Laporankpekaprana1106054523 150401221015 Conversion Gate01 PDF
Laporankpekaprana1106054523 150401221015 Conversion Gate01 PDF
Oleh :
Ekaprana Daniswara
NPM : 1106054523
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PEMILIHAN BALLAST WATER TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL
TANKER 17500 DWT
PT. PERTAMINA SHIPPING
Periode 2 Januari 14 Februari 2014
Oleh :
Ekaprana Daniswara
1106054523
Pembimbing
Manajer Koordinator
Pembangunan Kapal
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan bimbinganNya proses kerja praktik yang dilaksanakan di PT Pertamina Shipping (PERSERO), Jakarta
Utara ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam kita berikan kepada Rasulullah
SAW yang secara tidak
pengetahuan.
Kerja praktik yang dilaksanakan pada periode Januari Februari 2014 ini membahas mengenai
PEMILIHAN BALLAST WATER TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL TANKER
17500 DWT, yang secara umum berisi analisis general terhadap pemilihan produk Ballast
Water Treatment untuk kapal Tanker Pertamina 17500 DWT. Untuk itu dibutuhkan data data
berupa water ballast treatment system yang dipakai pada kapal kapal tanker yang dirancang
oleh PT Pertamina Shipping (PERSERO).
Laporan ini disusun sebagai bentuk dokumentasi dan hasil akhir dari proses kerja
praktik yang telah dilaksanakan. Laporan ini diajukan sebagai syarat kelulusan mata kuliah
ENMR600022 - Kerja Praktek dalam kurikulum 2012 program studi Teknik Perkapalan
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membantu perkembangan pembahasan terkait topik laporan ini maupun
pribadi. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, baik bagi penulis, temanteman, dosen, dan lain-lain, juga bagi perkembangan keilmuan Teknik Perkapalan Universitas
Indonesia.
Terima Kasih
Depok, 21 Januari 2014
EKAPRANA DANISWARA
(1106054523)
[AUTHOR NAME]
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ iii
Daftar Isi.................................................................................................................. iv
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Batasan masalah ........................................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan Laporan Kerja Praktek..................................................3
Bab II Pembahasan ...................................................................................................4
2.1 Regulasi .....................................................................................................4
2.1.1 Sejarah Regulasi Ballast Water Management ..................................4
2.1.2 Ballast Water Quality and Standards ...............................................5
2.1.3 Proses Approval ...............................................................................8
2.2 Organisme yang Terdapat pada Ballast Kapal ..........................................9
2.2.1 Zebra Mussel ....................................................................................9
2.2.2 Vibrio Cholerae..............................................................................11
2.2.3 Comb Jelly......................................................................................11
2.2.4 European Green Crab .....................................................................12
2.3 Teknologi pada Ballast Water Treatment................................................13
2.3.1 Mechanical Separation ...................................................................11
2.3.1.1 Cyclonic Separation ...........................................................14
2.3.1.2 Filtration .............................................................................16
2.3.2 Chemical Treatment and Biocides .................................................17
2.3.2.1 Chlorination........................................................................17
2.3.2.2 Chlorine Dioxide Oxidation ...............................................20
2.3.2.3 Peraclean ocean ..................................................................22
2.3.2.4 Electrolysis .........................................................................23
2.3.3 Physical Disinfection
2.3.3.1 Ultrasound Cavitation ........................................................24
2.3.3.2 Coagulation ........................................................................25
2.3.3.3 Ultraviolet Treatment .........................................................27
2.3.3.4 Deoxygenation ...................................................................28
2.4 Penentuan Water Ballast Treatment ........................................................29
2.4.1 Pemilihan Maker ............................................................................29
2.4.2 Maker List dan Spesifikasinya .......................................................30
2.4.3 Perbandingan dan Penentuan Ballast Water Treatment Maker......30
2.4.3.1 ERMA FIRST SA Ballast Water Treatment System .........31
[AUTHOR NAME]
iv
[AUTHOR NAME]
BAB I
Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
Di dunia ini terdapat berbagai masalah yang menjadi alasan mengapa diperlukannya
alat transportasi. Yang pertama adalah jarak yang jauh, dan hal ini telah dipecahkan dengan
diciptakannya kendaraan beroda seperti sepeda motor dan juga mobil. Yang kedua adalah akses
untuk mencapai pulau atau benua lain tanpa melewati ombak laut yang besar, dan telah
dipecahkan oleh terciptanya pesawat terbang. Yang ketiga adalah akses untuk mencapai pulau
dan benua lain melalui air laut, dan hal ini juga telah terpecahkan oleh terciptanya kapal laut,
yang merupakan alat transportasi yang unik.
