PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Keasatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
referensi menimbang huruf a Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran adalah Negara
kepulauan yang berciri Nusantara yang disatukan oleh wilayah
perairan sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan
yang ditetapkan dengan Undang -Undang.
Bahwa dalam upaya mencapai tujuan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, untuk mewujudkan Wawasan Nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional sebagaimana dimaksud huruf b
Undang-Undang ini, diperlukan sistem transportasi nasional untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan
memperkukuh kedaulatan negara.
Bahwa pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran serta
perlindungan lingkungan maritim sebagaimana dimaksud huruf c.
Undang-Undang ini merupakan bagian dari sistem transportasi
nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk
mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta
1
huruf
Undang-Undang
ini,
disebutkan
bahwa
penyelenggaraan
pelayaran
yang
sesuai
dengan
usaha,
otonomi
daerah,
dan
akuntabilitas
tersebut
penting
terhadap
maritim.
diatas,
didalam
menunjukkan
pendekatan
penerbitan
Untuk
itu
adanya
industri
keamanan
kepada
dalam
industry
suatu
maritim
sektor
maritime
tidakan-tindakan
pelanggaran
hukum
terhadap
masukan
kepada
Pemerintah
dalam
berwenang
terhadap
kegiatan
penyelenggaraan
dan/atau
Melaksanakan
gugatan
perwakilan
a. Mengingat tujuan dan azas Piagam Perserikatan BangsaBangsa tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional serta peningkatan persahabatan dan kerja sama
antar Negara-negara.
b. Mengingat tujuan dan azas Piagam Perserikatan BangsaBangsa tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional serta peningkatan persahabatan dan kerja sama
antar Negara-negara.
c. Menimbang dengan sangat suatu ekskalasi global tindakan
teroris dalam segala bentuknya yang membahayakan atau
menghilangkan jawa manusia, membahayakan kebebasan
azasi dan menurunkan kedaulatan manusia.
d. Mengingat
perdangan
menjaga
pentingnya
dan
dan
perekonomian
beratinya
dunia,
pelayaran
diputuskan
bagi
untuk
perompakan
pada
saat
kapal
berlayar
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti contoh pada
KM.LEVINA I
menarik
untuk
diteliti,sehingga
penulis
memilih
judul
TAMA,
maka
penulis
merumuskan
beberapa
2.
3.
dan
keamanan
di
kapal
dan
cara
penanggulangannya.
Untuk mengetahui peran pemerintah dalam hal penerapan
peraturan fasilitas keamanan di atas kapal.
b. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pengetahuan untuk semua ABK kapal
dalam upaya penerapan peraturan fasilitas keamanan di atas
kapal.
2. Menambah pemahaman para ABK dalam upaya peningkatan
keselamatan dan keamanan di atas kapal.
D. Metode Penelitian
Untuk menganalisis informasi yang diperoleh antara lain secara
kwantitatif yang diperlukan dalam analisis kata yaitu:
1. Obsrevasi
keamanan di kapal.
4. Kuesioner/Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang berupa daftar
pertanyaan atas pokok permasalahan dengan pengacu pada
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian penerapan
Secara sederhana penerapan bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky
(2002:54) mengemukakan
10
rancangan
sebuah
rumah
pada
kertas
kalkirnya
atau
tidak
sesuai
denganrancangan,
apabila
yang
11
(konsep
linearitas)
dalam
arti
impementasi
sebagai
intikurikulum
untuk
memahami
perancangan
di
atas
memperlihatkan
bahwa
kata
12
sesuai
dengan
desain
tersebut.
Masing-masing
(2004)
menggambarkan
menjelaskan
bahwa
pendekatan
pertama,
sumber-sumber
baru
dan
mendemosntrasikan
kedua,
pada
fase
menurut
Nurdin
penyempurnaan.
dan
Kata
Usman
proses
(2002)
dalam
13
memandang
kurikulum.
Proses
perkembangan
dan
penerapan
sebagai
bagian
penerapan
dilakukan
megadopsi
program-program
dari
dengan
program
mengikuti
yang
sudah
14
dalam
proses
pekerjaan.
Misalnya
dengan
16
kegelisahan),
mengandung
makna
keamanan
berarti
segala bentuk
dan
penyeusup
lainnya,
keamanan
finansial
terhadap
17
Pengertian
kapal
adalah
18
ataupun
dengan nama PT. Bukaka Lintas Tama sesuai akte notaris Ny. Pudji
Rezeki Irawati, SH No. 72 tanggal 19 Juli 1990, selanjutnya dirubah
pada tanggal 10 Nopember 1990 dengan akte No. 28 menyusul
perubahan anggaran dasar tanggal 21 Nopember 1991 Akte No. 86
atas Notaris Ny. Pudji Rezeki Irawati, SH.
Selanjutnya komposisi pemegang saham dan jumlah saham
dirubah sesuai
No. 11 tanggal 07
pemerintah
dalam
usaha
pemerataan
pembangunan
Sul
Sel-Sultra
(BajoE
Kolaka)
Lintasan
tersebut
20
21
2011 kembali menambah tanker aspalt ukuran 1500 metric ton dengan
nama MT. Syafiah, demikian pun untuk tahun 2012 PT. Bumi Lintas
Tama merambah ke pasar Roro car dengan pembelian Roro car rute
Makassar Jakarta dengan nama MV. Omarrasheed.
B. Kapal MT. MAHARANI TAMA
MT. MAHARANI TAMA adalah jenis kapal tanker aspal dengan rute
pelayaran NCV (Near Coastal Voyage). MT. MAHARANI TAMA adalah
salah satu armada dari perusahaan PT. BUMI LINTAS TAMA yang
melayani penyediaan aspal ke beberapa daerah. Misalnya, Kendari,
Sorong, dan Jayapura. Kapal ini adalah kapal yang di beli oleh PT.
BUMI LINTAS TAMA pada tahun 2011 dari peusahaan china yang
sebelumnya bernama MT. SYUWA 6. Dengan bobot mati 4000 ton dan
panjang keseluruhan x breadth ektrem adalah 97,8m x 11m.
MT. MAHARANI TAMA memiliki 20 kru yang keseluruhanya adalah
warga Negara Indonesia terdiri dari Nahkoda, 3 perwira dek, 3 perwira
mesin, elektrition, 3 juru mudi, 3 juru minyak, bosun, juru masak,
pelayan, dan 2 kadet (masing masing kadet dek dan kadet mesin).
Adapun tempat dan waktu penelitian taruna adalah
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di atas kapal
MT.MAHARANI TAMA. Khususnya untuk mengunkap efektifitas
22
yang
dititikberatkan
terhadap
pelaksanaan
peraturan
Ships Particular
PERUSAHAAN
PELAYARAN
PT. BUMI LINTAS TAMA
SHIPS PARTICULARS
NAME OF SHIP
CALL SIGN
TYPE OF SHIP
PORT OF REGISTRY
FLAG STATE
IMO NUMBER
CLASS
L.O.A
MMSI
: MT MAHARANI TAMA
:PMQH
: ASPHALT BITUMEN TANKER
: MAKASSAR
: INDONESIA
: 8905452
: BKI
: 106.86 M
: 525016324
23
INMARSAT C
: 445760110
BREADTH
: 17.60 M
DEPTH
: 8.70 M
SUMMER DRAFT
: 6.868 M
SUMMER FREE BOARD
:3m
HIGH FROM KEEL
: 38.7 M
NET TONNAGE
: 2.806
GROSS TONNAGE
: 4.405 T
D.W.T
: 7.194 T
DISPLACEMENT
: 9.420 MTS
LIGHT SHIP
: 2.226 MTS
SHIP MATERIAL
: STEEL
DATE OF BUILDING
: 23 FEB 1991
MAIN ENGINE TYPE
:AKASAKA 6UEC37LA
GENERATOR ENGINE
: YANMAR S165L-HNX 2
SETS
BUILDER
: IMABARI SHIP BUILD,JAPAN
SEVICE SPEED
: 11.50 KNOTS
MAXIMUM OUTPUT
: 4.000 HP X 200
OWNER
: PT.BUMI LINTAS TAMA
Struktur Organisasi Di Atas Kapal MT. MAHARANI TAMA
NAHKODA
MUALIM SATU
KKM
MALIM DUA
MASINS SATU
MUALIM TIGA
MASINIS DUA
24
MASINIS TIGA
BOSUN
JURU MUDI
JURU MASAK
MANDOR
PELAYAN
OILER
C.DEK
ELEKTRITION
C. MESIN
penerapan
peraturan
tentang
fasilitas
25
4.
5.
6.
7.
8.
9.
26
Dengan
identifikasi
kemungkinan
gangguan
keamanan
ini
prosedur-prosedur
penanganan
yang
disyahkan
oleh
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
persyaratan
manajemen
keamanan
kapal
jawab
atas
pengoperasian
kapal
dan telah
jawab
yang
diwajibkan
sebagaimana
yang
berkaitan
serta
yang
berpengaruh
terhadap
kapal
dengan
berpadoman
pada
petujuk
29
penanganan
muatan
barang-barang
memperhatikan
petunjuk
pelaksanaan
yang
pemegang
yang
ditetapkan
kuasa
oleh
Syahbandar
undang-undang
(Otoritas
30
melaporkan
berbagai
kesulitan
didalam
implementasi pelaksanaannya.
i.
memperhatikan
petunjuk,
pelaksanaan
hukum
dan
bertanggung
jawab
atas
sebagaimana dimaksud Pasal 143 ayat (3) UndangUndang No.17 Tahun 2008.
c. Hak dan Kewajiban Nakhoda
Nakhoda sebagaimana dimaksud Pasal 138 ayat (3)
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahu 2008 Tentang
Pelayaran berhak menolak untuk melayarkan kapalnya
apabila
mengetahui
kapal
tersebut
tidak
memenuhi
dimaksud
Pasal
139
undang-undang
yurisdiksi
dipimpin
33
dan/atau
instansi
pemerintah
terkait
sebagaimana
tidak
boleh
dibatasi
oleh
perusahaan,
34
nakhoda
harus
memilih
persyaratan
yang
untuk
keamanan
sementara
dan
harus
bila perlu
kemungkinan
muncul
ulangnya
pertentangan
tersebut diperkecil.
keputusan
yang
berhubungan
dengan
35
arahan
pada
ABK
tentang
tingkat
keamanan.
e. Melaksanakan pelatihan dan berlatih keamanan di atas
kapal.
f. Memberikan tugas-tugas tambahan sesuai dengan
kebutuhan keamanan.
g. Menerbitkan deklarasi keamanan (DOC).
h. Perubahan
tingkat
siaga
kemanan
dengan
j.
Komunikasi
yang
berkaitan
untuk
mengarahkan
36
l.
yang
rawan
dan
tempat
jawab
terhadap
keselamatan
dan
menangani
masalah
darurat
dengan
37
kapal/tempat
di
sekeliling
pintu-pintu
kapal
tersebut
keluar/masuk
dengan
seminimum
bahwa
tugas-tugas
dalam
langkah
nakhoda
(SSO)
inspeksi, pengujian,
kalibrasi
perlengkapan keamanan.
b. Memantau CCTV (perlengkapan menjaga keamanan).
c. Memastikan
bahwa
semua
penerangan
termasuk
38
ruangan
mesin
termasuk
ruang
kemudi.
e. Tugas-tugas
pencegahan keamanan.
h. Masinis II bertanggung jawab kepada KKM untuk
antara lain:
a. Membantu dalam pemeliharaan peralatan keamanan.
b. Memantau CCTV (perlengkapan jaga keamanan).
c. Mengamankan ruang mesin.
d. Tugas-tugas
pencegahan keamanan.
e. Membantu dalam melaksanakan prosedur pencarian.
i. Tugas-tugas
dan
tanggung
jawab
kelasi
kapal
meliputi:
a. Melaksanakan tugas-tugas sebagaimana ditentukan
dalam langkah pencegahan keamanan.
b. Melaporkan kepada SSO setiap penyimpangan dan
39
pelanggaran keamanan.
c. Membantu Perwira I dalam melaksanakan tugas-tugas
pemeriksaan.
d. Melaksanakan patroli keamanan.
e. Memberitahukan tingkat ancaman
dihadapi
oleh
kapal,
yang mungkin
menggunakan
penilaian
bahwa
rancangan
keamanan
kapal
perwira
keamanan
kapal
dan
perwira
Memastikan
keselarasan
antara
persyaratan
k. Mengimplementasikan
keamanan
semua
perusahaan
aspek
dimana
rancangan
kekurangan
teridentifikasi.
40
kegiatan
sebagai
berikut
dan
41
menerima
atau
mengidentifikasi
ancaman,
oleh
SSO
menyatakan
tanggal
telah
Kapal
yang
dikunjunginya
akan
bias
masuk
diminta
pelabuhan
untuk
yang
memberikan
k. Tingkat
siaga
keamanan
dimana
kapal
sedang
Berlayar (dioperasikan)
a. Tingkat keamanan kapal beroperasi ketika terjadi
interface
kapal/pelabuhan
pada
10
kunjungan
42
prosedur
keamanan
kapal
yang
tepat
yang
terkandung
dalam
Continuous
Synopsis Record.
b. Lokasi kapal saat laporan dibuat.
c. Jam tiba kapal yang diperkirakan (ETA)
c. Daftar anak buah kapal (ABK).
d. Ikhtisar umum cargo diatas kapal dan Informasi
yang harus ada berdasarkan peraturan XI-2/5.
l.
Penanganan
dan
perlindungan
informasi
keamanan
seperti
catatan
yang
43
Penerima
informasi
sensitive
prosedur
dan
terlindung
dari
akses
yang
tidak
berwenang.
m. Laporan Penilaian Keamanan Kapal (SSA-Ship
Security Assesment Report).
1. Perusahaan mengakui bahwa Penilaian Keamanan
Kapal (SSA) adalah sangat penting dan merupakan
bagian yang tidak terpisahakan dari Rancangan
Keamanan Kapal (SSP-Ship Security Plan) dan
digunakan sebagai dasar untuk menginformasikan
dan memperbaharui SSP. Hal ini merupakan
kebijakan
perusahaan
untuk
melakukan
SSA
44
ancaman
berbahaya
pada
jalur
memungkinkan
Perwira
Keamanan
n. Pengindentifikasian Ancaman.
Pengindetifikasian kemanan yang mungkin terjadi,
motifikasi dan resiko potensi bahaya keamanan kapal
yang benar-benar ada, khusus terjadi diatas kapal dan
jalur pelayaran dilakukan seperti:
45
misalnya
dengan
alat
peledak,
d. Akses
atau
pemakaian
tanpa
izin,
termasuk
penyelundupan.
e. Penyelundupan
senjata
atau
perlengkapan
insiden
keamanan
atau
perlengkapannya.
g. Menggunakan kapal sebagai senjata atau cara
untuk merusak atau menghancurkan.
h. Menyerang dari laut pada saat sandar atau lego
atau menyerang pada saat kapal berada di laut.
o. Informasi Tentang Ancaman.
Informasi tentang ancaman potensial dan keamanan
kapal ditilik dengan memperhitungkan dan menyertakan
motifasi yang terindikasi seperti hal-hal dan informasi
dibawah ini, harus didapatkan dan ditilik sebelum memulai
46
anjungan
navigasi,
ruangan
mesin,
dan
d) Perubahan
pasang
surut
yang
bias
berdampak
dimana
ditempatkan
perbekalan
dan
dan
panduan
keamanan
dengan langkahyang
berlangsung,
47
a. Area terbatas.
b. Prosedur
respon
terhdap kebakaran
dan
kondisi
darurat lainnya.
c. Tingkat
supervise
pengunjung,
personil
pengsuplai,
kapal,
tehnisi
penumpang,
perbaikan
kapal,
juga
memperhitungkan
semua
kemungkinan
48
antara
sesama
langkah-langkah
personil
keamanan
keselamatan
dan
keamanan.
2. Pertentangan
antara
petugas-petugas
kapal
dan
implikasi
kelelahan,
kesiagaan
dan
pelaksanaannya.
4. Segala kekurangan pelatihan yang teridentifikasi. dan.
5. Segala
perlengkapan
dan
sistem
keamanan
penyusunan
langkah-langkah
keamanan
terutama
dan
kesanggupan
mereka
untuk
mempunyai
pengetahuan
dan
mendapatkan
49
b.
c.
d.
Taktik
langkah keamanan.
e.
Manajemen
mengatasi
kerusuhan
dan
tehnik
pengendaliannya.
f.
g.
Pengetahuan
prosedur
darurat
dan
rancangan
i.
j.
Tehnik-tehnik
pemeriksaan,
pengawasan
dan
pemantauan. dan
k.
50
mengenai
ketentuan-
ketentuan
Rancangan
b.
Pengetahuan
tentang
prosedur
darurat
dan
rancangan cadangan.
c.
d.
51
Gejalanya
dapat
diramalkan
dan
untuk
bentuk
seperti
rawan/berbahaya
seperti
di
selat-selat,
52
reaksi
kimia
yang
membahayakan
terhadap
semua
kegiatan
didaerah
Master)
setempat
apabila
memerlukan
dan
keamanan
kapalnya
53
kepada
orang-orang
yang
ada
sangkut-
rawan
perlu
ditambah
petugas
keamanan
petugas
harus
dinyalakan
untuk
memungkinkan
tangga-tangga
naik
54
waktu
tertentu
terhadap
objek
luar
harus
dapat
dilakukan
dengan
cara
sedemikian
dibenarkan
orang-orang
yang
tidak
3. Insiden Keamanan:
a. Perompakan.
b. Pembajakan.
c. Penyelundupan orang.
d. Ancaman bom.
4. Pelanggaran Keamanan
a. Penemuan senjata-senjata.
b. Perusuh.
c. Penyelundupan
d. Orang-orang yang tidak ada dalam manifest.
b. Prosedur sistem tanda bahaya keamanan kapal (Ship
Security Alaret System)
1. Rincian lokasi tempat-tempat mengaktifkan
tanda
bahaya
CSO.
5. Sepanjang saat pengujian hubungan komunikasi telepon
anatara Nakhoda, SSO dan CSO harus terus tersambung.
6. Tanda bahaya keamanan kapal harus diaktifkan dari titik
pertama penggerak. Sebuah pesan tex tertentu dikirim kepada
CSO yang kemudian akan meverifikasi identitas dan posisi
kapal. Kemudian CSO akan menghubungi kapal melalui
melalui telepon genggam atau VHF.
7. Saat komunikasi tersambung Nakhoda/SSO akan mereset
tanda bahaya keamanan.
8. Bila semua titik penggerak tanda bahaya keamanan telah diuji
dan direset maka disepakati antara Nakhoda/SSO dan CSO
bahwa pengujian telah selesai dan semua tanda -tanda bahaya
yang akan dating selanjutnya akan diberlakukan sebagai yang
sebenarnya.
57
keamanan
Nakhoda/SSO
harus
segera
kapal
TELAH
2.
d. Prosedur
menanggapi
(merespon)
instruksi
keamanan
Nakhoda/SSO harus merespon setiap instruksi
keamanan dari setiap Negara peserta pada siaga
keamanan tingkat 3. CSO harus segera diberitahu.
Catatan: Semua kejadian dan komunikasi harus dicatat ke
Log Book Deck
e. Evakuasi
Dalam hal ancaman dan/atau pelanggaran keamanan
memerlukan
kapal
dievakuasi,
Nakhoda/SSO
harus
58
59
dengan
huruf
TEST
dan
segera
penerangan
deck
dan
embarkasi
60
peserta,
kapal
diharuskan
bertindak
melalui
langkah
yang
tepat
dengan
mengidentifikasi
dan
sebagai
langkah
pelaksanaan
semua
tugas-tugas
keamanan:
1. Pengendalian akses ke kapal.
2. Pengendalian embarkasi (naik ke kapal) orangorang serta barangnya.
3. Pemantauan daerah terbatas untuk memastikan
hanya orang yang berwenang yang mempunyai
akses.
4. Pemantauan area dek dan area sekitar kapal.
5. Mengawasi
penanganan
cargo
dan
ruang
61
perbekalan
h. Rancangan
Cadangan
menjaga
operasi
kritis
tersebut
Rancangan
persiapan
tidak
cadangan
untuk
sepenuhnya
adalah
menghadapi
tercapai.
bagian
hal-hal
penting
tersebut.
62
menerima
harus
siap
menghadapi
kejadian
tersebut.
Ancaman
Ancaman Bom
Aksi
Bila ancaman bom diterima, SSO
bertanggung jawab untuk
memutuskan informasi yang
diberikannya, berkaitan dengan
63
prosedur, dsb.
Sama dengan ancama bom
64
kemungkinan
kapal
tidak
mengetahui
tertentu
bekerja
(mengoperasikannya).
9. Coba ketahui apa maksud, permintaan mereka
dan
batas
waktu
yang
ditentukan
untuk
kemauan mereka.
10. Upayakan
memperpanjang
waktu.
Lebih
yang sedang
untuk
mereka.
Hal
ini
akan
Segala upaya
bahwa
hubungan
baik
antara
65
kemungkinan
teroris
bertindak
agar
diadakan
jalur
negosiasi
keterlibatan
awak
kapal
dalam
jiwa dan
merebut kembali
kapal.
17.Sebelum konfrontasi ini terjadi, mungkin ada
kesempatan
atau
bisa
diciptakan
untuk
66
mereka
berkomunikasi
satu
sama
lainnyaTujuan mereka.
g. Kebangsaan.
h. Bahasa yang dibicarakan dan dimengerti. 10)Standar
kompetensi dan tingkat kesiagaan mereka.
k. Langkah
terhadap
kapal
mencurigakan
mendekati
kapal
Kalau kapal lain mendekati kapal di laut dengan gaya yang
mencurigakan dan mengancam.
1. Tingkatkan kecepatan dan ganti haluan, bila hal
tersebut aman dilakukan.
2. Jangan berikan kesempatan untukkapal lain datang
berdampingan.
3. Jangan berikan respon pada pesannya melalui radio,
lampu atau pengeras suara.
4. Jangan ada awak kapal di deck atas.
5. Perhatikan rincian kapal lain dan kalau mungkin ambil
fotonya.
6. Padan malamhari, arahkan lampum sorot pada kapal
mendekat dan matikan penerangan diatas deck.
7. Laporkan rincian kejadian kepada perusahaan dan
pemerintah yang berwenang atas area dimana kapal
berada.
8. Pergunakan semburan selang air bisa merupakan opsi
lain untuk menghalangi pengacau naik ke kapal.
67
kapal/pengacau,
lepaskan
tanda
C. Peraturan
Pemerintah
tentang
Penerapan
Peraturan
68
dan dalam hal ini pemerintah Republik Indonesia mengacu pada dasar
hukum dari ISPS CODE yaitu :
a. International :
1. IMO regulation
2. SOLAS 1974
3. ISPS Code
b. Nasional :
1. Kepress Nomor 65 Tahun 2003 tentang Ratifikasi SOLAS 1974
dan Amandemen-amandemennya.
2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 tahun 2003 tentang
69
Men
Koordinator
05/Menko/Polkam/2/2003
Perencanaan
Bidang
tentang
Pembangunan
Polkam
RI
No.
Pembentukan
Keamanan
dan
Kep
Pokja
Penegakkan
Hukum di Laut.
9. Kep Men Perhubungan No.63 Tahun 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan.
10. Kep. Menhub No. 33/2003 tentang Pemberlakuan ISPS Code
11. Kep. Menhub No. 3/2004 tentang Penetapan Designated
Authority.
12. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/17/15/DV-04 Tahun 2004
tentang Implementasi ISPS Code, Pengawasan oleh PSC/PSO.
13. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/3/7/DV-04 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemberlakuan ISPS Code, Prosedur DoS.
14. Keputusan Dirjen Hubla No. UM. 480/12/3/20/DV-04 Tahun 2004
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Keamanan Kapal
dan Pelabuhan.
15. Surat Dirjen Hubla No. UM. 933/3/20/DV-04 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemberlakuan ISPS Code, Penerapan
16. Pemberitahuan Kedatangan Kapal (Pre Arrival Notification).
Government Legislation and Regulations MARITIME SECURITY
TRAINING.
70
71
27. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/7/8/DV-04 Tahun 2004 tentang
Tindak Lanjut Hasil Verifikasi Penerapan ISPS Code pada
Kapal.
28. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/2/1/DV-05 Tahun 2005 tentang
Pemeliharaan dan Peningkatan Penerapan ISPS Code bagi
Fasilitas Pelabuhan yang telah memperoleh SoCPF.
29. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 33 Tahun
2003 tentang Pemberlakuan amandemen SOLAS 1974
tentang
pengamanan
kapal
dan
fasilitas
pelabuhan
direktur
jenderal
perhubungan
laut
nomor
direktur
jenderal
perhubungan
laut
nomor
organisasi
yang
diakui
(RSO)
dan
surat
72
penjagaan
dan
penyelamatan
sebagai
direktur
jenderal
perhubungan
laut
nomor
dapat
melakukan
aktifitas
bongkar
muat,
naik-turun
73
memuat.
Melindungi kapal dari senjata
Kapal dijadikan restricted area
Tatacara mengatasi bahaya
Tatacara evakuasi bila ada bahaya
Tugas dan tanggung jawab masing-masing awak kapal dalam
menangani keamanan
10. Pengecekan peralatan keamanan diatas kapal
11. Menunjuk tempat pengendalian system
kewaspadaan
keamanan kapal.
b. Ships Security Officer (SSO)
1. Inspeksi keamanan rutin di kapal
74
aspek
keamanan,
penaganan
barang
dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan penulis pada
bab-bab terdahulu , maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa :
a. Penerapan peraturan keamanan kapal diterapkan di kapal MT.
MAHARANI TAMA dan kru dapat mengetahui manajemen
keselamatan seperti yang tercantum dalam ISPS CODE. Dalam
hal ini, yang sering memicu terjadinya resiko ancaman keamanan
dan keselamatan di kapal adalah kurangnya pembekalan dan
pelatihan kepada kru
di atas kapal
mengenai rancangan
75
B. Saran
1. Diharapkan kepada nahkoda atau perwira SSO yang ditunjuk di
kapal MT. MAHARANI TAMA
76
: ANHAR KARIM
NRP
: 403 10 050
Prodi
: NAUTIKA
Judul
No
Hari/
Tanggal
Materi Pembimbingan
Paraf
Pembimbing
Ket.
77
Makassar,
September 2016
Pembimbing l
Pembimbing II
ANHAR KARIM
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah Terapan Hasil Praktek Dari :
Nama
: ANHAR KARIM
NRP
: 403 10 050
Prodi
: NAUTIKA
Judul
: PENERAPAN
PERATURAN
TENTANG
FASILITAS
78
Makassar,
Pembimbing I
September 2016
Pembimbing II
PENGESAHAN AKADEMIK
Karya Tulis Ilmiah Terapan Hasil Praktek Dari :
Nama
: ANHAR KARIM
NRP
: 403 10 050
Prodi
: NAUTIKA
Judul
: PENERAPAN
PERATURAN
TENTANG
FASILITAS
79
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas limpahan Rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Karya Tulis ilmu Terapan ini dengan judul
PENERAPAN PERATURAN TENTANG FASILITAS KEAMANAN DI
KAPAL MT. MAHARANI TAMA.
Karya tulis ilmiah Terapan merupakan salah satu persyaratan bagi
taruna untuk menyelesaikan studi pada Strata Diploma III Program Studi
Nautika pada Politekniik Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah
Terapan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa,
80
MASHUDI
GANI,
S.Sos
Selaku
Wakil
Direktur
II
Maritim
AMI
Makassar
(POLIMARIM)
dan
Selaku
Pembimbing II.
5. Bapak Drs. Harry Katuuk, SH, MH, M.Si Selaku Waki l Direktur IV
Politeknik Maritim AMI Makassar (POLIMARIM).
6. Bapak Drs. H. Kafaillah Arif, M.Mar Selaku Ketua Prodi Nautika Pada
Politeknik
Maritim
AMI
Makassar
(POLIMARIM)
dan
Selaku
Pembimbing I.
7. Seluruh
Dosen
Dan
Staf
Politekniik
Maritim
AMI
Makassar
(POLIMARIM).
8. Pimpinan dan Seluruh Staf Karyawan PT. BUMI LINTAS TAMA.
81
September 2016
ANHAR KARIM
NRP:403 10 050
82
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN AKADEMIK ..................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PANITI UJIAN.............................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................vi
DAFTAR ISI .............................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN ......1
A. Latar Belakang Masalah..................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......8
83
D. Metode Penelitian............................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Pengertian Penerapan.....................................................11
B. Pengertian Peraturan......................................................15
C. Pengertian Fasilitas.........................................................16
D. Pengertian Keamanan.....................................................17
E. Pengertian Kapal.............................................................18
BAB III
BAB IV
BAB V
PENUTUP .....78
84
A. Kesimpulan........................................................................78
B. Saran.................................................................................79
Daftar Pustaka
85