.015

3
(27.3%)

13
(92.9%)

36
(80.0%)

8
(72.7%)

0.402

Sering

P
(0.05)

0.041

Tabel 9. Hubungan jerawat yang timbul selama siklus menstruasi terhadap kejadian akne vulgaris

Riwayat
perubahan
hormon
Jerawat yang
timbul selama
siklus
menstruasi

< 5 lesi

Akne (-)
> 5 lesi

< 5 lesi

Akne (+)
> 5 lesi

N
(%)

Tidak
pasti
N
(%)

N
(%)

N
(%)

8
(19.0%)

0
(0.0%)

5
(27.8%)

34
(81.0%)

P
(0.05)

N
(%)

Tidak
pasti
N
(%)

10
(100%)

13
(72.2%)

0.192

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

Pada tabel 8, dari 70 orang responden


wanita pada penelitian ini, didapatkan mayoritas
responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris menyatakan sering menderita akne
vulgaris seminggu sebelum menstruasi sebanyak
41 orang (89.1%) dan saat menstruasi sebanyak

37 orang (92.5%). Pada tabel 9, mayoritas


responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris mendapatkan kurang dari 5 lesi akne
vulgaris yang timbul selama siklus menstruasi
dengan bilangan sebanyak 34 orang (81.0%),
lebih dari 5 lesi sebanyak 10 orang (100%).

Tabel 10. Hubungan riwayat trauma terhadap kejadian akne vulgaris


Sering
Riwayat
trauma

N
(%)
4
(13.3%)
2
(8.0%)

Menyentuh
jerawat
Memencet
jerawat
Menggaruk
kulit wajah
Menggosok
kulit wajah
Membersih
wajah dengan
pembersih
mengandung
skrub

1
(8.3%)
5 (11.4%)
1
(10.0%)

Akne (-)
Kadangkadang
N
(%)
12
(21.8%)
10
(20.8%)

Tidak
pernah
N
(%)
4
(50.0%)
8
(40.0%)

9
(17.3%)
9
(26.5%)
14
(24.1%)

10
(34.5%)
6
(40.0%)
5
(20.0%)

Pada tabel 10, mayoritas responden


yang mengalami keluhan akne vulgaris dengan
memencet jerawat sebanyak 61 orang (65.6%)
dan
menggosok
kulit
wajah
dengan
menggunakan handuk atau baju sebanyak 64
orang (68.8%). Manakala sebanyak 26 orang

N
(%)
26
(86.7%)
23
(92.0%)

Akne (+)
Kadangkadang
N
(%)
43
(78.2%)
38
(79.2%)

Tidak
pernah
N
(%)
4
(50.0%)
12
(60.0%)

11
(91.7%)
39
(88.6%)
9
(90.0%)

43
(82.7%)
25
(73.5%)
44
(75.9%)

19
(65.5%)
9
(60.0%)
20
(80.0%)

Sering

P
(0.05)

0.081
0.034
0.097
0.045
0.590

(86.7%) responden yang berjerawat sering


menyentuh jerawat. Sebanyak 11 orang (91.7%)
responden yang berjerawat sering menggaruk
kulit wajah dan 9 orang (90.0%) responden yang
berjerawat sering membersihkan wajah dengan
pembersih mengandung skrub.

Tabel 11. Hubungan riwayat stres terhadap kejadian akne vulgaris


Akne (-)
Riwayat
stres
Tingkat
stress

11

< 16
(%)

(33.3%)

Akne (+)
> 16
(%)

(15.0%)

22

< 16
(%)

(66.7%)

51

> 16
(%)

(85.0%)

P
(0.05)

