Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Keasatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
referensi menimbang huruf a Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran adalah Negara
kepulauan yang berciri Nusantara yang disatukan oleh wilayah
perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan
yang ditetapkan dengan Undang -Undang.
Bahwa dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, untuk mewujudkan Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional sebagaimana dimaksud huruf b
Undang-Undang ini, diperlukan sistem transportasi nasional untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan
memperkukuh kedaulatan negara.
Bahwa pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran serta
perlindungan lingkungan maritim sebagaimana dimaksud huruf c.
Undang-Undang ini merupakan bagian dari sistem transportasi
nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk
mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta
1

membantu terciptanya pola distribusi nasional yang dinamis


Dalam

huruf

Undang-Undang

ini,

disebutkan

bahwa

perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional


menuntut

penyelenggaraan

pelayaran

yang

sesuai

dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, peran swasta dan


persaingan

usaha,

otonomi

daerah,

dan

akuntabilitas

penyelenggara negara dengan tetap mengutamakan keselamatan


dan keamanan pelayaran demi kepentingan nasional.
Selanjutnya dalam huruf c Penyelasan Atas Undang-Undang
Pelayaran ini, disebutkan: Pengaturan untuk bidang keselamatan
dan keamanan pelayaran memuat ketentuan yang mengantisipasi
kemajuan tehnologi dengan mengacu pada konvensi internasional
yang cendrung menggunakan peralatan muntahir pada sarana dan
prasarana keselamatan pelayaran, disamping mengakomodasi
ketentuan mengenai sistem keamanan pelayaran yang termuat
dalam International Ship and Port Fasility Security-Code.
Ketentuan
perubahan
internasional
transportasi

tersebut
penting
terhadap
maritim.

diatas,
didalam

menunjukkan
pendekatan

penerbitan
Untuk

itu

adanya
industri

keamanan
kepada

dalam

industry

suatu
maritim
sektor

maritime

internasional, agar mereka boleh memberikan tambahan tanggung


jawab yang signifikan kepada Negaranegara peserta tertentu.
Pentingnya kerja sama teknis untuk membantu Negara-negara

peserta untuk meneterapkan ketentuan ini secara penuh.


Implementasi dari ketentuan-ketentuan tersebut, diperlukan
kerja sama dan pemahahaman yang efektif dan terus menerus
diantara semua yang terkait dengan atau menggunakan kapal dan
fasilitas pelabuhan yang mencakup personil kapal, personil
pelabuhan, para penumpang, kepentingan muatan kapal serta
manajemen pelabuhan serta mereka baik Otoritas Nasional
(Coastal State/Sea And Coast Guard) dan Otoritas Lokal (Port
State/Harbour Master dan Flag State/Masters Authority) di dalam
kepentingan untuk meningkatkan keamanan maritim (keselamatan
dan keamanan pelayaran).
Di dalam kepentingan untuk meningkatkan keamanan maritim
(keselamatan dan keamanan pelayaran) tersebut, maka tanggung
jawab tambahan harus dilakukan oleh industri pelayaran dan
pelabuhan serta Otoritas Nasional dan Otoritas Lokal, terutama
dalam merancang dan menetapkan langkah-langkah praktis
disamping yang telah ditetapkan IMO untuk mencegah dan
menekan

tidakan-tindakan

pelanggaran

hukum

terhadap

pelayaran dalam arti luas.


Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan
pelayaran secara optimal sebagaimana yang diamanatkan Pasal
274 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran : masyarakat memiliki kesempatan yang sama

dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam kegiatan pelayaran


dan ikut bertanggungjawab menjaga ketertiban serta keselamatan
dan keamanan pelayaran.
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 274
ayat (1) diperlukan untuk:
a. Memantau dan menjaga ketertiban pelayaran
b. Memberikan

masukan

kepada

Pemerintah

dalam

penyempurnaan peraturan, padoman dan standa rtehnis di


bidang pelayaran.
c. Memberikan masukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah
dalam rangka pembinaan, penyelenggara dan pengawasan
pelayaran.
d. Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada pejabat
yang

berwenang

terhadap

kegiatan

penyelenggaraan

pelayaran yang mengakibatkan dampak penting terhadap


lingkungan.

dan/atau

Melaksanakan

gugatan

perwakilan

terhadap kegiatan pelayaran yang mengganggu, merugikan


dan atau membahayakan.
Kepentingan umum Kegiatan pelayaran sebagaimana dimaksud
Pasal 274 ayat (1) huruf e diatas, juga telah diatur secara tegas dan
jelas dalam ISPS Code 2002 Lampiran 1 Keputusan Akhir
Konfrensi IMO antara lain disebutkan:

a. Mengingat tujuan dan azas Piagam Perserikatan BangsaBangsa tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional serta peningkatan persahabatan dan kerja sama
antar Negara-negara.
b. Mengingat tujuan dan azas Piagam Perserikatan BangsaBangsa tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional serta peningkatan persahabatan dan kerja sama
antar Negara-negara.
c. Menimbang dengan sangat suatu ekskalasi global tindakan
teroris dalam segala bentuknya yang membahayakan atau
menghilangkan jawa manusia, membahayakan kebebasan
azasi dan menurunkan kedaulatan manusia.
d. Mengingat
perdangan
menjaga

pentingnya
dan

dan

perekonomian

beratinya
dunia,

pelayaran
diputuskan

bagi
untuk

mata rantai suplai keseluruh dunia dari segala

tindakan pelanggaran yang berasal dari serangan teroris


terhadap kapal, pelabuhan, terminal lepas pantai dan fasilitasfasilitas lainnya.
e. Memperhatikan bahwa tindakan pelanggaran hukum terhadap
pelayaran yang membahayakan keamanan dan keselamatan
jiwa manusia dan harta benda, telah menjadi keprihatin serius
seluruh masyarakat internasional.

f. Memperhatikan bahwa tindakan pelanggaran hukum terhadap


pelayaran yang membahayakan keamanan dan keselamatan
jiwa manusia dan harta benda, telah menjadi keprihatin serius
seluruh masyarakat internasional.
Transportasi laut merupakan suatu kebutuhan dan menjadi
alternatif terbaik dalam rantai perdagangan dunia,. Oleh sebab itu
pelayaran yang aman dan nyaman sangat dibutuhkan, keselamatan
pelayaran merupakan salah satu faktor mutlak yang harus dipenuhi
agar kapal dapat beroperasi dengan baik. Oleh Karena itu IMO
(international marine organitation) harus memperhatikan keamanan
dipelabuhan dan keamanan dikapal.
Untuk melindungi keamanan keselamatan kapal dan pelabuhan
IMO membentuk suatu organisasi yang bertujuan khusus untuk
memperhatikan keselamatan keamanan kapal dan pelabuhan yang
dikenal dengan ISPS-CODE (International Safety Port and Ship).
ISPS-CODE ini bertujuan untuk mengamankan muatan dipelabuhan
yang akan dimuat ke kapal, adapun hal-hal membahayakan kapal
pada saat dipelabuhan dan pada saat berlayar yaitu:
1. Kurangnya komunikasi antara kru kapal dan pihak pelabuhan pada
saat pemuatan.
2. Terjadinya bahaya

perompakan

pada

saat

kapal

berlayar

diperaiaran bebas dan perairan sempit.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti contoh pada
KM.LEVINA I

meledak diakibatkan oleh muatan berbahaya yang

kurang penanganan khusus pihak kapal, karena kurangnya komunikasi


antara kru kapal dan pihak pelabuhan. Pada tanggal 5 mei 2009 terjadi
sebuah pembajakan kapal dibagian timur Somalia, semua ini terjadi
karena kurangnya pengawasan dan tindakan dari pihak yang
bersangkutan. Oleh karena IMO harus membentuk peraturan khusus
tentang keamanan keselamatan dikapal. Hal inilah menurut penulis
sangat

menarik

untuk

diteliti,sehingga

penulis

memilih

judul

PENERAPAN PERATURAN TENTANG FASILITAS KEAMANAN DI


KAPAL MT. MAHARANI TAMA
B. Perumusan Masalah
Dalam Penerapan peraturan tentang fasilitas keamanan di kapal
MT. MAHARANI

TAMA,

maka

penulis

merumuskan

beberapa

permasalahan, antara lain:


1.Bagaimana penerapan peraturan tentang fasilitas keamanan di kapal
?
2. Bagaimana cara penanggulangan ancaman terhadap keselamatan
dan keamanan di kapal ?
3. Bagaimana Peraturan Pemerintah tentang Penerapan Peraturan
Fasilitas Keamanan di kapal ?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, Maka tujuan yang ingin
1.

dicapai dari penelitian adalah :


Untuk mengetahui sejauh mana penerapan peraturan fasilitas

2.

keamanan diatas kapal.


Untuk mengetahui sejauh mana bentuk ancaman terhadap
keselamatan

3.

dan

keamanan

di

kapal

dan

cara

penanggulangannya.
Untuk mengetahui peran pemerintah dalam hal penerapan
peraturan fasilitas keamanan di atas kapal.

b. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pengetahuan untuk semua ABK kapal
dalam upaya penerapan peraturan fasilitas keamanan di atas
kapal.
2. Menambah pemahaman para ABK dalam upaya peningkatan
keselamatan dan keamanan di atas kapal.

D. Metode Penelitian
Untuk menganalisis informasi yang diperoleh antara lain secara
kwantitatif yang diperlukan dalam analisis kata yaitu:
1. Obsrevasi

Dalam metode ini penulis melakukan penelitian dan pengamatan


secara langsung mengenai aktifitas di kapal sehubungan dengan
pelaksanaan fasilitas keamanan sesuai dengan aturan yang
diberlakukan dalam ISPS-Code.
2. Wawancara
Teknik wawancara dipergunakan untuk mendapatkan keterangan
secara langsung dari informasi yang berhubungan dengan pokok
permasalahan.
Wawancara dilakukan dalam bentuk wawancara pedoman, yaitu
wawancara yang dituntun oleh sejumlah pertanyaan yang telah
disusun terlebih dahulu (interview quide).
3. Kepustakaan
Metode ini digunakan penulis dengan membaca buku-buku
referensi yang ada kaitanya dengan penyusunan karya tulis ilmiah
terapan ini agar dalam memberikan uraian dan penjelasan dapat
lebih terarah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan
informasi yang lebih akurat sehubungan dengan judul karya tulis
ilmiah terapan

yaitu Penerapan peraturan tentang fasilitas

keamanan di kapal.
4. Kuesioner/Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang berupa daftar
pertanyaan atas pokok permasalahan dengan pengacu pada
9

variabel-variabel penelitian. Angket ini telah diikuti oleh sejumlah


jawaban yang akan dipilih oleh responden,yaitu seorang yang
dijadikan sasaran penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian penerapan
Secara sederhana penerapan bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky

(2002:54) mengemukakan

penerapan sebagai evaluasi.

10

Nurdin dan Usman (2004:70) mengemukakan bahwa penerapan


adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian
penerapan sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan dan penerapan
adalah sistem rekayasa.
Menurut komaruddin dalam bukunya (1994.3) pengertian dari
penerapan/penerapan adalah system pembentukan jaringan yang
dengan istimewa diciptakan untuk membantu pimpinan dalam
pengawasan biaya yang dibutuhkan untuk program, jumlah keperluan
tenaga manusia dan waktu.
Menurut bittel dalam bukunya (1978.2) penerapan adalah proses
yang di kembangkan oleh pimpinan dengan menerapkan strategi yang
cocok untuk memperoleh hasil yang objektif.
Penerapan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan
diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk
kemudian dijalankan sepenuhnya. Kalau diibaratkan dengan sebuah
rancangan bangunan yang dibuat oleh seorangInsinyur bangunan
tentang

rancangan

sebuah

rumah

pada

kertas

kalkirnya

makaimpelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan


yang telah dibuattadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan
melenceng

atau

tidak

sesuai

denganrancangan,

apabila

yang

dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasilrancangan akan

11

terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat


karenarancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan
telah sempurna dari sisi perancang dan rancangan itu. Maka
penerapan kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya
apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan
dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan
terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang
dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan
dengan penerapan. Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum
adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam
hubungannya

(konsep

linearitas)

dalam

arti

impementasi

mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman


guruserta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar
mengajar

sebagai

intikurikulum

untuk

memahami

perancangan

kuirkulum dengan baik dan benar


Pengertian-pengertian

di

atas

memperlihatkan

bahwa

kata

penerapan bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau


mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti
bahwa penerapan bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan
norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,
penerapan tidak berdiri sendiri tetapi diopengaruhi oleh obyek
berikutnya yaitu kurikulum. Dalam kenyataanya, penerapan kurikulum

12

menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program,


atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat
menerima perubahan.
Dalam konteks penerapan kurikulum pendekatan-pendekatan yang
telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses.
Esensinya penerapan adalah suatu proses, suatu aktivitas yang
digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapanharapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar
dilaksanakan

sesuai

dengan

desain

tersebut.

Masing-masing

pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.


Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan
Usman

(2004)

menggambarkan

menjelaskan

bahwa

pendekatan

pertama,

penerapan itu dilakukan sebelum penyebaran

(desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini


adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program,
mendeskripsikan

sumber-sumber

baru

dan

mendemosntrasikan

metode pengajaran yang diugunakan.


Pendekatan
menekankan

kedua,

pada

fase

menurut

Nurdin

penyempurnaan.

dan
Kata

Usman
proses

(2002)
dalam

pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang


dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan
pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber baru, dan

13

memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan


hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru. Interaksi
antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan
program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi
dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. Penerapan dianggap
selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang
sudah lengkap. Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman
(2002)

memandang

kurikulum.

Proses

perkembangan

dan

penerapan

sebagai

bagian

penerapan

dilakukan

megadopsi

program-program

dari

dengan

program
mengikuti

yang

sudah

direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum


desain (dokumentasi).
Jadi, menurut penulis definisi yang cocok untuk penerapan adalah
tindakan atau strategi (aksi) yang cocok untuk memperoleh hasil yang
objektif.
B. Pengertian Peraturan
Pengertian peraturan adalah sesuatu yang harus ditaati sesuai
dengan perintah yang telah ditetapkan yang harus dilaksanakan
oleh sseseorang in divide maupun kelompok, apabila melakukan
pelanggaran akan mendapatkan resiko dan sanksi.
Menurut Lydia Harlina Martono (1999:12) Peraturan merupakan
pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak terdapat

14

peraturan, manusia bisa bertindak sewenang-wenang, tanpa kendali,


dan sulit diatur.
Menurut JOKO UNTORO & TIM GURU INDONESIA (2001:21)
Peraturan merupakan salah satu bentuk keputusan yang harus ditaati
dan dilaksanakan. Jasi, kita harus menaati peraturan agar semua
menjadi teratur dan orang akan merasa nyaman . Peraturan adalah
tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan
Menurut Soejanto, (2005:108) peraturan adalah peraturan tata
tertib yang selalu dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu, yang
berpuncak kepada pemberian hukuman. Adanya peraturan itu
untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga
kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.
Menurut TIM GRASINDO (2000:24) Peraturan merupakan patokan
untuk menilai apakah sebuah aktivitas itu dimulai dengan baik.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
peraturan adalah yang harus ditaati seseoran individu maupun
kelompok untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, jika
melakukan pelanggaran maka akan mendapatkan sanksi dan
resiko.
Dalam hal ini, menyangkut penerapan peraturan tentanf fasilitas
keamanan di atas kapal. Peraturan merupakan pedoman agar setiap
kru kapal dapat mengerti prosedur keselamatan kerja di kapal maupun
15

di pelabuhan. Tentang arti pentingnya penegakan peraturan dan


manajemen terhadap keselamatan.
C. Pengertian Fasilitas
Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat
disajikan dari beberapa ahli. Menurut Zakiah Darajad Fasilitas adalah
segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar
kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Suryo
Subroto Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda
maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas Suhaisimi
Arikonto berpendapat Fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu
usaha yang dapat melancarkan dan memudahkan berupa bendabenda maupun uang.
Dari beberapa pendapat yang dirumuskan oleh para ahli mengenai
pengertian fasilitas dapat dirumuskan bahwa fasilitas adalah segala
sesuatu yang bersifat fisik maupun material, yang dapat memudahkan
terselenggaranya

dalam

proses

pekerjaan.

Misalnya

dengan

tersedianya tempat, perlengkapan kerja dan segala sesuatu yang


menunjang terlaksannya suatu pekerjaan.
D. Pengertian Keamanan

16

Kata keamanan bahasa inggris adalah security, berasal dari kata


latin yaitu se-curus. se artinya tanpa dan curus artinya kegelisahan
(tanpa

kegelisahan),

mengandung

makna

keamanan

berarti

pembebasan dari kegelisahan atau situasi damai tanpa resiko atau


ancaman. Arti keamanan memiliki berbagai makna termasuk untuk
merasa aman dan dilindungi digambarkan untuk situasi tanpa resiko.
Keamanan adalah sekumpulan hal utama yang berkaitan dengan
nasib sekelompok manusia, juga berkaitan dengan keyakinan bebas
dari ancaman permasalahan dasarnya adal.ah tentang kelangsungan
hidup. Tetapai, hal ini juga mencakuo banyak hal atau urusan tentang
sebuah kondisi kelangsungan kehidupan. Keamanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdiri dari 5 sektor utama yaitu: militer, politik,
social, ekonomi dan lingkungan.
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa
digunakan dengan hubungan kepala kejahatan,

segala bentuk

kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan merupakan topik yang luas


termasuk keamanan nasional terhadap serangan teroris, keamanan
komputer terhadap hacker atau cracker, keamanan rumah terhadap
maling

dan

penyeusup

lainnya,

keamanan

finansial

terhadap

kehancuran ekonomi dan banyak situasi berhubungan lainnya.


E. Pengetian Kapal

17

Menurut undangundang Republik Indonesia No.21 Tahun 1992


tentang pelayaran, Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan
jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin,
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,
kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah
Menurut tim penyusun BPLP (1985.3) kata kapal meliputi semua
jenis pesawat air termasuk pesawat yang tidak memindahkan air dan
pesawat-pesawat terbang laut yang dipakai atau dapat di pakai
sebagai alat pengangkut diatas air.
Menurut Capt. E.W.Manikome SP.1 (Dinas Jaga .65) kapal
mencakup setiap jenis kendaraan air, termasuk kapal tanpa bernama
(displacement) dan digunakan sebagai sarana angkutan air.
Https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal

Pengertian

kapal

adalah

kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dsb),


seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal biasanya
cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan
dalam istilah inggris dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat
yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat membawa perahu
tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya di
mana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undangundang dan peraturan atau kebiasaan setempat.

18

Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi


sungai atau lautan yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya
manusia pada masa lampau menggunakan kano, rakit

ataupun

perahu, semakin besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah


perahu atau rakit yang berukuran lebih besar yang dinamakan kapal.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal pada masa
lampau menggunakan kayu, bambu ataupun batang-batang papirus
seperti yang digunakan bangsa mesir kuno kemudian digunakan
bahan bahan logam seperti besi/baja karena kebutuhan manusia akan
kapal yang kuat. Untuk penggeraknya manusia pada awalnya
menggunakan dayung kemudian angin dengan bantuan layar, mesin
uap setelah muncul revolusi Industri dan mesin diesel serta Nuklir.
Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin yang berjalan
mengambang di atas air seperti Hovercraft

dan Eakroplane. Serta

kapal yang digunakan di dasar lautan yakni kapal selam (diakses 18


September 2016).
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN
A. Perusahaan PT. Bumi Lintas Tama
PT. Bumi Lintas Tama adalah salah satu anak perusahaan PT. Hadji
Kalla (Kalla Group) yang beralamat di Jl Dr. Ratulangi No. 8, Wisma
Kalla Lt. 10, Makassar, Sulawesi Selatan. Pada awalnya didirikan
19

dengan nama PT. Bukaka Lintas Tama sesuai akte notaris Ny. Pudji
Rezeki Irawati, SH No. 72 tanggal 19 Juli 1990, selanjutnya dirubah
pada tanggal 10 Nopember 1990 dengan akte No. 28 menyusul
perubahan anggaran dasar tanggal 21 Nopember 1991 Akte No. 86
atas Notaris Ny. Pudji Rezeki Irawati, SH.
Selanjutnya komposisi pemegang saham dan jumlah saham
dirubah sesuai

pernyataan keputusan rapat

Agustus 2001 dan

No. 11 tanggal 07

tanggal 24 Januari 2002 No. 64 dengan Notaris

Sulprian, SH. Selanjutnya komposisi pemegang saham dan nama


perusahaan mengalami perubahan sejak bulan Nopember 2009,
dengan masuknya PT. Bumi Sarana Utama sebagai pemegang saham
mayoritas (51 %), maka nama perusahaan pun mengalami perubahan
menjadi PT. BUMI LINTAS TAMA, demikianpun area operasi diperluas
dari awalnya angkutan penyeberangan menjadi pelayaran nasional
yang mengangkut asphal curah (Asphalt Tanker) dan mobil (Roro Car).
Perusahaan ini didirikan berawal dari ide pemilik perusahaan (Kalla
Group) untuk membuka usaha/bisnis di kampung halaman yang bisa
menyerap tenaga kerja lokal dan selanjutnya turut mendukung
program

pemerintah

dalam

usaha

pemerataan

pembangunan

Kawasan Timur Indonesia yang terkendala oleh terbatasnya sarana


transportasi laut/angkutan penyeberangan yang menghubungkan
propinsi

Sul

Sel-Sultra

(BajoE

Kolaka)

Lintasan

tersebut

20

sebelumnya telah dilayari oleh beberapa kapal ferry, namun kondisi


dan kapasitasnya tidak mencukupi kebutuhan masyarakat/pengguna
jasa pada kedua daerah tersebut.
Tahun 1990 beroperasi secara aktif pada lintasan penyeberangan
Bira - Pamatata yang menghubungkan Kabupaten Bulukumba dengan
Kabupten Selayar dengan mengoperasikan 1 (satu) armada KMP.
Edha Pada bulan Juli 1991, sesuai dengan perkembangan potensi
pasar, operasional kapal dialihkan ke Lintasan BajoE Kolaka
(Sulawesi selatan Sulawesi utara) dengan mengoperasikan kapal
yang sama KMP. Edha.
Pada bulan Oktober 1995 atas dasar tuntutan pasar dan kondisi
ekonomi/teknis kapal serta pertimbangan kedepan maka KMP. Edha I
diganti dengan KMP. Muchlisa dengan usia yang relatif muda dan daya
muat yang lebih besar, serta kecepatan kapal dan fasilitas yang lebih
memadai, KMP. Muchlisa beroperasi mulai pada bulan Januari 1996
sampai sekarang

dengan volume muatan yang yang diangkut

meningkat dari tahun ke tahun. Selanjutnya tahun 2005 perusahaan


melakukan pemambahan investasi dengan membeli kapal Fery KMP.
Windu Karsa yang sebelumnya beroperasi di Lintasan Siwa - Tobaku.
Selanjutnya tahun 2009 manajemen PT. Bumi Lintas Tama kembali
mengembangkan investasi dengan membeli kapal tanker aspal ukuran
3000 metric ton dengan nama MT. Maharani Tama, dan pada tahun

21

2011 kembali menambah tanker aspalt ukuran 1500 metric ton dengan
nama MT. Syafiah, demikian pun untuk tahun 2012 PT. Bumi Lintas
Tama merambah ke pasar Roro car dengan pembelian Roro car rute
Makassar Jakarta dengan nama MV. Omarrasheed.
B. Kapal MT. MAHARANI TAMA
MT. MAHARANI TAMA adalah jenis kapal tanker aspal dengan rute
pelayaran NCV (Near Coastal Voyage). MT. MAHARANI TAMA adalah
salah satu armada dari perusahaan PT. BUMI LINTAS TAMA yang
melayani penyediaan aspal ke beberapa daerah. Misalnya, Kendari,
Sorong, dan Jayapura. Kapal ini adalah kapal yang di beli oleh PT.
BUMI LINTAS TAMA pada tahun 2011 dari peusahaan china yang
sebelumnya bernama MT. SYUWA 6. Dengan bobot mati 4000 ton dan
panjang keseluruhan x breadth ektrem adalah 97,8m x 11m.
MT. MAHARANI TAMA memiliki 20 kru yang keseluruhanya adalah
warga Negara Indonesia terdiri dari Nahkoda, 3 perwira dek, 3 perwira
mesin, elektrition, 3 juru mudi, 3 juru minyak, bosun, juru masak,
pelayan, dan 2 kadet (masing masing kadet dek dan kadet mesin).
Adapun tempat dan waktu penelitian taruna adalah
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di atas kapal
MT.MAHARANI TAMA. Khususnya untuk mengunkap efektifitas

22

palaksanaan pengawasan pelayaran. Dipilihnya lokasi ini dengan


fokus

yang

dititikberatkan

terhadap

pelaksanaan

peraturan

International Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan dengan


pertimbangan bahwa peran MT. MAHARANI TAMA cukup penting
didalam mewujudkan terciptanya keamanan bagi kapal-kapal lain
dan sebagai salah satu contoh untuk kapal lain untuk menerapkan
hal yang demikian.
2. Waktu penelitian
Waktu yang dipakai berkisar kurang lebih 1 8 bulan dan
metode yang di pakai secara observasi dan secara interview
metode.
Adapun ships particular dan struktur organisasi kapal MT.
MAHARANI TAMA yaitu sebagai berikut

Ships Particular
PERUSAHAAN
PELAYARAN
PT. BUMI LINTAS TAMA
SHIPS PARTICULARS
NAME OF SHIP
CALL SIGN
TYPE OF SHIP
PORT OF REGISTRY
FLAG STATE
IMO NUMBER
CLASS
L.O.A
MMSI

: MT MAHARANI TAMA
:PMQH
: ASPHALT BITUMEN TANKER
: MAKASSAR
: INDONESIA
: 8905452
: BKI
: 106.86 M
: 525016324

23

INMARSAT C
: 445760110
BREADTH
: 17.60 M
DEPTH
: 8.70 M
SUMMER DRAFT
: 6.868 M
SUMMER FREE BOARD
:3m
HIGH FROM KEEL
: 38.7 M
NET TONNAGE
: 2.806
GROSS TONNAGE
: 4.405 T
D.W.T
: 7.194 T
DISPLACEMENT
: 9.420 MTS
LIGHT SHIP
: 2.226 MTS
SHIP MATERIAL
: STEEL
DATE OF BUILDING
: 23 FEB 1991
MAIN ENGINE TYPE
:AKASAKA 6UEC37LA
GENERATOR ENGINE
: YANMAR S165L-HNX 2
SETS
BUILDER
: IMABARI SHIP BUILD,JAPAN
SEVICE SPEED
: 11.50 KNOTS
MAXIMUM OUTPUT
: 4.000 HP X 200
OWNER
: PT.BUMI LINTAS TAMA
Struktur Organisasi Di Atas Kapal MT. MAHARANI TAMA

NAHKODA

MUALIM SATU

KKM

MALIM DUA

MASINS SATU

MUALIM TIGA

MASINIS DUA

24

MASINIS TIGA

BOSUN

JURU MUDI

JURU MASAK

MANDOR

PELAYAN

OILER

C.DEK

ELEKTRITION

C. MESIN

C. Penerapan Peraturan Tentang Fasilitas Keamanan di Kapal MT.


MAHARANI TAMA
Dalam pemberlakuan

penerapan

peraturan

tentang

fasilitas

keamanan di kapal MT. MAHARANI TAMA yang merupakan bagian


dari ISPS-CODE menteri perhubungan menetapkan keputusan No.
KM.3 Tahun 2002 dan menunjuk direktur jenderal perhubungan laut
untuk mengimplementasikan dengan maksud agar pemakai jasa
angkutan laut dan para operator kapal untuk mematuhi apa yang
diinginkan oleh Negara maritime tentang ISPS-CODE. Pada BAB XI-2
sebagai hasil amandemen SOLAS 1974 yang dilakukan bulan
desember 2002 tentang keamanan kapal dan pelabuhan ada beberapa
istilah antara lain :
1. SOLAS (Safety OF Life At Sea 1974)
2. Ships Security Assesment (SSA)
3. Ships Security Officer (SSO)

25

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ships Security Plan (SSP)


Company Security Officer (CSO)
Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan/PFSO
Level Keamanan Satu
Level Keamanan Dua
Level Keamanan Tiga

Tanggung jawab terhadap system Keamanan fasilitas kapal


tersebut dipegang oleh seorang Mualim di atas kapal yakni Nahkoda
dan Chief Officer (Muallim Satu) atau seseorang yang telah ditunjuk.
Untuk memudahkan dalam operasional di lapangan seorang perwira
yang bertanggung jawab dianjurkan untuk membuat penilain dan
rancangan fasilitas keamanan dikapal, penilaian keamanan kapal
adalah suatu bagian penting dan integral dalam proses pengembangan
dan pembaharuan rancangan fasilitas keamanan.
Penilaian/Assesmen Fasilitas Keamanan Kapal Meliputi :
1. Mengidentifikasi dan mengevaluasi tentang infrastruktur dan asset
penting yang harus dilindungi.
2. Mengidentifikasi tentang ancaman yang mungkin terjadi terhadap
asset.
3. Mengidentifikasi pemilihan

prioritas tindakan balik/pertahanan

prosedur dan tingkat efektifitas dalam mengurangi sifat rentan


terhadap serangana/ancaman.
4. Mengidentifikasi kelemahan termasuk faktor manusia, infrastruktur
atau kebijakan prosedur.

26

Dengan

identifikasi

kemungkinan

gangguan

keamanan

ini

diharapkan petugas keamanan yang ditunjuk akan bertindak cepat


dalam mengatasi setiap gangguan keamanan.
Kapal yang diakui memiliki system keamanan kapal harus dilengkapi
dengan

prosedur-prosedur

penanganan

yang

disyahkan

oleh

pemerintah atau organisasi yang diberi wewenang ileh Negara untuk


mengeluarkan sertifikat system keamanan kapal. Dalam hal ini MT.
MAHARANI TAMA menerapkan peraturan tentang fasilitas keamanan
untuk menjamin system keamanan dan prosedur system keamanan
dokumen tatacara menangani setiap gangguan keamanan di atas kapal
antara lain sebagai berikut:
a. Ships Security Assesment, dokumen ini memuat :
1. Identifikasi tindakan keamanan, prosedur, dan operasional.
2. Identifikasi dan evaluasi atas kegiatan di atas kapal.
3. Identifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dan sejenisnya.
4. Identifikasi kelemahan, termasuk factor manusia, kebijakan, dan
prosedur.
b. Ships Security Plan memuat antara lain :
1. Melindunginkapal dari senjata gelap.
2. Kapal dijadikan restricted area dari orang-orang diluar awak
kapal.
3. Tatacara mengatasi bahaya keamanan.
4. Tatacara evakuasi bila ada bahaya keamanan.
5. Tugas dan tanggun jawab masing-masing awak kapal dalam
menangani keamanan.
6. Pengecekan tempat pengendakian system kewaspadaan
keamanan kapal.
Ships Security Officer
1. Inspeksi keamanan rutin kapal

27

2. Merawat dan merencana pelaksanaan system keamanan


3. Mengkoordinasikan aspek keamanan, penanganan barang
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dan penyimpanan barabg dikapal termasuk awak kapal.


Membuat modifikasi Ships Security Plan
Mempertinggi kewaspadaan dan penjagaan
Menetiukan latihan praktek dan pengujian keamanan kapal
Menjaga peralatan keamanan
Melaporkan tindakan korektif dan tak kompromi
Berkoordinasi dengan pelaksanaan SSP denagn CSO dan
PGFSO (apabila berada di pelabuhan).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Peraturan Tentang Fasilitas Keamanan di Kapal.


1. Manajemen Keamanan Kapal.
a. Pemilik atau Operator kapal (Perusahaan Pelayaran)
Pemilik atau operator kapal yang mengoperasikan kapal
untuk ukuran tertentu sebagaimana dimaksud Pasal 170 ayat

28

(1) undang-undang tersebut butir 1 diatas harus memenuhi


persyaratan manajemen keamanan kapal. Kapal yang telah
memenuhi

persyaratan

manajemen

keamanan

kapal

sebagaimana dimaksud ayat (1) diberi sertifika Sertifikat


Manajemen Keamanan Kapal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berupa Sertifikat Keamanan Kapal Internasional
(International Ship Security Certificate/ISSC).
Perusahaan Pelayaran sebagaimana dimaksud ayat (2)
diatas adalah sebagai organisasi yang telah memikul
tanggung

jawab

atas

pengoperasian

kapal

dan telah

menyetujui untuk melaksanakan semua kewajiban dan


tanggung

jawab

yang

diwajibkan

sebagaimana

yang

ditentukan Bab XI-2 Bagian A ISPS Code 2002.


Perusahaan Pelayaran sesuai dengan kewajibannya,
diharuskan untuk mendokumentasikan tanggung jawab,
wewenang dan hubungan kerja antara seluruh personil
yang mengatur, melaksanakan dan memeriksa pekerjaan
yang

berkaitan

serta

yang

berpengaruh

terhadap

keselamatan keamanan kapal meliputi :


a. Pada keamanan tingkat siaga I, aktivitas yang harus
dilaksanakan dengan melalui cara-cara yang tepat, pada
semua

kapal

dengan

berpadoman

pada

petujuk

pelaksanaan yang terdapat pada bab XI-2 dan bagian A

29

serta bagian B ISPS Code, dalam rangka mengidentifikasi


dan mengambil tindakan pencegahan terhadap insiden
keamanan.
b. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan semua tugastugas keamanan kapal berada pada tempatnya.
c. Untuk mengawasi orang-orang yang tidak berkepentingan
naik di atas kapal.
d. Mengawasi area diatas kapal dan area sekeliling kapal
dengan melakukan perondaan secara terus-menerus.
e. Mengawasi

penanganan

muatan

barang-barang

berbahaya diatas kapal dan gudang yang terdiri dari cair,


padat dan gas.
f. Pada tingkat siaga 2 tindakan pencegahan tambahan,
yang ditetapkan dalam pedoman khusus ini harus
diterapkan untuk masing-masing kegiatan secara terinci
sebagaimana yang dimaksud huruf b tersebut diatas
dengan

memperhatikan

petunjuk

pelaksanaan

yang

terdapat pada Bagian B ISPS Code.


g. Pada tingkat siaga 2 atau 3 keadaan darurat ini,
perusahaan pelayaran berkewajiban untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk
selaku

pemegang

yang

ditetapkan

kuasa

oleh

Syahbandar

undang-undang

(Otoritas

30

Negara) di Pelabuhan dimana kapal-kapalnya harus


mengikuti instruksi sesuai dengan perubahan tingkat
keamanan yang ditetapkan.
h. Dalam kasus tingkat 3 harus memperhatikan dengan
secara tepat instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh
negara-negara (otoritas) pelabuhan setempat yang telah
menetapkan tingkat siaga 3 dimana setiap nakhoda kapal
harus

melaporkan

berbagai

kesulitan

didalam

implementasi pelaksanaannya.
i.

Segera memberitahukan kepada nakhoda kapal tentang


tingkat keamanan yang bisa diterapkan Negara-Negara
Pantai atau Negara Bendera peserta konvensi, yang
harus

memperhatikan

petunjuk,

pelaksanaan

sebagaimana dimaksud pada Bagian B ISPS Code juga


memberitahu nakhoda kapal tersebut tentang segala
tindakan keamanan yang harus mereka ambil dan jika
diperlukan terhadap tindakan yang telab diambil oleh
negara-negara peserta konvensi untuk dapat memberikan
perlindungan terhadap ancaman tersebut.
b. Kewenagan Nakhoda
Nakhoda sesuai bab XI-2 dan Bagian A ISPS Code,
mempunyai Otoritas membatalkan atau menolak dan
bertanggung jawab untuk membuat keputusan berkenan
31

dengan keselamatan dan keamanan kapal, dan untuk


meminta bantuan perusahaan atau setiap Negara Peserta
apabila diperlukan.
Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh
lima Gross Tonnage) atau lebih memiliki wewenang
penegakan

hukum

dan

bertanggung

jawab

atas

keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal, pelayar


dan barang muatan sebagaimana dimaksud Pasal 137
ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2008 Tentang Pelayaran.
Nakhoda sebagaimana dimaksud butir 1 huruf a diatas
diberi tugas dan kewenangan khusus yaitu:
1.membuat cacatan setiap kelahiran.
2.membuat catatan setiap kematian. dan
3.menyaksikan dan mencatat surat wasiat.
Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas
pelanggaran yang dilakukan setiap Anak Buah Kapal
yang
1.Meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda.
2.Tidak kembali kekapal pada waktunya.
3.Tidak melaksanakan tugas dengan baik.
4.Menolak perintah penugasan.
5.Berperilaku tidak tertib. dan/atau berperilaku tidak layak
32

sebagaimana dimaksud Pasal 143 ayat (3) UndangUndang No.17 Tahun 2008.
c. Hak dan Kewajiban Nakhoda
Nakhoda sebagaimana dimaksud Pasal 138 ayat (3)
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahu 2008 Tentang
Pelayaran berhak menolak untuk melayarkan kapalnya
apabila

mengetahui

kapal

tersebut

tidak

memenuhi

persyaratan kelaik lautan. Untuk tindakan penyelamatan


sebagaimana

dimaksud

Pasal

139

undang-undang

tersebut diatas berhak menyimpang dari rute yang telah


ditetapkan dan mengambil tindakan yang diperlukan.
Nakhoda berkewajiban untuk melaksanakan secara
efektif

yurisdiksi

negara benderanya yang

dipimpin

mengenai administratif, teknis dan sosial atas kapal yang


mengibarkan benderanya, sebagaimana dimaksud pasal
94 ayat 1 Hukum Laut Internasional 1982.
Nakhoda wajib mengambil tindakan yang diperlukan
bagi kapal yang memakai benderanya untuk menjamin
keselamatan di laut, sebagaimana dimaksud pasal 94
ayat 3 Hukum Laut Internasional 1982.
Nakhoda yang sedang berlayar dan mengetahui
adanya cuaca buruk yang membahayakan keselamatan
berlayar wajib memperluaskannya kepada pihak lain

33

dan/atau

instansi

pemerintah

terkait

sebagaimana

dimaksud Pasal 132 ayat (3) Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
Nakhoda wajib menolak dan memberitahukan kepada
instansi yang berwenang apabila mengetahui muatan
yang diangkut tidak sesuai dengan dokumen muatan
sebagaimana dimaksud Pasal 137 ayat (4) UndangUndang Pelayaran No.17 Tahun 2008.
d. Pernyataan Otoritas Nakhoda sebagaimana dimaksud
ISPS Code.
a. Nakhoda

tidak

boleh

dibatasi

oleh

perusahaan,

pencarter atau orang lain untuk mengambil atau


melaksanakan suatu keputusan yang mana, dalam
keputusan profesional nakhoda dianggap perlu untuk
menjaga keselamatan dan keamanan kapal. Termasuk
penolakan masuknya orang (kecuali mereka yang
dikenal sebagai petugas resmi dari sebuah negara
peserta) atau barang mereka serta penolakan muatan
cargo, termasuk peti kemas atau unit angkutan cargo
tertutup lainnya.
b. Kalau dalam keputusan profesionalnya nakhoda, timbul
pertentangan dalam operasi antara suatu persyaratan
keselamatan dan keamanan yang berlaku untuk kapal,

34

nakhoda

harus

memilih

persyaratan

yang

untuk

menjaga keselamatan dan keamanan kapal. Dalam


kasus yang demikian, nakhoda dapat melaksanakan
langkah-langkah
segera

keamanan

sementara

dan

memberitahu administrasi dan,

harus

bila perlu

Negara peserta di pelabuhan mana kapal beroperasi


atau berniat untuk masuk. Setiap langkah-langkah
keamanan sementara tersebut dibawah ketentuan ini
harus, sedapat mungkin sesuai dengan tingkat siaga
keamanan (security level) yang berlangsung. Bilamana
kasus yang demikian teridentifikasi, administrasi harus
memastikan bahwa pertentangan tersebut diselesaikan
dan

kemungkinan

muncul

ulangnya

pertentangan

tersebut diperkecil.

c. Nakhoda mempunyai otoritas untuk meminta bantuan


pada perusahaan atau salah satu Negara peserta yang
mungkin diperlukan dalam rangka keselamatan dan
keamanan kapal.
e. Tanggung Jawab Personil Keamanan
a. Nakhoda merupakan perwira keamanan kapal (SSO)
yang mempunyai otoritas dan bertanggung jawab untuk
membuat

keputusan

yang

berhubungan

dengan
35

keselamatan dan keamanan kapal dan untuk meminta


bantuan dari perusahaan atau Negara peserta.
b. Nakhoda bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
memelihara rancangan keamanan kapal (SSP).
c. Melapor kepada CSO setiap ketidak sesuaian dan
penyimpangan atau pelanggaran keamanan.
d. Memberikan

arahan

pada

ABK

tentang

tingkat

keamanan.
e. Melaksanakan pelatihan dan berlatih keamanan di atas
kapal.
f. Memberikan tugas-tugas tambahan sesuai dengan
kebutuhan keamanan.
g. Menerbitkan deklarasi keamanan (DOC).
h. Perubahan

tingkat

siaga

kemanan

dengan

mencatatnya ke buku jurnal (log-book).


i.

Mengidentifikasikan kejadian dan ancaman bahaya


keamanan.

j.

Komunikasi

yang

berkaitan

untuk

mengarahkan

keamanan kapal/pelabuhan dan harus dicatat di buku


jurnal (log-book).
k. Membantu petugas keamanan perusahaan (CSO)
dalam melaksanakan tinjauan keamanan.

36

l.

Bertanggung jawab atas perencanaan keselamatan


dan keamanan diatas kapal dan pada waktu melayari
daerah-daerah

yang

rawan

dan

tempat

berlabuh/sandar di pelabuhan serta tempat-tempat


kepil di luar batas pelabuhan, harus didasarkan
kepada anggapan bahwa terdapat bahaya yang
mengintai baik itu yang datang dari luar kapal maupun
dari dalam kapal itu sendiri.
m. Bertanggung

jawab

terhadap

keselamatan

dan

keamanan kapal serta perlindungan lingkungan dan


memutivasi abk dalam mematuhi ketentuan yang
ditetapkan.
n. Bertanggung jawab terhadap semua personil yang
melakukan kegiatan diatas kapal dan melaksanakan
tindakan disiplin sebagaimana yang ditetapkan.
o. Pengawasan pelaksanaan tugas/pekerjaan bawahan
langsung seperti Perwira I (Mualim I) dan Kepala
Kamar Mesin (KKM).
p. Mematuhi dan melaksanakan semua persyaratan
pelatihan untuk perwira dan ABK serta memastikan
bahwa semua personil diatas kapal sepenuhnya siap
unruk

menangani

masalah

darurat

dengan

mengadakan latihan praktek secara teratur Mengawasi

37

jangan sampai memberi peluang bagi orang- orang


yang tidak berkepentingan memasuki

kapal/tempat

yang dilindungi secara pisik dengan membuat suatu


rintangan
membatasi

di

sekeliling

pintu-pintu

kapal

tersebut

keluar/masuk

dengan

seminimum

mungkin dan jendela- jendela ditutup dan dikunci dari


dalam.
f. Mualim 1 bertanggung jawab kepada nakhoda (SSO)
untuk antara lain:
a. Pelaksanaan dan pemeliharaan rancangan keamanan
kapal yang efektif.
b. Memastikan

bahwa

tugas-tugas

dalam

langkah

pencegahan keamanan dan prosedur yang digariskan


pada bermacam tingkat siaga keamanan dilaksanakan
secara efektif.

c. Bertanggung jawab atas prosedur pencarian.


g. KKM

bertanggung jawab kepada

nakhoda

(SSO)

untuk sebagai berikut


a. Memelihara

inspeksi, pengujian,

kalibrasi

perlengkapan keamanan.
b. Memantau CCTV (perlengkapan menjaga keamanan).
c. Memastikan

bahwa

semua

penerangan

termasuk

38

lampu sorot pencari bekerja dengan baik.


d. Mengamankan

ruangan

mesin

termasuk

ruang

kemudi.
e. Tugas-tugas

yang digariskan dalam langkah

pencegahan keamanan.
h. Masinis II bertanggung jawab kepada KKM untuk
antara lain:
a. Membantu dalam pemeliharaan peralatan keamanan.
b. Memantau CCTV (perlengkapan jaga keamanan).
c. Mengamankan ruang mesin.
d. Tugas-tugas

yang ditentukan dalam langkah

pencegahan keamanan.
e. Membantu dalam melaksanakan prosedur pencarian.

i. Tugas-tugas

dan

tanggung

jawab

kelasi

kapal

meliputi:
a. Melaksanakan tugas-tugas sebagaimana ditentukan
dalam langkah pencegahan keamanan.
b. Melaporkan kepada SSO setiap penyimpangan dan

39

pelanggaran keamanan.
c. Membantu Perwira I dalam melaksanakan tugas-tugas
pemeriksaan.
d. Melaksanakan patroli keamanan.
e. Memberitahukan tingkat ancaman
dihadapi

oleh

kapal,

yang mungkin

menggunakan

penilaian

keamanan yang tepat dan informasi lainnya yang


relevan.
f. Memastikan

bahwa

rancangan

keamanan

kapal

diubah sepatutnya untuk memperbaiki kekurangan dan


memenuhi persyaratan keamanan kapal itu sendiri.
g. Memastikan pelatihan yang memadai bagi personil
yang bertanggung jawab atas keamanan kapal.
h. Memastikan komunikasi dan kerja sama yang efektif
antara

perwira

keamanan

kapal

dan

perwira

keamanan fasilitas pelabuhan yang terkait.


i.

Memastikan

keselarasan

antara

persyaratan

keamanan dan keselamatan .


j.

Jaga hubungan dengan para agen diluar terkait dalam


industri, penguasa pelabuhan dan penegak hokum

k. Mengimplementasikan
keamanan

semua

perusahaan

aspek

dimana

rancangan
kekurangan

teridentifikasi.
40

j. Catatan dan Dokumentasi


a. SSO harus membuat catatan dalam bahasa inggris
kegiatan-

kegiatan

sebagai

berikut

dan

mempersiapkannya untuk, atas permintaan petugas


resmi berwenang Negara peserta, verifikasi ketentuan
SSP yang diimplementasikan.
b. Catatan kegiatan harus dipelihara untuk jangka waktu
tidak kurang dari lima (5) tahun (IACS) atau jangka
waktu minimal yang ditentukan oleh administrasi.
c. Kapal harus memelihara berkas copy semua catatan
dan harus terlindung dari akses yang tidak berwenang
atau kebocoran.
d. Pelatihan, tanggal, lama berlangsungnya, gambaran
dan daftar hadir untuk setiap sesi pelatihan.
e. Berlatih dan latihan untuk setiap berlatih atau latihan,
hari, uraian, daftar hadir, dan segala praktek atau
pelajaran yang baik yang dapat memajukan SSP.

f. Kejadian dan pelanggaran keamanan tanggal dan


waktu kejadian, lokasinya di pelabuhan, lokasinya di
kapal, gambaran kejadian atau pelanggaran, kepada
siapa dilaporkan, dan gambaran tanggapannya.

41

g. Catatan harus diperbaharui saat perlengkapan baru


dipasang.Ancaman keamanan, tanggal dan waktu
kejadian, bagaimana ancaman dikomunikasikan, siapa
yang

menerima

atau

mengidentifikasi

ancaman,

gambaran ancaman, dilaporkan kepada siapa, dan


uraian tanggapannya waktu minimal yang ditentukan
oleh administrasi.
h. Audit tahunan SSP Laporan harus dipelihara. Surat
sertifikasi

oleh

SSO

menyatakan

tanggal

telah

diselesaikannya audit untuk setiap audit tahunan.


i.

Kapal

yang

dikunjunginya

akan
bias

masuk
diminta

pelabuhan
untuk

yang

memberikan

informasi keamanan menjelang ketibaannya kepada


petugas yang resmi berwenang dari Negara peserta
untuk memastikan.

k. Tingkat

siaga

keamanan

dimana

kapal

sedang

Berlayar (dioperasikan)
a. Tingkat keamanan kapal beroperasi ketika terjadi
interface

kapal/pelabuhan

pada

10

kunjungan

42

pelabuhan terakhir sebelumnya.


b. Bahwa

prosedur

keamanan

kapal

yang

tepat

dilaksanakan pada segala kegiatan antara kapal


dengan kapal saat kunjungan 10 pelabuhan terakhir.
c. nformasi praktis yang menyangkut keamanan lainnya
(tetapi bukan rincian rancangan keamanan kapal),
termasuk panduan yang diberikan pada bagian B kode
ISPS
d. Contoh informasi praktis yang menyangkut keamanan
lainnya yang mungkin diperlukan sebagai kondisi untuk
memasuki pelabuhan untuk membantu memastikan
keselamatan dan keamanan orang, fasilitas pelabuhan,
kapal dan barang lainnya termasuk:
a. Informasi

yang

terkandung

dalam

Continuous

Synopsis Record.
b. Lokasi kapal saat laporan dibuat.
c. Jam tiba kapal yang diperkirakan (ETA)
c. Daftar anak buah kapal (ABK).
d. Ikhtisar umum cargo diatas kapal dan Informasi
yang harus ada berdasarkan peraturan XI-2/5.
l.

Penanganan

dan

perlindungan

informasi

keamanan yang peka.


1. Informasi

keamanan

seperti

catatan

yang

43

dinyatakan pada section 5.1 disimpan dalam format


kertas dan harus terlindungi dari akses yang tidak
berwenang.

Penerima

informasi

sensitive

keamanan dianggap sebagai pemakai dan harus


memenuhi

prosedur

penanganan seperti yang

dimaksud section 1.3 ISPS Code.


2. Nakhoda/SSO bertanggung jawab mengarsipkan
atau memusnahkan catatan, dan untuk memastikan
bahwa catatan tersebut disimpan/ditaruh dengan
baik

dan

terlindung

dari

akses

yang

tidak

berwenang.
m. Laporan Penilaian Keamanan Kapal (SSA-Ship
Security Assesment Report).
1. Perusahaan mengakui bahwa Penilaian Keamanan
Kapal (SSA) adalah sangat penting dan merupakan
bagian yang tidak terpisahakan dari Rancangan
Keamanan Kapal (SSP-Ship Security Plan) dan
digunakan sebagai dasar untuk menginformasikan
dan memperbaharui SSP. Hal ini merupakan
kebijakan

perusahaan

untuk

melakukan

SSA

menjelang persiapan SSP, sesuai dengan criteria


yang dirinci dalam bagian A section 8 dan bagian B
section 8 ISPS Code.

44

2. Perwira Keamanan Perusahaan ditunjuk sebagai


yang bertanggung jawab untuk memasukan bahwa
SSA dilaksanakan sesuai dengan section-section
ISPS Code. Penilaian ditempat dilaksanakan oleh
tim ISPS Code yang terdiri dari perwira keamanan
perusahaan, tehnikal suprentenden dan manajer
operasi armada.
3. Sebelum melakukan peneilaian tim ISPS Code,
mempelajari informasi yang ada, lampiran-lampiran
sebelumnya untuk kejadian yang serupa yang
merupakan

ancaman

berbahaya

pada

jalur

pelayaran dan pelabuhan yang akan dikunjunginya.


4. Dimana

memungkinkan

Perwira

Keamanan

Peusahaan (CSO) atau tim ISPS akan bertemu


dengan orang-orang yan tepat diatas kapal dan di
pelabuhan untuk mendiskusikan tujuan dan metoda
penilaian tersebut.

n. Pengindentifikasian Ancaman.
Pengindetifikasian kemanan yang mungkin terjadi,
motifikasi dan resiko potensi bahaya keamanan kapal
yang benar-benar ada, khusus terjadi diatas kapal dan
jalur pelayaran dilakukan seperti:

45

a. Merusak atau menghancurkan kapal atau fasilitas


pelabuhan,

misalnya

dengan

alat

peledak,

membakar, sabotasi atau pengrusakan.


b. Pembajakan atau mengusai kapal atau orang diatas
kapal.
c.

Mengacau perlengkapan penting atau sistem kapal


atau perbekalan kapal.

d. Akses

atau

pemakaian

tanpa

izin,

termasuk

penyelundupan.
e. Penyelundupan

senjata

atau

perlengkapan

termasuk senjata penghancur masal.


f. Menggunakan kapal membawa mereka yang berniat
menciptakan

insiden

keamanan

atau

perlengkapannya.
g. Menggunakan kapal sebagai senjata atau cara
untuk merusak atau menghancurkan.
h. Menyerang dari laut pada saat sandar atau lego
atau menyerang pada saat kapal berada di laut.
o. Informasi Tentang Ancaman.
Informasi tentang ancaman potensial dan keamanan
kapal ditilik dengan memperhitungkan dan menyertakan
motifasi yang terindikasi seperti hal-hal dan informasi
dibawah ini, harus didapatkan dan ditilik sebelum memulai

46

SSA (penilaian keamanan kapal) sebagai berikut:


a) Denah umum kapal.
b) Lokasi area yang harus mempunyai akses terbatas
seperti

anjungan

navigasi,

ruangan

mesin,

dan

stasion-stasion pengendali lainnya seperti diuraikan


dalam SOLAS Chapter II-2 dan sebagainya.
c)

Lokasi dan fungsi masing-masing titik akses kekapal


yang potensial.

d) Perubahan

pasang

surut

yang

bias

berdampak

kerawanan terhadap keamanan kapal.


e) Lokasi

dimana

ditempatkan

perbekalan

dan

perlengkapan pemeliharaan kapal dan lokasi dimana


barang titipan (kiriman) disimpan.
f)

Perlengkapan darurat dan cadangan untuk melihara


pelayanan pokok.

g) Jumlah personil kapal, segala tugas keamanan dan


praktek persyratan pelatihan perusaan yang berjalan.

SSA mempertimbangkan berkenaan


langkah

dan

panduan

keamanan

dengan langkahyang

berlangsung,

prosedur dan operasi yang berkelanjutan dalam kondisi


rutin maupun darurat, dan harus memutuskan panduan
keamanan yang meliputi:

47

a. Area terbatas.
b. Prosedur

respon

terhdap kebakaran

dan

kondisi

darurat lainnya.
c. Tingkat

supervise

pengunjung,

personil

pengsuplai,

kapal,

tehnisi

penumpang,

perbaikan

kapal,

pekerja galangan dan lain- lain.


d. Frekwensi dan efektifitas patroli keamanan.
e. Sistem pengendali akses termasuk termasuk system
identifikasi.
f. Sistem komunikasi keamanan dan prosedur.
g. Pintu-pintu, penghalang, penerangan keamanan. dan
h. Sistem dan perlengkapan siaga keamanan bila ada.
SSA juga harus mempertimbangkan terhadap kegiatan
manusia, pelayanan dan operasionalnya yang sangat
penting untuk dilindungi seperti:
1. Personil kapal, penumpang, pengunjung, pengsuplai,
tehnisi, perbaikan, personil fasilitas pelabuhan, dan
lain-lain.
2. Kapasitas untuk memelihara peralatan navigasi yang
aman, perbekalan kapal dan respon darurat.
3. Perlengkapan dan sistem komunikasi keamanan kapal
dan sistem siaga keamanan kapal.
SSA

juga

memperhitungkan

semua

kemungkinan

48

kelemahan kapal yang mencakup:


1. Pertentangan
terhadap

antara

sesama

langkah-langkah

personil

keamanan

keselamatan

dan

keamanan.
2. Pertentangan

antara

petugas-petugas

kapal

dan

penugasan- penugasan keamanan


3. Jumlah personil kapal yang melaksanakan tugas jaga,
terutama

implikasi

kelelahan,

kesiagaan

dan

pelaksanaannya.
4. Segala kekurangan pelatihan yang teridentifikasi. dan.
5. Segala

perlengkapan

dan

sistem

keamanan

termasuk sistem komunikasi


6. Dengan

perhatian yang sepantasnya pada saat

penyusunan

langkah-langkah

keamanan

terutama

yang menyangkut tinggalnya personil terlalu lama


diatas kapal juga harus dipertimbangkan kemudahan,
kenyamanan

dan

kesanggupan

mereka

untuk

mempertahankan keefektifitas mereka dalam waktu


yang panjang
p. Pelatihan.
ISPS Code mewajibkan para Perwira Kamanan Kapal
harus

mempunyai

pengetahuan

dan

mendapatkan

pelatihan sepantasnya. Personil kapal yang mempunyai

49

tugas khusus keamanan, harus mempunyai pengetahuan


memadai dan kemampuan untuk melaksanakan tugastugas yang dibebankan meliputi:
a.

Pengetahuan tentang pola dan ancaman keamanan


saat itu.

b.

Pengenalan dan pendekteksian persenjataan, zat-zat


yang membahayakan dan alat berbahaya.

c.

Pengenalan cirri-ciri dan pola tingkah orang yang


cendrung mengancam/membahayakan keamanan.

d.

Taktik

yang digunakan untuk mengatasi langkah-

langkah keamanan.
e.

Manajemen

mengatasi

kerusuhan

dan

tehnik

pengendaliannya.
f.

Komunikasi yang berkaitan dengan keamanan.

g.

Pengetahuan

prosedur

darurat

dan

rancangan

penanganan keadaan darurat.


h.

Pengoperasian peralatan dan sistem keamanan.

i.

Pengujian kalibrasi dan pemeliharaan peralatan dan


sistem keamanan di laut.

j.

Tehnik-tehnik

pemeriksaan,

pengawasan

dan

pemantauan. dan
k.

Metoda penggeledahan phisik terhadap manusia,


barang pribadi, begasi, barang muatan dan barang

50

persediaan keperluan kapal.


Semua personil kapal lainnya harus mempunyai
pengetahuan dan kemampuan, dan mengenal dengan
baik

mengenai

ketentuan-

ketentuan

Rancangan

Keamanan Kapal yang relevan meliputi:


a.

Arti dan persyaratan yang diakibatkan tingkat siaga


keamanan yang berbeda.

b.

Pengetahuan

tentang

prosedur

darurat

dan

rancangan cadangan.
c.

Pengendalian dan pengdeteksian senyata dan zat-zat


yang membahayakan dan alat berbahaya.

d.

Pengetahuan dengan dasar non-diskriminasi ciri dan


pola dan tingkah laku

manusia yang cendrung

membahayakan keamanan. dan


e.

Tehnik yang dipergunakan untuk mengatasi langkahlangkah keamanan.

51

B. Cara Penanggulangan Ancaman Terhadap Keselamatan dan


Keamanan di Kapal
1. Ancaman dan Penanggulangan terhadap keselamatan dan
keamanan di kapal
a. Ancaman Terhadap Keselamatan dan Keamanan Kapal
Pada dasarnya ancaman terhadap keselamatan dan
keamanan kapal dapat datang dari berbagai sumber, seperti.
1. Bahaya alam dapat berupa gelombang pasang (tsunami),
badai (topan), gempa bumi dan suhu udara yang luar
biasa. Kebakaran dan pencemaran dapat juga dianggap
bahaya alam meskipun kebanyakan disebabkan oleh
manusia.

Gejalanya

dapat

diramalkan

dan

untuk

penanggulangannya dengan meningkatkan kewaspadaan


untuk menanguulanginya.
2. Bahaya yang disebabkan oleh manusia terdiri dari
bermacam-macam

bentuk

seperti

perompakan/pembajakan, terror, sabotase, pengrusakan,


pembunuhan dll. . Ancaman ini dapat diantisipasi dengan
meningkatkan kewaspadaan nakhoda dan seluruh awak
kapal pada waktu kapalnya sedang berlayara di perairan
yang

rawan/berbahaya

seperti

di

selat-selat,

sungai-sungai dan di perairan yang sempit dan pada


waktu kapal sedang berlabuh/sandar di pelabuhan.

52

3. Bahaya yang disebabkan oleh karena sifat-sifat muatan


tertentu yang menuntut persyaratan penanganan khusus
untuk melindungi muatan dari pengaruh luar yang dapat
menyebabkan

reaksi

kimia

yang

membahayakan

keselamatan jiwa dan harta benda maupun lingkungan


hidup dari bahaya-bahaya muatan tersebut.
2. Penanggulangan/Antisipasi Terhadap Ancaman Bahaya
Adapun hal yuang harus dilakukan oleh orang orang yang telah
ditunjuk adalah :
a. Syahbandar melakukan memonitonng serta mengadakan
pengawasan

terhadap

semua

kegiatan

didaerah

linkungan kerja pelabuhan yang dinyatakan terlarang


dengan tetap berkoodinasi dengan para nakoda, petugas
keamanan fasilitas pelabuhan dan instansi terkait lainnya.
b. Nakhoda dapat meminta bantuan kepada Syahbandar
(Harbour

Master)

setempat

apabila

memerlukan

bantuan pengamanan yang lebih ketat seperti patroli


disekitar kapal tempat berlabuh atau sedang bersandar
di dermaga.
c. Setiap nakhoda Negara bendera, bertanggung jawab atas
tindakan keselamatan
masing-masing

dan

keamanan

kapalnya

denganmemperhatikan urutan tindakan

sebagai berikut pada waktu kapal tiba di pelabuhan :


1. Berdasarkan petunjuk dari nakhoda, penwira deck,

53

dan mesin yang ditugaskan untuk mengatur tata


pengamanan di atas kapal.
2. Ruangan-ruangan yang tidak dipakai harus dikunci
dengan baik dan diadakan pengawasan secara terus
menerus.
3. Masuknya orang-orang keatas kapal harus dibatasi
hanya

kepada

orang-orang

yang

ada

sangkut-

pautnya dengan urusan kapal-atau orang-orang yang


diwenangkan oleh nakhoda.
4. Harus diadakan penjagaan 24 jam penuh selama
kapal tambat / berlabuh dan untuk daerah-daerah
yang

rawan

perlu

ditambah

petugas

keamanan

dengan cara menambah petugas dan personil kapal


itu sendiri atau dengan meminta bantuan

petugas

keamanan dan pelabuhan setempat.


5. Pada waktu berlabuh jangkar dan kurang dapat
dilaksanakan pengawasan maka tangga-tangga kapal
hanya dapat diturunkan pada kerendahan yang
diperlukan dan pada malam hari lampu- lampu
geladak

harus

dinyalakan

untuk

memungkinkan

dilakukan pengawasan yang baik didaerah geladak


dan sekitarnya dan dinas jaga di anjungan secara
khusus meningkatkan kewaspadaan terhadap kapalkapal kecil yang mendekati kapal.
d. Peningkatan penjagaan pada

tangga-tangga

naik

54

dengan menempatkan petugas keamanan kapal.


e. Pemeriksaan pada rantai jangkar dan tali tambat pada
waktu-

waktu

tertentu

terhadap

objek

luar

harus

dilakukan selama kapal berada dipelabuhan.


f. Slang-slang yang telah diatur konsistennya dengan
prosedure keselamatan normal harus digelar sejauh
yang

dapat

dilakukan

dengan

cara

sedemikian

sehingga bisa dipergunakan secara berdaya guna dan


berhasil guna seperti

untuk menahan/mengusir orang-

orang yang akan mengganggu dengan cara paksa untuk


naik ke kapal.
g. Tidak

dibenarkan

orang-orang

yang

tidak

berkepentingan berada di atas anjungan kapal terutama


pada ruang kemudi
a. Ancaman keamanan yang mempengaruhi perubahan
tingkat keamanan
1. Di Pelabuhan:
a. Gangguan listrik yang mempengaruhi alat jaga/scan.
b. Kerusakan pada fasilitas keamanan terminal.
c. Huru-hara, protes dan kerusuhan sipil.
2. Di Laut:
a. Kapal cepat yang berlama-lama mengikuti kapal.
b. Kehilangan komunikasi dengan terminal.
55

3. Insiden Keamanan:
a. Perompakan.
b. Pembajakan.
c. Penyelundupan orang.
d. Ancaman bom.
4. Pelanggaran Keamanan
a. Penemuan senjata-senjata.
b. Perusuh.
c. Penyelundupan
d. Orang-orang yang tidak ada dalam manifest.
b. Prosedur sistem tanda bahaya keamanan kapal (Ship
Security Alaret System)
1. Rincian lokasi tempat-tempat mengaktifkan

tanda

bahaya

keamanan kapal terdapat didalam rancangan keamanan


kapal. Tempat-tempat ini tidak boleh terbuka untuk pihak luar
manapun tanpa ada izin yang jelas dari Admistrasi Negara
Bendera .

2. Tempat tanda Bahaya Keamanan Kapal berada:


3. Pengujian Rutin.
4. Tanda bahaya keamanan kapal harus diuji setiap 3(tiga) bulan
sekali atas kesepakatan sebelumnya antar Nakhoda, SSO dan
56

CSO.
5. Sepanjang saat pengujian hubungan komunikasi telepon
anatara Nakhoda, SSO dan CSO harus terus tersambung.
6. Tanda bahaya keamanan kapal harus diaktifkan dari titik
pertama penggerak. Sebuah pesan tex tertentu dikirim kepada
CSO yang kemudian akan meverifikasi identitas dan posisi
kapal. Kemudian CSO akan menghubungi kapal melalui
melalui telepon genggam atau VHF.
7. Saat komunikasi tersambung Nakhoda/SSO akan mereset
tanda bahaya keamanan.
8. Bila semua titik penggerak tanda bahaya keamanan telah diuji
dan direset maka disepakati antara Nakhoda/SSO dan CSO
bahwa pengujian telah selesai dan semua tanda -tanda bahaya
yang akan dating selanjutnya akan diberlakukan sebagai yang
sebenarnya.

c. Prosedur Menanggapi Insiden Kamanan


Langkah yang harus diambil saat CSO menerima tanda
bahaya keamanan dari kapal:
a. CSO harus segera mengirim SMS ke kapal dengan
tex sbb: URGENT (SANGAT PENTING), CALL CSO

57

ASAP (HUBUNGI CSO SEGERA MUNGKIN).


b. CSO juga akan berusaha menghubungi kapal melalui
telepon genggam atau VHF Apabila tanda bahaya
keamanan kapal BELUM (TIDAK) diaktifkan karena
insiden

keamanan

Nakhoda/SSO

harus

segera

menghubungi CSO sepenerimanya SMS tersebut.


Apabila

tanda bahaya keamanan

kapal

TELAH

DIAKTIFKAN dikarenakan insiden keamanan:


1.

Nakhoda/SSO harus sedapat mungkin menjawab


SMS dengan abjad berkelanjutan seperti: aaaaaa
atau bbbbbb.

2.

Atau tidak menjawab sama sekali sebab situasi


tidak memungkinkan.

d. Prosedur

menanggapi

(merespon)

instruksi

keamanan
Nakhoda/SSO harus merespon setiap instruksi
keamanan dari setiap Negara peserta pada siaga
keamanan tingkat 3. CSO harus segera diberitahu.
Catatan: Semua kejadian dan komunikasi harus dicatat ke
Log Book Deck
e. Evakuasi
Dalam hal ancaman dan/atau pelanggaran keamanan
memerlukan

kapal

dievakuasi,

Nakhoda/SSO

harus

58

melakukan hal tersebut demi keselamatan.


Bahan terkait: Rancangan respon darura
Catatan: Semua kejadian dan komunikasi harus dicatat ke
Log Book Deck.
f. Prosedur untuk inspeksi, pengujian, kalibrasi dan
pemeliharaan peralatan keamanan.
a. Peralatan keamanan terdiri dari:
1) VHF.
2) Mobile Phone.
3) CCTV.
4) Lampu Sorot Pencari.
5) Lampu dek dan pemberangkatan.
6) Ship security alert.
7) Sistem identifikasi otomatis (AIS).
b. Pemeliharaan dan pengujian (test) alat keamanan
1) Tanda bahaya keamanan kapal harus diuji (test)
setiap tiga (3) bulan.
2) Sepakati hari dan waktunya dengan CSO.
3) Setel kunci control pada posisi TEST.
4) Tekan tombol Security Alert (Tanda Bahaya
Keamanan),

lingkaran tanda bahaya dimulai.

Tanda transmisi akan nampak dengan timbulnya

59

warna orange pada layar LED (Light-emiting


diode).
5) CSO akan menerima signal tanda bahaya dengan
dimulai

dengan

huruf

TEST

dan

segera

menghubungi kapal memberitahu bahwa signal


diterima.
6) Selesai komunikasi terjalin, matikan tanda bahaya
keamanan.
7) Catat pada log book deck semua waktu, tanggal
dan posisinya
c. Pemeliharaan lampu sorot pencari-Bulanan, buka dan
bersihkan tutup gelas, periksa lampunya secara
visual.
d. Pengujian lampu sorot pencari (malam hari).
e. Setiap dua minggu hidupkan lampu
f. Putar (kiri ke kanan) lampu pada sudut yang maximal
dan Arahkan ke atas dan bawah secara vertical.
g. Pemeliharaan

penerangan

deck

dan

embarkasi

bulanan, buka tutup,bersihkan tutup gelas.Periksa


lampu secara visual.
g. Kegiatan keamanan:
a. Kapal harus tanggap terhadap persyaratan terkait

60

yang ditentukan dalam Rancangan Keamanan Kapal


(SSP). Menjelang kapal memasuki sebuah pelabuhan
atau saat berada dalam wilayah sebuah pelabuhan
Negara

peserta,

kapal

diharuskan

bertindak

berdasarkan tingkat siaga keamanan yang ditentukan


Negara peserta sbb dibawah ini.
b. Pada siaga keamanan tingkat 1, kegiatan dibawah ini
harus,

melalui

langkah

yang

tepat

dengan

memperhatikan panduan yang diberikan pada bagian


B koda ini, dilaksanakan pada semua kapal dalam
rangka

mengidentifikasi

dan

sebagai

langkah

pencegahan terhadap kejadian bahaya keamanan.


c. Memastikan

pelaksanaan

semua

tugas-tugas

keamanan:
1. Pengendalian akses ke kapal.
2. Pengendalian embarkasi (naik ke kapal) orangorang serta barangnya.
3. Pemantauan daerah terbatas untuk memastikan
hanya orang yang berwenang yang mempunyai
akses.
4. Pemantauan area dek dan area sekitar kapal.
5. Mengawasi

penanganan

cargo

dan

ruang

61

perbekalan
h. Rancangan

Cadangan

menjaga

operasi

kritis

dibawah ancaman keamanan


Manajemen keamanan diatas kapal terutama
memikirkan pengelakan dan pencegahan. Namun
demikian, ketentuan dibuat untuk kasus-kasus dimana
sasaran

tersebut

Rancangan
persiapan

tidak

cadangan
untuk

sepenuhnya
adalah

menghadapi

tercapai.

bagian
hal-hal

penting
tersebut.

Disamping itu, rancangan cadangan merupakan dasar


yang berguna untuk pelatihan, berlatih dan latihan di
kapal. Untuk setiap tingkatan security level, pemilik
kapal atau operator harus memastikan bahwa SSO dan
personil keamanan kapal berkemampuan untuk:
a. Menanggapi ancaman keamanan dan pelanggaran
keamanan dan menjaga operasi kritis kapal dan
interface kapal ke fasilitas, termasuk:

1) Melarang masuk ke area bersangkutan.


2) Menolak akses ke atas kapal, kecuali bagi
mereka yang merespon darurat.
3) Mengimplementasikan langkah security level 3

62

pada seluruh kapal.


4) Hentikan operasi penanganan cargo.
i. Penanggulangan Ancaman Terhadap Keamanan kapal
Kapal lemah menghadapi peledakan atau pembakaran.
Ada kemungkinan

yang nyata kapal bisa

menerima

ancaman bom yang dibuat untuk tujuan tersebut. Personil


kapal

harus

siap

menghadapi

kejadian

tersebut.

Pencatatan sebanyak mungkin dalam log informasi yang


menyangkut ancaman tersebut sangatlah penting.
a. Bila mendapatkan alat mencurigakan, yang mungkin
saja adalah peledak rakitan (IED = Improvised
Explosive Device), sangatlah penting untuk tidak
segera mengumumkan kepada public. Hal tersebut
harus dilaporkan dengan segera kepada SSO.
b. Prioritas saat mendapatkan alat mencurigakan

Ancaman
Ancaman Bom

Aksi
Bila ancaman bom diterima, SSO
bertanggung jawab untuk
memutuskan informasi yang
diberikannya, berkaitan dengan

63

nasihat dari otoritas terkait, bahwa


ancaman tersebut masuk akal atau
tidak. Semua awak kapal harus
tahu drill merespon ancaman
demikian, misalnya,
penggeledahan kapal, evakuasi,
Ancaman Kimia

prosedur, dsb.
Sama dengan ancama bom

j. Langkah terhadap pembajakan atau naik kapal


secara paksa
1. Panduan untuk Nakhoda terhadap naik kapal
secara paksa (Hostile Boarding).
2. Tetap tenang dan beritahu yang lainnya agar
tenang.
3. Jangan mencoba melawan yang naik ke kapal
dengan senjata.
4. Pastikan keselamatan kapal, sesuai dengan
praktek maritime.
5. Umumkan berita marabahaya dan gerakkan
Sistem Tanda Bahaya Kapal (Ship Security
Alert System), bila mungkin.
6. Berikan tawaran kerja sama yang masuk diakal.

64

7. Tindakan kasar atau agresif jangan dibalas.


8. Penyerang
bagaimana

kemungkinan
kapal

tidak

mengetahui

tertentu

bekerja

(mengoperasikannya).
9. Coba ketahui apa maksud, permintaan mereka
dan

batas

waktu

yang

ditentukan

untuk

kemauan mereka.
10. Upayakan

memperpanjang

waktu.

Lebih

panjang waktu kejadian berlangsung, lebih


besar kemungkinan menyudahi kejadian tanpa
cidera dari yang disandera.
11. Diakui bahwa sandera akan merasa terisolasi
saat kejadian berlangsung, karena mereka
tidak mengetahui langkah apa

yang sedang

diambil oleh Perusahaan dan/atau otoritas


pemerintah

untuk

mereka.

Hal

ini

akan

menimbulkan rasa antagonis terhadap otoritas


dan simpati terhadap teroris.

Segala upaya

akan terus dilakukan untuk mengakhiri kejadian


dengan penekanan utama pada keselamatan
jiwa dan pribadi dari pihak yang tidak berdosa
yang terlibat didalamnya.
12. Dimengerti

bahwa

hubungan

baik

antara
65

sandera dan yang menyandera cenderung


mengurangi

kemungkinan

teroris

bertindak

dengan kekerasan terhadap sanderanya.


13. Disadari bahwa, pada tahap tertentu dalam
kejadian, konfrontasi antara teroris dan otoritas
bisa terjadi.
14. Anjurkan

agar

diadakan

jalur

negosiasi

langsung yang mantap dengan otoritas.


15. Hindari

keterlibatan

awak

kapal

dalam

negosiasi. Kalau anggota awak kapal terpaksa


harus turut serta, upayakan agar mereka tidak
menyiksa penumpang atau awak kapal.
16.Disadari juga bahwa aksi militer mungkin, pada
saat terakhir, akan dilakukan dalam upaya
menyelamatkan

jiwa dan

merebut kembali

kapal.
17.Sebelum konfrontasi ini terjadi, mungkin ada
kesempatan

atau

bisa

diciptakan

untuk

mengirim informasi tentang pembajak, seperti:


a. Jumlah mereka.
b. Gambaran.
c. jenis kelamin.

66

d. Bagaimana mereka dipersenjatai.


e. Bagaimana pengaturan diri mereka.
f. Bagaimana

mereka

berkomunikasi

satu

sama

lainnyaTujuan mereka.
g. Kebangsaan.
h. Bahasa yang dibicarakan dan dimengerti. 10)Standar
kompetensi dan tingkat kesiagaan mereka.
k. Langkah

terhadap

kapal

mencurigakan

mendekati

kapal
Kalau kapal lain mendekati kapal di laut dengan gaya yang
mencurigakan dan mengancam.
1. Tingkatkan kecepatan dan ganti haluan, bila hal
tersebut aman dilakukan.
2. Jangan berikan kesempatan untukkapal lain datang
berdampingan.
3. Jangan berikan respon pada pesannya melalui radio,
lampu atau pengeras suara.
4. Jangan ada awak kapal di deck atas.
5. Perhatikan rincian kapal lain dan kalau mungkin ambil
fotonya.
6. Padan malamhari, arahkan lampum sorot pada kapal
mendekat dan matikan penerangan diatas deck.
7. Laporkan rincian kejadian kepada perusahaan dan
pemerintah yang berwenang atas area dimana kapal
berada.
8. Pergunakan semburan selang air bisa merupakan opsi
lain untuk menghalangi pengacau naik ke kapal.
67

9. Dalam hal mengusir pengacau tidak berhasil, tutup


kapal menjadi benteng, pastikan semua awak kapal
dan penumpang berada didalam dan semua pintu
diluar dan tutup palka terkunci.
Bila langkah-langkah tersebut tidak cukup untuk
menghalangi

kapal/pengacau,

lepaskan

tanda

marabahayanya dan hidupkan Sistem Tanda Bahaya


Kapal (Ship Security Alert System) sebelum pengacau
naik ke kapal.

C. Peraturan

Pemerintah

tentang

Penerapan

Peraturan

Keamanan dan Keselamatan di Kapal


Implementasi peraturan fasilitas keamanan di kapal adalah bagian
dari ISPS-CODE yang mengacu pada keputusan setiap pemerintah

68

dan dalam hal ini pemerintah Republik Indonesia mengacu pada dasar
hukum dari ISPS CODE yaitu :
a. International :
1. IMO regulation
2. SOLAS 1974
3. ISPS Code
b. Nasional :
1. Kepress Nomor 65 Tahun 2003 tentang Ratifikasi SOLAS 1974

dan Amandemen-amandemennya.
2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 tahun 2003 tentang

pemberlakuan ISPS Code.


3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
c. Government Legislation and Regulations
1. UU No. 17/2008 tentang Pelayaran
2. UU RI No. 15/2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang No.1/2002 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Terrorisme.
3. UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

4. PP.No.61 Tahun 2010 tentang Kepelabuhanan.


5. PP.No. 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan.
6. PP No.51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.

69

7. Keppres No.65/1980 tentang Ratifikasi SOLAS 1974.


8. Kep

Men

Koordinator

05/Menko/Polkam/2/2003
Perencanaan

Bidang
tentang

Pembangunan

Polkam

RI

No.

Pembentukan

Keamanan

dan

Kep
Pokja

Penegakkan

Hukum di Laut.
9. Kep Men Perhubungan No.63 Tahun 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
10. Kep. Menhub No. 33/2003 tentang Pemberlakuan ISPS Code
11. Kep. Menhub No. 3/2004 tentang Penetapan Designated
Authority.
12. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/17/15/DV-04 Tahun 2004
tentang Implementasi ISPS Code, Pengawasan oleh PSC/PSO.
13. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/3/7/DV-04 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemberlakuan ISPS Code, Prosedur DoS.
14. Keputusan Dirjen Hubla No. UM. 480/12/3/20/DV-04 Tahun 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Keamanan Kapal
dan Pelabuhan.
15. Surat Dirjen Hubla No. UM. 933/3/20/DV-04 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemberlakuan ISPS Code, Penerapan
16. Pemberitahuan Kedatangan Kapal (Pre Arrival Notification).
Government Legislation and Regulations MARITIME SECURITY
TRAINING.

70

17. Kep Men Perhubungan No.63 Tahun 2002 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
18. Kep. Menhub No. 33/2003 tentang Pemberlakuan ISPS Code.
19. Kep. Menhub No. 3/2004 tentang Penetapan Designated
Authority.
20. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/17/15/DV-04 Tahun 2004
tentang Implementasi ISPS Code, Pengawasan oleh PSC/PSO.
21. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/3/7/DV-04 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemberlakuan ISPS Code, Prosedur DoS.
22. Keputusan Dirjen Hubla No. UM. 480/12/3/20/DV-04 Tahun 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Keamanan Kapal
dan Pelabuhan.
23. Surat Dirjen Hubla No. UM. 933/3/20/DV-04 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemberlakuan ISPS Code, Penerapan.
24. Pemberitahuan Kedatangan Kapal (Pre Arrival Notification).
MARITIME SECURITY TRAINING ISPS CODE.
25. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/7/8/DV-04 Tahun 2004 tentang
Persiapan Verifikasi Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan.
26. Mapel Dirjen Hubla No. 327/Phbl-04 Tahun 2004 tentang
Penetapan Penggunaan Frequency Jaring Komunikasi untuk ISPS
Code.