Pada dasarnya kapal diciptakan sebagai alat transportasi, namun kapal juga memiliki
beberapa fungsi lain, diantaranya adalah sebagai alat untuk berpatroli, sebagai alat untuk
menjaga garis laut dari suatu Negara dan juga sebagai alat untuk menangkap ikan dilaut.
Namun pada dasarnya kapal memiliki fungsi utama sebagai alat pengangkut untuk
penyebrangan melalui laut. Pada dasarnya, hal umum yang diangkut pada kapal adalah
manusia, peralatan-peralatan serta sumber daya yang dapat menunjang kehidupan manusia
seperti minyak bumi, peralatan perang, kendaraaan beroda dan hewan ternak. Namun ketika
diselidiki lebih lanjut, ternyata kapal juga mengangkut organisme-organisme yang dapat
merusak dan mencemari laut. Organisme-organisme tersebut dapat ditemukan pada ballast
kapal, yang merupakan bagian dari lambung kapal dimana air laut digunakan sebagai
penyeimbang sebuah kapal.
Air pada ballast kapal mengandung berbagai macam organisme meliputi bakteria, virus,
dan berbagai macam larva dari hewan dan tanaman laut. Meskipun sebagian besar organisme
tersebut tidak dapat bertahan ketika air ballast terdischarge, organisme lainnya dapat bertahan
dan dapat beradaptasi di habitat barunya. Organisme yang dapat bertahan hidup tersebut dapat
menyebabkan masalah ekologi, ekonomi dan kesehatan publik ketika spesies non-native ini
dapat bertahan hidup dan berkembang biak di lingkungan barunya.
[AUTHOR NAME]
I.2
Rumusan Masalah
[AUTHOR NAME]
I.3
Batasan Masalah
Pada Laporan Kerja Praktek ini perumusan masalah dibatasi hanya pada beberapa
poin dibawah ini dengan tujuan dan pembahasan yang fokus dan detail :
1. Standar acuan penggunaan Ballast Water Treatment pada INTERNATIONAL
CONVENTION FOR THE CONTROL AND MANAGEMENT OF SHIPS'
BALLAST WATER AND SEDIMENTS, 2004 yang ditetapkan oleh
International Maritime Organization (IMO)
2. Jenis jenis organisme yang terdapat pada Ballast kapal dan dampaknya
3. Macam macam teknologi Water Ballast Treatment
4. Perbandingan maker dan pemilihan untuk kapal tanker pertamina 17500 DWT
I.4
[AUTHOR NAME]
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Regulasi
2.1.1
Sejak pemakaian baja sebagai lambung kapal 120 tahun yang lalu, air telah digunakan
sebagai ballast
untuk
menyeimbangkan
kapal di laut.
Air
ballast
dipompa
untuk
mempertahankan kondisi operasi aman sepanjan perjalanan. Hal ini mengurangi stress pada
lambung, sehingga meningkatkan propulsi dan maneuver dan mengkompensasi berat yang
hilang akibat konsumsi air dan bahan bakar.
Walaupun ballast water sangat penting, aman dan efisien untuk operasi perkapalan
modern, ballast water juga dapat menimbulkan efek negative terhadap ekologi, ekonomi dan
kesehatan akibat banyaknya spesies air laut yang terbawa pada ballast water. Diantaranya
adalah bakteria, mikroba, telur dan larva dari berbagai macam spesies dan juga virus. Spesies
yang terbawa ini dapat berkembang biak dalam ballast kapal dan ketika dilepaskan ke lokasi
atau habitat barunya, spesies ini akan menjadi spesies yang invasif dan mengganggu
keseimbangan dari lokasi yang diinvasi.
Ilmuwan menyadari pertama kalinya saat munculnya algae jenis Odontella (Biddulphia
sinensis) yang hanya ditemukan di Asia berada di North Sea pada tahun 1903. Kemudian pada
tahun 1980-an Kanada dan Australia menjadi Negara yang paling banyak mendapat laporan
terdapatnya invasive species. Hal ini pun dilirik dan menjadi perhatian dari Marine
Environment Protection Committee (MEPC) dari International Maritime Organization (IMO).
IMO telah menjadi yang terdepan dalam upaya internasional dalam menangani transfer
dari Aquatic Invasive Species (AIS) pada water ballast. Pada tahun 1991, MEPC mengadopsi
pedoman untuk mencegah penyebaran dari organisme dan pathogen yang tidak diinginkan pada
ballast water kapal dan pembuangan sedimen (resolusi MEPC 50(31)) pada United Nations
Conference on Environment and Development (UNCED) yang diadakan di Rio de janeiro pada
tahun 1992 yang menjadi isu major internasional.
[AUTHOR NAME]
shall discharge less than 10 viable organisms per cubic metre greater than or equal to
50 micrometers in minimum dimension and less than 10 viable organisms per mililitre
less than 50 micrometres in minimum dimension and greater than or equal to 10
micromentres in minimum dimension; and discharge of the indicator microbes shall not
exceed the specified concentrations described in paragraph 2.
2.
Toxicogenic Vibrio cholerae (O1 and O139) with less than 1 colony
forming unit (cfu) per 100 mililitres or less than 1 cfu per 1 gram (wet weight)
zooplankton samples;
.2
.3
Regulasi
< 10 cells / m3
Plankton, 10-50 m
< 10 cells / ml
Eschericia coli
Intestinal Enterococci
IMO juga telah menetapkan timeline bagi kapal-kapal yang telah dijelaskan pada
regulasi B-3 IMO mengenai Ballast water management for ships, yang isinya :
Regulation B-3:
1.
with a Ballast Water Capacity of between 1,500 and 5,000 cubic metres,
inclusive, shall conduct Ballast Water Management that at least meets the
standard described in regulation D-1 or regulation D-2 until 2014, after which
time it shall at least meet the standard described in regulation D-2;
.2
with a Ballast Water Capacity of less than 1,500 or greater than 5,000
cubic metres shall conduct Ballast Water Management that at least meets the
standard described in regulation D-1 or regulation D-2 until 2016, after which
time it shall at least meet the standard described in regulation D-2.
2
A ship to which paragraph 1 applies shall comply with paragraph 1 not later
than the first intermediate or renewal survey, whichever occurs first, after the
anniversary date of delivery of the ship in the year of compliance with the standard
applicable to the ship.
[AUTHOR NAME]
A ship constructed in or after 2009 with a Ballast Water Capacity of less than
5,000 cubic metres shall conduct Ballast Water Management that at least meets the
standard described in regulation D-2.
4
A ship constructed in or after 2009, but before 2012, with a Ballast Water
Capacity of 5,000 cubic metres or more shall conduct Ballast Water Management in
accordance with paragraph 1.2.
5
A ship constructed in or after 2012 with a Ballast Water Capacity of 5000 cubic
metres or more shall conduct Ballast Water Management that at least meets the standard
described in regulation D-2.