0.040

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

Pada tabel 11, didapatkan mayoritas responden


mengalami stres dengan hasil lebih dari 16
sebanyak 60 orang (64.5%). Sebanyak 33 orang
(32.3%) responden tidak mengalami stres
dengan hasil kurang dari 16.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
pada tabel 1 didapatkan data siswa yang
menderita akne vulgaris sebanyak 73 orang
(78.5%), sedangkan siswa yang tidak menderita
akne vulgaris sebanyak 20 orang (21.5%). Hal ini
bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tasoula et al (2012) yang mengatakan
bahwa akne vulgaris pada umumnya dapat
menyerang 80% kalangan remaja dan orang
dewasa di berbagai derajat penyakit tersebut.
Hal ini terjadi kerana sampel yang diambil pada
penelitian ini adalah mahasiswa yang umurnya
berada dalam kisaran 19-25 tahun. Menurut
Depkes RI (2009), semua responden tergolong
dalam kategori masa remaja akhir yaitu antara
umur 17 hingga 25 tahun.
Menurut Efendi (2003), akne vulgaris
merupakan penyakit heredeter akibat adanya
peningkatan kepekaan pada unit pilosebasea
terhadap kadar androgen yang normal dalam
darah. Selain itu, faktor genetik juga diduga
berperan dalam menentukan bentuk dan
gambaran klinis, penyebaran lesi serta durasi
penyakit. Pada tabel 3, ditemukan data pada
orang yang memiliki riwayat keluarga yaitu 75
orang (80.7%), didapatkan mempunyai keluhan
kejadian akne vulgaris pada 67 orang (89.3%)
dan tidak mempunyai keluhan akne vulgaris
pada 8 orang (10.7%). Berdasarkan hasil uji
statistik, diperoleh nilai p=0.000 (p>0.05). Hasil
penelitian ini bersesuaian dengan hasil
penelitian Tjekyan (2008) dimana responden
yang mempunyai riwayat keluarga dengan akne
vulgaris ternyata mengalami akne vulgaris
sebanyak 80.04% dan secara statistik bermakna
atau dengan kata lain riwayat keluarga
berpengaruh terhadap kejadian akne vulgaris.

Pada tabel 4, ditemukan data pada


responden yang sering membersihkan wajah
secara teratur yaitu 61 orang (65.6%),
didapatkan mempunyai keluhan kejadian akne
vulgaris pada 46 orang (75.4%). Hasil penelitian
ini tidak bersesuaian dengan kepustakaan
Tjekyan (2008), untuk mendapatkan kulit yang
bersih diperlukan hanya membersihkan wajah
dua kali sehari dengan air dan sabun yang
lembut untuk mengurangi minyak yang berlebih
di kulit dan juga mengangkat kulit yang mati. Hal
ini membawa kepada hasil bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna membersihkan wajah
secara teratur menggunakan sabun dengan
kejadian akne vulgaris pada mahasiswa dengan
nilai p=0.478. Hasil uji statistik antara pengaruh
mencuci wajah sebelum tidur setiap malam juga
menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna terhadap kejadian akne vulgaris
dengan nilai p=0.351. Menurut penelitian
sebelumnya
oleh
Rahmawati
(2012),
membersihkan wajah sebaiknya dilakukan
setelah melakukan aktivitas dan juga sebelum
istirahat seperti sebelum tidur. Hal ini kerana
untuk memastikan agar kulit sentiasa bersih dari
sisa-sisa kosmetik dan juga kotoran. Kulit yang
bersih saat istirahat akan dapat membantu
menimbulkan perasaan nyaman pada diri
seseorang. Pengaruh menyentuh jerawat secara
langsung dengan tangan terhadap kejadian akne
vulgaris telah memberikan hubungan yang
bermakna terhadap kejadian akne vulgaris
dengan nilai p=0.028. Pada tabel 5 pula
ditemukan hasil uji statistik yang diperoleh
menunjukkan terdapat
hubungan
yang
bermakna antara frekuensi membersihkan
wajah dengan sabun dengan kejadian akne
vulgaris dengan nilai p = 0.016. Hal ini
bersesuaian dengan hasil penilitian Tjekyan
(2008), didapatkan responden yang menderita
akne vulgaris dengan frekuensi membersihkan
wajah berhubungan linier dimana semakin
sering wajah dibersihkan semakin rendah angka
kejadian akne vulgaris dengan hasil hanya 2%
sahaja angka kejadian akne vulgaris pada yang
membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari.

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

Berbagai
penelitian
menyebutkan
bahwa saat ini belum ada bukti makanan
tersebut dapat langsung menyebabkan akne.
Makanan tersebut dapat mempengaruhi
metabolism tubuh sehingga mengaktifkan
kelenjar polisebasea untuk menghasilkan sebum
dan bila terjadi penyumbatan pada folikelnya
maka dapat menjadi awal dari akne, namun
metabolisme setiap individu itu berbeda-beda
sehingga reaksi yang terjadi pada kelenjar
polisebasea juga tidak sama pada setiap individu
(Tjekyan, 2008). Menurut Anis (2013),
ditemukan adanya hubungan yang signifikan
terhadap konsumsi minuman soda dan coklat
terhadap kejadian akne vulgaris di dalam
penelitian yang dilakukan oleh Munawar Z dkk.
Namun hasil dari penelitian ini tidak bersesuaian
dengan penilitian Munawar Z dkk. Hasil korelasi
kelima-lima makanan menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna antara diet dan juga
kejadian akne vulgaris dimana gorengan p =
0.754, kacang-kacangan p = 0.360, keju p =
0.102, coklat p = 0.150 dan juga minuman soda p
= 0.189.
Pada tabel 7, mayoritas responden
perempuan mempunyai siklus menstruasi yang
teratur setiap bulan sebanyak 56 orang (80%),
pada responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris sebanyak 47 orang (83.9%) dan
responden yang tidak mempunyai keluhan akne
vulgaris sebanyak 9 orang (81.8%). Hasil uji Chisquare didapatkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara siklus mentsruasi dengan
kejadian akne vulgaris pada responden
(p=0.090). Hal ini bersesuaian dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ghodsi et al (2009) yang
menyatakan bahwa siklus menstruasi yang
teratur tidak memiliki hubungan yang bermakna
terhadap kejadian akne vulgaris. Pada tabel 8,
mayoritas responden perempuan sering
mengalami kejadian akne vulgaris seminggu
sebelum menstruasi sebanyak 46 orang (65.7%).
Namun, didapatkan juga sebanyak 40 responden
(57.1%) yang menderita akne vulgaris saat
menstruasi. Berdasarkan hasil uji Chi-square,
didapatkan ada hubungan yang bermakna
antara riwayat perubahan hormon dengan

seminggu sebelum menstruasi dan saat


menstruasi terhadap akne vulgaris yaitu p=0.041
dan p=0.015. Hasil uji statistik menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna diantara
riwayat perubahan hormon selepas menstruasi
dengan kejadian akne vulgaris dengan nilai
p=0.402 didukung dengan kepustakaan hasil
studi yang telah dilakukan pada tahun 1991 oleh
Vaswani dan Pandhi mengenai hubungan
diantara akne vulgaris dengan siklus menstruasi,
disebutkan bahwa rata-rata lesi noninflamasi
dan lesi inflamasi pada fase menstruasi
meningkat dan kemudiannya akan menurun
pada fase setelah menstruasi (Ayudiyanti, 2014).
Pada tabel 9, hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara jerawat yang timbul selama
siklus menstruasi dengan kejadian akne vulgaris
dengan nilai p=0.192. Hal ini diduga karena
mayoritas responden wanita menyatakan bahwa
kurang dari 5 lesi akne vulgaris yang timbul
selama siklus menstruasi sebanyak 42 orang
(60.0%), pada responden yang memiliki akne
vulgaris sebanyak 34 orang (81.0%) dan
responden yang tidak memiliki akne vulgaris
sebanyak 8 orang (19.0%). Hasil penelitian ini
tidak bersesuaian dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa pada umumnya 5 hingga 10
lesi yang akan muncul kurang lebih satu minggu
sebelum menstruasi (Sultana, 2012).
Pada tabel 10, didapatkan hasil data
mayoritas responden memencet jerawat
sebanyak 73 orang (78.5%) dan menggosok kulit
wajah sebanyak 78 orang (83.9%). Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara memencet jerawat dan
menggosok kulit wajah terhadap kejadian akne
vulgaris dimana memberi nilai p=0.034 dan
p=0.045. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa tekanan
dan gesekan dapat menginduksi terjadinya
komedo dan papul juga beberapa pasien yang
mempunyai kebiasaan menggosok kulit
wajahnya
dikatakan
dapat
menambah
pembentukan lesi akne vulgaris (Anis, 2013).
Trauma yang berulang kali pada kulit akan

Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

menyebabkan kerusakan pada unit polisebasea


hingga dapat mengakibatkan adanya erupsi
akne. Namun, tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara riwayat trauma dengan
menyentuh jerawat (p=0.081), menggaruk kulit
wajah (p=0.097) dan membersihkan wajah
dengan pembersih yang mengandung skrub
(p=0.590) terhadap kejadian akne vulgaris.
Adanya trauma fisik berupa gesekan maupun
tekanan dapat meransang timbulnya akne
vulgaris (Siregar, 2005).
Pada tabel 11, didapatkan mayoritas
responden mengalami stres dengan hasil lebih
dari 16 sebanyak 60 orang (64.5%), pada
responden yang mengalami keluhan akne
vulgaris sebanyak 51 orang (85.0%) dan
responden yang tidak memiliki keluhan akne
vulgaris sebanyak 9 orang (15.0%). Sebanyak 33
orang (32.3%) responden tidak mengalami stress
dengan hasil kurang dari 16. Hasil dari uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
antara faktor stres dengan kejadian akne vulgaris
dimana hasil nilai p=0.040. Hal ini terkait dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa adanya
stres emosi telah dapat menyebabkan akne
vulgaris berulang kembali pada sebagian
penderita melalui mekanisme peningkatan
produksi hormon androgen dalam tubuh
(Effendi, 2003). Menurut Medline Plus, National
Institutes of Health Amerika Serikat (2006) juga
menyatakan bahwa stres merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya akne
vulgaris selain dapat memperberat kondisi akne
vulgaris sedang diderita.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulakn
bahwa didapatkan daripada 93 orang responden
yang diteliti, mayoritas sebanyak 73 orang
(78.5%) diantaranya yang sedang mengalami
keluhan akne vulgaris dan 20 orang (21.5%)
selebihnya tidak mengalami keluhan akne
vulgaris.
Riwayat
keluarga
didapatkan
berpengaruh terhadap kejadian akne vulgaris.
Didapatkan hubungan yang bermakna antara

riwayat kebersihan diri (menyentuh jerawat


secara langsung dan frekuensi membersihkan
wajah dengan sabun) terhadap kejadian akne
vulgaris.
Didapatkan hubungan yang bermakna
antara riwayat perubahan hormon (seminggu
sebelum menstruasi dan saat menstruasi)
terhadap kejadian akne vulgaris.
Tindakan memencet jerawat dan
menggosok kulit wajah memberikan hubungan
yang bermakna antara riwayat trauma terhadap
kejadian akne vulgaris. Didapatkan hubungan
yang bermakna antara stres terhadap kejadian
akne vulgaris.
SARAN
Penelitian dilakukan dalam ruang
lingkup yang lebih luas di beberapa fakultas dan
juga universitas sehingga dapat mewakili
populasi yang lebih luas pada kalangan umur
remaja akhir (17-25 tahun). Diharapkan
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin dapat mengetahui dan
memahami sekaligus dapat menghindarkan diri
dari faktor resiko yang berpengaruh terhadap
timbulnya akne vulgaris.
Diharapkan dapat dilaksanakan kegiatan
promosi kesihatan berupa penyuluhan dan juga
pembuatan media kesehatan yang mudah
dipahami dan menarik berkaitan dengan faktor
resiko terhadap kejadian akne vulgaris dalam
kalangan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Afriyanti, R.N. 2015. Akne Vulgaris Pada
Remaja. J Majority. 4(6); 102-109
2. Anwar A I. 2013. Tata Laksana Akne Vulgaris.
Makassar: Dua Satu Press.
3. Ayudiyanti P., Indramaya D. M. 2010. Studi
Retrospektif: Faktor Pencetus Akne Vulgaris.
Berkala Ilmu Kesihatan Kulit Kelamin.
Universitas Airlangga, Indonesia. 26(1); 4147.
4. Bhake K, Williams H.C. 2013. Epidemiology
of
Acne
Vulgaris.
British
Journal
Dermatology. 168; 474-485.
Disember 2016

Nur FH | Pengaruh Faktor Resiko Akne Vulgaris Terhadap Mahasiswa

5. Efendi, Z., 2003. Peran Kulit dalam


Mengatasi Akne Vulgaris. Available from:
http://library.usu.ac.id/download/fk/hiztolo
gi-zukesti3.pdf
6. Ghodsi et al. 2009. Prevalence, Severity, and
Severity Risk Factors of Acne in High School
Pupils: A Community-Based Study. Journal of
Investigative Dermatology. 129; 2136-2141.
7. Kataria U., Chhillar D. 2015. Acne:
Ethipathogenesis and its management.
International Archives of Integrated
Medicine. 2(5); 225-231.
8. National Institute of Arthritis and
Musculoskeletal and Skin Diseases, National
Institutes of Health, 2006. Questions and
Answers about Acne.
9. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
10. Sultana N. 2012. Knowlegde on Acne
Vulgaris and Menstrual Cycle: A Study on
Adolescent Girls. ASA University Bangladesh.
6(1); 265-272.
11. Tasoula E et al. 2012.The impact of acne
vulgaris on quality of life and psychic health
in young adolescents in Greece. Results of a
population survey. An Bras Dermatol. 87(6):
862-869.
12. Tjekyan R.M. 2008. Kejadian dan Faktor
Resiko Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika
Indonesiana. 43(1); 37-43.
13. Zaenglein AL, Garber EM, Thiboutot DM.
2008. Acne Vulgaris and Acneiform Eruption.
Fitzpatrick's Dermatology in General
Medicine, Eighth Edition. United States of
America: The McGraw-Hill Companies.

Disember 2016

Anda mungkin juga menyukai