Anda di halaman 1dari 7

BAB III

DATA HASIL PENGAMATAN


3.1 Tabel Pengamatan
3.1.1 Uji Peragian

3.1.2 Uji Schardinger


Perlakuan

Hasil

Dicuci semua alat menggunakan air bersih dan


dibilas dengan aquades

Alat bersih dan steril

Diukur susu steril menggunakan gelas ukur


sebanyak 10 mL

Susu segar berada didalam gelas ukur, warna


susu segar putih

Dituang ke dalam tabung reaksi

Susu berada di dalam tabung reaksi

Tabung reaksi yang berisi susu segar dipanaskan


80C selama 5 menit di dalam penangas air

Susu sebelum dipanaskan berwarna putih dan


mengalami pemanasan pada suhu 80C

Dituang kembali susu segar baru ke dalam


tabung reaksi lain tanpa dipanaskan

Susu segar berada didalam gelas ukur, warna


awal putih

Ditambahkan metilen biru 20 tetes (1 mL) dan


dikocok

Warna susu berubah menjadi biru muda dan


tidak terdapat endapan

Ditambahkan formaldehid sebanyak 1 mL (20


tetes) dan dikocok

Warna tetap birumuda dan tidak ada endapan

Susu yang telah dipanaskan didiamkan hinga


dingin

Susu dingin

Susu yang telah dingin dituang ke dalam gelas


ukur sebanyak 5 mL

Susu berada di gelas ukur

Susu yang ada digelas ukur dipindahkan ke


tabung reaksi

Susu berada di dalam tabung reaki

Ditambahkan metilen biru 1 mL (20 tetes) dan


formaldehid 1 mL (20 tetes), dikocok

Warna yang dihasilkan biru muda namun lebih


pekat dan tidak terdapat endapan

Kedua susu (yang dipanaskan ataupun tidak)


dipanaskan dengan suhu 65C selama 10 menit

Kedua warna sama pekat, berwarna biru pekat

Bahan

Warna sebelum dipanaskan 65C

Susu segar
Susu pasteurisasi

Biru muda
Biru muda pekat

Warna sebelum dipanaskan


65C
Biru muda pekat
Biru muda pekat

3.1.3 Uji Peroksidase


No Perlakuan
1
Tabung reaksi dicuci
2

Dimasukkan 5 ml susu segar ke dalam 3 tabung reaksi

Dipanaskan selama 10 menit:


Tabung 1 : 0C
Tabung 2 : 70C
Tabung 3 : 90C
Ditambahkan 2 tetes larutan parafenildiamin dan 3 tetes
larutan H2O2

Hasil
Tabung reaksi bersih dari
kotoran dan debu
Terdapat 5 ml susu segar
didalam tabung reaksi
Susu didalam tabung reaksi
menjadi panas

Didapatkan perubahan :
Tabung 1 (0C) = tidak ada
perubahan warna (putih)
Tabung 2 (70C) = terdapat
butiran-butiran hitam dan susu
semakin penuh
Tabung 3 (90C) = terdapat
perubahan warna didasar
tabung menjadi ke abu-abuan

3.1.4 Efek Antioksidan dari Vitamin C (Asam Askorbat)


Perlakuan

Hasil
Peralatan dicuci
Peralatan menjadi bersih
Peralatan dibilas dengan akuades
Peralatan menjadi steril
Pisang diiris/dipotong kecil sebanyak 3 buah
Pisang menjadi potongan kecil sebanyak 3
buah
Pisang dimasukkan ke dalam gelas kimia Pisang berada di dalam gelas kimia berbeda
berbeda
Gelas kimia pertama dimasukkan akuades
Pisang terendam akuades
Gelas kimia kedua dimasukkan asam askorbat Pisang terendam dalam asam askorbat

Gelas kimia ketiga tidak diberikan perlakuan


Pisang berada dalam gelas kimia
Dilakukan pengukuran waktu dengan Waktu berjalan
stopwatch
Ditunggu reaksi yang terjadi
Pisang pada tabung tanpa larutan teroksidasi
dalam waktu 1:17:53 dengan terbentuknya
warna coklat pada permukaan pisang
Pisang pada gelas kimia diperhatikan
Pisang pada gelas kimia berisi akuades
berwarna sedikit kecoklatan sedangkan asam
askorbat tetap berwarna kuning cerah

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur dan Analisa Hasil
4.1.1 Uji Peragian
(Kuchel, 2006).

4.1.2 Uji Schardinger


Hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan sampel ke dalam gelas kimia, kemudian
dimasukkan KOH 10 ml, dipanaskan selama 1 menit. Pemanasan dengan KOH menyebabkan
trigliserida dari lipid akan terdekomposisi menjadi gliserol dan garam dari asam lemak (sabun).
Lalu, ditambahkan aquades dan dipanaskan kembali selama 1 menit, kemudian ditambahkan HCl
pekat. Penambahan HCl dimaksudkan untuk membentuk kembali asam lemak, dimana ion K +
dalam larutan sabun akan dilepas dan digantikan dengan H+ dri HCl. Kemudian gumpalan yang
terjadi dipisahkan dengan cara dekantasi dan ditambahkan NaOH ke dalam gelas beker yang
berisi gumpalan untuk membentuk sabun dimana ion H + pada asam lemak akan digantikan oleh
ion Na+ dari NaOH. Kemudian dipanaskan kembali untuk mempercepat terjadinya reaksi
sapnofikasi (penyabunan). Sedangkan penambahan reagen Pb asetat, MgCl2, CaCl2 bertujuan
untuk mengetahui terbentuknya lapisan pada sampel.
Hasil yang didapat dari percobaan ini adalah mentega dan magarin meleleh ketika
dipanaskan, setelah penambahan aquades dan dipanaskan kembali terbentuk 2 lapisan, namun
ketika didinginkan minyak zaitun membentuk 1 lapisan, setelah penambahan HCl larutan sampel
membentuk 2 lapisan kembali, dimana terbentuk lapisan endapan putih dan cairan semakin
jernih. Ketika ditambahkan larutan basa terbentuk busa pada margarin, minyak zaitun, dan
mentega. Namun ketika penambahan reagen CaCl2 larutan minyak zaitun dan margarin menjadi
endapan putih, mentega menjadi endapan kekuningan, penambahan reagen MgCl2 larutan minyak
zaitun menjadi putih, margarin menjadi cincin kuning endapan putih, dan mentega menjadi
endapan kekuningan, penambahan Pb asetat larutan minyak zaitun menjadi endapan putih,
margarin menjadi endapan putih kuning diatas, dan larutan mentega menjadi endapan
kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa sampel memberikan hasil positif. Minyak merupakan
larutan lipid terbanyak dan tercepat dalam pembentuk saponifikasi. Sabun yang terbentuk yaitu
dri larutan basa NaOH belebih yang bereaksi dengan asam lemak bebas membentuk garam
antrium. Sabun yang terbentuk bersifat larut dalam air tetapi akan mengalami pengendapan bila
ada penambahan HCl berlebih (Lehninger, 2010).
4.1.3 Uji Peroksidase
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah alat dicuci terlebih dahulu lalu dibilas
dengan akuades agar alat steril dan terhindar dari kotoran dan debu. Susu dimasukkan kedalam
gelas kimia sebanyak 15 mL lalu dipipet sebanyak 5mL ke 3 tabung reaksi. Tabung reaksi
berfungsi sebagai tempat untuk mereaksi bahan kimia. Gelas kimia berfungsi sebagai tempat
atau wadah sampel uji. Pipet ukur berfungsi mengambil larutan sesuai dengan volume yang
diukur. Ketiga tabung diberi perlakuan yang berbeda, tabung 1 tidak dipanaskan, tabung 2
dipanaskan pada suhu 70oC selama 10 menit, dan tabung 3 dipanaskan pada suhu 90 oC selama
10 menit. Fungsi dari pemanasan suhu yang berbeda untuk mengetahui pengaruh pada suhu
terhadap uji peroksidase. Lalu dipanaskan kedalam penangas air agar terjadinya denaturasi
enzim sehingga aktivitas enzim peroksidase menurun. Kemudian dilakukan penambahan 2 tetes
parafenildiamin yang berfungsi sebagai indikator yang akan menunjukkan perubahan warna jika
bereaksi dengan gas oksigen hasil oksidasi H2O2 .Selanjutnya ditambahkan 3 tetes larutan

Hidrogen peroksida (H2O2) yang digunakan dalam percobaan ini berfungsi sebagai stimulan
yang akan menentukan ada atau tidaknya enzim peroksidase dalam sampel yang diamati. H2O2
ini yang nantinya akan bereaksi dengan guaiakol yang yang dikatalis oleh enzim peroksidase
dalam susu yang mengakibatkan perubahan warna susu dan adanya gelembung udara. Setelah
diberi perlakuan, ketiga tabung diamati dan dibandingkan.
Prinsip dari uji peroksidase adalah adanya enzim peroksidase dalam susu segar akan
membebaskan oksigen dari larutan H2O2. Pemanasan pada susu dapat merusak kesegaran susu
karena pemanasan yang dilakukan menghambat enzim peroksidase di dalam susu tersebut
sehingga menjadi tidak aktif/rusak, akibatnya enzim tersebut tidak dapat mengoksidasi aldehid
dengan baik dan menyebabkan sulit terjadi perubahan warna (Loudon, 2005).
Protein susu + H2O2peroksidase
O2 + 2 H2O
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah pada tabung 1, 2, dan 3 yang diberi
perlakuan pemanasan dengan suhu 0C, 70C, dan 90C. Tabung 1 tidak terjadi perubahan warna
(berwarna putih), Tabung 2 terdapat butiran hitam dan susu menjadi keruh dan tabung 3 warna
susu menjadi keabu-abuan. Menurut Mizobutsi (2014) enzim peroksidase dapat bekerja secara
optimum pada suhu 70 C dan tetap aktif selama 120 menit pada suhu 70C - 80C. Enzim
peroksidase akan benar-benar tidak aktif (inaktif) atau mengalami denaturasi pada suhu 90C.
aktivitas enzim peroksidase dapat diinaktivasi pada suhu tinggi.
4.1.4 Efek Antioksidan dari Vitamin C (Asam Askorbat)

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan lipid dan vitamin ini dapat disimpulkan bahwa lipid memiliki sifat tidak
bisa larut dalam air, tetapi bisa larut dalam pelarut organic karena air merupakan pelarut polar.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada lipid juga berbeda-beda setiap ujinya, lipid yang terkandung

dalam sampel dapat diketahui dengan uji kualitatif diantaranya dengan uji kelarutan lipid, uji
asam lemak, dan uji gliserol. Uji kuantitatif diantaranya penentuan angka peroksida, penentuan
asam lemak bebas.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya praktikan dapat bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan praktikum dan lebih meningkatkan ketelitian dalam bekerja, serta dapat
meningkatkan kekompakan dalam kelompok ujinya. Karena, dengan demikian praktikum akan
berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai