Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT IPA

Sumber Air dan Pengelolaannya

Disusun oleh :
Dedi Eko Hariyanto

(13312244008)

Pendidikan IPA A 2013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi
manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga,
rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia
membutuhkan air.
Sumber daya air merupakan sumber daya alam karunia Allah SWT yang mutlak
diperlukan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya serta mempunyai arti dan peran
penting bagi berbagai sector kehidupan manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang berkembang cepat serta tingkat
penghidupan masyarakat yang semakin maju, banyak kawasan resapan air yang
dijadikan kawasan pemukiman dan pengembangan daerah perkotaan membuat jumlah
ketersediaan air semakin lama semakin berkurang. Mengingat ketersediaan air yang tetap
dan kebutuhan air yang cenderung semakin meningkat maka perlu dilakukan langkahlangkah pengembangan teknologi, penyediaan air, dan pelestarian sumber daya air.
C. TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain :
1. Sebagai panduan dalam pembahasan masalah tentang pengolahan sumber daya air
2. Untuk mengetahui lebih jauh masalah tentang pengolahan sumber daya air
3. Untuk memperluas ilmu pengetahuan tentang filsafat yang dihubungkan dengan
sumber air dan pengelolaannya
4. Untuk melatih diri dalam menyusun makalah agar dapat mengembangkan
kemampuan kreatifitas
5. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat IPA

BAB II

ISI
Pendekatan teoritis dari bidang telaah filsafat meliputi Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi. Berikut adalah penjabaran dari masing-masing bidang telaah filsafat tersebut :
A. Ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Beberapa ahli mendefinisikan Ontologi adalah sebuah keingintahuan untuk mencari
jawaban dari pertanyaan apa. Dalam makalah ini yang berjudul Sumber Air dan
Pengelolaannya maka dalam telaah filsafat Ontologi adalah menjawab pertanyaan apa
itu sumber air dan apa itu pengelolaan sumber air.
1. Sumber Air
Sumber air adalah tempat keluarnya air yang berasal dari dalam tanah. Kita telah
mengetahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air
bersih karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air bersih tidak akan
berfungsi. Berikut ini adalah macam-macam sumber air:
1. Air Laut
Air ini sifatnya asin karena mengandung garam NaCl. kadal garam NaCl
dalam air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk
diminum.
2. Air Hujan
Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air hujan
baru mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan juga
mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-baik
reservoir sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Air
hujan juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di perbukaan bumi, Pada umumnya
air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang kayu, daun, kotoran industri dan lainnya. Untuk meminumnya
harus melewati proses pembersihan yang sempurna.
4. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zone jenuh dimana
tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suryono,
1993:1).
5. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah
dengan hampir tidak dipengaruhi oleh musim, sedangkan kualitasnya sama dengan
air dalam.
2.

Pengelolaan Air
Pengelolaan air adalah upaya yang dilakukann oleh manusia untuk mengelola air
di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun upaya yang
dilakukan manusia untuk menjaga ketersediaan dan kualitas air di lingkungannya.

B. Epistemologi
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari sala
mula atau sumber, struktur, metode dan validitasnya. Selain itu epistemologi juga dapat
diartikan sebagai bidang telaah filsafat untuk mencari jawaban dari pertanyaan
bagaimana. Dalam makalah ini yang berjudul Sumber Air dan Pengelolaannya maka
akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara mengelola air.
1. Pengelolaan Air
a. Usaha Pelestarian Dan Pengembangan Air
Dalam pelestarian dan perkembangannya terdapat beberapa masalah krusial
yang memerlukan upaya tindak lanjut segera dan penanganan terpadu yaitu :
1) Lemahnya koordinasi di antara instansi yang terkait dan kurangnya
akuntabilitas, transparansi serta partisipasi stakeholder dalam pengelolaan
sumber daya air.
2) Meningkatnya konflik karena semakin terbatasnya ketersediaan air sementara
kebutuhan air semakin meningkat.
3) Kurangnya dana untuk investasi dan tidak mencukupinya dana untuk cost
recorvery
4) Semakin beratnya pencemaran air.
5) Meningkatnya kerusakan kawasan vegetasi hutan lindung yang merupakan
daerah tangkapan air menyebabkan menurunnya debit aliran air sungai dan
meningkatnya erosi dan sedimentasi.
6) Kurang efektifnya pemeliharaan jaringan irigasi dan belum terjaminnya biaya
untuk rehabilitasi berkala jaringan irigasi.

7) Kurang memadainya organisasi pengelolaan tingkat wilayah sungai.


8) Kurang arukasinya data hidrologi dan kualitas air.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu reformasi kebijakan
pengelolaan sumber daya air yang memberikan perhatian khusus pada konservasi
ketersediaan sumber daya air, pengendalian kualitas air dan perlindungan sumber
daya air.
b. Usaha Pelestarian Air
Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan
melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaanya terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan yang disebabkan
oleh tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana
dimaksud adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;


Pengendalian pemanfaatan sumber air;
Pengisian air pada sumber air;
Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan

6)
7)
8)
9)

dan pemanfaatan lahan pada sumber air;


Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
Pengaturan daerah sempadan sumber air;
Rehabilitasi hutan dan lahan; dan
Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian
alam.
Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air tersebut dijadikan dasar dalam

penatagunaan lahan dilaksanakan melalui pendekatan teknis, sosial, ekonomi, dan


budaya. Dan usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

c. Pengawetan Air
Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air.
Pengawetan air dapat dilakukan dengan cara :
1) Menyimpan air yang berlebihan disaat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada
waktu diperlukan.
2) Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif dan;
3) Mengendalikan penggunaan air tanah.
d. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air

Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan untuk


mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada
sumber-sumber air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air
pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Pengendalian pencemaran air
dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air dan
prasarana sumber air.
e. Pengendalian Daya Rusak Air
Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi,
dan memulihkan terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan daya rusak air,
yang meliputi banjir, erosi dan sedimentasi, longsor tanah, amblesan tanah,
perubahan sifat dan kimiawi, biologi dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis
tumbuhan dan satwa, dan wabah penyakit.
Pengendalian daya rusak air ini diutamakan pada upaya pencegahan melalui
perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan
menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air.
f. Pencegahan Daya Rusak Air.
Pencegahan dilakukan baik melalui kegiatan fisik dan/atau non fisik maupun
melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai. Pencegahan ini lebih lebih
diutamakan pada kegiatan non fisik. Yang dimaksud dengan kegiatan fisik adalah
pembangunan sarana dan prasaran serta upaya lainnya dalam rangka pencegahan
kerusakan/bencana yang diakibatkan oleh daya rusak air, kegiatan non fisik adalah
kegiatan penyusunan dan/atau penerapan piranti lunak yang meliputi antara lain
pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, penyeimbangan hulu dan
hilir wilayah sungai adalah penyelarasan antara upaya kegiatan konservasi di hulu
dengan pendayagunaan di hilir.
g. Penatagunaan Sumber Daya Air.
Penatagunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat
(1) ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air
pada sumber air .Zona ini digunakan sebagi acuan untuk : penyusunan atau
perubahan RT/RW, rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai yang
bersangkutan. Penetapan zona pemanfaatan sumber daya air dilakukan dengan :

1) Mengalokasikan zona untuk fuungsi lindung dan budi daya;


2) Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis;
3) Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber
air;
4) Memperhatikan kepentingan bebagai jenis pemanfaatan;
5) Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan;
dan
6) Memperhatikan fungsi kawasan.
Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap wilayah sungai
dilakukan dengan memperhatikan :
1)
2)
3)
4)

Daya dukung sumber air;


Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;
Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air;
Pemanfaatan air yang sudah ada.

h. Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Air


1)

Arah Kebijakan
Berdasarkan peraturan terkait dan dokumen-dokumen perencanaan
pembangunan nasional, arah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya air
sebagai berikut:
a) Mewujudkan sinergi dan mencegah konflik antar wilayah, antar sektor, dan
antar generasi dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional, persatuan,
dan kesatuan bangsa.
b) Mendorong proses pengelolaan sumberdaya air yang terpadu antar sektor
dan antar wilayah yang terkait di pusat, propinsi, kabupaten/kota dan
wilayah sungai.
c) Menyeimbangkan upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air
agar terwujud kemanfaatan air yang berkelanjutan bagi kesejahteraan
seluruh rakyat baik pada generasi sekarang maupun akan datang.
d) Menyeimbangkan fungsi sosial dan nilai ekonomi air untuk menjamin
pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu akan air dan pendayagunaan