71

27. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/7/8/DV-04 Tahun 2004 tentang
Tindak Lanjut Hasil Verifikasi Penerapan ISPS Code pada
Kapal.
28. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/2/1/DV-05 Tahun 2005 tentang
Pemeliharaan dan Peningkatan Penerapan ISPS Code bagi
Fasilitas Pelabuhan yang telah memperoleh SoCPF.
29. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun
2003 tentang Pemberlakuan amandemen SOLAS 1974
tentang

pengamanan

kapal

dan

fasilitas

pelabuhan

(International Ships and Port Facility/ ISPS-code) di wilayah


Republik Indonesia.
30. Keputusan Menteri perhubungan KM.33 Tahun 2004 tentang
Penunjukkan direktur jendralperhubungan laut sebagai
designed authority pelaksanaan pengamanan kapal dan
pelabuhan.
31. Surat

direktur

jenderal

perhubungan

laut

nomor

KL.993/17/15/DV-04 tanggal 03 Januari 2004 tentang


penerapan ISPS-CODE (pengawasan oleh PSC/PSO).
32. Keputusan

direktur

jenderal

perhubungan

laut

nomor

KL.93/1/3-04 tanggal 12 Februari 2004 tentang Pedoman


penetaoan

organisasi

yang

diakui

(RSO)

dan

surat

keputusan direktur jenderal perhubungan laut nomor UM-

72

48/6/16-04 tanggal 19 Maret 20014, perihal pedoman


langkah-langkah tindak lanjut dalam rangka pelaksanaan
33. Keputusan menteri Perhubungan nomor 3 tahun 2004
(Pembentuka PSC).
34. Surat keputusan Direktur jenderal perhubungan laut nomor
KL.93/2/1-04 tanggal 14 Mei 2004 tentang penunjukan
direktur

penjagaan

dan

penyelamatan

sebagai

penangungjawab penerapan kode internasional tentang


pelaksanaan pengamanan kapal dan fasilitas pelabuhan.
35. Surat

direktur

jenderal

perhubungan

laut

nomor

KL.93/3/7/DV-04 tanggal 30 juni 2004 perihal pedoman


pemberlakuan penerapan kode internasional tenta ng
pelaksanaan pengamanan kapal dan fasilitas pelabuhan.
d. Keamanan Kapal
Kapal dan Pelabuhan tidak dapat dipisahkan karena pelabuhan
tanpa kapal tidak ada artinya demikian juga kapal tanpa pelabuhan
tidak

dapat

melakukan

aktifitas

bongkar

muat,

naik-turun

penumpang dan kegiatan ekonomi lainnya.

Jika pelabuhan menjamin keamanan system keamanan fasilitas


pelabuhan maka kapal sebagai mata rantai dari aktifitas pelabuhan
juga dituntut untuk menjamin system keamanan kapal adalah
sebagai berikut :

73

a. Kapal penumpang, termasuk kapal penumpang berkecepatan


tinggi
b. Kapal cargo, termasuk kapal cargo kecepatan tinggi ukuran 500

Gross Tonage dan atau lebih. Unit pengeboran lepas pantai


berpindah.
c. Kapal yang diakui memiliki system keamanan kapal harus

dilengkapi dengan prosedur-prosedur penanganan keamanan


yang disyahkan oleh pemerintah atau organisasi yang diberi
wewenang oleh Negara bendera untuk mengeluarkan sertifikat
System Keamanan Kapal
Prosedur System Keamanan Kapal merupakan dokumen tatacara
menangani setiap gangguan keamanan diatas kapal antara lain :
a. Ships Security Asessment,
Dokumen ini memuat :
1. Identifikasi tindakan keamanan, prosedur dan operasional
2. Identifikasi dan evaluasi atas kegiatan diatas kapal
3. Identifikasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam.
4. Identifikasi kelemahan, termasuk b. Ships Security Plan
5.
6.
7.
8.
9.

memuat.
Melindungi kapal dari senjata
Kapal dijadikan restricted area
Tatacara mengatasi bahaya
Tatacara evakuasi bila ada bahaya
Tugas dan tanggung jawab masing-masing awak kapal dalam

menangani keamanan
10. Pengecekan peralatan keamanan diatas kapal
11. Menunjuk tempat pengendalian system

kewaspadaan

keamanan kapal.
b. Ships Security Officer (SSO)
1. Inspeksi keamanan rutin di kapal

74

2. Merawat dan merencana pelaksanaan keamanan


3. Mengkoordinasikan

aspek

keamanan,

penaganan

barang

dan

penyimpanan barang dikapal termasuk awak kapal


4. Membuat modifikasi Ships Security Plan
5. Mempertinggi kewaspadaan dan penjagaan
6. menentukan latihan praktek dan pengujian keamanan kapal
7. Menjaga peralatan keamanan
8. Melaporkan tindakan korektif dan tak kompromi
9. Berkoordinasi dalam pelaksanaan SSP dengan CSO dan PFSO
(apabila berada di pelabuhan).

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan penulis pada
bab-bab terdahulu , maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa :
a. Penerapan peraturan keamanan kapal diterapkan di kapal MT.
MAHARANI TAMA dan kru dapat mengetahui manajemen
keselamatan seperti yang tercantum dalam ISPS CODE. Dalam
hal ini, yang sering memicu terjadinya resiko ancaman keamanan
dan keselamatan di kapal adalah kurangnya pembekalan dan
pelatihan kepada kru

di atas kapal

mengenai rancangan
75

keamanan fasilitas keamanan dimana penerapannya di rancang


untuk melindungi manusia dan muatan di atas kapalnya sendiri
dari resiko peristiwa/kejadian keamanan.
b. Ancaman yang dihadapi bukanlah hal yang sepeleh mengingat
ancaman yang terjadi saat ini membuat kita harus lebih waspada
dan berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu terlebih lagi ancaman
resiko yang akan kita alami. Dalam hal ini, dunia pelayaran
memang sangat membutuhkan suatu manajemen keamanan yang
memiliki sistem yang baik karena ancaman bukan cuman dari
faktor manusia saja melainkan faktor alam juga.

B. Saran
1. Diharapkan kepada nahkoda atau perwira SSO yang ditunjuk di
kapal MT. MAHARANI TAMA

agar sesering mungkin untuk

membekali atau memberikan pelatihan kepada setiap kru di atas


kapal, agar kru dapat memahami betul pentingnya penerapan
peraturan fasilitas keamanan di atas kapal.
2. Diharapkan dengan adanya penerapan fasilitas keamanan di atas
kapal MT. MAHARANI TAMA, kru bisa mengetahui peran dan
tanggung jawab masing-masing guna melindungi manusia dan
muatannya

dan memaksimalkan penggunaan fasilitas yang ada

76

sehingga dapat meminimalisir

resiko/peristiwa yang menyangkut

keamanan dan keselamatan di atas kapal.

PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPAN


Nama

: ANHAR KARIM

NRP

: 403 10 050

Prodi

: NAUTIKA

Judul

: PENERAPAN PERATURAN TENTANG FASILITAS


KEAMANAN DI KAPAL MT. MAHARANI TAMA

No

Hari/
Tanggal

Materi Pembimbingan

Paraf
Pembimbing

Ket.

77

Makassar,

September 2016

Pembimbing l

Pembimbing II

Drs. H. Kafaillah Arif, M.Mar

Muhammad Arsyad, A.Md, SE, MM


Taruna

ANHAR KARIM

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah Terapan Hasil Praktek Dari :
Nama

: ANHAR KARIM

NRP

: 403 10 050

Prodi

: NAUTIKA

Judul

: PENERAPAN

PERATURAN

TENTANG

FASILITAS

KEAMANAN DI KAPAL MT. MAHARANI TAMA


1. Isi dan materi tulisan dengan judul tersebut di atas telah diarahkan,
dibimbing dan dikoreksi serta dapat di pertanggungjawabkan secara
ilmiah.

78

2. Teknik penulisan disesuaikan dengan pedoman penulisan Karya Tulis


Ilmiah Terapan yang berlaku pada Politeknik Maritim AMI Makassar
(POLIMARIM).
Untuk itu Tulisan Karya Ilmiah Terapan ini memenuhi syarat untuk di uji.

Makassar,
Pembimbing I

September 2016

Pembimbing II

Drs. H. Kafaillah Arif, M.Mar

Muhammad Arsyad, A.Md, SE, MM

PENGESAHAN AKADEMIK
Karya Tulis Ilmiah Terapan Hasil Praktek Dari :
Nama

: ANHAR KARIM

NRP

: 403 10 050

Prodi

: NAUTIKA

Judul

: PENERAPAN

PERATURAN

TENTANG

FASILITAS

KEAMANAN DI KAPAL MT. MAHARANI TAMA


Diterima dan disahkan oleh Pimpinan Akademis sebagai salah salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi pada Strata D3 Program Studi Nautika
pada Politekniik Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).

79

Makassar, September 2016


Direktur

Ketua Prodi Nautika

Amrin Petta Rani, A.Md, SE, MM

Drs. H. Kafaillah Arif, M.Mar

KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan Rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Karya Tulis ilmu Terapan ini dengan judul
PENERAPAN PERATURAN TENTANG FASILITAS KEAMANAN DI
KAPAL MT. MAHARANI TAMA.
Karya tulis ilmiah Terapan merupakan salah satu persyaratan bagi
taruna untuk menyelesaikan studi pada Strata Diploma III Program Studi
Nautika pada Politekniik Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah
Terapan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa,

80

susunan kalimat, maupun cara penulisan serta materi akibat keterbatasan


penulis dalam menguasai materi, waktu dan data yang diperoleh.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Amrin Petta Rani, A.Md, SE, MM Selaku Direktur Politekniik
Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).
2. Bapak Capt. GUSRAH, SE, M.Mar Selaku Wakil Direktur I Politeknik
Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).
3. Bapak

MASHUDI

GANI,

S.Sos

Selaku

Wakil

Direktur

II

PoliteknikMaritim AMI Makassar (POLIMARIM).


4. Bapak Muhammad Arsyad, A.Md, SE, MM Selaku Wakil Direktur III
Politeknik

Maritim

AMI

Makassar

(POLIMARIM)

dan

Selaku

Pembimbing II.
5. Bapak Drs. Harry Katuuk, SH, MH, M.Si Selaku Waki l Direktur IV
Politeknik Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).
6. Bapak Drs. H. Kafaillah Arif, M.Mar Selaku Ketua Prodi Nautika Pada
Politeknik

Maritim

AMI

Makassar

(POLIMARIM)

dan

Selaku

Pembimbing I.
7. Seluruh

Dosen

Dan

Staf

Politekniik

Maritim

AMI

Makassar

(POLIMARIM).
8. Pimpinan dan Seluruh Staf Karyawan PT. BUMI LINTAS TAMA.

81

9. Capt.Bahktiar Selaku Nahkoda, Perwira dan Seluruh Kru Di Atas


Kapal MT. MAHARANI TAMA.
10. Yang teristimewa kepada ayahanda saya ANWAR. L dan Ibu
HARDAYANI selaku orang tua penulis yang banyak memberi
dukungan, doa, dan materi penulis sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan pada Politeknik Maritim AMI Makassar.
11. Kepada seluruh Teman-teman yang senantiasa memberikan cinta
kasih serta dukungan doa dan memberi dukungan moral dan materil
selama penulis mengikuti pendidikan.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat


bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi dan memberikan HidayahNya bagi kita semua.
Makassar,
Penulis,

September 2016

ANHAR KARIM
NRP:403 10 050

82

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN AKADEMIK ..................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PANITI UJIAN.............................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................vi
DAFTAR ISI .............................................................................................vii
BAB I

PENDAHULUAN ......1
A. Latar Belakang Masalah..................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......8

83

D. Metode Penelitian............................................................8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Pengertian Penerapan.....................................................11
B. Pengertian Peraturan......................................................15
C. Pengertian Fasilitas.........................................................16
D. Pengertian Keamanan.....................................................17
E. Pengertian Kapal.............................................................18

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...........20


A. Perusahaan PT. BUMI LINTAS TAMA .............................20
B. Kapal MT. MAHARANI TAMA ..........................................22
C. Penerapan peraturan tentang Fasilitas Keamanan
di Kapal MT. MAHARANI TAMA..............26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN.....30


A. Peningkatan Keamanan Pelayaran Tentang
Penerapan Fasilitas Keamanan Di Kapal....30
B. Penanggulangan Ancaman Terhadap Kamananan
dan
Keselamatan Di Kapal ......................................53
C. Peraturan Pemerintah Tentang Implementasi
Peraturan Fasilitas Keamanan dan Keselematan
Di Kapal............................................................................70

BAB V

PENUTUP .....78

84

A. Kesimpulan........................................................................78
B. Saran.................................................................................79

Daftar Pustaka

85

Anda mungkin juga menyukai