6
The requirements of this regulation do not apply to ships that discharge Ballast
Water to a reception facility designed taking into account the Guidelines developed by
the Organization for such facilities.
7
Menurut tabel 2, tonggak utama berada pada tahun 2009, saat kapal yang sedang
menjalani konstruksi memiliki kapasitas ballast dibawah 5000 m3 diminta untuk memiliki
[AUTHOR NAME]
ballast water treatment untuk memenuhi standar D-2 BMW convention. Namun timeline
tersebut belum berlaku secara internasional .
2.1.3
Proses Approval
[AUTHOR NAME]
2.2
Spesies non-native yang terbawa oleh ballast kapal merupakan ancaman pada
ekosistem, ekonomi dan kesehatan pada daerah yang terkena dampaknya. Ilmuwan
berpendapat bahwa sekitar sepertiga dari invasive spesies yang telah terdata dapat berpindah
dan bertahan hidup pada ballast water tanks di semua kapal. IMO telah merilis 10 spesies yang
tidak diinginkan dalam ballast kapal. Berikut adalah empat spesies yang paling invasif yang
terbawa oleh ballast kapal.
2.2.1
Zebra Mussels
Zebra mussel (Dreissena polymorpha) merupakan spesies native yang awalnya
hanya ditemukan pada danau di bagian selatan Russia. Namun, secara tidak sengaja
spesies non-native ini telah tersebar diberbagai Negara dan menjadi invasive species.
Spesies ini menyebar ke danau St. Clair, Amerika Utara pada tahun 1988 melalui ballast
water pada kapal St. Lawrence Seaway dan pada tahun 2011 spesies ini telah menyebar
hampir di seluruh Amerika Serikat.
Efek yang ditimbulkan oleh Zebra Mussel sangat signifikan, baik tehadap kapal
yang ditumpangi maupun terhadap lingkungan. Karena kolonisasinya berada pada
danau danau besar, mereka berkembang biak dan menempel pada bagian bawah dok,
hull kapal dan juga jangkar. Spesies ini dapat berkembang biak dengan cepat sehingga
[AUTHOR NAME]
dapat menempel dan menutupi hampir seluruh bagian dari pipa bawah air sehingga
menyumbat asupan air kota dan perusahaan pembangkit listrik tenaga air. Menurut
Center for Invasive Species Research Universitas California, biaya pengelolaan zebra
mussel di Great Lakes saat ini melebihi 500 juta dollar pertahunnya. Sebuah studi yang
lebih konservatif mengestimasi total biaya 267 juta dollar untuk pembersihan
pembangkit listrik dan fasilitas water treatment di seluruh Amerika Serikat pada tahun
1898 sampai tahun 2004.
Zebra Mussel juga merupakan sumber dari Avian botulism, yaitu peracunan
yang menyebabkan ribuan burung mati di Great Lakes Amerika sejak akhir 1990 yang
disebabkan oleh racun dan polutan yang dihisap olehnya dan termakan oleh burung.
Zebra Mussel juga bertanggung jawab atas punahnya banyak spesies pada Great Lake
[AUTHOR NAME]
10
system karena mereka dapat tumbuh pada jenis remis dan kerang lainnya sehingga
menyebabkan kematian pada spesies kerang dan remis local. Spesies ini juga
menghabiskan pasokan makanan sehingga spesies lainnya mati kelaparan.
2.2.2
Vibrio cholerae
Vibrio cholerae merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit kolera. Bakteri
ini banyak ditemukan pada ballast water kapal. Pada Oktober 2010, bakteri ini
menyebar dari Haiti dan menyebabkan sekitar 8000 orang meninggal dunia. Akibatnya
bakteri ini berpindah melalui ballast kapal dari pantai latin Amerika menuju teluk
meksiko. Sampel water ballast yang diambil dari 5 kapal kargo yang berlayar saat itu
semuanya mengandung bakteri ini.
(a)
(b)
Gambar 4 : (a) bakteri Vibrio cholerae (b) dampak negatif bakteri terhadap kesehatan
2.2.3
Comb Jelly
Comb Jelly (Mnemiopsis leidyi) pertama kali ditemukan di laut hitam, pada
tahun 1980, dimana hanya satu jenis comb jelly yang diketahui saat itu. Penyebaran
comb jelly ini terjadi karena spesies ini tidak sengaja masuk kedalam ballast water kapal
pedagang saat itu. Pada tahun 2006 spesies ini ditemukan di laut Baltik.
[AUTHOR NAME]
11
Spesies ini menyebabkan musnahnya zoo plankton sebesar 75% di laut Kaspia,
mengkonsumsi larva ikan yang merugikan pasar, menyebabkan kerugian pedagang
hampir mencapai ratusan juta dollar.
2.2.4
atlantik eropa. Secara tidak sengaja kepiting ini terbawa oleh ballast kapal dan sekarang
populasinya dapat ditemukan di Australia, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Jepang.
Jenis kepiting ini menghilangkan spesies asli kepiting lokal dan menjadi
spesies yang dominan pada daerah yang terinvasi. Kepiting ini juga sukses dalam
mengurangi jumlah ikan lokal yang menjadi mata pencaharian penduduk tersebut.
[AUTHOR NAME]
12
2.3
2.3.1
Mechanical Separation
Pada tahap ini hal yang paling diutamakan ada olid-liquid separation, yaitu pemisahan
material padat yang tersuspensi, termasuk mikroorganisme dari ballast water, baik dengan
cara sedimentasi atau dengan cara surface filtration removal. Berikut merupakan dua jenis
mechanical separation pada water ballast treatment.
[AUTHOR NAME]
13
2.3.1.1
partikel dari udara,m gas atau liquid steam tanpa menggunakan filter, namun
melalui vortex
separation. Efek
memisahkan campuran soild dan liquid. Alat ini menggunakan prinsip gaya
sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputara untuk memisahkan
materi berdasarkan perbadaan massa jenis dan ukuran.
Gambar 8 : Hydrocyclone
[AUTHOR NAME]
14
VtR
2
D p2 g ( p ) Vtan
18
gr
Dimana :
VtR
15
Dp
= Diameter partikel
= konstanta gravitasi
= densitas partikel
= densitas fluida
= viskositas fluida
Vtan
= kecepatan tangensial
= jari-jari cyclone
ini,
relative lebih murah dan juga pemasangan sistem yang cepat dan mudah. Akan
tetapi, sistem ini sangat tergantung pada massa dan kepadatan partikel sehingga
tidak ampuh untuk menghilangkan organisme yang sangat kecil seperti larva
dan juga bakteri pada ballast water.
2.3.1.2
Filtration
Filtrasi merupakan sistem yang bertujuan untuk memisahkan organisme
makhluk hidup dan material cair yang berasal dari air ballast dengan
menggunakan sedimentasi dan juga surface filtration system. Material cair yang
telah disaring dan air buangan yang berasal dari proses penyaringan akan
dibuang di area dimana air ballast diambil atau diproses lebih lanjut didalam
kapal sebelum pembuangan.
[AUTHOR NAME]
16
Alat yang digunakan pada sistem ini adalah Screens/Discs, yang efektif
untuk menghilangkan partikel solid dari ballast water dengan automatic
backwashing. Cara ini sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan
bahan kimia pada ballast water. Screens/Discs ini sangat efektif untuk
menyaring partikel berukuran besar, namun tidak dapat menghilangkan partikel
dan organisme yang berukuran sangat kecil, sehingga dibutuhkan sistem
penyaringan lanjutan untuk membasmi organisme mikroskopik.
2.3.2
Pada tahap ini treatment pada water ballast menggunakan bahan kimia sebagai penghilang
organism. Biocides adalah disinfektan yang telah diuji berpotensi menghilangkan atau
men non-aktifkan organisme invasive dari air ballast. Namun, Biocides yang digunakan
pada water ballast harus efektif membasmi organisme invasive dan mudah terdegradasi
atau mudah dihilangkan untuk mencegah air buangan menjadi beracun pada lingkungan.
2.3.2.1
Chlorination
Chlorination adalah proses menambahkan chlorine (Cl2 ) pada water
ballast sebagai proses penjernihan air dari organisme invasive. Sebagai halogen,
chlorine merupakan disinfektan yang sangat baik dan dapat membasmi
organisme organisme mikroskopik seperti bakteri, virus dan protozoa yang
umumnya berkembang biak pada water ballast.
Sebagai agen oksidasi yang kuat, chlorine membunuh organisme dengan
cara oksidasi molekul organik. Disinfektan yang digunakan untuk tujuan ini
terdiri dari senyawa chlorine yang dapat bertukar atom dengan senyawa lain,
seperti enzim pada bakteri dan sel-sel lain. Ketika enzim dating dalam kontak
dengan chlorin, satu atau lebih atom hydrogen dalam molekul akan tergantikan
oleh chlorine. Hal ini menyebabkan seluruh molekul untuk berubah bentuk atau
[AUTHOR NAME]
17
mati. Ketika enzim tidak berfungsi dengan baik, maka sel atau bakteri akan
mati.
Ketika chlorine ditambahkan pada air, maka akan terbentuk reaksi :
Cl2 + H2 O HOCl + H+ + ClTegantung pada derajat pH pada air, asam underchloric sebagian
berakhir menjadi ion hypochloric :
Cl2 + 2H2 O HOCl + H3O + ClHOCl + H2 O H3 O + + OClSehingga terbentuklah atom chlorine dan oksigen :
OCl- Cl- + O
Asam underchloric (HOCl netral) dan ion hypochlorite (OCl-, negative)
akan membentuk chlorine yang bebas ketika terikat bersama-sama yang
menghasilkan disinfektan. Kedua substansi mempunyai sifat tersendiri. Asam
Underchloric lebih reaktif dan lebih kuat sebagai disinfektan daripada
hypochlorite. Asam underchloric terbagi menjadi asam hydrochloric (HCl) dan
atom oksigen (O). Atom oksigen adalah disinfektan yang sangat kuat.
Sifat disinfektan pada chlorine di air didasari dari oksidasi atom oksigen
bebas dan reaksi substitusi chlorine.
Gambar 11 : asam underchloric dapat menembus dinding sel bakteri melalui oksidasi
[AUTHOR NAME]
18
< 1 minute
Hepatitis A virus
about 16 minutes
Giardia parasite
about 45 minutes
Cryptosporidium
Tabel 3 : waktu disinfeksi untuk beberapa jenis mikroorganisme dengan air yang mengandung chlorine dengan
konsentrasi 1 mg/L (1 ppm) ketika pH = 7,5 dan T = 25 oC
dengan
dibromochloromethane,
dua
jenis
yang
berbeda,
bromoform
untuk
dan
bahaya
[AUTHOR NAME]
19
2.3.2.2
[AUTHOR NAME]
20
Zat alam organik dalam sel bakteri bereaksi dengan klorin dioksida
yang menyebabkan beberapa proses seluler akan terganggu. Klorin dioksida
bereaksi langsung dengan asam amino dan RNA dalam sel. Produksi protein
pada sel akan terhambat.Klorin dioksida menyerang membrane sel dengan cara
mengubah protein membrane dan lemak dengan cara menghambat pernafasan.
Ketika bakteri telah tereleminasi, dinding sel akan ditembus oleh klorin
dioksida.
Untuk mengeliminasi virus, Klorin dioksida bereaksi dengan pepton
sehingga mencegah pembentukan protein pada virus tersebut. Klorin dioksida
merupakan
disinfektan
yang
lebih
baik
untuk
mengeliminasi
virus
Kelemahan yang terdapat pada klorin dioksida ini adalah harganya lima
sampai sepuluh kali lebih mahal daripada chlorine. Klorin dioksida biasanya
dibentuk dalam kapal dengan generator. Cost dari klorin dioksida bergantung
pada harga bahan kimia yang dipakai untuk memproduksi klorin dioksida.
Selain itu klorin dioksida bersifat eksplosif, ketika berkontak dengan sinar
matahari, ia akan terdekomposis, sehingga diperlukan safety yang lebih. Ketika
terjadi produksi klorin dioksida, chlorine dengan jumlah besar akan terbentuk
sehingga chlorine bebas akan bereaksi dengan material organik
untuk
21
2.3.2.3
Peraclean Ocean
Sistem dari water ballast treatment ini teridiri dari asam parasetik dan
melebihi 35 0 C.
[AUTHOR NAME]
22
2.3.2.4
Electrolysis
menggunakan arus
listrik
DC
untuk
mengubah energy listrik menjadi energi kimia. Dalam metode ini aliran ballast
utama disaring, kemudian aliran slip seawater dialihkan menuju electrolyzer
dan digunakan untuk menghasilkan sodium hipoklorit. Aliran slip ini (sekitar
1% dari volume aliran ballast water) kemudian dalirkan kembali ke 99% aliran
ballast utama. Pembuatan hipoklorit dibuat insitu dan hanya diperlukan selama
proses intak ballasting.
jenis
ini
memiliki
konsentrasi
dua
kali
lebih
kuat
dibandingkan dalam kolam renang dan sangat efektif terhadap bakteria dan
[AUTHOR NAME]
23
2.3.3
Physical Disinfection
Jenis Physical treatment pada ballast kapal pada umumnya terdiri dari ultrasound cavitation,
Koagulasi, ultraviolet irraditation (UV), Deoxygenation.
2.3.3.1
Ultrasound Cavitation
Ultrasound memiliki potensi dalam disinfeksi pada berbagai aliran air,
termasuk pada pengolahan air minum dan air limbah. Pada Ballast kapal,
teknologi ini digunakan untuk memberantas organisme yang invasif yang
berada pada ballast kapal dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya.
Ultrasound telah lama dipakai sebagai disinfeksi air.
Ultrasound
24
permukaan
sehingga
meningkatkan
transfer
massa
antara
2.3.3.2
Coagulation
Metode
koagulasi
digunakan
sebagai
proses
filtrasi
untuk
[AUTHOR NAME]
25
bubuk
koagulan
dan
magnet
dalam coagulation
tanks.
[AUTHOR NAME]
26
2.3.3.3
Ultraviolet Treatment
Metode UV treatment terdiri dari lampu UV yang mengelilingi ruangan
Gambar 18 : Penggunaan UV treatment pada ballast kapal untuk menonaktifkan organisme invasif
bantuan
dari katalis
dan
sumber
cahaya.
Radikal ini
akan
organisme-organisme
yang
berukuran
besar,
meninggalkan
organisme yang berukuran lebih kecil untuk dilakukan treatment. Pada saat
deballasting, treatment juga dilakukan dengan cara pembuangan ballast water
melewati filter.
[AUTHOR NAME]
27
before
after
Gambar 19 : hasil perlakuan treatment UV pada mikroorganisme, perusakan DNA sehingga menjadi nonaktif
2.3.3.4
Deoxygenation
Konsep dari metode ini adalah dengan cepat mengurangi konsentrasi
dan
memenuhi banyak kriteria lingkungan, baik air tawar dan garam, pada suhu
yang bervariasi dari mendekati nol sampai 25C. .
Pada
ballast
water
treatment
ini
kavitasi
digunakan
untuk
[AUTHOR NAME]
28
Spesies yang bergantung pada oksigen akan terganggu, dan akan mati
satu jam kemudian. menghapus oksigen tidak hanya membunuh organisme
aerobik tetapi juga dapat memiliki manfaat bagi pencegahan korosi dengan
ketentuan bahwa kandungan oksigen dipertahankan pada yang benar tingkat.
De-oksigenasi dapat memerlukan berkepanjangan periode dalam rangka untuk
membuat organisme dan patogen berbahaya ke perairan penerima.
2.4
2.4.1
Pemilihan Maker
Maker disini adalah pembuat atau provider dari ballast water plant. Tiap maker
mempunyai spesifikasi dan teknologi sendiri dalam menangani spesies yang tidak
diinginkan dalam ballast water. Hampir seluruh maker memakai treatment dengan dua
tahap, yang diantaranya adalah dapat berupa mechanical dan physical separation atau
mechanical dan chemical treatment. Dalam memilih maker hal terpenting yang dapat
dijadikan parameter adalah power requirement dari BWT itu sendiri, lamanya waktu
maintenance, biaya yag dibutuhkan untuk maintenance, efek korosi yang ditimbulkan,
dimensi dan ruang yang dibutuhkan.
[AUTHOR NAME]
29
2.4.2
No
1
2
Manufacturer
Ecochlor
Alva Laval pureballast
2.0
Power
Maintenance
Install
Requirement
Cost ($/1000
cost
(kW)
m3 )
($'000)
6.9
80
500
Filtration + ultraviolet
125
20
320
15
25
300
30
130
249
72
20
550
110
40
450
Treatment Technology
ERMA FIRST SA
Electrolysis
NEI Treatment
Deoxygenation + Cavitation
Systems LLC
Auramarine
Filtration + Electrochlorination +
Residual Control
Filtration + UV-C Radiation
*data diambil dari brosur manufacturer dan Ballast Water Treatment Technology (February 2012) Lloyd
Register
Tabel 4 : M aker List dan spesifikasinya
2.4.3
Setelah mendapat data dan parameter dari maker, hal selanjutnya adalah
melakukan perbandingan spesifikasi dari maker dan menentukan maker yang akan
digunakan untuk kapal Tanker Pertamina 17500 DWT.
[AUTHOR NAME]
30
Maintenance Cost
200
Power Consumption
100
0
Ecochlor
2.4.3.1
[AUTHOR NAME]
31
Gambar 22 : Erma First Ballast Water Treatment Indicative and P&I Diagram
[AUTHOR NAME]
32
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Semua produk Ballast Water Treatment harus memenuhi standar regulasi D-2
Pada konvensi International Convention for the Control and Management of
Ships Ballast Water and Sediments IMO dan wajib mengikuti prosedur
approval, baik menurut kelas, flag state maupun GESAMP BWWG, terutama
land based test dan ship board trials
3.2
Saran
Karena Ballast Water Treatment ini sangat penting demi mencegah munculnya spesiesspesies invasif, maka penulis menyarankan agar PT. Pertamina Shipping pada departemen New
Ship Project agar memeriksa kembali BWT yang akan dipasang pada kapal tanker yang baru
dibangun, terutama skema perpipaan dan peletakan BWT yang dapat mengganggu syarat
ruangan pada kapal dan rules pada discharge ballast water.
[AUTHOR NAME]
33
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Ballast Water and Introduced Species (adapted Management options for Nargansett
Bay and Rhode Island)
6.
7.
International Convention for the Control and Management of Ships Ballast Water
and Sediments, 2004. International Maritime Organization
8.
http://www.ecochlor.com/technology.php
9.
http://www.auramarine.com/products/crystalballast-002/
10.
http://www.alfalaval.com/solution-finder/products/pureballast/Pages/Pureballast.aspx
11.
http://ermafirst.com/ballast-water/
12.
http://www.severntrentdenora.com/products-and-services/ballast-water-treatmentsystems/balpure/
13.
http://www.nei- marine.com/%E2%80%8E
[AUTHOR NAME]
34