air sebagai sumberdaya ekonomi yang memberikan nilai tambah optimal


dengan memperhatikan biaya pelestarian dan pemeliharaannya.
e) Melaksanakan pengaturan sumber daya air secara bijaksana agar
pengelolaan sumber daya dapat diselenggarakan seimbang dan terpadu.
f) Mengembangkan sistem pembiayaan pengelolaan sumberdaya air yang
mempertimbangkan prinsip cost recovery dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat.
g) Mengembangkan sistem kelembagaan pengelolaan sumberdaya air yang
membuka akses partisipasi masyarakat serta mewujudkan pemisahan fungsi
pengatur (regulator) dan fungsi pengelola (operator).
2)

Pembiayaan Pembangunan Sumber Daya Air


Dana infrastruktur sumber daya air dianggarkan di tingkat pemerintah
pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan di
tingkat daerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Penganggaran di tingkat pusat dilakukan melalui koordinasi antara lembagalembaga yang melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dalam mengembangkan Rencana Kerja Pemerintah tahunan.
APBN dapat bersumber dari mata uang lokal, pinjaman, dan hibah dari
Negara/lembaga donor.

3)

Saluran Irigasi Hemat Air


Peningkatan kebutuhan air pada daerah yang padat industri serta pada
daerah pertanian tidak merata di Indonesia padahal ketersediaan air melalui
siklus n tidakmerata pula. Oleh karena itu, untuk keseimbangan neraca air
perlu dikembangkan berbagi teknologi yang dapat menghemat pemankaian air.
a) Saluran pendistribusian air yang efisien sehingga tingkat kebocoran dan
kehilangan air dapat dikurangi.
b) Sistem pengairan sawah yang efisien, mengingat pada saat ini persawahan
merupakan pemakai air yang dominan.

c) Sistem pengairan sawah secara konvensional yang boros air perlu


diperbaiki dan perlu dikembangkan teknik pengairan dengan system
saluran atau pipa yang hemat air.
Selain itu telah di aplikasikan berbagai teknologi bangunan pengairan
yaitu bending, pintu air, dan saluran yang sesuai dengan kondisi sungai-sungai
di Indonesia yang mengandung muatan sedimen.
4)

Embung
Di daerah Indonesia yang relatif kering diterapkan teknologi konvensional
yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan adalah aplikasi waduk kecil atau
embung. Embung (waduk kecil) merupakan bangunan penampung air
berteknologi sederhana dan berukuran kecil. Bangunan ini bermanfaat untuk
mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau bagi penduduk, ternak, dan
lading. Embung juga mempunyai manfaat untuk konservasi lahan dan sumber
daya air.
Bangunan ini sangat cocok dikembangkan di daerah yang mempunyai
kondisi alam sebagai berikut :
a) Curak hujan sedikit dan berlangsung pendek, sedangkan musim kemarau
panjang (7-9 bulan/tahun).
b) Topografi berbukit rapat dan dataran rendah sangat sempit sehingga sulit
mencari tempat untuk pembangunan waduk besar.
c) Secara geologis batuan dasar umumnya bersifat lolos air.
Penganggaran di tingkat daerah prosesnya sama dengan proses
penganggaran di tingkat pusat. Sumber untuk Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pinjaman atau
hibah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Selain itu, anggaran untuk Pemerintah Daerah dapat berasal dari
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi
Hasil (DBH) yang dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Aksiologi berkaitan
dengan suatu ilmu , hakekat ilmu sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan

berguana untuk kita dalam menjelaskan, meramalkan, dan menganalisa gejala-gelaja


alam. Bramel (jalaluddin dan abdullah, 1997) membagi aksiologi dalam tiga bagian.
Pertama adalah moral conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yakni etika. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma, dan adatistiadat
manusia.

Tujuan

dari

etika

adalah

agar

manusia

mengetahui

dan

mampu

mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan. Didalam etika, nilai kebaikan dari


tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan, maksudnya adalah tingkah lau yang
penuh dengan tanggungjawab baik terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun
terhadap Tuham sebagai sang pencipta.
Kedua adalah esthetic expressions, yaitu ekspresi keindahan. Estetika berkaitan
dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena disekalilingnya. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek
sangat berperan dalam segala hal kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau
eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan
penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisik. Dengan
demikian nilai subjekif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif akan selalu
mengarah pada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Selanjutnya nilai itu akan
objektif, jika tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif
muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini
beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang
memiliki kadar secara realitas benar-benar ada (Bakhtiar Amsal, 2004).
Bagian ketiga dari Aksiologi adalah , sosio-political life, yaitu kehidupan social
politik yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik. Manfaat dari ilmu adalah sudah tidak
terhitung banyak manfaat dari ilmu bagi manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan.
Dari apa yang dirumuskan diatas dapat dikatakan bahwa apapun jenis ilmu yang ada,
kesemuanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat,
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Salah satu nilai yang terkandung dalam pengelolaan sumber air adalah merti kali
yang terdapat di Yogyakarta. Merti Kali (bersih sungai) merupakan bentuk kearifan lokal
masyarakat Yogyakarta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan sungai. Kegiatan
ini merupakan bentuk rasa syukur, karena sungai menyokong kegiatan masyarakat

sehari-hari. Tujuan Merti Kali adalah untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, kesadaran
dan kepedulian masyarakat maupun pemerintah dalam memelihara serta menjaga
kelestarian sungai.
Salah satu contohnya adalah acara merti kali yang digelar oleh Forum Komunikasi
Winongo Asri (FKWA) bersama seluruh elemen masyarakat Yogyakarta baru-baru ini.
Merti Kali tersebut diikuti oleh kurang lebih 250 orang dan difokuskan di bawah
Jembatan Niten. Diharapkan, Sungai Winongo pada khususnya, dan sungai-sungai lain
bisa bersih dari sampah. Kegiatan tersebut mendapatkan apresiasi dari Imam Priyono
selaku wakil kepala daerah Yogyakarta. Selama ini, manusia ditengarai sebagai
pengambil manfaat terbesar dari sungai.
Kegiatan seperti Merti Kali Winongo atau kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan
masyarakat seputar sungai maupun yang berhubungan dengan upaya pelestarian
lingkungan sungai harus terus dilestarikan. Kegiatan ini menjadi semangat dalam
menjaga kelestarian kali Winongo sekaligus sebagai inspirasi masyarakat luas untuk
menjaga kelestarian sungai.
Penyelesaian persoalan lingkungan, terutama sungai, membutuhkan partisipasi
masyarakat. Tingkat keterlibatan masyarakat tinggi akan menghasilkan tingkat kepuasan
masyarakat sebagai penerima manfaat yang luar biasa. Sudah saatnya kita melibatkan
masyarakat sebagai penerima manfaat saat kita merencanakan suatu program. Metode
seperti ini juga merupakan potensi untuk menata permukiman di bantaran sungai untuk
mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik.
Pemecahan permasalahan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat berarti
masyarakat dilibatkan selama proses penyelesaian masalah, sejak tahap perencanaan,
pemilihan alternatif penyelesaian masalah sampai penerapan hingga perawatan.
Pendekatan berbasis masyarakat meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap
proses rekonstruksi, karena penerima manfaat mengambil tanggung jawab dalam
merekonstruksi kehidupan mereka.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Sumber daya air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia, hewan
dan tumbuhan. Ketersediaan air sangat diperlukan namun harus berada dalam jumlah
yang cukup memadai.
Sejalan dengan perkembangan permintaan air yang meningkan sedangkan
kemampuan penyediaan air semakin menurun akibat menurunnya daya dukung
lingkungan sumber daya air dan adanya pengeksploitasian sumber daya air yang
berlebihan. Keberhasilan dari pengelolaan sumber daya air sangat tergantung pada
pemerintah, masyarakat serta konsisten dalam implementasinya.

B. SARAN
Dalam pengelolaan sumber daya air, pemerintah daerah tidak boleh memandang
air hanya sebagai komoditas ekonomi tetapi perlu mempertimbangkan fungsi sosialnya.
Pemakai air perlu memberikan kontribusi biaya pengelolaan air, dengan prinsip
pembayaran pengguna dan pembayaran polusi serta adanya subsidi silang.

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar , Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar
Harapan.
Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Andi.
Yogyakarta.
Mitchell, Bruce, B Setiawan, dan Dwita Hadi Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat:
Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai